ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.
Tampilkan postingan dengan label TraveLova. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TraveLova. Tampilkan semua postingan

PERTAMA KALINYA KE PARIS VAN JAVA

 


Pada Februari 2011, selain menjadi statistisi dengan status masih CPNS, saya juga mendapat tugas baru di Unit Pelayanan Perdagangan (UPP). Apa itu UPP? UPP adalah ‘pintu’ keluar masuknya perizinan impor dan ekspor. Semacam ‘front line’ kalau di bank. Jadi ya tugasnya memberikan pelayanan prima pada para importir dan eksportir yang hendak mengajukan izin. 

CERITA DARI SAMOSIR

 


Pada 21 Mei 2015, untuk kedua kalinya saya dinas ke Medan. Selain untuk survei di Kawasan Industri Medan, saya dan tim juga ditugaskan untuk survei ke Pematang Siantar. Alhamdulillah, setelah survei selesai, dari Pematang Siantar kami melanjutkan perjalanan ke Parapat pada 22 Mei 2015 untuk mengunjungi salah satu wisata alam di negeri tercinta ini, Danau Toba.

SEMUA BERAWAL DARI SINI

 

Sebelum berpetualang lebih jauh lagi, saya ingin berkisah tentang kota kelahiran tercinta. Tentu jejak pertama saya berawal dari tempat di mana saya dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua tercinta. Saya dilahirkan kembar pada tanggal 2 bulan 2 dan menjadi anak ke-2. Kelahiran kembar ini disambut penuh suka cita oleh keluarga besar kami, karena kalau ditelusur, belum ada garis keturunan kembar dalam keluarga. Babe (allahu yarham) hampir pingsan saat melihat dua putri kembarnya yang baru lahir. Beliau sangat haru bercampur takjub karena memiliki 2 putri sekaligus.

PON XX DI PAPUA SEBAGAI PONDASI KEMAJUAN INDONESIA

 



Jarak ribuan kilometer dapat dicapai jika dimulai dari ayunan langkah pertama.

 

Bisa keliling Indonesia adalah salah satu impian besar dalam hidup saya. Alhamdulillah saat ini saya sudah menjelajah di 25 provinsi Indonesia. Tinggal 9 provinsi lagi. Pulau besar di Indonesia yang terakhir saya kunjungi adalah Papua. Saya pertama kali menjejakkan kaki di pulau berbentuk laiknya seekor burung itu pada 14 Maret 2018. Waktu itu saya dan rekan-rekan menjadi panitia acara rapat koordinasi yang digelar di Jayapura.

Pertama kali datang di Papua saya sangat bahagia karena akhirnya bisa menjejak di 5 pulau besar Indonesia. Tak menyangka juga bisa bercengkerama langsung dengan penduduk asli Papua yang terkenal ramah dan murah senyum. Saya juga sempat berkunjung ke Pasar Mama-Mama Papua. Saya melihat sendiri betapa hasil pertanian di Papua sangat potensial. Aneka sayuran di sana sangat besar.

Saat ke Jayapura dan Merauke (Sumber : dok. pribadi)


Kedua kalinya ke Papua yakni pada 13 September 2018 saat bertugas ke Merauke. Waktu itu menghabiskan hampir 12 jam perjalanan hingga akhirnya mendarat di ujung timur Indonesia. Saat di Merauke, saya juga menyempatkan berkunjung ke Musamus atau rumah semut yang menjadi salah satu icon di sana.




Papua adalah pulau terbesar kedua di Indonesia yang memiliki 2 (dua) provinsi, yakni Papua dan Papua Barat. Ketimpangan barat dan timur masih menjadi isu penting sampai saat ini. Untuk mewujudkan kemajuan di Papua yang tentu akan berdampak pada terwujudnya Indonesia yang lebih maju, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. Saya singkat dengan PONDEMI. Penjelasannya sebagai berikut.

P = [P]emerataan pembangunan

Saat ini sudah ditetapkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat. Adanya Inpres ini tentu menjadi salah satu tolok ukur bahwa Pemerintah kian serius untuk melakukan pemerataan pembangunan di Indonesia. Dengan adanya peraturan ini, diharapkan Papua kian maju dan tidak ada lagi ketimpangan di Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Bagian Timur.

O = [O]ptimalisasi potensi Papua

Papua memang pantas menyandang sebutan “Mutiara dari Timur” karena memiliki potensi yang luar biasa. Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah serta budaya yang unik dan beragam menjadi kekayaan tersendiri untuk Bumi Cenderawasih.  Sumber Daya Manusia (SDM) di Papua juga sangat potensial serta bisa mennjadi aset berharga untuk Indonesia.

Potensi SDA baik di sektor pertanian, perkebunan, maupun pertambangan di Papua harus bisa diolah dan dimanfaatkan dengan baik untuk menciptakan kemakmuran rakyatnya.

Potensi wisata Provinsi Papua juga sangat banyak. Sebut saja ada Lembah Baliem, Gunung Carstensz (Puncak Jaya), Danau Emfote, Danau Sentani, Teluk Cenderawasih, Taman Nasional Wasur, Taman 1000 Masamus, Jembatan Youtefa, Monumen Kapsul Waktu, Stadion Lukas Enembe, Bukit Jokowi, dan lainnya. Selain itu ada potensi di bidang budaya yakni berupa pakaian adat, kerajinan tangan ciri khas Papua seperti tas noken, koteka, lukisan kulit katu, dan kain tenun, serta kuliner khas Papua yang mencerminkan kearifan lokal setempat.

N = [N]aikkan pendapatan daerah Papua

Besarnya potensi yang dimiliki Papua tentu bisa menjadi sumber pendapatan daerah yang sangat besar. Masih banyak potensi di Papua yang belum diolah dan dioptimalkan.  SDA yang melimpah memang belum menjamin daerah tersebut memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang besar juga. Biasanya daerah memiliki kendala terkait fasilitas/sarana pendukung yang belum memadai, sistem informasi pengelolaan pajak yang manual, serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas. Kendala-kendala tersebut masih jamak terjadi di Papua.

D = [D]ukung keterlibatan putra daerah Papua

Penduduk Papua dikenal ramah dan memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi. Saat saya ke sana pun kami disambut dengan hangat. Saat ini kita banyak menemukan putra daerah Papua yang mampu mengukir prestasi baik di kancah nasional maupun internasional. Prestasi itu tak hanya dalam bidang akademik, tapi juga olahraga, seni, dan budaya. Sebut saja pemain sepak bola nasional yakni Boaz Solossa, lalu Nowela Mikhelia yang pernah memenangkan ajang pencarian bakat dalam bidang menyanyi, serta Jacklien Ibo seorang atlet basket asal Papua yang kaya prestasi. Putra daerah Papua harus didukung dan difasilitasi untuk terus mendulang prestasi yang membanggakan. Kemajuan Indonesia juga bertumpu pada mereka.

E = [E]fektivitas kinerja dan efisiensi anggaran

Efektivitas kinerja dan efisiensi anggaran khususnya untuk pemerintah daerah Provinsi Papua harus terus diupayakan. Hal ini tentu untuk menunjang optimalisasi pembangunan daerah.

M = [M]enguatkan persatuan di bawah payung NKRI

Isu perpecahan yang beberapa kali terjadi di tanah Papua harus menjadi perhatian serius Pemerintah Pusat dan Daerah. Rasa persatuan dan kesatuan harus terus dipupuk. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi ketimpangan Indonesia bagian barat dan timur.

I = [I]ntegrasi semua stakeholder dan pihak terkait

Dalam upaya mewujudkan Indonesia Maju, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote, perlu peran serta semua stakeholder dan pihak terkait. Upaya koordinasi dan kolaborasi harus terus digalakkan agar kemajuan Papua dapat segera diwujudkan.


Upaya "PONDEMI" untuk Memajukan Papua

Jika upaya "PONDEMI" di atas dapat direalisasikan  dengan baik, tentu mentari harapan baru dari timur akan semakin bersinar terang. Papua akan semakin jaya dan Indonesia pun kian maju.


PON (Pekan Olahraga Nasional) merupakan ajang pesta olahraga nasional yang dilaksanakan empat tahun sekali dan diikuti oleh atlet terpilih dari seluruh provinsi di Indonesia. PON bertujuan untuk mempererat persatuan, mengobarkan semangat perjuangan, serta membangun karakter bangsa Indonesia melalui olahraga.

PON pertama kali diadakan di Solo, Jawa Tengah pada 1948. Lalu setiap empat tahun sekali PON diselenggarakan di berbagai daerah Indonesia yang lain seperti Jakarta, Medan, Palembang, Surabaya, dan lainnya. PON terakhir kali diselenggarakan pada tahun 2016 lalu di Bandung, Jawa Barat. Sebenarnya PON XX akan digelar pada 2020, akan tetapi pandemi terjadi di Indonesia sehingga pelaksanaanya harus diundur dan direncanakan  pada 2-15 Oktober 2021.


Dukung PON XX Papua 2021
(Sumber: https://www.facebook.com/ponxx2020papua/)


Penyelenggaraan PON XX di Papua menjadi angin segar untuk mendorong kemajuan Papua serta bisa menjadi peluang bagi masyarakat Papua untuk meningkatkan kesejahteraannya. Ya, mentari harapan baru dari timur kian bersinar terang lewat event luar biasa ini. Tentu PON XX di Papua ini juga akan membawa dampak bagi kemajuan Indonesia. Meskipun pandemi ini mungkin membuat dampak itu tidak begitu dirasakan, namun tetap memberi perubahan setidaknya pada pihak yang berkaitan langsung dengan PON XX seperti pembangunan infrastruktur atau fasilitas pendukung PON XX.

PON XX rencananya akan digelar di 4 (empat) kabupaten/kota yang menjadi tuan rumah, di antaranya Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Merauke.

Ada 37 cabang olahraga PON XX Papua yang akan dipertandingkan, yakni: aerosport (dirgantara), akuatik, anggar, angkat berat, atletik, baseball, bermotor, biliard, bola basket, bola tangan, bola voli, bulu tangkis, catur, cricket, dayung, gulat, hockey, judo, karate, kempo, layar, menembak, muaythai, panahan, panjat tebing, pencak silat, rugby, selam, senam, sepak bola, sepak takraw, sepatu roda, taekwondo, tarung drajat, tenis, tinju, dan wushu.

Dari 37 cabang olahraga di atas dibagi lagi dalam empat klaster pertandingan dan cabang olahraga yang digelar saat PON XX Papua 2021:

a. Kota Jayapura, 14 cabang, 22 disiplin: voli indoor, voli pantai, base ball (penyisihan), softball (putra), tenis, bulu tangkis, tinju, sepak bola, binaraga, angkat besi, angkat berat, sepatu roda, karate, taekwondo, renang perairan terbuka, selam, canoeing, rowing, TBR (traditional boat race), paralayang, layar, dan sepak takraw.

b. Kabupaten Jayapura, 15 cabang, 21 disiplin: senam artistik, senam ritmik, senam aerobik, loncat indah, polo air, renang, renang artistik, selam kolam, menembak, hoki lapangan, hoki luar, kriket, sepak bola putra, softball putri, baseball (penyisihan/final), panahan, sepak takraw, kempo, muaythai, rugby 7’s, pencak silat, dan gantole.

c. Kabupaten Mimika, 9 cabang, 12 disiplin: atletik, basket 5×5, basket 3×3, biliar, panjat tebing, futsal, bola tangan, judo, tarung derajat, aeromodelling, terjun payung, dan terbang layang.

d.Kabupaten Merauke, 6 cabang, 7 disiplin: sepak bola putri, gulat, wushu, road race, motor cross, anggar, dan catur.

Stadion Lukas Enembe menjadi lokasi utama penyelenggaraan PON XX Papua mulai dari acara pembukaan pada 2 Oktober 2021, pelaksanaan event, sampai penutupan pada 15 Oktober 2021. Stadion yang megah dan artistik ini selesai dibangun 23 Oktober 2020 dan kini menjadi salah satu ikon infrastruktur baru dan modern yang ada di Provinsi Papua. Tentu masyarakat Papua dan kita semua bangga akan adanya stadion megah dan bertaraf internasional di kawasan timur Indonesia.

 



Pada PON XX di Papua ini juga mengangkat tagline Torang Bisa (Kami bisa)”. Tagline ini bermakna penyemangat khas Papua untuk mengobarkan semangat kepada para atlet yang akan bertarung pada PON XX.

Dua maskot PON XX adalah Kangpho dan Drawa. Kangpho atau kanguru pohon, selama ini memang populer sebagai satwa khas Australia, ternyata hidup di Papua juga. Kangpho merupakan jenis kanguru pohon dan satu di antaranya yang sangat terkenal adalah kanguru pohon mantel emas atau memiliki nama latin Dendrolagus Pulcherrimus.

Kanguru ini merupakan mamalia yang memiliki kantung di perutnya. Hewan langka ini memakan buah dan biji-bijian. Dijuluki mantel emas karena bagian pipi, leher, dan kakinya dihiasi warna kuning keemasan.

Pemerintah Provinsi Papua juga memperkenalkan Drawa atau Burung Cenderawasih dalam peluncuran maskot PON XX di Jayapura. Cenderawasih dalam bahasa ilmiahnya Paradisaea Raggiana merupakan jenis burung kisau berukuran sedang dengan panjang sekitar 34 cm. Drawa adalah burung yang memiliki hiasan didominasi warna merah, jingga, serta campuran antara merah dan jingga pada bagian perutnya. Sementara bulu bagian dada berwarna cokelat tua. Lalu pada ekornya terdapat dua buah tali yang panjang berwarna hitam.   


Kangpho dan Drawa sebagai Maskot PON XX di Papua


Kangpho dan Drawa mengenakan ikat kepala khas Papua yang berbentuk rumbai dan kerucut menyerupai gambaran pegunungan tengah Papua yang dikelilingi oleh gunung. Selain itu mereka juga mengenakan rumbai dari kulit kayu atau akar pohon untuk menutupi bagian pinggang ke bawah yang juga dilengkapi dengan hiasan ukiran khas Papua pada pinggangnya. Rumbai pada pinggang Kangpho dan Drawa tersebut biasa digunakan oleh perempuan dan laki-laki yang melambangkan sambutan hangat dan penuh keakraban di tanah Papua.

Terpilihnya dua fauna langka khas Papua ini sebagai maskot PON XX tentu membawa pesan untuk terus menjaga kelestariannya agar tidak punah.

Sebagai salah satu upaya untuk menyambut PON XX Papua, panitia juga mengadakan tujuh program seru bernama PONDEMI. Program yang diambil dari kata PON dan Pandemi ini mengajak seluruh masyarakat Indonesia khususnya generasi muda untuk membangkitkan semangat, pulih bersama dari pandemi COVID-19, dan tetap antusias memeriahkan PON XX Papua 2021 dari rumah. Dengan tagline Bergerak Bersama, panitia menggelar tujuh program dari PONDEMI ini, antara lain:

1. Kompetisi Blogger (kompetisi menulis artikel blog dengan tema “Mentari  Harapan Baru dari Timur”);

2. Virtual Run (kompetisi berlari virtual);

3. Virtual Ride (kompetisi bersepeda virtual);

4. Kelas Inspirasi (webinar seru tentang industri kreatif yang bekerja sama dengan KEMENKOMINFO);

5. Kolaborasi Anak Negeri (kolaborasi menarik dari produk brand Papua dengan brand Nasional);

6. PONDEMI Stand Up Comedy (kompetisi stand up seru tentang PON XX); dan

7.  Torang Show (talkshow virtual dengan perwakilan atlet dari 34 Provinsi yang akan bertanding di PON XX Papua 2021).

Wah seru semuanya ya! Untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang program ini, dapat mengunjungi website PONDEMI

Semangat dan harapan harus tetap bersinar walaupun masih berada pada masa pandemi. Semoga pandemi segera berakhir dan akan kian banyak prestasi  yang dapat diukir.




PON XX Papua tinggal menghitung hari. Pelaksanaan PON XX di Papua ini tentu menjadi pondasi penting untuk kemajuan Indonesia. Dalam bidang olahraga, diharapkan Papua makin gemilang dalam mencetak atlet-atlet berprestasi baik di kancah nasional maupun internasional. Kesuksesan PON XX di Papua ini membawa harapan besar untuk membuat cahaya mentari harapan baru dari timur semakin cerah.  

 

Referensi:

-   PONDEMI: https://pondemi.ponxx2020papua.com/

Website Resmi PON XX Papua: https://www.ponxx2020papua.com

 

Keterangan: Tulisan ini dibuat sebagai partisipasi dalam PONDEMI Kompetisi Blogger “Mentari Harapan Baru dari Timur”.

 

 


AKHIR YANG MENEGANGKAN DI JOGJA


Setelah perjalanan pertama naik pesawat yang tak terlupakan, saya dan rombongan menikmati petualangan di kota yang terkenal dengan gudeg-nya itu. Tentu tujuan pertama kami setelah mendarat di Jogja adalah rumah Bu Tutik. Rumah beliau bernuansa Jawa dengan banyak ornamen dari kayu dan halaman rumah yang sangat luas. Ternyata Bu Tutik tinggal dengan ibunya juga yang sudah sangat sepuh.

PERTAMA KALI NAIK PESAWAT


Jarak ribuan mil mustahil ditempuh jika tidak pernah menjejakkan langkah pertama. Begitulah hakikat sebuah perjalanan, ada langkah awal yang akhirnya diikuti langkah-langkah selanjutnya.

KETIKA SAHABAT DEKAT AKAN MENIKAH

Saya punya sahabat dekat, baik di kantor,  di rumah, di komunitas, dan di manapun saya berada *heuheu...  Bahkan, dengan beberapa sahabat itu, saya membuat sebuah geng atau kelompok. Ada Bangbayang (untuk sahabat dekat satu kos-kosan waktu S2 di Bandung), ada Trio Syantik (karena anggotanya terdiri dari Sarnita, Sulistyorini, dan Etika.. hehe, agak maksa dikit!), ada Muslimah Preneur, dll. Nah, tahun ini salah satu sahabat dekat saya di kantor akan menikah. 


JEJAK PERJALANAN DI 2018 DAN IMPIAN JALAN-JALAN DI 2019



Tak terasa tahun 2018 akan berakhir dan insya Allah tahun 2019 akan menyambut kita. Pasti semua berharap bahwa di tahun 2019 akan jauh lebih baik daripada tahun ini. Alhamdulillah, bagi saya ada yang istimewa di tahun 2018 ini. Mulai Januari 2018 kemarin saya pindah ke unit kerja yang sesuai dengan bidang studi S2 saya yakni yang berkaitan dengan logistik, sebelumnya saya di unit yang menangani perdagangan luar negeri.

TEMPAT-TEMPAT LIBURAN SERU DI MUI NE VIETNAM




Vietnam punya banyak sekali tempat liburan seru yang layak untuk dijelajahi. Mau datang ke sini sendirian saja? Boleh saja kok, Vietnam sudah terkenal aman dan ramah dengan turis, meski begitu Sahabat harus tetap waspada ya! Tapi nggak lengkap liburan ke Vietnam kalau nggak mampir ke Mui Ne. Kota yang terletak di tepi pantai ini punya  banyak tujuan wisata yang sayang kalau dilewatkan. Salah satunya berupa fenomena alam yang hanya bisa Sahabat temui di sini.

MERAYAKAN ULTAH PERNIKAHAN DI HOTEL SOFYAN



Alhamdulillah, 20 Maret 2018 yang lalu adalah ulang tahun pernikahan saya dan suami yang keenam. Masih teringat enam tahun lalu, kami melangsungkan akad nikah di Masjid Taqwa, masjid terbesar di kota kelahiran saya, Wonogiri Jawa Tengah. Dalam enam tahun pernikahan ini alhamdulillah, Allah memberikan banyak hal indah yang mewarnai rumah tangga kami.

DEBURAN RINDU


Rabu saatnya berpuisi...  Alhamdulillah, hari ini saya diberikan kesempatan untuk kembali menginjakkan kaki di kota Makassar.  Sembari menikmati senja di Pantai Losari,  terciptalah puisi ini...

Jejak-Jejak di Ganesha [Part. 1]


Ketika pintu pertama tertutup dan tak bisa dibuka lagi, yakinlah masih ada pintu lain yang bisa dimasuki. Memang dibutuhkan perjuangan untuk bisa menemukan kunci yang tepat!


~Ketika harapan belum bisa bersanding dengan kenyataan, yakinlah bahwa saat itu Allah Swt tengah mengajarkan kita tentang arti kesungguhan~
***
"Maaf Mbak, sudah penuh!"
"Waduh Neng, di sini nggak bisa bulanan, harus tahunan..""Wah, tinggal satu kamar... Nggak bisa berdua..."

Begitulah penolakan demi penolakan yang kami (saya dan Mbak Dy) alami saat mencari kos di daerah ITB kemarin.

Saya mencoba berbagi kisah saya kemarin ya. Sabtu, 11 Juni 2011 bertepatan dengan hari kelahiran ibu saya. Selepas Subuh saya sudah keluar kos dengan satu tujuan. Stasiun Gambir! Sempat menelepon ibu untuk mengucapkan selamat dan minta doanya karena hari ini mau berpetualang ke Bandung. Sempat juga menelepon Mbak Dy untuk meyakinkan bahwa dia sudah bangun (hehe) dan siap beli tiket di Gambir (berhubung kosnya dekat Gambir). Berhubung keretanya berangkat jam 05:45 dari Gambir, saya pun naik taksi dari Jalan Otista Raya.
"Kereta jam berapa, Mbak?" tanya sopir taksinya.
"Jam enam kurang seperempat, Pak!" 


"Wah, mepet nih!"
Meski pernyataan pak sopir sempat bikin saya gusar dan tegang, saya mencoba menenangkan diri. Saya yakin, insya Allah sampai di tempat sebelum kereta datang. Taksi melaju berpacu dengan waktu hingga akhirnya sampai di depan stasiun Gambir. Alhamdulillah... Belum terlambat. Ternyata Mbak Dy masih antri di loket. Tanpa sepengetahuannya, saya mengantri di belakangnya.


"Mau ke mana, Mbak?" sifat iseng saya keluar (Mbak Dy masih serius menghadap ke depan)
"Ke Bandung!" jawabnya sambil memutar kepala searah jarum jam.


Ngik, waktu menoleh.. Tahulah dia bahwa saya sudah berdiri di belakangnya.
Kami pun membeli tiket bisnis kereta Argo Parahyangan. Kami duduk di gerbong 3 kursi 5 C dan D. Pukul 05.45 kereta pun bergerak meninggalkan stasiun. Oh ya, sebelumnya kami sempat melihat ada seorang Bapak yang tiba-tiba duduk di kursi depan kami dan mendekati seorang mahasiswi (sepertinya) yang tengah duduk sendirian. Bapak itu bermaksud meminjam HP sang Mbak karena katanya baterainya rusak. Tanpa bermaksud su'udzon, saya dan Mbak Dy waspada dan menguping pembicaraan di depan kami. Karena sebelumnya Mbak Dy mendapat pesan dari Mel (rekan kerjanya) agar lebih berhati-hati di stasiun karena beberapa waktu yang lalu Mel sempat juga didatangi seorang laki-laki necis yang sepertinya berniat menghipnotisnya. 


Sepertinya si Mbak juga curiga, terbukti dia mengatakan kalau pulsanya habis. Bapak itu terus mengulang penjelasannya bahwa ia bermaksud menelepon istrinya agar menjemputnya di stasiun Cimahi. Katanya si Bapak rematiknya kambuh. Akhirnya si Mbak memberikan HPnya ke si Bapak. Si Bapak pun menelepon istrinya dengan setengah berteriak (suaranya kencang sekali). Isinya beliau minta dijemput di stasiun. Pada sesi ini kami semakin waspada. Karena bisa dimungkinkan si Bapak lari sambil membawa HP si Mbak. Haha, dasar parno! Kalau memang seperti itu, saya sudah ancang-ancang lari mengejar si Bapak. Hehe! Dasar! 


Tapi, ke-parno-an kami tidak terjadi. Si Bapak mengembalikan HP itu, berterima kasih, kemudian kembali ke tempat duduknya. Uhf.. Alhamdulillah... astaghfirullah... Maafkan kami ya Allah... Kami hanya bermaksud untuk waspada, bukan berburuk sangka...
Pukul 06.45, kereta bergerak meninggalkan Jakarta. Bismillahi tawakaltu 'alallah... Inilah perjalanan pertama saya ke Bandung naik kereta. Ahh, saya yakin! Selalu ada yang istimewa di setiap pengalaman pertama. Dalam perjalanan, selain ngemil dan bercengkerama bersama Mbak Dy, saya sempat membaca bukunya Ustadz Burhan Sodiq yang berjudul "Merengkuh Berkah Ramadan". Subhanallah... Pertemukan kami dengan bulan mulia itu. Insya Allah, Ramadhan kali ini menjadi Ramadhan yang berbeda karena saat Ramadhan itu kami tengah mengikuti perkuliahan matrikulasi di ITB Ganesha. Semoga full barokah... Aamiin...


Alhamdulillah, sekitar pukul 09.00 kereta sudah merapat di stasiun Bandung. Setelah beli tiket ke Jakarta nanti jam 16.00 dengan kereta Argo Parahyangan juga, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ITB Ganesha dengan naik angkot warna ungu jurusan Cisitu. Sepi, itulah kesan pertama kami saat menginjakkan kaki di daerah tersebut. Hehe... Saya baru dua kali ke Bandung! 


Kami duduk di samping pak sopir.. Hihi, maksudnya sekalian survey tempat asyik buat cari oleh-oleh. Halah! Padahal baru datang! Akhirnya tahu juga kalau di depan stasiun Bandung ada Kartika Sari dan foodcourt. Sip, bakal dikunjungi nanti sore sebelum pulang!


Sampailah jua di gerbang belakang ITB Ganesha. Langsung masuk gerbang yangg sedikit terbuka dan mulai mencari letak Gedung Labtekno III yang rencananya akan digunakan untuk ruang kuliah matrikulasi kami nantinya. Seru juga waktu nyari ni gedung sampai akhirnya ketemu juga meski belum bisa masuk karena ruangannya dikunci. Keluar dari gedung, berniat untuk mencari kos. Akhirnya tanya ke pak Satpam dimana lokasi kos yang dekat dengan kampus. Pak satpam yang berlogat sunda itu pun segera meraih bolpoin di sakunya dan mengambil secarik kertas di depan mejanya kemudian menggambar peta daerah Cisitu. Peta "setengah buta" sih. Hehe! Pak Satpam menerangkan kepada kami dengan serius dan sungguh-sungguh. Kami hanya manggut-manggut sambil nyengir padahal sama sekali "blank" dengan tempat yang disebutkan Pak Satpam. Hmm, meski begitu ya masih cukup mengerti lah.


Setelah berpamitan kepada Pak Satpam, kami pun melanjutkan perjalanan lewat gerbang belakang. Lapar! Akhirnya kami mampir sebuah warteg dan membeli makanan khas Sunda. Uniknya ada telor dadar serupa jala. Setelah makan, kami bermaksud menuju cisitu lama. Menurut si akang yang punya warung, cisitu lama cukup dekat dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Saya dan Mbak Dy pun berjalan kaki menuju cisitu lama sambil menggelar peta kecil yang digambar Pak Satpam tadi. Berpetualang!!!


Wuih, ternyata lumayan jauh juga. Sempat bingung juga dengan gambar peta karya Pak Satpam tadi. Lha kok malah nyasar ke cisitu baru. Ya sudah, akhirnya kami masuk gang di cisitu baru. Tanya ke beberapa kos, ternyata kebanyakan sudah penuh. Kami pun sepakat mencari ke daerah plesiran dan taman sari (depan ITB, dekat kebun binatang). Dari cisitu baru, kami naik angkot ungu kemudian ganti angkot lagi menuju plesiran. Masuklah kami di Jalan Plesiran. Wuih, langsung menemukan kost yang membutuhkan penghuni. Mbak Dy mencoba memencet bel. Ada yang membuka. Hmm, kata si Mbak penghuni itu, bapak kosnya tidak di rumah tersebut dan kami diminta menghubungi nomor teleponnya. Singkat cerita, saya dan Mbak Dy mulai tidak sreg dengan kos itu karena penghuninya ketus. 


Akhirnya kami, menyusuri jalan lagi. Wah, beragam pemilik kos kami temui. Sempat kami merasa sreg dengan sebuah kos dan ibu kosnya. Sayang, kos itu sudah penuh. Akhirnya kami berpindah ke Jalan Taman Hewan. Kami mencari dan terus mencari, sampai lewat pintu masuk kebun binatang. Hmm, sebenarnya kami kurang sreg juga dengan lingkungannya yang padat dan sedikit kotor. Saya sempat menghubungi adik tingkat SMA saya yang juga kos di daerah Plesiran. Hmm, ternyata dia sudah ngekos dengan suaminya. Dan katanya memang untuk masa sekarang rada sulit mencari kos yang bulanan.
Sampai ke pelosok jalan, kami belum menemukan kos yang kami cari. Waktu sudah Dhuhur, saya mengusulkan ke Mbak Dy sebaiknya kami sholat dulu di Masjid Salman ITB. Kami pun menuju ke sana. Sempat beli cimol. Maklum, laper! Sempat nyasar dulu, sampai akhirnya tiba juga di Masjid Salman. Alhamdulillah.... Ngadem!!!


Selesai sholat, saya mendapat informasi dari Mbak Ajeng (salah satu kenalan saya di ITB). Ada beberapa kost muslimah yang beliau infokan kosong. Tapi statusnya masih kurang jelas. Di lain tempat, rombongan Mbak Silvi (Mbak Frida, Mas Andung, Mas Afif) juga tengah mencari kos. Kami saling bertukar informasi. ternyata sama-sama belum dapat. Kami juga sempat mampir di salah satu sekretariat Salman yang di dalamnya ada dua orang muslimah. Kami mengetuk pintu. Mbaknya keluar dan dengan ramahnya bertanya ,"Ada yang bisa saya bantu, Teh?". Saya pun bertanya di mana kami bisa mendapatkan informasi terkait kos putri. Ternyata dia kurang tahu juga. Hmm, keluar dari kawasan sekre Salman tadi, Mbak Dy malah menyeletuk ingin belajar bahasa Arab! Wah, saya juga! Tapi kan kami di sini kan cuma dua bulan. Semoga niat baik kami sudah tercatat dan semoga bisa terealisasi. 


Kami meninggalkan Masjid Salman ITB dengan semangat dan harapan baru semoga segera mendapatkan kos yang kami cari. Kali ini kami berencana mencari di Cisitu Lama. Keluar dari Salman, kami mampir beli minum dulu kemudian berjalan menuju Jalan Taman Sari untuk naik angkot. Sepanjang jalan, kami mengamati pamflet-pamflet yang terpajang di pohon. 


Aha! Ada satu pamflet yang cukup menarik! Ada kamar kosong, 400 rb/bulan, untuk muslimah, ada dapur, dah free listrik + air, hanya sekali angkot kalau ke ITB. Saya pun menghubungi nomor yang tertera di pamflet itu. Wah, masih ada kamar kosong! Tapi sayang, cuma tinggal sekamar dan tidak boleh sekamar berdua! Lemes deh! Perjalanan berlanjut, kembali menemukan pamflet dan menghubungi nomornya. Kali ini seorang bapak yang menerima. Wah, masih banyak kamar kosong! Sumringah deh! Tapi langsung lemes lagi gara-gara tahu harganya! Rp 1.500.000,-/bulan dengan fasilitas seperti hotel bintang 5. Gubrak!


Ya sudah, akhirnya kami berjalan menuju jalan raya untuk naik angkot. Di kanan kiri jalan banyak kuda cakep yang 'parkir'. Hehe... Sempat dikagetkan juga dengan keberadaan seekor kuda yang tiba-tiba kepalanya menoleh ke arah saya! Hmm...
Kami kembali naik angkot ungu menuju Cisitu Lama. Cuma kami berdua yang jadi penumpang. Dari pak sopir, kami mendapat informasi kos. Kami pun diberhentikan dengan hormat di Cisitu Lama gang I. Kata Pak Sopir, dari Gang I sampai Gang VIII ada banyak kos. Sip, pencarian dimulai kembali!!!


Berawal dari jalan kecil sebelum gang I kami mengawali pencarian. Tanya sana-sini. Masuk dari 1 kos ke kos lain. Sayang, belum ketemu juga. Puluhan kos kami gali informasinya. Kebanyakan masih penuh, baru diperbaiki, tidak menerima bulanan, dan satu hal... Kebanyakan yang bulanan adalah kos laki-laki! Memang benar sih, ITB didominasi laki-laki. Total mungkin ada 50-an rumah kos (kurang dan lebihnya saya mohon maaf nggak menghitung secara detail soalnya!) yang sudah kami kunjungi hari ini. Man shabara zhafira (Siapa yang bersabar akan beruntung)! Jangan berputus asa dari rahmat Allah! Jangan menyerah, Tik! Tetap semangat! Itulah kata-kata motivasi yang saya letupkan dalam hati untuk mengafirmasi diri.


Sampai akhirnya, saat waktu hampir menunjukkan pukul 15.00 (kereta kami pukul 16.30) kami menemukan sebuah kos muslimah. Kami ketuk pintunya, mengucapkan salam, dan keluarlah seorang ibu berjilbab. Kami menanyakan apakah masih ada kamar kosong. Ternyata... Penuh!!! Sang ibu akhirnya mengajak kami mengunjungi sebuah rumah berpagar merah. Ada seorang ibu paruh baya yang keluar dari rumah itu. Alhamdulillah, ada sebuah kamar kosong! Kata ibunya, memang buat kos tapi tahunan! Akhirnya saya lobi untuk dua bulan ke depan. Alhamdulillah, ibunya setuju. Toh kami di sana juga cuma sampai tanggal 20 Agustus (sebelum tahun ajaran baru). 


Sang ibu hanya tinggal bersama suaminya. Mereka berdua ternyata atlet bangsa yang luar biasa. Atlet lempar lembing dan satunya saya lupa! Mereka berdua telah menyumbangkan banyak medali buat bangsa ini. Terbukti dengan banyaknya medali yang dipajang dan beragam foto mereka berdua di berbagai belahan dunia. Ah, saya kagum! Apalagi di usia senja mereka, masih menjadi ketua RT!


Kami diberi kebebasan menggunakan dapur (horeeee! Bisa masak!), kulkas, air, sofa, dll. Alhamdulillah, kosnya juga dekat masjid. Namanya masjid Ar-Rahim. Minimal kami bisa menggunakannya selama Ramadhan (meski sekali-kali kami pun ingin menjadikan Masjid Salman ITB sebagai tempat beraktivitas selama Ramadhan nanti). Setelah membayar DP, kami bermaksud balik ke Jakarta. Subhanallah, si ibu memberi kami sekotak black forest sebagai bekal perjalanan. Maklum, hari itu pas mau diadakan rapat RW di rumah beliau. Wah, kejatuhan durian runtuh nih! Setelah keluar dari rumah tersebut, ternyata kosnya juga dekat dengan jalan raya untuk naik angkot, dekat counter, fotocopy, laundry, rental. Sip deh!


Pukul 15:45 kami sampai di Kartika Sari depan stasiun Bandung. Saat itu kami juga mendapat kabar kalau Mbak Silvi cs juga sudah dapat kost. Sayang, mereka juga ada tawaran kos buat kami di saat kami sudah menemukan! Ya sudahlah... insya Allah, semoga masing-masing mendapatkan yang terbaik. Setelah beli oleh-oleh, saya dan Mbak Dy menuju foodcourt untuk membeli mie kocok! Hihi, krupuknya berwarna pink! Hanya 10 menit makannya. Pukul 16.10, kami jalan menuju stasiun. Alhamdulillah, sampai juga di dalam kereta. Bismillahi tawakaltu 'alallah... Akhirnya pukul 16.30 kereta Argo Parahyangan itu meninggalkan Bandung dan menuju Jakarta... 


Alhamdulillah... Petualangan hari ini sungguh luar biasa. Insya Allah, hari-hari ke depan masih banyak lagi petualangan yang harus kami jalani di kota Kembang ini. Hmm, semoga senantiasa diberi kemudahan dan full barokah dari Allah. Terlebih nanti tepat saat bulan Ramadhan. Biarlah semua yang kami alami menjadi pelajaran berharga dalam hidup. Menjadi bekal yang mendewasakan kami dan menjadi inspirasi yang mengingatkan kami sebagai kesyukuran atas segala nikmat-Nya. Yakin saja, di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Jangan berputus asa dari rahmat Allah dan yakin bahwa pertolongan Allah sangat dekat dan hadirnya kerap tak terduga. Semangat Sukses (S2)!!!

Jakarta, 120611
Aisya Avicenna

CATATAN AISYA [9] : BEHIND THE SCENE "EKSPEDISI AISYA : WARNA 3 RANAH (PART 3)"


Jumat, 9 April 2011. Pagi ini aku keluar kost pukul 05.30. Kalau dalam bahasa Jepang, namanya : “MRUPUT”. Hehe... Insya Allah, hari ini adalah hari pertama masuk kampus “LBQ Al-Utsmani” untuk belajar tahsin di level baru. Lokasi kampusnya di daerah Condet. Aku masuk jam 06.00 pagi. Alhamdulillah, sampai sana masih jam 06.00 kurang dikit. Aku langsung menuju lantai dua untuk melihat pengumuman. Penasaran, siapa ustadzah yang mengajarku di semester ini. Setelah aku baca pengumuman, senyumku mengembang, syukurku tak berbilang. Alhamdulillah, Allah masih ‘menjodohkan’ aku dengan Ustadzah Win. Dua semester terakhir aku belajar dengan beliau. Beliau adalah ‘extraordinary ustadzah’, tegas dan disiplin serta cukup inovatif dalam memberikan materi. Terima kasih ya Allah...


Pada semester ini, kelasku berjumlah 12 orang akhwat. Ada beberapa orang yang baru aku kenal. Alhamdulillah, tambah saudara lagi. Kami belajar dari pukul 06.00 sampai pukul 08.00. Biasanya aku minta izin pukul 07.30 setelah talaqi, tapi kali ini aku tidak izin karena setahuku pimpinan hari ini ada tugas dinas ke luar kota. Hehe, jadi berangkat siang! Subhanallah, pada semester kali ini ternyata jauuuuh lebih menantang dari semester sebelumnya. Pekan depan kami harus setoran 6 hadist! Glek, bismillah... semoga dimudahkan!

Pukul 08.00 aku berangkat ke kantor. Alhamdulillah, di Kopaja 502 aku dapat tempat duduk sehingga bisa membaca buku, meskipun di luar sana macet tengah melanda. Kali ini aku membaca “Agar Bidadari Cemburu Padamu”-nya Ustadz Salim A. Fillah. Aku membaca ini untuk kedua kalinya. Niatanku sih untuk merefresh kembali dan sebagai bahan bakar semangat perbaikan diri.

Pukul 09.00 aku baru sampai kantor. Siang banget ya! Tapi ternyata banyak juga yang baru datang. Maklum, macet! Hehe... Sampai di lantai 9, eh.. ternyata pimpinanku ada. Beliau tidak jadi berangkat ke Bali. Alhamdulillah, aman! Malah beliau mengizinkan aku dan seorang temanku untuk mengurus sesuatu di UI Depok (kisah ini akan aku ceritakan lain kali). Pukul 10.00, aku dan seorang temanku sebut saja namanya Lina, sudah berada di stasiun Gondangdia. Kami naik kereta Ekonomi AC jurusan Bogor. Langsung saja ya, setelah dari UI Depok, kami ke Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk menyerahkan sebuah berkas. Awalnya mau fotocopy dulu, tapi ternyata di Kominfo tidak ada akses fotocopy terdekat. Akhirnya kami berjalan menuju Kementerian Perhubungan. Alhamdulillah ada, meski kami harus berjalan memutar. Pukul 13.30, kami kembali ke Kementerian Perdagangan. Pegel juga kakinya. Kalau ditotal mungkin hari ini kami berjalan kali lebih dari 5 kilometer. Alhamdulillah, Allah masih memberikan nikmat sehat.

Sore harinya, pukul 17:15 aku berhasil mendapat izin untuk pulang kantor. Hmm, belum packing soalnya. Insya Allah besok mau berpetualang lagi dalam “Ekspedisi Aisya : Warna 3 Ranah (Part 3)”. Tiga ranah? Mana saja tuh? Pastinya Solo dan Wonogiri. Hmm, satunya lagi masih dirahasiakan. Insya Allah besok pagi juga akan tahu. Sesampainya di kost langsung sholat Maghrib. Masih ada jeda waktu sebelum Isya, akhirnya dimanfaatkan untuk makan malam. Setelah itu menyiapkan barang-barang yang akan dibawa esok harinya. Habis Isya’, aku memutuskan untuk tidur. Badan rasanya capek sekali karena ekspedisi seharian tadi. Setelah membaca doa sebelum tidur, aku menambahkan sebuah doa yang kalau tidak salah, redaksinya seperti ini. “Ya Allah, jika Engkau berkenan... Bangunkan aku dua jam dari sekarang. Aku ingin menyiapkan keperluan untuk besok dan setelah itu aku tidak ingin tidur lagi.”

Subhanallah, aku terbangun pukul 21.30 tanpa alarm! Padahal ketiga alarmku (dua HP dan satu jam weker) sudah aku setting. Tapi mereka bertiga berdering saat aku sudah bangun. Alhamdulillah... Terima kasih Ya Allah...Setelah itu, dapat telepon dari Ibuk juga yang mengabarkan kalau ada penampilan Briptu Norman di BUKAN EMPAT MATA. Hehe, ibukku juga mendadak jadi penggemarnya Briptu Norman. Chaiyaa.. Chaiyaa... Ehem! Teman-teman kost ternyata juga sudah berada di depan TV. Hehe, akhirnya kami berempat nonton aksi Briptu Norman. Sangat menghibur!

Seorang teman kostku saat itu juga tengah menanti kabar kakaknya yang akan melahirkan anaknya yang kedua. Saat kami nonton TV bareng itu, kakaknya baru pembukaan keenam. Jadi kami nonton TV sambil harap-harap cemas. Nah, setelah acara selesai, kami masuk kamar masing-masing. Selang berapa lama, temanku heboh. Ternyata kakaknya sudah melahirkan. Alhamdulillah, kami bisa mendengar suara tangis bayi yang baru lahir lewat telepon. Subhanallah.. lucunya... Semoga menjadi anak yang sholihah ya, Nak!

Sabtu, 9 April 2011. Pukul 00.00, saatnya menegakkan sholat malam. Luruh... Pukul 02.00 berencana tilawah dan rencananya lanjut membaca buku. Al-Qur’an sudah dibuka. Kantuk menyerang. Sempat berdoa, “Ya Allah aku tidak ingin ketiduran, tapi kalau ketiduran, semoga Engkau berkenan membangunkanku sebelum jam 03.00 pagi.” Benar saja, aku ketiduran sambil duduk bahkan sempat bermimpi. Tiba-tiba terbangun pukul 02.45. Masya Allah! Al-Qur’an-ku sudah berpindah posisi, tidak lagi di pangkuan. Tapi, subhanallah walhamdulillah.. Allah mengabulkan doaku. Aku bangun sebelum jam 03.00. Setelah beberapa saat membuka mata, ada telepon masuk. Ternyata dari TAXIKU. Sang operator berujar kalau taksi pesananku bernomor 628. Tapi berhubung aku masih belum 100 % sadar, aku pun lupa dengan nomor yang diberi tahu tadi. Hehe!

Setelah itu, aku bersiap. Hmm, kalau kayak gini aku teringat waktu mau ke Surabaya setahun yang lalu. Aku janjian dengan temanku yang juga memesan TAXIKU. Kami akan terbang pukul 06.00. Taksi akan menjemput dia pukul 03.00. Kemudian akan menjemput aku pukul 03.15. Aku ketiduran juga waktu itu. Bagaimana kisahku selanjutnya kala itu? Insya Allah ada tulisan sendiri untuk mengenang kisah tersebut. Lanjut ke ceritaku tadi. Pukul 03.00, aku turun ke lantai 1 kos untuk makan roti sambil duduk-duduk di kamar Nuri, sahabatku. Subhanallah, ternyata sahabatku itu mau mengantarku sampai ke tempat taksiku mangkal. Tak terduga! Aku mencoba menelepon nomor TAXIKU yang menghubungi tadi, tapi tidak tersambung. Akhirnya aku dan Nuri keluar kost pukul 03.25 menuju Jalan Kebon Nanas Selatan 1.

Setelah sampai di situ, ternyata tidak ada tanda-tanda ada taksi. Wealah... akhirnya, aku telepon ke TAXIKU Centre. Kata operatornya, taksi pesananku sudah menunggu di depan Alfamart di Jalan Otista II. Aku pun berpisah dengan Nuri setelah menemukan taksi tersebut. Ternyata bapak sopirnya sudah menunggu di situ sejak jam 03.00 tadi meski aku pesannya jam 03.30. Terima kasih ya, Pak!

Taksi melaju kencang waktu di jalan tol. Aku lirik speedometernya, 120 km/jam euy!!! Akhirnya kami sampai di bandara Soekarno-Hatta pukul 04.00. Kepagian, Neng! Biasanya kalau naik taksi dari kost ke bandara memakan waktu satu jam, lhah ini malah cuma setengah jam. Tak apalah, lebih baik menunggu lama di bandara daripada tergesa-gesa. Sampai di bandara, langsung check in. Setelah check in dan bayar boarding tax di tempat yang sama, aku masuk ke ruang tunggu. Ealah, baru ada aku dan seorang ibu yang ternyata juga dari Wonogiri. Petugas belum ada yang datang.Sepi sekal! ^^v

“Ibu pulang ke Wonogiri dalam rangka apa?” tanyaku pada seorang ibu yang duduk di samping kananku itu.

Beliau menjawab kalau ada saudaranya yang meninggal secara mendadak. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un... Awalnya aku mendengar kalau ada saudaranya yang “menikah”, bukan “meninggal”. Maklum, masih ngantuk! Akhirnya kami terlibat dalam obrolan seru.

“Sudah berkeluarga?” Ibu itu balik tanya.

Hadeeeeh, pertanyaan sentitip (pake “p”, buat penekanan!) Aku jawab, “Belum Bu... Kan saya masih imut,” guyonanku. Ibu itu pun terkekeh. Hehe...

Saat si ibu asyik telepon, aku pun mengeluarkan headset dan mendengarkan Q.S. Ar-Rahman dari ponselku.

Subuh menjelang, aku dan ibu itu turun ke lantai dasar untuk mengambil wudhu. Adzan belum berkumandang, aku tilawah dulu di mushola. Menamatkan Q.S. Ar-Ra’du dan mulai mengawali Q.S. Ibrahim. Paling suka waktu membaca Q.S. Ibrahim ayat 7. BERSYUKUR! BERSYUKUR!BERSYUKUR!!!

Tilawahku berhenti saat ada seorang bapak yang masuk. Aku perhatikan bapak itu, beliau melepas baju luarnya yang ternyata adalah ‘baju dinas’nya. Beliau mendobel bajunya. Beliau adalah seorang cleaning service di lantai 1 bandara ini. Setelah itu, beliau ambil wudhu kemudian menjadi imam dalam sholat subuh kali ini. Salut deh sama beliau. Beliau tetap sholat tepat waktu!

Setelah sholat, aku kembali ke ruang tunggu. Sekarang petugasnya sudah datang. Aku ke bagian boarding check untuk mendapatkan sticker tanda tempat duduk. Sticker bulat berwarna merah ia tempelkan di boarding pass-ku yang berarti aku duduk di sebelah depan. Pukul 05.30, kami masuk pesawat. Aku duduk di kursi 9 F, dekat dengan jendela. Sebelah kiriku kosong. Duh, senangnya! Sempat ngeh waktu melihat seorang artis yang wajahnya akhir-akhir ini menghias layar kaca setelah menikahi seorang peragawati asal Solo. Saiful Jamil. Dia duduk di belakangku sebelah kiri.

Pesawat lepas landas jam 06.00. Alhamdulillah... Saat-saat mau take off itulah menjadi saat yang sangat menegangkan. Doa menderas... Baru merasa plong saat pesawat sudah mengudara. Subhanallah, betapa Maha Kuasanya Allah yang menghamparkan permadani putih di langit. Awan yang kulihat pada penerbangan kali ini jauh lebih keren dibanding sebelumnya. Putih, bersih, indah nian! Di ketinggian 26.000 kaki itu, aku pun menikmatinya sambil membaca buku “Agar Bidadari Cemburu Padamu”-nya Salim A. Fillah. So inspiring!!!

Alhamdulillah, akhirnya pada pukul 07.05 kami mendarat di bandara Adi Sumarmo Solo. Welcome to Solo... Dan Ekspedisi Aisya dalam Warna 3 Ranah (Part 3) pun dimulai.... Bismillahirrahmanirrahim...

Wonogiri, 9 April 2011_17:26

Aisya Avicenna

writer@www.aisyaavicenna.com


Tulisan ini diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Daftar Tulisan