ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

MELIHAT LAHAT [2]: BUMI SEGANTI SETUNGGUAN

 



Melanjutkan cerita sebelumnya tentang Kabupaten Lahat, tempat tinggal saya sekarang yang juga merupakan kota kelahiran suami tercinta. Tulisan kali ini saya ingin sedikit mengupas tentang sejarah Kabupaten Lahat.

Kabupaten yang beribukota di Kecamatan Lahat ini merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Lahat berbatasan langsung dengan Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Musi Rawas di sebelah utara. Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Pagar Alam, Muara Enim, dan Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Muara Enim, serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Empat Lawang.

Kabupaten Lahat sebelumnya terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan induk yaitu Lahat, Kikim, Kota Agung, Jarai, Tanjung Sakti, Pulau Pinang, dan Merapi. Namun, setelah terjadi pemekaran, jumlah kecamatan di Kabupaten Lahat bertambah menjadi 24 kecamatan. Apa saja itu? Kapan-kapan kita bahas ya! Banyak yang unik namanya.

Kabupaten yang dikenal dengan sebutan Bumi Seganti Setungguan ini terdiri dari 24 kecamatan, 17 kelurahan, dan 360 desa dan memiliki luas 4.361,33 km persegi.

Sejarah Kabupaten Lahat

Pada masa kesultanan Palembang sekitar tahun 1830 di Kabupaten Lahat telah ada marga. Marga-marga ini terbentuk dari suku-suku yang ada pada waktu itu seperti Lematang, Besemah, Lintang, Gumai, Tebing Tinggi, dan Kikim. Marga merupakan pemerintahan bagi suku-suku. Marga tersebut menjadi cikal bakal adanya pemerintah di Kabupaten Lahat.

Saat Inggris berkuasa di Indonesia, marga tetap ada. Pada masa kekuasaan Belanda sesuai dengan kepentingannya pada waktu itu, pemerintahan di Kabupaten Lahat dibagi dalam afdelling (keresidenan) dan onder afdelling (kewedanan). Dari total 7 (tujuh) afdelling yang terdapat di Provinsi Sumatera Selatan, di Kabupaten Lahat terdapat 2 (dua) afdelling yaitu afdelling Tebing Tinggi dengan 5 (lima) daerah onder afdelling, dan afdelling Lematang Ulu, Lematang Ilir, Kikim serta Besemah dengan 4 onder afdelling.

Bukit Jempol, icon Kabupaten Lahat (dok.pribadi)


Dengan kata lain, di Kabupaten Lahat terdapat 2 (dua) keresidenan waktu itu. Pada tanggal 20 Mei 1869 afdelling Lematang Ulu, Lematang Ilir, serta Besemah beribu kota di Lahat dipimpin oleh PP Ducloux, dan posisi marga sebagai bagian dari afdelling. Tanggal 20 Mei akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Lahat sesuai dengan Keputusan Gebernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan No. 008/SK/1998 tanggal 6 Januari 1988.

Afdelling yang dibentuk oleh Pemerintah Belanda diubah namanya menjadi sidokan bersama dengan masuknya tentara Jepang tahun 1942. Sidokan ini dipimpin oleh orang pribumi atas penunjukan pemerintah militer Jepang dengan nama Gunco dan Fuku Gunco.

Kekalahan Jepang atas tentara sekutu pada 14 Agustus 1945 dan bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, maka Kabupaten Lahat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1948, Keppres No. 141 Tahun 1950, PP Pengganti UU No. 3 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950.

Kabupaten Lahat dipimpin oleh R. Sukarta Marta Atmajaya, kemudian diganti oleh Surya Winata dan Amaludin dan dengan PP No. 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dalam Tingkat I provinsi Sumatera Selatan, sehingga Kabupaten Lahat resmi sebagai Daerah Tingkat II hingga sekarang, dan diperkuat dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004 menjadi Kabupaten Lahat.

Sejarah terbentuknya Kabupaten Lahat yang dilansir situs resmi Pemkab Lahat, dilatarbelakangi kehadiran Hindia Belanda di Sumatera Selatan, tepatnya pada tahun 1823. Saat itu, Belanda mencoba mengambil alih kekuasaan Kesultanan Palembang yang dipimpin oleh Sultan Mahmud Badaruddin II. Kekuasaan Belanda semakin menyebar ketika Sultan Palembang diasingkan ke Ternate.

Pemerintahan Belanda mulai menyusuri wilayah Sumatera Selatan hingga ke bagian barat pada tahun 1825. Wilayah ini menjadi pusat kehidupan Kabupaten Lahat. Pemerintah Belanda semakin gencar menjalankan aksinya.

Mereka kemudian membuat strategi untuk menguasai Sumatera Selatan dengan membentuk Pemerintah Tingkat Keresidenan Palembang. Kepemimpinan jatuh ke tangan seorang residen dengan pusat ibu kota di Palembang.

Kejayaan Belanda tersebut tidak sepenuhnya diterima masyarakat Lahat. Pada masa itu, daerah yang menjadi kekuasaan Belanda mendapat perlawanan hebat dari warga asli yang tidak mau dijajah. Mereka lantas melakukan peperangan.


Peristiwa tersebut dikenal sebagai perang Benteng Jati, Benteng Muntar Alam, dan Benteng Tebat Serut. Alhasil, Belanda menerima perlawanan dari masyarakat Lahat dan berhasil menduduki semua benteng. Otomatis masyarakat mengalami kekalahan.

Namun, hikmah dari adanya peperangan itu lahirlah persatuan antara masyarakat Lahat yang mengalami kekalahan khususnya saat Perang Benteng Jati. Kesepakatan terjadi dari masing-masing pemimpin suku untuk mempertahankan persatuan daerah.

Adanya kesepakatan tersebutmenjadi dasar dibentuknya Hari Jadi Daerah Tingkat II Kabupaten Lahat pada 20 Mei 1869 sehingga tiap 20 Mei diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Lahat.

Semboyan Unik

Suatu daerah biasanya memiliki semboyan unik yang mengusung semangat dari daerah tersebut. Seganti Setungguan merupakan semboyan kabupaten Lahat yang berarti persatuan dan kesatuan yang kokoh, gotong-royong, setia kawan, berpendirian teguh, dan bertanggung jawab. Dalam banget ya maknanya. Saya pribadi awalnya kurang paham juga maksudnya, tapi ternyata di beberapa kabupaten di Sumsel masing-masing memiliki semboyan unik.

Kalau Lahat memiliki semboyan Seganti Setungguan, Kabupaten Muara Enim memiliki semboyan Serasan Sekundang, semboyan  Sedulang Setudung di Kabupaten Banyuasin, Saling Keruani Sangi Kerawati di Kabupaten Empat Lawang, Serasan Sekate di Kabupaten Musi Banyuasin, Beselang Serundingan di Kabupaten Musi Rawas Utara, Caram Seguguk di Kabupaten Ogan Ilir Bende Seguguk, Seguguk Serasan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sebimbing Sekundang di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Serasan Seandanan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sebiduk Sehaluan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Serepat Serasan di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sebiduk Semare di Kota Lubuklinggau, Besemah Kota Perjuangan di Kota Pagar Alam, Palembang Djaja (EYD: Palembang Jaya) di Kota Palembang, dan Prabumulih Jaya, Seinggok Sepemunyian di Kota Prabumulih.

Kalau di daerahmu semboyannya apa ini?

 

Referensi:

lahatkab.go.id

https://www.detik.com/sumbagsel/budaya/d-7044699/asal-usul-lahat-terbentuk-setelah-kekalahan-saat-lawan-belanda.

Salam Motivatrip,

Etika Aisya Avicenna

TAAT DAN CINTA

 


Alhamdulillah, bilangan tahun telah berganti. Tentu yang penting diingat bukan euforia yang tercipta, tapi hakikat waktu yang terus berjalan tanpa bisa ditahan. Pastinya yang harus terpatri dalam diri adalah tentang hidup di dunia yang jatahnya kian berkurang tiap detiknya.

IDN MEDIA UMUMKAN PEMENANG PAHLAWAN IDN


“Kita tunjukkan bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka,” seruan Bung Tomo yang mengobarkan para pejuang ini menjadi cerita sejarah yang selalu diperingati setiap 10 November. 

KEHIDUPAN IBARAT BUKU

 



Kehidupan kita ibarat sebuah buku. 
Sampul depan adalah tanggal lahir, sampul belakang tanggal kematian. 
Tiap lembarnya adalah hari-hari dalam hidup kita. Ada buku yang tebal, ada buku yang tipis.
Hebatnya, seburuk apapun coretan di halaman sebelumnya, selalu tersedia halaman selanjutnya yang bersih, baru, dan tiada cacat.
Seburuk apapun hari kemarin, Allah selalu menyediakan hari baru yang bisa kita manfaatkan untuk memperbaiki kesalahan yang telah lalu dan memberi kesempatan untuk merangkai kisah yang lebih indah .
Semoga Allah meridhoi setiap langkah kita... aamiin...

-Etika Aisya Avicenna

RINTANGAN


Setiap saat kita akan berjibaku dengan aneka rintangan. 
Apalagi ketika mau melakukan sesuatu yang baik. 
Ada saja yang menghalangi, nyinyir, atau bahkan mematahkan semangat.
Tetap teguh dengan pendirian, abaikan kata-kata yang melemahkan, mintakan Allah kekuatan.
Lakukan saja hal baik, hanya Allah kok sebaik-baik pemberi nilai.

 

LIMA WAKTU TERBAIK UNTUK BERSEDEKAH

 



Sejatinya, Islam adalah agama yang sangat efektif, efisien, dan juga sangat komprehensif. Umat Islam akan selalu diberikan berbagai peluang terbaik untuk dapat mendapatkan pahala yang optimal dari Allah SWT. Ayat-ayat Alquran serta ribuan hadits shahih seolah memaksa umat Islam untuk dapat berstrategi dalam beribadah dengan tujuan meraih pahala maksimal dari Allah SWT.

Begitu juga dengan salah satu amalan ibadah yang dilakukan oleh seorang Muslim sejati, yaitu bersedekah. Ada 5 waktu terbaik yang kalau kita dapati waktu berikut ini, maka perbanyaklah sedekah. Di samping ada hadits khusus, juga waktu yang ada secara umum adalah waktu terbaik beramal shalih secara mutlak.

1. Saat masa krisis, bencana dan kebutuhan hidup melilit (QS. Al-Balad : 11-14)

2. Saat peristiwa yang menakutkan seperti saat terjadi gerhana matahari atau saat peperangan (HR. Bukhari no. 1044 dan Muslim no. 901)

3. Sepuluh hari pertama Dzulhijjah (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968)

4. Bulan Ramadhan (HR. Bukhari no. 1902 dan Muslim no. 2308)

5. Hari Jumat (HR. Muslim no. 2912)

Semoga Allah Subhanahu Wata'ala senantiasa menjadikan kita manusia yang beruntung & bermanfaat dunia akhirat, serta diberikan rizki melimpah yang barokah dan terijabah seluruh hajat yang kita impikan selama ini. Aamiin 

CINTA DAN CITA-CITA


Rangkailah hidup menjadi cerita tentang cinta dan cita-cita.

CINTA!
Ya, tentang cinta pada Sang Pencipta dan semua yang mencinta dan dicintai-Nya!

CITA-CITA!

Ya, tentang cita-cita yang bukan sekadar kata, tapi visi dan aksi nyata! 

PAK MIN

 


Setiap bertemu orang Jawa, saya selalu bertanya, "Jawanya mana Pak/Bu?" Saya akan sangat bahagia kalau ternyata yang saya tanyai itu berasal dari Wonogiri, kota kelahiran tercinta.

Demikian halnya kemarin, saat pulang makan siang di luar kantor, saya dan teman-teman naik taksi biru. Saya duduk di bangku depan samping sopir. Saya baca nama sang sopir, wah namanya ****min. Dari Jawa nih. Langsung deh saya buka percakapan. Senangnya, beliau dari Wonogiri.

Saya pun 'ngepoin' beliau. Konon, beliau sudah merantau ke Jakarta sejak tahun 1989 (saat saya masih bayi dong 😎), kemudian bekerja di sebuah perusahaan. Sayang, krisis 1998 membuatnya di PHK. Tahun 1999 Pak Min mencoba cari nafkah dengan jadi sopir taksi. Alhamdulillah bertahan sampai sekarang. 

"Mengapa memilih jadi sopir dan tidak berjualan, Pak? Kan banyak orang Wonogiri yang jualan bakso." "Iya, Mbak. Saudara saya sudah banyak yang jualan bakso. Saya mau profesi yang berbeda." Pak Min punya dua orang anak. Putri sulungnya baru semester awal di IPB dan yang kedua baru SMP.

Saat sudah masuk pelataran kantor saya, Pak Min menutup obrolan kami. "Zaman sekarang memang makin susah, Mbak. Tapi kita harus bersyukur. Sing penting ngeroso cukup. Insya Allah mboten bakal susah." Ah, makclessss.. Terima kasih atas inspirasinya Pak Min.
#WonogiriSukses 😍

BUKU


Saya dan suami adalah penyuka buku, kalau meminjam istilah bunda Helvy, kami adalah “predator buku”. Saat ini suami lagi suka membaca buku-buku berbau politik, komunikasi, dan komunikasi politik karena doi akan menyusun tesis. Kami sering berdiskusi kecil tentang buku-buku yang kami baca.

Membaca buku itu seperti aku bersamamu, sangat menyenangkan!

SI BIRU DAN SI MERAH

 


Pernah saya bercerita kalau saya memiliki dream book. Nah, impian nomor dua ✌🏻 yang saya tulis di dalamnya adalah kriteria calon suami saya. Saya menulisnya cukup detail. Selain sosok ikhwan yang saleh, seorang motivator, dan berjiwa pemimpin, saya pun menginginkan seorang suami yang menyukai warna biru. Mengapa? Karena sepengetahuan saya, karakter biru itu kalem, teduh, berwibawa, menenangkan, dan bisa menjadi penyejuk (AC kali yak! 😆). 
.
Lantas, mengapa harus lelaki penyuka warna biru? Karena saya adalah si MERAH. Selain penyuka warna merah, saya pun berkarakter seperti warna merah. Penuh semangat, berapi-api, berani, risk taker, cenderung emosional, keras kepala, dll. Yaaa.. Karakter warna merah lah. Hihi.. Makanya waktu itu saya mendambakan seorang pendamping hidup yang bisa menjadi penyeimbang bagi saya yang 'merah' ini. 
.
Alhamdulillah, Allah mewujudkan impian saya. Allah takdirkan saya menikah dengan laki-laki penyuka biru yang sangat lembut hatinya. Ketika pernikahan kami sudah berbilang tahun, dia bahkan sempat berujar "Didi, kita hampir tidak pernah bertengkar ya?" Saya pun menjawab, "Iya ya.. Alhamdulillah... Kan Kaka biru dan Didi merah. Memang sih, Didi yang suka ngambek ke Kaka tapi kan ngambeknya nggak lama.. Karena Kaka selalu bisa bikin hati Didi luluh.. Dasar si Biru!"

Yap, memang sih si Merah ini bukanlah istri yang sempurna, dan si Biru juga bukan suami yang sempurna. Tapi si Biru dan si Merah insya Allah akan selalu berjanji untuk saling melengkapi dan menyempurnakan. 

Semoga kami tak hanya menjadi pendamping di dunia, tapi juga sepasang kekasih di surga-Nya kelak. Aamiin. 

STASIUN GONDANGDIA

 


Sejak pindah ke Depok tahun 2016, saya resmi menjadi anggota ROKER (Rombongan Kereta). Tiap pagi saya naik KRL dari Stasiun Pondok Cina (Pocin), Depok dan turun di Stasiun Gondangdia. Stasiun Gondangdia lokasinya tidak jauh dari kantor. Saat sudah pindah ke Bogor ini, saya naik dari Stasiun Bogor dan tetap turun di Stasiun Gondangdia. 

Oh iya, ada hal yang menarik yang dari 2016 lalu tidak berubah sampai sekarang. Pemandangan yang selalu membuat saya trenyuh dan takjub, tapi melahirkan syukur dan semangat ketika akan keluar dari Stasiun Gondangdia.

Apakah gerangan?
Mereka adalah para pejuang keluarga. Seorang bapak penjual koran yang tuna netra dan seorang bapak penjual pisang yang kakinya cacat yang berjualan dekat gerbang pintu keluar bagian utara di stasiun Gondangdia. Saya sering bertransaksi dengan kedua bapak ini. Saya kagum dengan bapak penjual koran. Beliau selalu tepat memberikan nama koran yang saya beli padahal ada setumpuk koran beda nama yang dia bawa. Saya juga salut dengan bapak penjual pisang. Meski hanya bertopang pada satu kaki dan kadang di bantu kruk dari kayu, tapi beliau selalu bersemangat menawarkan barang dagangannya. Saya banyak belajar dari mereka yang mungkin secara lahiriah dipandang tak sempurna secara fisik tapi selalu semangat dalam menyempurnakan ikhtiar mencari rezeki. Terima kasih, para inspirator... Kalau sahabat -yang fisiknya lebih sempurna-, lalu merasa malas bekerja atau ada yang ogah-ogahan mencari nafkah, mungkin bisa datang ke Stasiun Gondangdia. Mengambil inspirasi sebanyak-banyaknya dari mereka. 
.

IMPIAN KE-71

 


Sejak kuliah S1 tahun 2005 lalu, saya mempunyai sebuah catatan-catatan impian yang kemudian saya salin ke dalam sebuah buku (dream book). Kemudian pada tahun 2009, saat mengikuti seminar enterpreneur dengan mentor Bapak Heppy Trenggono di UNDIP Semarang, kami ditantang membuat Dream Board. Impian-impian yang dituliskan harus divisualisasikan dalam bentuk gambar kemudian ditempel di selembar kertas besar.

Seminar itu sangat berpengaruh dalam kehidupan saya. Impian-impian yang saya tuliskan membuat hidup saya lebih bersemangat. Mereka sangat memotivasi saya.

Salah satu impian yang saya tulis adalah "Foto di Jembatan Ampera Palembang". Impian itu tertulis dalam daftar ke-71. Saya menuliskannya pada tahun 2009. Alhamdulillah, Allah mewujudkannya dengan cara tak terduga. 

Tanggal 20 November 2011 saya dan saudari kembar saya diundang mengisi seminar nasional kemuslimahan di Universitas Andalas, Padang. Pada saat bersamaan saya launching buku "The Secret of Shalihah". Dan waktu itu ada pesanan distributor Palembang sebanyak 40 buku. Dengan sedikit nekat, saya dan saudari kembar saya menuju Palembang dengan naik bus dari Padang padahal jaraknya sangat jauh. 

Alhamdulillah, impian ke-71 saya akhirnya terwujud. Saya bisa menjejakkan kaki di Bumi Sriwijaya, foto di Jembatan Ampera sambil menikmati sungai Musi kala senja. Bahkan sejak itu, saya jadi sering ke Palembang karena menikah dengan pemuda dari Lahat, Sumsel. Bonus dari Allah 😍. 

Nah, apa impian Sahabat yang terwujud dengan indah bahkan Allah kasih bonus lebih? Gantian cerita yok! 

OLAH RAGA SUNNAH

 


Beberapa hari lalu suami jajan satu set lengkap peralatan panah di toko online. Alhamdulillah, lagi diskon, sudah dapat lengkap dan kualitasnya oke punya. Memiliki alat panah lengkap ini sebenarnya sudah kami rencanakan sejak lama, tapi baru bisa jajan sekarang karena rumah di Bogor ada halaman yang bisa dimanfaatkan untuk latihan memanah. Kata kami, sebagai hadiah milad juga untuk kami berdua. Dari kami untuk kami -eh, semua juga boleh nyobain ding. 

Pagi tadi, setelah hujan reda dan saya tuntas mencuci semua perabot dapur -seriusan, semuanya dicuci sampai rak dan almarinya. Heheu, karena baru pindahan jadi semuanya harus bersih-, kami mulai latihan perdana panahan. Sebenarnya saya sudah pernah belajar memanah di Eco Pesantren Daarut Tauhid Bandung milik Aa' Gym tahun 2015 silam, jadi sudah 3 tahun nggak pegang busur. Agak-agak canggung di awal. Meski pada akhirnya berhasil membidik sasaran dengan tepat di warna kuning. Baru 4 kali melepaskan anak panah sudah berkeringat. Benar-benar olahraga 😁.

Memanah adalah salah satu olahraga sunnah. Rasulullah Saw. bersabda, "Kamu harus belajar memanah karena memanah itu sebaik-baik permainanmu," (HR. Al-Bazzar dan Thabrani dengan sanad yang baik). Hikmah dari belajar memanah adalah kita bisa berlatih fokus dan belajar memanajemen emosi. Selain itu tentu untuk melatih kekuatan fisik kita terutama otot tangan. 

Insya Allah banyak manfaat dari olahraga sunnah yang satu ini. Rasulullah Saw. juga pernah bersabda, "Segala sesuatu yang di dalamnya tidak ada zikir kepada Allah merupakan kelalaian dan perbuatan sia-sia, kecuali empat hal, yaitu bercanda dengan keluarga, belajar memanah, belajar berenang, dan belajar berkuda." (HR. An-Nasa'i) . 

Semangat belajar memanah! 

MENIKMATI INDAHNYA HIDUP


Beberapa hari lalu saya rapat di Hotel Salak Tower, Bogor. Ruangnya terletak di lantai paling atas, lantai 21. Ternyata di ruangan itu ada pintu yang bisa menuju rooftop. Sebelum rapat dimulai, saya menuju rooftop itu. Masyaa Allah, indahnya pemandangan kota Bogor dilihat dari lantai 21. Tampak satu lokasi yang sangat rimbun dibanding lainnya, didominasi hijau daun. Tentu saja itu Kebun Raya Bogor. Udara pagi itu juga sangat sejuk meski sang bagaskara sudah melemparkan senyum manisnya. 

Saat berada dalam suasana seperti itu, asyiknya memang merenung atau berkontemplasi sembari menikmati keindahan ciptaan-Nya. 

Teringat sebuah nasihat berharga dari Imam Hasan Al-Bashri, "Apabila engkau melihat ada orang yang mengunggulimu dalam urusan dunia (lebih kaya, lebih populer, lebih tinggi jabatannya, atau lebih keren penampilannya), maka unggulilah dia dalam urusan akhirat (lebih mantap dan hebat dalam ketaatan kepada Allah Ta'ala)." 

Lebih asyik terus berusaha menjadi lebih dari diri sebelumnya, daripada ambisi untuk selalu menjadi lebih dari orang lain.
Kita memang tidak tahu sisa usia tinggal berapa lama lagi, tapi kita HARUS TAHU untuk apa sisa usia itu dimanfaatkan.
Semoga senantiasa di jalan kebaikan. 

Kalau afirmasi positif ala-ala motivator saya (baca : suami tercinta 😍), "Everyday in every way, i'm getting better and better"

Maka, mari kita berlomba dalam kebaikan. Lakukan amal-amal terbaik sesuai kemampuan kita untuk melakukannya. Sebab, tiada yang akan bisa mengangkat derajat kita di sisi-Nya selain amal saleh yang ikhlas lagi istiqamah. . 💌

Each new day is a blank page in the diary of our life.. Wishing you happiness today, tomorrow, and always... ♡♡♡ Selamat beristirahat dan jangan lupa saling mendoakan ya, Sahabat 😊

Have a barokah day ^____^
Selamat #MenikmatiIndahnyaHidup 

HARAP TENANG DAN JANGAN BERISIK

 


Semalam pasti banyak yang berada di depan TV untuk menyaksikan debat perdana Capres dan Cawapres. Pun demikian dengan saya dan suami. Saking antusiasnya, sampai suami membeli dua kotak martabak untuk camilan. Satu kotak martabak telor dan satu kotak martabak cokelat kacang. Nyummy 😍. Debat direncanakan akan dimulai pukul 20.00. Sambil menunggu, saya duduk di sofa sambil membaca. Suami duduk di lantai dekat sofa. Beberapa waktu kemudian, ternyata kami ketiduran 🤣. Sekitar jam 21.00 baru terbangun untuk pindah tempat ke karpet depan TV dan sempat menyaksikan debat. Sambil ngemil martabak tentunya. 

Setelah menyaksikan debat fullnya di Youtube pagi tadi saat perjalanan di KRL dari stasiun Bogor sampai stasiun Gondangdia, saya teringat sebuah pepatah Jawa "Ajining dhiri dumunung ana ing lathi", yang artinya nilai/kualitas diri (kepribadian seseorang) tergantung dari ucapannya. Lantas membatin, dari debat capres-cawapres semalam tentunya masyarakat makin bisa menilai siapa yang nantinya akan dipilih sebagai pemimpin negeri ini di tanggal 17 April 2019 nanti. 

Sempat terlintas dalam pikiran saya, berapa ya nilai diri seseorang dilihat dari perkataannya, ketika apa yang dia katakan adalah dari hasil mencontek dan mungkin berasal dari buah pikiran orang lain?
Hehe... Saya kira semua sudah cukup cerdas untuk menilai. Itu tadi hanya sekelebat lintasan pikiran saya dalam perjalanan pagi tadi. 

Dalam memilih -tanpa intervensi-, tentunya dibutuhkan ketenangan hati dan kejernihan berpikir. Tidak sekadar ikut-ikutan. Dalam menyatakan keberpihakan juga harus cerdas, jangan sampai melahirkan kata-kata pedas yang tak beretika. Saling kritik boleh, tapi dengan santun. Jangan berisik! 

Jujur, saya ingin segera tanggal 17 April 2019. Bukan karena pilpres dan pileg saja, tapi juga ingin cuti sepekan dan mudik. Hehe.. Oh iya, kira-kira saya akan memilih paslon 01 atau 02 ya? - Hmm... Maaf, saya tidak akan memberikan kisi-kisinya! 😂

#latepost

PESAN TERAKHIR


 

Oktober 2018

"Na, kayaknya aku masih ada utang 50.000 rupiah deh sama almarhumah Wiwid waktu OSIS dulu. Rasanya masih ngganjel gitu, agak lupa sih sudah kubayar apa belum. Tapi biar aku tenang, tolong bayarin ke keluarganya ya, Na. Kan rumahmu deket," pesan singkat Anto lewat WhatsApp yang kuterima pagi tadi. Anto adalah ketua OSIS saat kami masih SMA dulu. Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya kami tersambung kembali beberapa hari lalu. Anto sekarang sudah di Semarang, telah menikah dan punya anak perempuan yang lucu. . .

Siang harinya, sepulang dari mengajar, aku sempatkan ke rumah almarhumah Wiwid untuk mengantarkan uang Rp 50.000,- sebagai amanah dari Anto. Alhamdulillah, langsung diterima ibundanya Wiwid. Lega deh rasanya, langsung aku kabarkan ke Anto kalau amanahnya sudah kutunaikan. . "Makasih, Na. Aku dah tenang sekarang," jawab Anto singkat sebagai tanggapan atas laporanku. .

16 Januari 2019.
Beranda instagramku penuh dengan postingan #10yearschallenge. Ada postingan Anto juga yang menyandingkan fotonya di tahun 2009 dan 2019. Dia berkelakar kalau tidak ada perubahan signifikan. Aku komen juga di postingannya, "Wah, tambah makmur nih.." .

17 Januari 2019.

Sekitar jam 12.00 siang, saat jam istirahat mengajar, aku buka pesan WhatsApp. Aku terduduk lemas di meja kerjaku saat membaca rentetan ucapan bela sungkawa di grup alumni OSIS. Aku syok membaca kabar bahwa Anto meninggal jam 10.00 pagi tadi. Dia kena serangan jantung saat sedang ikut pelatihan di Malang. .
Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Berita kematian di siang itu seolah semakin menyadarkanku bahwa hadirnya kematian itu sebuah kepastian. Kita tinggal menunggu giliran untuk dipanggil pulang. .
Selamat jalan, Anto. Insya Allah, husnul khatimah karena engkau berpulang di saat mencari nafkah.. .
NB : cerita ini terinspirasi dari kisah nyata. .

SETELAH 10 TAHUN




Tahun 2009 saya masih menjadi mahasiswi tingkat akhir di Matematika FMIPA UNS. Saya juga masih aktif di BEM UNS. Foto 2009 ini saat ikut aksi di Gladag, Solo dengan jas almamater kebanggaan. Tahun 2009 akhir saya diterima CPNS di Kemendag Jakarta. Hijrahlah saya. 

Sejak merantau ke Jakarta, berbagai impian saya terwujud. Saya mulai menjelajah berbagai tempat di Indonesia, mendapat beasiswa S2 di ITB, menikah dengan laki-laki yang kriterianya sama persis dengan yang saya tuliskan di dream book, menulis beberapa buku (sampai 2019 ini sudah ada 16 buku baik solo, duet, dan antologi), mengisi beberapa training/seminar, umroh di bulan Ramadhan tahun 2017, punya bisnis Supertwin Shop tahun 2014, dll. Banyak momentum istimewa selama 10 tahun ini. Tapi saya juga masih seperti tahun 2009, masih suka aksi turun ke jalan, berorganisasi, dan belajar berbagai hal. 

Kalau dari segi fisik.. Heuheu.. Salah satu beda antara tahun 2009 dan 2019 adalah berat badan di tahun 2009 masih kurang dari 40 kg, sedangkan 2019 sudah lebih dari 45 kg. Mungkin efek setelah menikah jadi lebih doyan makan. 

Namun, terlepas dari banyaknya capaian ataupun perubahan selama 10 tahun ini, semoga menjadi momentum untuk terus bersyukur atas segala nikmat-Nya yang mustahil bisa dikalkulasikan. Detik waktu yang terus berjalan, semoga menjadi detik yang dimanfaatkan untuk hijrah menjadi lebih baik, menjadi momentum terus mendekati-Nya karena sejatinya dari 2009 hingga 2019 itu jatah hidup kita juga sudah berkurang 10 tahun. Entah sampai kapan lagi kita bisa melihat indahnya dunia ini, hanya Allah saja yang Maha Mengetahui. 

KAOS KAKI CINTA


Sore ini Sarah belanja sepatu di sebuah toko. Tak lupa dia beli kaos kaki beberapa pasang. Sejak berhijab sebulan lalu dan sedang belajar untuk hijrah ke arah yang lebih baik, Sarah mulai belajar mengenakan busana muslimah syar'i. Apalagi saat pekan kemarin ada kajian yang membahas aurat muslimah. Sarah tergugah untuk mulai memakai kaos kaki saat beraktivitas di luar rumah.  💙

Keluar dari toko tersebut, ada anak perempuan yang mendekatinya menawarkan tisu. Sarah membeli sebungkus. Saat hendak mengambil uang di dompet, perhatian Sarah tertuju pada kaki anak itu. Dia mengenakan sandal jepit tapi berkaos kaki. Dugaan Sarah kaos kaki itu sebelumnya berwarna putih. Akan tetapi sekarang sudah berubah warna menjadi kecoklatan. Ditambah ada beberapa lubang di kaos kaki tersebut. 💙

"Dek, ini kakak ada kaos kaki lebih. Buat kamu satu ya!" kata Sarah sambil menyodorkan sepasang kaos kaki berwarna biru muda kepada anak perempuan berjilbab merah itu. 

"Wah, terima kasih Kak. Saya sudah punya kaos kaki ini. Saya tidak mau pakai kaos kaki lain," jawab anak itu lugas. 

"Gak apa-apa Dek. Ini buat kamu saja," jawab Sarah sambil meletakkan kaos kaki biru itu di tangannya.

"Maaf kak, saya tidak bisa menerima pemberian orang lain yang belum saya kenal. Apalagi hanya karena kasihan dengan saya. Itu pesan Bapak. Ini kaos kaki cinta dari Bapak. Sebelum meninggal, beliau berpesan agar saya selalu memakainya. Ketika memakai kaos kaki ini, saya merasa langkah kaki ini selalu bersama Bapak. "

Sarah tertegun dalam rasa haru. 💙
.

PERANTAU


Ahad pagi, saat hendak pergi, saya lihat bu RT sedang membeli jamu. Bukan jamu yang digendong seperti penjual jamu pada umumnya. Ibu penjual jamu ini naik motor. Keren, ya? Penjual jamu zaman now! . 🎒
.
Saya ikut bergabung membeli jamu dengan Bu RT. Saya pun kepo pada si penjual. "Bu, aslinya dari mana?" Beliau antusias menjawab, "Dari Tawangsari, Sukoharjo." Saya sumringah, "Wah, deketan dong sama saya. Saya dari Wonogiri. Sekarang tinggal di mana, Bu?" "Di warung bakso depan komplek itu lho, Teh. Yang jual bakso itu suami saya," jawab si Ibu. "Ibu dah berapa lama tinggal di Bogor?" tanya saya lagi. "Sudah lama, Teh. 22 tahun," jawab si Ibu sambil menyodorkan jamu pahit campur pesanan saya.

Bakso depan komplek yang notabene milik suami ibu penjual jamu 'nyentrik' itu sangat laris dan memang terkenal enak. Bahkan tempat dagangnya sangat 'wow'. Perjalanan mereka selama 22 tahun merantau sampai detik ini tentunya penuh dengan kerja keras. 


Pada hakikatnya, bukan berapa lama kita merantau, bukan berapa pundi rupiah yang telah berhasil kita dapatkan dan kumpulkan, tapi seberapa besar manfaat yang telah kita sebarkan pada sekitar. Baik di tempat perantauan kita maupun di tempat kelahiran yang kita tinggalkan. 

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. ~ Imam Syafi'i 

Saya tidak akan bertanya berapa lama sahabat merantau, tapi pertanyaan saya adalah : kalau beli jamu, suka beli jamu apa? 🤭 

Daftar Tulisan