ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

BERPACU DENGAN SANG WAKTU




Hawan-kawan, pernah nggak  harus naik kendaraan semisal pesawat atau kereta, tapi karena suatu hal jadi mepet datang ke bandara atau stasiunnya? Panik banget dan takut ketinggalan pesawat atau kereta tersebut. benar-benar harus berpacu dengan waktu agar tetap tepat sampai di lokasi. Saya pernah waktu pergi ke Surabaya, 14 tahun silam.

Menjelang pukul 00.00 WIB, pada Selasa 27 Juli 2010, saya baru selesai packing untuk dinas ke Surabaya keesokan harinya. Baju-baju yang direncanakan cukup dipakai selama seminggu sudah masuk ke dalam koper yang saya pinjam dari kawan kos. Saya putuskan untuk tidur sejenak karena kantuk sudah akut menyerang. Alarm HP saya pasang pukul 02.00.

Pikir saya tidur 2 jam sudah cukup untuk meredam rasa kantuk ini. Selang berapa lama, HP begitu aktif bergetar. Hah? sekitar 23 panggilan dari Ibuk plus SMS yang isinya membangunkan saya! Ada juga 5 panggi;am dari Nita. Ternyata HP tertindih bantal, sehingga saya tidak mendengar deringannya. Saya melongok ke jam berwarna merah yang menempel di dinding kamar. Astaghfirullah, sudah pukul 03.30!

Padahal rencananya Nita akan menjemput saya dengan taksi pukul 03.15 dan saya sudah janjian dengan seorang tukang becak yang akan mengantarkan ke Otista Raya pukul 03.00.

Meski masih setengah mengantuk, saya SMS ibuk dan memberitahukan bahwa baru bangun dan tentunya memohon doa agar tidak terlambat ke bandara. Saat beranjak mau ke kamar mandi, badan terasa limbung. Sempoyongan!

Alhamdulillah akhirnya saya selesai siap-siap juga pada pukul 04.00. Harus segera ke bandara nih!. Nita SMS kalau dia sudah sampai bandara dan sudah menunggu di pintu masuk. Saya juga sudah minta maaf dan memberitahukan kalau tadi kebablasan tidurnya.

Saya segera keluar kos dengan menenteng koper yang lumayan besar itu. Tak lupa sebelumnya berdoa agar Allah memudahkan ekspedisi kali ini. Saya menuju pangkalan abang becak, berharap (sebut saja Pak Slamet) yang janjian dengan saya semalam masih mangkal. Wah, jalanan sepi, tapi harus tetap memberanikan diri. Pangkalan becak juga sepi. Saya ketuk-ketuk pintu rumah yang menurut saya sebagai lapak tidur mereka.

Terbukalah pintu rumah itu, dan keluarlah seorang bapak berwajah garang dan berbadan tinggi. Saya ceritakan maksud kedatanganku. Beliau bilang kalau Pak Slamet tidak di tempat. Akhirnya Pak Jauhari (nama Bapak itu) bersedia mengantar ke depan kampus STIS dengan becaknya. Sampai di depan STIS beliau juga membantu mencarikan taksi. Alhamdulillah, pertolongan Allah memang sangat dekat.

Taksi pun melaju menuju Bandara Soekarno Hatta. Penerbangan ke Surabaya pukul 06.00. Sampai di bandara, teman-teman tim verifikasi Jawa Timur sudah menunggu. Kami berenam, saya, Lina, Nita, Fikri, Daniel, dan Pak Rosyid.

Alhamdulillah, kedatangan saya ternyata belum terlalu terlambat dan akhirnya bisa check-in tepat waktu bahkan bisa foto-foto dulu sebelum berangkat. Subhanallah, hujan turun cukup deras sehingga pesawat kami delay sampai cuaca kembali kondusif.

Sekitar pukul 06.30, pesawat baru tinggal landas dari bandara Soekarno-Hatta Bandsra menuju Juanda, Surabaya. Masya Allah, sampai di atas bisa melihat kerajaan awan yang begitu indah. Karena penerbangannya sekitar 1,5 jam, saya putuskan untuk membaca buku tentang Ramadan. Ya, kala itu memang masa-masa menjelang Ramadan.

Sekitar pukul 07.30, alhamdulillah, kami mendarat dengan selamat di Bandara Juanda. Inilah pengalaman pertama saya menjejakkan kaki di ibu kota Provinsi Jawa Timur itu. Kami langsung dijemput oleh sopir yang kami sewa. Awalnya kami mau ke Dinas Perindag Surabaya dulu, tapi berhubung harus verifikasi ke Gresik, jadinya kami langsung meluncur ke Gresik. Kami mampir dulu ke sebuah warung prasmanan untuk sarapan.

Setelah itu, penjelajahan di Gresik dan Surabaya pun dimulai! Kami harus mengunjungi puluhan perusahaan pemilik sebuah izin perdagangan di kawasan Gresik dan Surabaya yang sudah didata. Kami harus melakukan verifikasi kelengkapan data pada setiap perusahaan tersebut. Berhubung kami ada 6 (enam) orang, tim dibagi menjadi 3 kelompok. Pokoknya seru.

Hari pertama kami menginap di hotel yang terletak di Gresik. Pada hari berikutnya, kami pindah hotel di pusat kota Surabaya. Ada banyak pengalaman seru waktu melakukan survei. Seperti ketika akhirnya saya bisa berkunjung ke salah satu pabrik semen dan sarung yang terkenal di Indonesia, tersesat saat mencari alamat, bahkan ada yang alamatnya palsu alias tidak sesuai.

Singkat cerita, setelah semua perusahaan disurvei dan dilakukan verifikasi, kami berkesempatan untuk menyeberang ke Pulau Madura. Alhamdulillah, akhirnya impian untuk melintas di jembatan Suramadu terwujud! Saya sangat excited kala melintasi jembatan sepanjang 5.438 meter yang membentang di atas Selat Madura itu.

Sampai di Madura, tak lupa kami membeli oleh-oleh dan cenderamata. Saya juga membeli batik khas Madura. Sayangnya belum berkesempatan menikmati kuliner khas Madura yakni bebek songkem dan sate Madura yang terkenal itu. Kami sempat menunaikan salat Magrib di salah satu masjid daerah Bangkalan.

Secara keseluruhan, kisah verifikasi ini cukup menyenangkan. Menjadi pengalaman berharga dalam hidup. Beruntung juga satu tim dengan orang-orang yang luar biasa. Lisa yang pemberani, Nita yang ceria, Fikri yang humoris, Pak Rosyid yang bijak. Apalagi bersama Daniel yang kreatif, karena kami memakai Handy Talky (HT) selama menjalankan misi. Mantap!

Hari Jumatnya, menjadi hari terakhir kami di Surabaya. Nah, ada kisah yang paling menggelitik dan seru. Pukul 15.00 adalah jadwal kereta saya ke Solo. Sementara teman-teman balik ke Jakarta, saya memutuskan untuk pulang ke Wonogiri dengan transit dulu di Solo. Pukul 14.00 kami baru selesai makan dan segera menuju stasiun. Tak disangka ternyata macetnya luar biasa. Pukul 14.45, kami masih harus melewati dua tikungan jalan sebelum sampai di stasiun.





Akhirnya Daniel berinisiatif untuk mengajak saya berlari saja ke stasiun. Waktu terus berjalan. Daniel segera keluar dari mobil dan mengambil koper saya di bagasi. Dia memanggul koper saya yang luar biasa beratnya itu dan berlari menuju stasiun. Saya pun berlari mengikutinya.

Bayangkan, sahabat. Saat macet, ada 2 orang berlarian menuju stasiun, yang satu memanggul koper dan yang satunya mengejar di belakang sambil ngos-ngosan. Waduh, Daniel larinya cepat sekali. Sampai di tikungan pertama rasanya saya sudah tidak sanggup mengejarnya.

Saya berhenti saja, untungnya sudah tidak begitu macet. Mobil tumpangan saya datang, Lisa membukakan pintu, saya bergegas masuk dan kami segera meluncur ke stasiun. Kami masih sempat berkomunikasi via HT dengan Daniel.

Tet! Sudah pukul 15.00. Setelah sampai di stasiun, kami segera menghambur keluar mobil dan berlari menuju pintu masuk. Wow, banyak orang yang turut menyemangati kami. Daniel sudah sampai dan meletakkan koper saya di pintu masuk. Kami pun berpisah di situ. Setelah menunjukkan tiket, saya masuk.

Wah, sudah ada pengumuman kereta akan segera diberangkatkan. Masya Allah, koper saya berat sekali. Kalau ditarikpun akan memakan waktu lama. Akhirnya saya meminta tolong pada seorang petugas cleaning service untuk membawakan koper tersebut. Tepat saat koper diletakkan oleh bapak cleaning service itu ke dalam gerbong dan saya berhasil masuk ke gerbong sebelum pintu ditutup, kereta pun berjalan. Sampai-sampai saya tak sempat memberi imbalan pada beliau karena telah membawakan koper tadi karena dia hanya meletakkannya kemudian bergegas pergi.

Semoga Allah membalas kebaikan beliau dengan balasan yang berlipat ganda. Terima kasih, Bapak yang baik hati.

Sampai di tempat duduk, saya bernapas lega dan menangis haru dalam kedalaman syukur. Sungguh pengalaman yang sangat berharga.

Ada banyak hal tak terduga dalam perjalanan saya di Surabaya. Ada banyak sosok baik yang Allah kirimkan untuk menemani dan menjadi solusi. Salah satu pelajaran terbaik adalah tentang hakikat waktu yang pastinya akan terus berjalan, tanpa bisa kita tahan.

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna