ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

MELIHAT LAHAT [2]: BUMI SEGANTI SETUNGGUAN

 



Melanjutkan cerita sebelumnya tentang Kabupaten Lahat, tempat tinggal saya sekarang yang juga merupakan kota kelahiran suami tercinta. Tulisan kali ini saya ingin sedikit mengupas tentang sejarah Kabupaten Lahat.

Kabupaten yang beribukota di Kecamatan Lahat ini merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Lahat berbatasan langsung dengan Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Musi Rawas di sebelah utara. Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Pagar Alam, Muara Enim, dan Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Muara Enim, serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Empat Lawang.

Kabupaten Lahat sebelumnya terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan induk yaitu Lahat, Kikim, Kota Agung, Jarai, Tanjung Sakti, Pulau Pinang, dan Merapi. Namun, setelah terjadi pemekaran, jumlah kecamatan di Kabupaten Lahat bertambah menjadi 24 kecamatan. Apa saja itu? Kapan-kapan kita bahas ya! Banyak yang unik namanya.

Kabupaten yang dikenal dengan sebutan Bumi Seganti Setungguan ini terdiri dari 24 kecamatan, 17 kelurahan, dan 360 desa dan memiliki luas 4.361,33 km persegi.

Sejarah Kabupaten Lahat

Pada masa kesultanan Palembang sekitar tahun 1830 di Kabupaten Lahat telah ada marga. Marga-marga ini terbentuk dari suku-suku yang ada pada waktu itu seperti Lematang, Besemah, Lintang, Gumai, Tebing Tinggi, dan Kikim. Marga merupakan pemerintahan bagi suku-suku. Marga tersebut menjadi cikal bakal adanya pemerintah di Kabupaten Lahat.

Saat Inggris berkuasa di Indonesia, marga tetap ada. Pada masa kekuasaan Belanda sesuai dengan kepentingannya pada waktu itu, pemerintahan di Kabupaten Lahat dibagi dalam afdelling (keresidenan) dan onder afdelling (kewedanan). Dari total 7 (tujuh) afdelling yang terdapat di Provinsi Sumatera Selatan, di Kabupaten Lahat terdapat 2 (dua) afdelling yaitu afdelling Tebing Tinggi dengan 5 (lima) daerah onder afdelling, dan afdelling Lematang Ulu, Lematang Ilir, Kikim serta Besemah dengan 4 onder afdelling.

Bukit Jempol, icon Kabupaten Lahat (dok.pribadi)


Dengan kata lain, di Kabupaten Lahat terdapat 2 (dua) keresidenan waktu itu. Pada tanggal 20 Mei 1869 afdelling Lematang Ulu, Lematang Ilir, serta Besemah beribu kota di Lahat dipimpin oleh PP Ducloux, dan posisi marga sebagai bagian dari afdelling. Tanggal 20 Mei akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Lahat sesuai dengan Keputusan Gebernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan No. 008/SK/1998 tanggal 6 Januari 1988.

Afdelling yang dibentuk oleh Pemerintah Belanda diubah namanya menjadi sidokan bersama dengan masuknya tentara Jepang tahun 1942. Sidokan ini dipimpin oleh orang pribumi atas penunjukan pemerintah militer Jepang dengan nama Gunco dan Fuku Gunco.

Kekalahan Jepang atas tentara sekutu pada 14 Agustus 1945 dan bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, maka Kabupaten Lahat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1948, Keppres No. 141 Tahun 1950, PP Pengganti UU No. 3 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950.

Kabupaten Lahat dipimpin oleh R. Sukarta Marta Atmajaya, kemudian diganti oleh Surya Winata dan Amaludin dan dengan PP No. 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dalam Tingkat I provinsi Sumatera Selatan, sehingga Kabupaten Lahat resmi sebagai Daerah Tingkat II hingga sekarang, dan diperkuat dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004 menjadi Kabupaten Lahat.

Sejarah terbentuknya Kabupaten Lahat yang dilansir situs resmi Pemkab Lahat, dilatarbelakangi kehadiran Hindia Belanda di Sumatera Selatan, tepatnya pada tahun 1823. Saat itu, Belanda mencoba mengambil alih kekuasaan Kesultanan Palembang yang dipimpin oleh Sultan Mahmud Badaruddin II. Kekuasaan Belanda semakin menyebar ketika Sultan Palembang diasingkan ke Ternate.

Pemerintahan Belanda mulai menyusuri wilayah Sumatera Selatan hingga ke bagian barat pada tahun 1825. Wilayah ini menjadi pusat kehidupan Kabupaten Lahat. Pemerintah Belanda semakin gencar menjalankan aksinya.

Mereka kemudian membuat strategi untuk menguasai Sumatera Selatan dengan membentuk Pemerintah Tingkat Keresidenan Palembang. Kepemimpinan jatuh ke tangan seorang residen dengan pusat ibu kota di Palembang.

Kejayaan Belanda tersebut tidak sepenuhnya diterima masyarakat Lahat. Pada masa itu, daerah yang menjadi kekuasaan Belanda mendapat perlawanan hebat dari warga asli yang tidak mau dijajah. Mereka lantas melakukan peperangan.


Peristiwa tersebut dikenal sebagai perang Benteng Jati, Benteng Muntar Alam, dan Benteng Tebat Serut. Alhasil, Belanda menerima perlawanan dari masyarakat Lahat dan berhasil menduduki semua benteng. Otomatis masyarakat mengalami kekalahan.

Namun, hikmah dari adanya peperangan itu lahirlah persatuan antara masyarakat Lahat yang mengalami kekalahan khususnya saat Perang Benteng Jati. Kesepakatan terjadi dari masing-masing pemimpin suku untuk mempertahankan persatuan daerah.

Adanya kesepakatan tersebutmenjadi dasar dibentuknya Hari Jadi Daerah Tingkat II Kabupaten Lahat pada 20 Mei 1869 sehingga tiap 20 Mei diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Lahat.

Semboyan Unik

Suatu daerah biasanya memiliki semboyan unik yang mengusung semangat dari daerah tersebut. Seganti Setungguan merupakan semboyan kabupaten Lahat yang berarti persatuan dan kesatuan yang kokoh, gotong-royong, setia kawan, berpendirian teguh, dan bertanggung jawab. Dalam banget ya maknanya. Saya pribadi awalnya kurang paham juga maksudnya, tapi ternyata di beberapa kabupaten di Sumsel masing-masing memiliki semboyan unik.

Kalau Lahat memiliki semboyan Seganti Setungguan, Kabupaten Muara Enim memiliki semboyan Serasan Sekundang, semboyan  Sedulang Setudung di Kabupaten Banyuasin, Saling Keruani Sangi Kerawati di Kabupaten Empat Lawang, Serasan Sekate di Kabupaten Musi Banyuasin, Beselang Serundingan di Kabupaten Musi Rawas Utara, Caram Seguguk di Kabupaten Ogan Ilir Bende Seguguk, Seguguk Serasan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sebimbing Sekundang di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Serasan Seandanan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sebiduk Sehaluan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Serepat Serasan di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sebiduk Semare di Kota Lubuklinggau, Besemah Kota Perjuangan di Kota Pagar Alam, Palembang Djaja (EYD: Palembang Jaya) di Kota Palembang, dan Prabumulih Jaya, Seinggok Sepemunyian di Kota Prabumulih.

Kalau di daerahmu semboyannya apa ini?

 

Referensi:

lahatkab.go.id

https://www.detik.com/sumbagsel/budaya/d-7044699/asal-usul-lahat-terbentuk-setelah-kekalahan-saat-lawan-belanda.

Salam Motivatrip,

Etika Aisya Avicenna

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna