ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

CATATAN AISYA [9] : BEHIND THE SCENE "EKSPEDISI AISYA : WARNA 3 RANAH (PART 3)"


Jumat, 9 April 2011. Pagi ini aku keluar kost pukul 05.30. Kalau dalam bahasa Jepang, namanya : “MRUPUT”. Hehe... Insya Allah, hari ini adalah hari pertama masuk kampus “LBQ Al-Utsmani” untuk belajar tahsin di level baru. Lokasi kampusnya di daerah Condet. Aku masuk jam 06.00 pagi. Alhamdulillah, sampai sana masih jam 06.00 kurang dikit. Aku langsung menuju lantai dua untuk melihat pengumuman. Penasaran, siapa ustadzah yang mengajarku di semester ini. Setelah aku baca pengumuman, senyumku mengembang, syukurku tak berbilang. Alhamdulillah, Allah masih ‘menjodohkan’ aku dengan Ustadzah Win. Dua semester terakhir aku belajar dengan beliau. Beliau adalah ‘extraordinary ustadzah’, tegas dan disiplin serta cukup inovatif dalam memberikan materi. Terima kasih ya Allah...


Pada semester ini, kelasku berjumlah 12 orang akhwat. Ada beberapa orang yang baru aku kenal. Alhamdulillah, tambah saudara lagi. Kami belajar dari pukul 06.00 sampai pukul 08.00. Biasanya aku minta izin pukul 07.30 setelah talaqi, tapi kali ini aku tidak izin karena setahuku pimpinan hari ini ada tugas dinas ke luar kota. Hehe, jadi berangkat siang! Subhanallah, pada semester kali ini ternyata jauuuuh lebih menantang dari semester sebelumnya. Pekan depan kami harus setoran 6 hadist! Glek, bismillah... semoga dimudahkan!

Pukul 08.00 aku berangkat ke kantor. Alhamdulillah, di Kopaja 502 aku dapat tempat duduk sehingga bisa membaca buku, meskipun di luar sana macet tengah melanda. Kali ini aku membaca “Agar Bidadari Cemburu Padamu”-nya Ustadz Salim A. Fillah. Aku membaca ini untuk kedua kalinya. Niatanku sih untuk merefresh kembali dan sebagai bahan bakar semangat perbaikan diri.

Pukul 09.00 aku baru sampai kantor. Siang banget ya! Tapi ternyata banyak juga yang baru datang. Maklum, macet! Hehe... Sampai di lantai 9, eh.. ternyata pimpinanku ada. Beliau tidak jadi berangkat ke Bali. Alhamdulillah, aman! Malah beliau mengizinkan aku dan seorang temanku untuk mengurus sesuatu di UI Depok (kisah ini akan aku ceritakan lain kali). Pukul 10.00, aku dan seorang temanku sebut saja namanya Lina, sudah berada di stasiun Gondangdia. Kami naik kereta Ekonomi AC jurusan Bogor. Langsung saja ya, setelah dari UI Depok, kami ke Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk menyerahkan sebuah berkas. Awalnya mau fotocopy dulu, tapi ternyata di Kominfo tidak ada akses fotocopy terdekat. Akhirnya kami berjalan menuju Kementerian Perhubungan. Alhamdulillah ada, meski kami harus berjalan memutar. Pukul 13.30, kami kembali ke Kementerian Perdagangan. Pegel juga kakinya. Kalau ditotal mungkin hari ini kami berjalan kali lebih dari 5 kilometer. Alhamdulillah, Allah masih memberikan nikmat sehat.

Sore harinya, pukul 17:15 aku berhasil mendapat izin untuk pulang kantor. Hmm, belum packing soalnya. Insya Allah besok mau berpetualang lagi dalam “Ekspedisi Aisya : Warna 3 Ranah (Part 3)”. Tiga ranah? Mana saja tuh? Pastinya Solo dan Wonogiri. Hmm, satunya lagi masih dirahasiakan. Insya Allah besok pagi juga akan tahu. Sesampainya di kost langsung sholat Maghrib. Masih ada jeda waktu sebelum Isya, akhirnya dimanfaatkan untuk makan malam. Setelah itu menyiapkan barang-barang yang akan dibawa esok harinya. Habis Isya’, aku memutuskan untuk tidur. Badan rasanya capek sekali karena ekspedisi seharian tadi. Setelah membaca doa sebelum tidur, aku menambahkan sebuah doa yang kalau tidak salah, redaksinya seperti ini. “Ya Allah, jika Engkau berkenan... Bangunkan aku dua jam dari sekarang. Aku ingin menyiapkan keperluan untuk besok dan setelah itu aku tidak ingin tidur lagi.”

Subhanallah, aku terbangun pukul 21.30 tanpa alarm! Padahal ketiga alarmku (dua HP dan satu jam weker) sudah aku setting. Tapi mereka bertiga berdering saat aku sudah bangun. Alhamdulillah... Terima kasih Ya Allah...Setelah itu, dapat telepon dari Ibuk juga yang mengabarkan kalau ada penampilan Briptu Norman di BUKAN EMPAT MATA. Hehe, ibukku juga mendadak jadi penggemarnya Briptu Norman. Chaiyaa.. Chaiyaa... Ehem! Teman-teman kost ternyata juga sudah berada di depan TV. Hehe, akhirnya kami berempat nonton aksi Briptu Norman. Sangat menghibur!

Seorang teman kostku saat itu juga tengah menanti kabar kakaknya yang akan melahirkan anaknya yang kedua. Saat kami nonton TV bareng itu, kakaknya baru pembukaan keenam. Jadi kami nonton TV sambil harap-harap cemas. Nah, setelah acara selesai, kami masuk kamar masing-masing. Selang berapa lama, temanku heboh. Ternyata kakaknya sudah melahirkan. Alhamdulillah, kami bisa mendengar suara tangis bayi yang baru lahir lewat telepon. Subhanallah.. lucunya... Semoga menjadi anak yang sholihah ya, Nak!

Sabtu, 9 April 2011. Pukul 00.00, saatnya menegakkan sholat malam. Luruh... Pukul 02.00 berencana tilawah dan rencananya lanjut membaca buku. Al-Qur’an sudah dibuka. Kantuk menyerang. Sempat berdoa, “Ya Allah aku tidak ingin ketiduran, tapi kalau ketiduran, semoga Engkau berkenan membangunkanku sebelum jam 03.00 pagi.” Benar saja, aku ketiduran sambil duduk bahkan sempat bermimpi. Tiba-tiba terbangun pukul 02.45. Masya Allah! Al-Qur’an-ku sudah berpindah posisi, tidak lagi di pangkuan. Tapi, subhanallah walhamdulillah.. Allah mengabulkan doaku. Aku bangun sebelum jam 03.00. Setelah beberapa saat membuka mata, ada telepon masuk. Ternyata dari TAXIKU. Sang operator berujar kalau taksi pesananku bernomor 628. Tapi berhubung aku masih belum 100 % sadar, aku pun lupa dengan nomor yang diberi tahu tadi. Hehe!

Setelah itu, aku bersiap. Hmm, kalau kayak gini aku teringat waktu mau ke Surabaya setahun yang lalu. Aku janjian dengan temanku yang juga memesan TAXIKU. Kami akan terbang pukul 06.00. Taksi akan menjemput dia pukul 03.00. Kemudian akan menjemput aku pukul 03.15. Aku ketiduran juga waktu itu. Bagaimana kisahku selanjutnya kala itu? Insya Allah ada tulisan sendiri untuk mengenang kisah tersebut. Lanjut ke ceritaku tadi. Pukul 03.00, aku turun ke lantai 1 kos untuk makan roti sambil duduk-duduk di kamar Nuri, sahabatku. Subhanallah, ternyata sahabatku itu mau mengantarku sampai ke tempat taksiku mangkal. Tak terduga! Aku mencoba menelepon nomor TAXIKU yang menghubungi tadi, tapi tidak tersambung. Akhirnya aku dan Nuri keluar kost pukul 03.25 menuju Jalan Kebon Nanas Selatan 1.

Setelah sampai di situ, ternyata tidak ada tanda-tanda ada taksi. Wealah... akhirnya, aku telepon ke TAXIKU Centre. Kata operatornya, taksi pesananku sudah menunggu di depan Alfamart di Jalan Otista II. Aku pun berpisah dengan Nuri setelah menemukan taksi tersebut. Ternyata bapak sopirnya sudah menunggu di situ sejak jam 03.00 tadi meski aku pesannya jam 03.30. Terima kasih ya, Pak!

Taksi melaju kencang waktu di jalan tol. Aku lirik speedometernya, 120 km/jam euy!!! Akhirnya kami sampai di bandara Soekarno-Hatta pukul 04.00. Kepagian, Neng! Biasanya kalau naik taksi dari kost ke bandara memakan waktu satu jam, lhah ini malah cuma setengah jam. Tak apalah, lebih baik menunggu lama di bandara daripada tergesa-gesa. Sampai di bandara, langsung check in. Setelah check in dan bayar boarding tax di tempat yang sama, aku masuk ke ruang tunggu. Ealah, baru ada aku dan seorang ibu yang ternyata juga dari Wonogiri. Petugas belum ada yang datang.Sepi sekal! ^^v

“Ibu pulang ke Wonogiri dalam rangka apa?” tanyaku pada seorang ibu yang duduk di samping kananku itu.

Beliau menjawab kalau ada saudaranya yang meninggal secara mendadak. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un... Awalnya aku mendengar kalau ada saudaranya yang “menikah”, bukan “meninggal”. Maklum, masih ngantuk! Akhirnya kami terlibat dalam obrolan seru.

“Sudah berkeluarga?” Ibu itu balik tanya.

Hadeeeeh, pertanyaan sentitip (pake “p”, buat penekanan!) Aku jawab, “Belum Bu... Kan saya masih imut,” guyonanku. Ibu itu pun terkekeh. Hehe...

Saat si ibu asyik telepon, aku pun mengeluarkan headset dan mendengarkan Q.S. Ar-Rahman dari ponselku.

Subuh menjelang, aku dan ibu itu turun ke lantai dasar untuk mengambil wudhu. Adzan belum berkumandang, aku tilawah dulu di mushola. Menamatkan Q.S. Ar-Ra’du dan mulai mengawali Q.S. Ibrahim. Paling suka waktu membaca Q.S. Ibrahim ayat 7. BERSYUKUR! BERSYUKUR!BERSYUKUR!!!

Tilawahku berhenti saat ada seorang bapak yang masuk. Aku perhatikan bapak itu, beliau melepas baju luarnya yang ternyata adalah ‘baju dinas’nya. Beliau mendobel bajunya. Beliau adalah seorang cleaning service di lantai 1 bandara ini. Setelah itu, beliau ambil wudhu kemudian menjadi imam dalam sholat subuh kali ini. Salut deh sama beliau. Beliau tetap sholat tepat waktu!

Setelah sholat, aku kembali ke ruang tunggu. Sekarang petugasnya sudah datang. Aku ke bagian boarding check untuk mendapatkan sticker tanda tempat duduk. Sticker bulat berwarna merah ia tempelkan di boarding pass-ku yang berarti aku duduk di sebelah depan. Pukul 05.30, kami masuk pesawat. Aku duduk di kursi 9 F, dekat dengan jendela. Sebelah kiriku kosong. Duh, senangnya! Sempat ngeh waktu melihat seorang artis yang wajahnya akhir-akhir ini menghias layar kaca setelah menikahi seorang peragawati asal Solo. Saiful Jamil. Dia duduk di belakangku sebelah kiri.

Pesawat lepas landas jam 06.00. Alhamdulillah... Saat-saat mau take off itulah menjadi saat yang sangat menegangkan. Doa menderas... Baru merasa plong saat pesawat sudah mengudara. Subhanallah, betapa Maha Kuasanya Allah yang menghamparkan permadani putih di langit. Awan yang kulihat pada penerbangan kali ini jauh lebih keren dibanding sebelumnya. Putih, bersih, indah nian! Di ketinggian 26.000 kaki itu, aku pun menikmatinya sambil membaca buku “Agar Bidadari Cemburu Padamu”-nya Salim A. Fillah. So inspiring!!!

Alhamdulillah, akhirnya pada pukul 07.05 kami mendarat di bandara Adi Sumarmo Solo. Welcome to Solo... Dan Ekspedisi Aisya dalam Warna 3 Ranah (Part 3) pun dimulai.... Bismillahirrahmanirrahim...

Wonogiri, 9 April 2011_17:26

Aisya Avicenna

writer@www.aisyaavicenna.com


Tulisan ini diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Catatan Aisya [8] : Waspadai Arus Gombalisasi


Alhamdulillah, hari ini berhasil bangun pukul 00.00 lebihnya beberapa detik kayaknya. Setelah melakukan ritual sepertiga malam (baca : sholat tahajud), akhirnya memutuskan untuk menyalakan laptop. Awalnya mau menulis sebuah renungan kala tahajud tadi, tapi malah membuka file-file lama yang tersimpan di flash disk. Insya Allah nulis renungannya setelah ini saja. Saya tertarik dengan file yang berjudul “Kegombalan di Kalangan Aktivis Dakwah”. Saya baca keseluruhan artikel yang ditulis oleh ukhti Aliyah Ash-Shofiyah. Akhirnya saya putuskan untuk memposting tulisannya. Harapannya sih biar banyak yang tersinggung. Hem!!! ^^v Maksudnya, biar banyak yang bisa mengambil pelajaran dari tulisan beliau. Karena saya akui, apa yang ditulis ukhti Aliyah memang benar-benar terjadi di sekitar kita.

Berikut tulisan beliau yang sudah saya edit (tanpa mengubah substansinya). Silakan disimak!

***

Hal yang sangat menarik salah satunya adalah menyimak romantika di dunia aktivis dakwah. Di antara sebegitu banyak yang memiliki komitmen perjuangan, ada juga beberapa yang kadang tergelincir pada jebakan interaksi ikhwan-akhwat. Karena memiliki amanah yang sama, sesama pengurus harian lembaga, atau berada dalam satu bidang, bisa juga dalam satu kepanitiaan, membuat interaksi kerja menjadi lebih intens.

Intensitas hubungan kerja itu suatu saat dapat menumbuhkan benih-benih simpati atau bahkan cinta di antara ikhwan dan akhwat. Hal ini bisa jadi fenomena yang wajar, karena cinta kepada lawan jenis itu fitrah manusia, katanya. Tapi meski fitrah, tetap aja ada risikonya, terutama pada keikhlasan beramal, sehingga bila ada bibit riya’ dan ujub bisa menghanguskan pahala yang seharusnya didapat. Namun jika ternyata tidak dapat mencegah adanya perasaan seperti itu, ya harus berusaha menjaga keikhlasan, dan tetap simpati (simpan dalam hati). Apabila perasaan itu telah mewujud pada realisasi amal, baik lisan maupun perbuatan, maka tak ayal akan terjadi juga gombalisasi di sini.

Sering seseorang ingin mengekspresikan atau menyampaikan perasaannya yang sedang membuncah karena cinta. Bagi aktivis dakwah, hal seperti ini harusnya disimpan rapat-rapat dalam lubuk hatinya, jangan sampai si “dia” memergoki adanya perasaan itu. Gengsi dong!! Namun suatu saat pertahanan itu bisa jebol manakala perasaan itu makin menjadi-jadi sedang keimanan dalam kondisi menurun. Maka lahirlah sebentuk perhatian pada si “dia”, baik berupa nasehat, tausiyah, pujian, menanyakan sesuatu (baik tanya beneran atau pun pura-pura bertanya hayoo…) atau sekadar menanyakan kabar. Entah itu lewat SMS, telpon, saat chatting, via e-mail bisa juga dalam rapat koordinasi. Hmm, yang terbaru sih lewat FB, baik itu sering nge-like atau komen status.

Dari pengamatan, yang paling banyak terjadi adalah adanya gombalisme via SMS, kita sebut saja sebagai SMS gombal. Kita simak contoh SMS-SMS ini….

“Aslm. Apa kbr? Ukhti, ana sungguh kagum dgn semangat anti. Amanah anti di mana-mana namun semuanya bisa tetap tawazun. Anti benar-benar mujahidah tangguh. Tetep semangat ya Ukhti!”

“Salut sama Ukhti! Anti sungguh militan. Hujan deras seperti itu datang rapat dgn jalan kaki. Jaga kesehatan ya. Ana nggak rela klo Anti sampai jatuh sakit…”

Akhwat:

“Aww. Apa kabar? Akhi, sedang ngapain nih? Sudah makan belum? Jangan sampai lupa makan ya..”

Ikhwan:

“Www. Alhamdulillaah, menjadi jauh lebih baik setelah Anti SMS ^_^. Ane sedang memikirkan seorang bidadari dunia yang begitu anggun mempesona. Hmm… ane belum makan, tapi dah gak terasa lapar klo ingat sama Anti…”

(Halah… gombal semua tuh!!!)

Ada yang lebih parah nih … kayak gini:

“Aww. Wah .. Anti makin terlihat anggun dengan jilbab merah tadi…”

“Assalaamu ‘alaikum. Apa kbr? Lama nggak kontak ya. Ane kangen ma suara Anti…”

“ … Ane janji akan menikahi Anti setelah lulus nanti ….”

Oh .. NO!!!!! Aneh-aneh aja isi SMS-nya. Mungkin lebih banyak lagi SMS-SMS aneh lainnya yang belum terdeteksi. Hmm.. bagaimana reaksi si penerima? Ya bervariasi, ada yang cuek saja, ada yang merasa risih, ada yang membalas biasa, ada yang bertanya-tanya bin penasaran, ada juga yang suka dan berbunga-bunga, ada yang kemudian menaruh harapan. Kita simak penggalan berikut…

Pada dini hari sekitar pukul dua pagi, suara berisik nada SMS membangunkan seorang akhwat dari perjalanan tidurnya. SMS dari siapa nih malam-malam gini, pikirnya. Serta merta dia buka SMS-nya, hah… dari seorang ikhwan, bunyinya:

”Wahai Ukhty, segera terjagalah dari mimpi indahmu, bangunlah dari peraduanmu, basuhlah wajah dan anggota tubuhmu agar bersinar di hari kemudian, bersujud dan bersimpuhlah kepada Allah, agungkanlah Asma-Nya. Niscaya Allah akan meridhoi langkah kita dan mengabulkan cita dan harapan kita.”

Sang akhwat tertegun, ngapain malam-malam begini si ikhwan itu ngirim SMS, kurang kerjaan aja. Dasar, sok perhatian! Namun tanpa sadar jari-jari lentik akhwat itu mengetik balasan:

“Jazakallah khairan, Akh. Jangan kapok tuk sering ngingetin ane ya…”

Nah lo!!

Coba dirasa-rasakan, apa SMS-SMS semacam itu tidak berisiko? Bagus sih sepertinya, membangunkan untuk sholat tahajud tapi efek sampingnya bisa menimbulkan penyakit-penyakit hati. Bikin merajalelanya VMJ (Virus Merah Jambu). Waa.. kalau virus yang satu ini menyebar, bisa repot. Sulit nyari vaksin atau anti virusnya.

Makanya ingat, penyebab awal perlu dicegah, yakni adanya gombalisasi. Kalau si gombal dah nyebar, maka sedikit banyak korban bisa berjatuhan. Baik ‘lecet-lecet’ ringan maupun ‘luka’ berat. Bahkan nanti nggak hanya berdampak pada hati, tapi juga fisik. Lha bayangin saja kalau jadi nggak enak makan, nggak nyaman tidur karena tiap mau makan ingat dia, mau tidur ingat dia, mau ngapain aja ingat dia, apa nggak lama-kelamaan bisa kurus tuh? Trus, siapa korbannya? Siapa lagi kalau bukan kaum wanita/akhwat.

Mestinya paham dong gimana fitrah perasaan mereka. Mereka senang dan suka bila diberi perhatian, bisa berbunga-bunga hatinya. Dan tipe cinta mereka (kebanyakan) adalah jatuh cinta sekali yang dibawa sampai mati, kayak Nurul dalam novel AAC itu loh… Trus mereka juga mudah berharap. Nah tuh, coba pikir kalau sampai mereka jatuh cinta, kemudian sampai berharap. Jika kemudian cinta dan harap itu tidak kesampaian, apa nggak sakiiiit banget nanti? Apa tega, mendholimi mereka seperti itu?

So, khususnya bagi para ikhwan, jaga diri, jaga hati, jaga gengsi. Jangan asal kirim SMS, lebih-lebih SMS gombal bin murahan. Juga jangan asal balas SMS, apalagi dengan SMS gombal. Ini nih contoh balasan yang ngegombal….

Akhwat :

“Ane pengin rihlah, ke syurga …”

Ikhwan :

“Ukhty, ke mana pun Anti mau pergi, saya akan bersedia menemani, meski taruhannya jiwa ini …” (He..he..he.. peace Ukhti ^_^ )

Nah!! Dasar gombal! Jaga gengsi dong. Ini nih…. Barisan kata berikut mungkin bisa menggambarkan ikhwan yang nggak mau nggombal.

Karena Aku Mencintaimu
Wahai Ukhty…
Karena aku mencintaimu, maka aku ingin menjagamu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin terlalu dekat denganmu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin menyakitimu
Karena cintaku padamu,
Tak akan kubiarkan cermin hatimu menjadi buram
Tak akan kubiarkan telaga jiwamu menjadi keruh
Tak akan kubiarkan perisai qolbumu menjadi retak, bahkan pecah
Karena cinta ini,
Ku tak ingin mengusik ketentraman batinmu,
Ku tak ingin mempesonamu,
Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum,
Atau pun menaruh harap padaku.
Maka biarlah…
Aku bersikap tegas padamu,Biarlah aku seolah acuh tak memperhatikanmu,
Biarkan aku bersikap dingin,

Tidak mengapa kau tidak menyukai aku,
Bahkan membenciku sekali pun, tidak masalah bagiku….
Semua itu karena aku mencintaimu,
Demi keselamatanmu,
Demi kemuliaanmu.

So, sekali lagi bagi para ikhwan, jangan jualan gombal, jangan obral janji. Nggak usah deh sok perhatian, terlebih lagu bilang suka atau cinta. Bisa fatal tuh akibatnya! Mau jadi orang dholim?? Tegaskan semenjak sekarang, hal seperti itu tabu kalau belum nikah. Kalau dah nikah sih … puas-puasin aja bilang cinta seratus kali sehari ama istrinya. Sampai puas deh, terserah! ^_^

Bagi para akhwat, hati-hati binti waspada Ukh … jangan mudah digombali. Jangan percaya dengan kata-kata suka, cinta atau janji-janji. Jangan mudah menambatkan hati, jangan mudah berharap. Stay cool, calm, confident. Perisai izzahmu harus tetap kokoh. Antunna tidak suka terombang-ambing kan? Antunna lebih suka pada kepastian kan? Makanya jangan sampai semua itu terjadi sebelum ada hal yang konkrit, sebelum ada kepastian. Hal konkrit itu adalah, si ikhwan mengkhitbah Antunna dengan datang ke orang tua Antunna. Itu baru deh, oke. Waspadalah …waspadalah …

SO SEMUANYA …. WASPADAI ARUS GOMBALISASI!!!

(Afwan jiddan jika ada yang tersinggung!!!! Just intermezzo… ^__^)

***

Semoga tulisan dari Ukhti Aliyah di atas kembali menyadarkan kita. Kita sendiri tak bisa menjamin akan keterjagaan hati kita yang kerap naik turun. Fluktuatif! Oleh karena itu, lebih baik menghindari hal-hal yang jelas bisa membuat hati kita sakit. Tetap istiqomah, wahai saudara-saudaraku... Semoga Allah senantiasa meneguhkan dan menjaga kita. Amin...



Jakarta, 080411_02:55

Aisya Avicenna

writer@www.aisyaavicenna.com


Tulisan ini diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Catatan Aisya [7] : Pertengkaran Kecil


“Assalamu’alaikum. Ri, Wiwik opname di rumah sakit ya? Kok aku nggak dikasih tahu sih? Wah, sepertinya ada yang perlu dievaluasi dengan ukhuwah kita. Tega ya kamu nggak ngasih tahu aku, padahal kita kan sahabat dekat."

Kurang lebih begitulah SMS-ku pada seorang sahabat beberapa bulan yang lalu. Masih teringat dalam ingatan, waktu itu sampai di kost jam 20.00 lebih. Sampai di kost ada adik kost yang berujar kalau dia habis dari rumah sakit menengok Wiwik. Ternyata Wiwik dirawat di Rumah Sakit sejak kemarin karena kena Demam Berdarah. Wah, langsung teringat Nuri sahabat baikku yang juga sekantor dengan Wiwik dan satu kost sama aku. Mengapa Nuri tidak memberi tahu aku? Padahal kemarin aku juga menanyakan kondisi Wiwik. Tapi ia jawab, baik-baik saja kok! Awalnya kesal juga sih, tapi akhirnya ada ide terbersit. Hmm, saatnya manajemen konflik dipraktikkan! (baca : mau ngerjain Nuri.com)

Akhirnya malam itu juga aku SMS Nuri seperti di atas. Lamaaa, belum segera ada jawaban dari Nuri sampai akhirnya Nuri membalas. SMS balasannya berisi permintaan maaf. Hmm, nggak enak juga sih sebenarnya. Tapi, tidak ada salahnya menciptakan sedikit konflik dalam persahabatan kami. Aku hanya ingin merasakan, bagaimana kalau ada konflik di antara kami karena selama ini hubungan kami baik-baik saja.

Keesokan harinya, aku dan Nuri masih saling diam. Hingga sore harinya kami bertemu di rumah sakit saat menjenguk Wiwik. Nuri sudah tiba di rumah sakit lebih dulu dari aku karena habis Maghrib aku baru pulang dari kantor. Saat bertiga inilah, kami kembali cair. Nuri bahkan sengaja menungguku sampai di rumah sakit agar bisa pulang ke kost bersama. Sepulang dari rumah sakit, kami sudah kembali seperti biasa. Seolah tak ada konflik di antara kami. Ahh, indahnya persahabatan ini. ^^v

Tentang manajemen konflik, aku jadi teringat materi saat Diklat Prajabatan setahun yang lalu tentang “Membangun Kerjasama Tim”. Saat diklat itu, aku dikenal teman-teman sebagai salah seorang peserta yang sering membuat singkatan-singkatan atau rumus-rumus dalam setiap materi. Ehem! Termasuk dalam materi ini. Waktu itu aku juga mendapat kesempatan mempresentasikan materi ini di depan teman-teman. Salah satu point yang aku sampaikan adalah tentang cara menghadapi konflik, terlebih dalam sebuah tim. Konflik memang bisa terjadi dalam diri sendiri. Tapi yang aku bahas ini adalah konflik dalam tim.

Tim di sini banyak contohnya, misal dalam lingkungan kerja, dalam dunia kepenulisan (pengalaman pribadi nih!), dalam rumah tangga (suami-istri), dalam persahabatan, dalam olahraga, dll. Wajar adanya jika dalam satu tim sering terjadi perbedaan pendapat atau hal lainnya yang memicu lahirnya konflik. Konflik harus dihadapi, bukan dihindari karena kalau konflik dalam tim tidak segera diselesaikan maka akan menyebabkan perpecahan dalam tim tersebut. Konflik dapat dihadapi dengan “SENYUM”.

[S]adari dan akui adanya konflik.

Tanpa ada pengakuan dan kesadaran akan adanya konflik, maka masalah tidak akan terpecahkan. Tim yang efektif akan menyadari adanya konflik sejak dini sehingga tidak akan menjadi penghalang kinerja tim. Oleh karena itu dibutuhkan kepekaan dalam berinteraksi.

[E]valuasi kinerja tim dan identifikasi konflik

Lakukan evaluasi kinerja dan lakukan identifikasi akar masalah dari timbulnya konflik, apakah dari personal atau sistem.

[N]etral terhadap semua pendapat.

Lakukan sumbang saran. Libatkan semua tim untuk mengungkapkan pendapat dengan bersikap netral pada pendapat-pendaoat tersebut dan pada orang yang mengemukakannya.

[Y]akin bahwa konflik akan cepat selesai jika diselesaikan bersama.

Selesaikan konflik secara bersama, bisa dengan diskusi bersama secara terbuka.

[U]ntuk menemukan solusi, buat kesepakatan

Personel tim bekerja sama dan saling berlapang dada dalam mengambil setiap keputusan sebagai solusi konflik tersebut agar tidak melahirkan konflik baru.

[M]engkaji solusi

Mengkaji solusi sangat diperlukan untuk mengetahui efektivitas solusi yang diberikan tersebut. Kalau sekiranya solusi sebelumnya kurang tepat, bisa dilakukan kaji ulang untuk menemukan solusi lain yang lebih baik.

Semoga rumus “SENYUM” di atas bisa menjadi alternatif solusi dalam menghadapi konflik. Tidak ada salahnya jika kita menciptakan adanya konflik jika memang diniatkan sebagai sarana pembelajaran. Jujur, setelah ‘keusilan’-ku yang sempat melahirkan ‘pertengkaran kecil’ di atas, aku dan Nuri semakin akrab saja. Bisa dicoba! Tapi hati-hati juga ya... ^^v

Sedih bila kuingat pertengkaran itu
Membuat jarak antara kita
Resah tiada menentu hilang canda tawamu
Tak ingin aku begini tak ingin begini

Sobat rangkaian masa yang tlah terlewat
Buat batinku menangis
Mungkin karena egoku mungkin karena egomu
Maaf aku buat begini maaf aku begini

Bila ingat kembali janji persahabatan kita
Tak kan mau berpisah karena ini
Pertengkaran kecil kemarin cukup jadi lembaran hikmah
Karena aku ingin tetap sahabatmu

(Backsong : Pertengkaran Kecil_Edcoustic)

Jakarta, 070411_06:13

Aisya Avicenna

writer@www.aisyaavicenna.com


Tulisan ini diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Catatan Aisya [6] : We are The Champions


Beberapa hari yang lalu, saat sedang merapikan berkas-berkas pribadi, aku menemukan selembar kertas yang membuatku tersenyum. Aku baca di pojok kanan bawah kertas itu bertuliskan “Kebun Raya Bogor, 16 Maret 2010 jam 11.00, Diklat Prajab Golongan III Angkatan II.” Inilah semua tulisan di kertas itu.


ETIKA SURYANDARI.

Menurut kamu, saya bagaimana?
- Pintar
- Imajinasi kreatif
- Inovatif
- Pintar
- Rajin
- Kalem
- Diem
- Kreatif
- Smart
- Jelek
- Pinter
- Kreatif
- Pinter
- Gak tau
- Religius
- Beretika sekali
- Matematika banget
- Sopan
- Tekun
- Soleha
- Pinter
- Pinter
- Pinter banget
- Pintar dan wawasannya luas
- Pinter, banyak wawasan
- Matematik banget

Sekitar 24 orang memberikan penilaian tentangku setelah beberapa hari kami bergabung dalam rangkaian kegiatan Diklat Prajab Golongan III Angkatan II di Pusdiklat Kementerian Perdagangan, Sawangan Depok. Harusnya semua berjumlah 33 orang. Akan tetapi, beberapa dari kami tidak bisa mengikuti acara refreshing ke Kebun Raya Bogor hari itu. Masih teringat jelas, Mas Hiras cengar-cengir gara-gara semua teman ia tulis “jelek”. Dasar!!! ^^v. Terus Mas Ramiaji, Mas Rendi, dan Mas Billy yang juga jadi sasaran olokan teman-teman waktu kita duduk melingkar beralas koran saat itu. Sebelum acara sarasehan tersebut, kami sempat berkompetisi dalam dua lomba yang sudah disiapkan Mas Bowo dan Mas Ramiaji selaku sie acara. Kedua lomba itu adalah memindahkan karet gelang secara berantai dengan menggunakan sedotan di mulut dan lomba menyeberang cepat dengan menggunakan dua lembar koran. Setelah dari Kebun Raya Bogor, kami mampir ke pabrik tas khas Bogor di Tajur.

Sekedar menyegarkan memori kembali ke masa setahun yang lalu. Aku mencoba menuliskan kembali jadwal diklat kami. Hmm, semacam catatan harian waktu itu. Setiap hari kami harus mengenakan seragam putih-hitam pada hari Senin sampai Kamis dan batik pada hari Jumat. Kami juga harus membuat resume setiap selesai mendapatkan materi. Kadang dikerjakan sampai malam, sering juga dikerjakan saat pelajaran tengah berlangsung ^^v. Semuanya mendapatkan kesempatan untuk maju di depan kelas, mempresentasikan resumenya.

Senin, 8 Maret 2010

Setelah semalam sebelumnya kami check-in di Pusdiklat, pagi ini kami harus menghadapi placement test bahasa Inggris. Setelah 1 jam berlangsung, kami istirahat sejenak di ruang makan, kemudian dilanjutkan dengan pengarahan program dan pengarahan akademis yang dipandu oleh Bapak Ridwan Rajab dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI. Jam 12.00-13.00 kami mendapat materi tentang Kesehatan Mental dari Bapak Junaidy. Sore harinya adalah sesi yang paling aku suka, yakni materi motivasi “Soft Competency” yang disampaikan Bu Tammy Utanty. Meski waktu itu aku duduk paling pojok, tapi aku sangat tertarik dan bersemangat mengikuti materi ini.

Selasa, 9 Maret 2010

Hari kedua ini kami mengenakan pakaian olahraga. Materi hari ini adalah tentang dinamika kelompok. Kami nge-game dengan dipandu Bu Siti Yamtinah dan Bu Wah, seru! Kita juga diberi lembar isian bergambar bintang dan di kelima sudut bintangnya kami diminta menulis : dua tokoh idola, dua keberhasilan, dua kegagalan, tiga kata yang menggambarkan diri, dan dua cita-cita. Masih ingatkan kawan apa yang kalian tulis? (Hmm, kalau aku masih inget karena masih kusimpan ^^v).

Rabu, 10 Maret 2010

Materi ketiga sudah cukup berbobot, yakni “Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI” yang dipandu oleh Bapak Remedy Silalahi.



Kamis, 11 Maret 2010

Pagi buta kami berhadapan dengan salah satu anggota POLRI. Hmm, hari ini kami akan latihan baris-berbaris. Aku lupa siapa nama instrukturnya (ada yang masih ingat???). Setelah makan pagi, kami mendapat materi tentang “Budaya Kerja Organisasi Pemerintah” dengan pemateri Ibu Haryati Hudayah. Sorenya kami mendapat materi Bahasa Inggris dari Bapak Syarifuddin Nurdin.

Jumat, 12 Maret 2010

Setelah senam dengan instruktur yang autis (menjiplak kata-kata Bowo, karena sang instruktur gerakannya cepet banget), kami sarapan. Kemudian mendapatkan materi “Etika Organisasi Pemerintah” dari Bapak Arifin Heru Sasongko. Kalau biasanya kami selesai pukul 17.00, hari ini ada yang special karena setelah Maghrib, Pak Sekjen akan datang. Pada kesempatan ini Pak Sekjen banyak memberi kami motivasi dalam meniti karir di Kementerian Perdagangan kelak. Kami diminta menuliskan impian-impian kami kelak. Jadi ingat saat Mas Ivan bilang kalau ia ingin menjadi Sekjen kelak. Aamiin... ^^v

Sabtu, 13 Maret 2010

Setelah mendapat pelatihan baris-berbaris, kami mendapatkan materi “Wawasan Kebangsaan dalam Kerangka NKRI” oleh Bapak Mudjadid Dulwathan. Sorenya dapat materi bahasa Inggris lagi.



Senin, 15 Maret 2010

Hari ini Pak Dulimin membersamai kami dalam materi “Manajemen Kepegawaian Negara” dan sorenya baru materi bahasa Inggris.

Selasa, 16 Maret 2010

Hari ini tanggal merah. Kami sepakat untuk liburan ke Bogor tepatnya di Kebun Raya Bogor. Seru juga. Hmm, kisahnya panjang kalau diceritakan, sebagian sudah aku ceritakan di atas. Pokoknya hari ini kami bahagiaaaaaa banget!

Rabu, 17 maret 2010

Hari ini kami mendapat materi tentang “Manajemen Perkantoran Modern” oleh Ibu Susilawati Sukmadji dan Ibu Amah Suryamah

Kamis, 18 Maret 2010

Ehem! Pada aksi baris-berbaris hari ini aku berkesempatan menjadi komandan pleton (danton) euy! Siaaaaap graak!!! Hehe...

Hari ini di kelas kami dapat materi “Komunikasi yang Efektif” dari Bapak Hendriana. Sorenya baru dapat materi bahasa Inggris.

Jumat, 19 Maret 2010

Setelah senam pagi dan sarapan, kami masuk kelas dan menerima materi “Membangun Kerjasama Tim” bersama Ibu Siti Yamtinah dan Ibu Amah Suryamah. Kedua ibu yang sangat bersemangat ini cukup menarik dalam menyampaikan materi.

Sabtu, 20 Maret 2010

Hari ini adalah hari terakhir kami mendapatkan materi utama dalam Diklat Prajabatan. Materi terakhir yang diberikan adalah “Pelayanan Prima” yang dipandu oleh Ibu Heny Hadiparmono dan Bapak Hadi Adji Susanto.

Senin, 21 Maret 2010

Ahad kemarin kebanyakan dari kami memilih bertahan di asrama karena hari ini pukul 08.00 kami UJIAN! Wah, soalnya studi kasus. Cukup seru sih!

Siangnya kami mendapat materi tentang “ATASE/ITPC Departemen Perdagangan”, dilanjutkan post test bahasa Inggris sore harinya.

Malam harinya kami mengadakan “PROM NIGHT”. Pesta perpisahan. Pada acara malam ini ada pemilihan peserta TER. Jujur, saya lupa siapa saja yang terpilih. Ada yang mau membantu mengingat? Tapi yang tidak terlupa adalah aba-aba dari Mas Sugeng saat jadi komandan di kelas. Hehe... Lucu! Selain itu adalah Mas Meymey yang dinobatkan menjadi maskot angkatan kita. Malam itu kami sharing, nge-game, foto-foto, dll. Super seru pokoknya!


Selasa, 23 Maret 2011

Hari terakhir baris-berbaris dengan POLRI, dilanjutkan evaluasi dari panitia dan acara terakhir adalah penutupan. Pada penutupan ini, kami diminta menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Syukur. Awalnya kami kesulitan mencari dirigen, akhirnya terpilihlah Bowo yang memimpin kami menyanyi. Keren euy! Penutupan disampaikan secara resmi oleh Pak Sekjen Kemendag. Kami mendengarkan dengan hikmat. Aku sempat terkejut waktu Pak Sekjen menyampaikan rumus CHAMPION-ku. Ya, rumus CHAMPION ini memang sempat aku tulis dalam sebuah resume-ku yang dibaca Pak Sekjen. Wah, bahagianya.....


CHAMPION
C = Ciptakan semangat, motivasi, dan etos kerja yang tangguh
H = Hidupkanlah integritas dan profesionalisme dalam diri
A = Atur dan manfaatkan waktu dengan efektif dan efisien
M = Mengabdi sepenuh hati sebagai abdi negara dan abdi masyarakat
P = Pelihara komitmen dan konsistensi pada visi, misi, dan tujuan organisasi
I = Interaksi positif dengan memiliki etika dan norma kepada semua elemen
O = Optimalisasi kerja dengan dedikasi dan loyalitas yang tinggi
N = Niatkan untuk selalu berubah menjadi lebih baik, mulai dari diri sendiri, dari yang terkecil, dan dari saat ini.

S = Sukses untuk kita semua!!!
 


Pada akhir acara, terpilihlah tiga peserta terbaik yakni Mas Ramiaji, Mas Imam, dan Mas Usman. Selamat ya! Tapi, semuanya adalah JUARA! WE ARE THE CHAMPIONS! Secara ya kita tuh kompak banget dan kompetisinya juga fair banget. Semua saling menopang. Semua saling bekerja sama. Ahh, luar biasa!!!

I've paid my dues
Time after time
I've done my sentence
But committed no crime
And bad mistakes
I've made a few
and I've had my share of sand
Kicked in my face
But I've come through
And I need to go on and on and on and on


We are the champions - my friends
And we'll keep on fightin' till the end
We are the champions
We are the champions
No time for losers
'Cause we are the champions of the world

I've taken my bows
And my curtain calls
You've brought me fame and fortune
And everything that goes with it
I thank you all
But it's been no bed of roses no pleasure cruise
and I consider it a challenge before the whole human race
That I ain't gonna lose
And I need to go on and on and on and on

We are the champions - my friends
And we'll keep on fightin' till the end
We are the champions
We are the champions
No time for losers
'Cause we are the champions of the world


***

Dan hari ini kawan, kita bersama mengucapkan janji/sumpah PNS. Sekedar mengingatkan isinya :

Demi Allah, saya berjanji

Bahwa saya akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah

Bahwa saya, akan mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab

Bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah, dan martabat Pegawai Negeri, serta akan senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan saya sendiri, seorang atau golongan

Bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasiakan

Bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan Negara.


***

Semoga janji di atas bukan hanya sekedar janji. Tapi benar-benar terpatri dalam hati dan teraplikasi dalam setiap aktivitas kita. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita semua. Amin...


Jakarta, 060411_20:42
Aisya Avicenna (alias Etika Suryandari)
writer@www.aisyaavicenna.com


Tulisan ini diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Istikharah Cinta


Semuanya berawal dari kedua mata
ketika aku hanya berani mencuri pandang
wajahmu di sana
dengan pakaian rapat tak kau biarkan auratmu terbuka
karena memang tak selayaknya bisa dipandang oleh sembarang mata
maka seiring perjalanan masa

kumulai beranikan diri tuk bertanya
tuk selanjutnya berbagi cerita
telah kukatakan kepadamu semenjak awal mula
bahwa aku adalah lelaki ibuku sepanjang masa
sebagai wujud bakti sebagaimana rasul telah bersabda “ibumu, ibumu, ibumu!” begitulah dalam sebuah hadits yang pernah kubaca
“lalu ayahmu!” sebagai kelanjutan ucapan dari lidah yang mulia
sebuah jawaban darimu membuatku begitu lega

kau berkata bahwa lebih baik memiliki suami yang berbakti daripada yang durhaka
kau berkata bahwa lebih baik memiliki suami yang dermawan daripada yang bakhil harta

dan kaupun berharap bahwa pendampingmu kelak bisa membuatmu bahagia
kau pernah berkata ingin segera menikah sebagai suatu rencana
bila kelak Allah mempertemukanmu dengan jodoh pilihan-Nya

agar mampu menjaga kemurnian dan kesucian niatmu dalam mewujudkan berbagai cita
serta menjadikanmu lebih kuat kala cobaan dan ujian datang menerpa

karena akan ada seseorang yang insyaAllah akan mendampingi senantiasa
namun harus kau tahu adalah bahwa aku lelaki biasa

segala kelebihan dan kelemahan pastilah kupunya
senanglah hati ketika mengetahui dirimu rutin dalam sebuah tarbiyah
tidak seperti aku yang hanya pernah masuk madrasah
mulai ibtidaiyah, tsanawiyah namun tidak kulanjut ke aliyah
namun sekarang aku sudah lulus kuliah

saat ini pun aku sudah memiliki ma’isyah
teman-temanku berkata, baha sudah waktunya bagiku mencari aisyah
mungkin dengan simpanan yang ad cukuplah untuk sebuah walimah
tentu saja yang sederhana dan bukan yang meriah
dan aku pun belum sanggup untuk menyediakanmu sebuah rumah
karena itu kuberpikir untuk mengontrak dulu sajalah

suatu ketika kau bertanya tentang poligami
kujawab bahwa itu adalah ketentuan Ilahi

tentu saja aku menyetujui
lantas kau bertanya apakah aku akan melakukannya suatu saas nant
kujawab apa mungkin bila adil sebagai syarat utama tak mampu kumiliki
engkau tersenyum di mulut atau mungkin sampai ke hati

sambil mengakui bahwa dirimu belum bisa menerima bila hal itu terjadi
dan dirimu juga tak bisa menyamai saudah binti zam’ah istri sang nabi
yang tulus ikhlas kepada aisyah dalam berbagi

suatu ketika giliran aku bertanya tentang kemampuanmu bertilawah
kau menjawab bisa walau tak mau dibandingkan dengan para qoriah
karena kau merasa masih banyak berbuat salah
dalam mengucap hukum tajwid dan huruf-huruf hijaiyah

insyaAllah kita akan bersama-sama belajar bila kelak akan menikah
utnuk mewujudkan keinginanmu agar bisa menerangi setiap ruang rumah
dengan alunan suara Al-quran yang merupakan ayat-ayat qauliyah
dari situ mungkin kita bisa membaca ayat-ayat kauniyah


untuk memastikan keyakinanku untuk menikah
kau pun mengundangku ke tempat temanmu seorang murabbiyah
dan tak lupa kau undang aku tuk datang ke rumah
sebagai awal perkenalan dengan bunda dan ayah
dan sebuah titik temu tercapailah

istikharah mencari jawaban tuk menggapai alhub fillah wa lillah
dalam doa kubersimpuh pasrah
memohon datangnya jawaban kepada Sang Pemberi hidayah
bila jawaban itu masih menggantung di langit
maka turunkanlah
bila jawaban itu masih terpendam di perut bumi
maka keluarkanlah
bila jawaban itu sulit kuraih
maka mudahkanlah
bila jawaban itu masih jauh
maka dekatkanlah

Hidup terlalu luas untuk dijalani bersendiri, Hanya Dia Maha ESa ..
Yang kau Mahu.. Inilah DUNIAKU DALAM UNTAIAN KATA.

melayang sudah rasa rindu di awan putih..

Tegak kembali sebelum Rebah Bersemadi..

namun dalam hati ini Aku seakan tidak mengerti,
mungkin ada sunyi yang belum terbebaskan,

atau ada rindu yang belum terlepaskan atau kerana ia semakin malam yang kelam.
Aku tenggelam..Jangan Biarkan aku sendiri Ya Allah

Untukmu calon Imamku,
yang tiada siapa mengenali termasuklah diri ini,
dirimu masih rahasia Penciptamu..
rahasia yang telah ditentukan untukku,
yang perlu ku singkap dengan segunung taubat
dan sepenuh kesungguhan sujudku,
cuma jambatan istikharah jua yang bisa merungkai rahasiaku ini,.

"Ya Allah, aku memohon petunjuk kebaikan kepada-Mu dengan ilmu-Mu.
Aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu. Ya Allah,
seandainya Engkau tahu bahwa pilihan ini baik untukku dalam agamaku,
kehidupanku dan jalan hidupku,
jadikanlah untukku dan mudahkanlah bagiku dan berkatilah aku di dalam pilihan ini.
Namunjika Engkau tahu bahwa pilihan ini buruk untukku,
agamaku dan jalan hidupku, jauhkan aku darinya dan jauhkan pilihan itu dariku.
Tetapkanlah bagiku kebaikan dimana pun kebaikan itu berada dan redhailah aku dengan kebaikan itu". 


Sumber : http://ceritaduniahati.blogspot.com 

***
Bersaksi cinta di atas cinta
Dalam alunan tasbih ku ini
Menerka hati yang tersembunyi
Berteman dimalam sunyi penuh do'a

Sebut nama Mu terukir merdu
Tertulis dalam sajadah cinta
Tetapkan pilihan sebagai teman
Kekal abadi hingga akhir zaman

Istikharah cinta memanggilku
Memohon petunjukmu
satu nama teman setia
Naluriku berkata

Di penantian luahan rasa
Teguh satu pilihan
Pemenuh separuh nafasku
Dalam mahabbah rindu
di istikharah cinta..

~Istikharah Cinta_Sigma~


Renungan Senja Aisya Avicenna


Tulisan ini diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Catatan Aisya [5] : Tetap Ceria di Tempat Kerja

Geje ^^v

Setelah aksi Sinta Jojo dan Udin Sedunia yang menyemarakkan Youtube beberapa waktu yang lalu, pekan ini Youtube kembali dihebohkan dengan aksi seorang Briptu dari Gorontalo. "Polisi Gorontalo Menggila", begitu judul video berdurasi enam menit 30 detik yang diunggah ke situs Youtube. Video ini memperlihatkan seorang anggota polisi yang sedang menyanyikan lagu India dengan cara lypsinc alias gerak bibir dengan menyesuaikan lirik lagu. Video ini cukup membuat saya tertawa plus menghilangkan sedikit 'ketegangan pikiran' setelah seharian kemarin menyelesaikan bahan presentasi dan kuesioner untuk sebuah acara sosialisasi kebijakan impor di luar kota pekan depan. Benar-benar lucu dan menghibur!!!

Dalam adegan video tersebut polisi itu menari dengan lincah, namun tidak mendapat tanggapan dari dua rekannya yang berjaga di pos yang sama. Satu petugas lain memang sempat melihat ke arahnya dan tersenyum, tapi lantas cuek. Sementara, satu lainnya, benar-benar tak peduli, ia asyik memainkan ponselnya. Saya baru tahu pagi ini kalau yang beraksi tersebut bernama Norman Kamaru, anggota Satuan Brigade Mobil (Brimob) Kepolisian Daerah Gorontalo berpangkat Brigadir Polisi Satu (Briptu). Kelucuan beliau mendendangkan "Chaiyya, Chaiyya" yang dinyanyikan Shahrukh Khan di film Dil Se pada tahun 1998 dalam video ini memang bisa memunculkan kontroversi. Meski masyarakat banyak yang menyukainya, tapi tidak menutup kemungkinan aksi tersebut bisa berbuah sanksi dari atasan karena seorang polisi itu idealnya adalah pribadi yang tegas dan berwibawa di setiap penampilan. Entahlah, kita tunggu saja bagaimana kelanjutan kisah Briptu Norman Kamaru ini. Semoga happy ending ^^v.

Kalau menurut saya, tidak menjadi masalah sih. Bahkan menjadi inspirasi bagi saya untuk tetap CERIA di tempat kerja. Kita ambil sisi positifnya saja. Tidak bisa dipungkiri bahwa rasa jenuh bisa menyerang saat di tempat kerja. Jujur, saya pun mengalaminya. Tapi, kita harus pandai menyiasati dan segera menghilangkan kejenuhan itu. Biasanya kalau jenuh, saya mendengarkan nasyid, menulis blog, membaca situs inspiratif, diskusi via YM dengan teman, FB-an (alhamdulillah, kalau di kantor boleh FB-an asal tidak mengganggu pekerjaan), atau melihat video lucu di atas. Ehem!

Apapun pekerjaan kita, kalau diniatkan untuk ibadah insya Allah akan berbalas barokah. Bukankah hanya ridha Allah yang kita cari dalam setiap aktivitas? Meski kadang stress melanda karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, tapi sikapilah dengan sebaik-baiknya. Jargon saya sih, tetap CERIA di tempat kerja!

[C]ukuplah Allah yang menjadi tujuan
[E]tos kerja tinggi jadi tumpuan
[R]ezeki yang halal, cari sepenuh hati!
[I]khlaslah, jauhkan pamrih...
[A]llah yang akan membalas semuanya!

Semangat bekerja!!!
Jakarta, 050411_11:08
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com


Tulisan ini diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Catatan Aisya [4] : Saat Kesempatan Datang


Saya teringat saat masih semester 8 tahun 2009 lalu. Pada semester terakhir ini, saya hanya mengambil 6 SKS untuk skripsi. Jadi, ada banyak waktu luang. Alhamdulillah, pas banget ada kesempatan mengikuti program Kuliah Kewirausahaan Lanjut (KKL) yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi. Akhirnya saya mendaftar. Ada seleksinya juga lho! Tes tertulis, psikotes, dan wawancara. Hmm, penyelenggara bermaksud menguji kompetensi para calon ‘pengusaha muda’ kebanggaan UNS ini. Ehem…!

Alhamdulillah, saya lolos seleksi. Saat KKL dimulai, kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Saya satu kelompok dengan seorang mahasiswi dari Fakultas Hukum dan seorang mahasiswi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Waktu itu kami ditantang untuk memulai suatu bisnis. Atas ide saya, akhirnya kami sepakat KANOME adalah nama usaha kami (KANOME kependekan dari etiKA, NOvi, MEga). Bisnis kami berupa penjualan brownies kukus dan kripik tempe aneka rasa. Alhamdulillah, sebelum lulus saya sempat merasakan manis pahitnya menjadi seorang entrepreneur. Benar-benar manis untuk dikenang. Semanis brownies yang kami buat dengan tangan kami sendiri… Hmm..!!!

Sebelum action, kami diberi motivasi-motivasi menjadi entrepreneur yang andal oleh seorang trainer. Nah, saat sedang memperhatikan materi, tiba-tiba beliau mengeluarkan selembar uang Rp 50.000,-. Uang itu diangkatnya tinggi-tinggi. Beliau hanya tersenyum, tanpa mengeluarkan instruksi apapun. Akhirnya, seorang teman yang duduk di depanku gegas berdiri dan menyambar uang itu.


Sang trainer tersenyum. Peserta yang lain, termasuk saya mulai sadar dengan yang baru saja terjadi. Hari itu kami belajar, bahwa kami harus peka terhadap kesempatan yang ada di hadapan. Karena sebuah kesempatan itu datangnya tidak terduga. Kesempatan terkadang datang hanya sekali di dalam kehidupan kita. Saat itu ada yang bersemangat menyambut kesempatan yang datang padanya. Ada yang malu-malu menyambutnya. Ada yang tidak percaya diri, akhirnya tidak mendapatkan sama sekali. Kesempatan itu lewat begitu saja. 


"Hidup ini perlombaan. Jika kau tidak cepat, seseorang akan mengalahkanmu dan melaju kencang meninggalkanmu!" Begitu kata Viru Shastrabhuddi (Virus) dalam film 3 idiots yang kemarin saya tonton untuk keempat kalinya. Sebuah anekdot:
Tok! Tok!
“Ya, siapa di sana?”
“Ini Saya, kesempatan.”
“Jangan bohong deh. Kesempatan tidak pernah mengetuk dua kali.”


Hmm… Oleh karena itu, saat kesempatan hadir yang dibutuhkan adalah suatu tindakan. Terkadang kita harus mengambil tindakan yang cepat. Jika tidak, maka kita akan tertinggal di belakang bahkan tidak akan mendapatkan apa-apa. Take every one chance you got every single time in your life, cause you’ll never know when or where it comes again.


Allah Swt. memiliki rencana sendiri untuk setiap hamba-Nya. Kita tidak akan pernah tahu mana kesempatan yang terbaik untuk kita. Yakini dan lakukan yang terbaik atas setiap kesempatan yang kita rasa baik. Bisa jadi itulah kesempatan terbaik yang diberikan Allah Swt. untuk kita. Yakinlah akan kekuasaan Allah Swt yang selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Tak kalah penting, yakinkan diri sendiri bahwa kita mampu meraih impian kita.


Sore yang indah…
Saat kesempatan itu datang…
Jakarta, 040411_16:57
Backsongnya “Give Me Some Sunshine”-nya 3 idiots

Saari umar hum
Mar mar ke jee liye
Ek pal to ab humein jeene do
Jeene do

...Na na na….Na na na….Na na na….Na na nana na….

Give me some sunshine
Give me some rain
Give me another chance
I wanna grow up once again


Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com
sumber foto : http://www.zazzle.com/opportunities


Tulisan ini diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Catatan Aisya [3] : Ayah dan Putrinya

Dua tahun yang lalu, saat liburan ke Magelang

“Yah, Nanda boleh nikah tahun ini ya?” tanya Nanda pada Ayahnya awal tahun 2010 lalu lewat SMS.
“Mmm, memangnya sudah punya calon?” Ayah membalas SMS-nya
“Ada yang baru mau kenalan dengan Nanda, Yah. Namanya Azzam Mumtaza. Nanda baru kenal dari biodata yang dikasih guru ngaji Nanda sore ini. Nanda boleh nikah tahun ini, Yah?” tanya Nanda kemudian.
“Kalau memang kamu sudah siap, Ayah hanya bisa merestui.” Balasan SMS Ayah membuat Nanda sangat bahagia.
Selang beberapa hari kemudian, Asri, adik bungsu Nanda SMS mengabarkan kalau Ayah mereka sakit. “Kak, Ayah sakit. Entahlah, akhir-akhir ini sepertinya Ayah kehilangan nafsu makannya. Beliau juga sering melamun.”
Nanda terkejut. Ia segera menekan 12 digit tombol di ponselnya, menghubungi sang Ayah.
“Assalamu’alaikum...” Nanda cemas.
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh...” jawab suara di seberang sana.
“Ayah sakit ya? Sakit apa, Yah? Ayah jangan kecapekan dong...” Nanda menghamburkan semua tanyanya.
“Ayah nggak apa-apa, Nak... Cuma capek saja. “ jelas Ayah dengan nada lemah.
“Jaga kesehatan ya, Yah... Nanda jadi kepikiran nih,” tutur Nanda.
“Iya, Nak. Eh, Nanda benar sudah siap nikah tahun ini? Nak, selesaikan dulu masa diklatmu. Tahun depan saja. Kan kamu sudah jadi pegawai tetap. Lagipula kakak sulungmu belum menikah.” Rentetan kata dari Ayah tersebut membuat Nanda terkesiap.
“Yah... sepertinya Ayah masih belum meridhai Nanda menikah tahun ini. Bismillah, baiklah Yah. Nanda akan turuti keinginan Ayah. Nanda tidak ingin membuat Ayah kecewa. Tapi tahun depan Nanda boleh nikah ya, Yah?” tanya Nanda penuh harap.
“Insya Allah, saat itu mungkin Ayah sudah benar-benar siap melepasmu, Nak!” jawab Ayah.
***


Kisah di atas terinspirasi setelah membaca sebuah artikel yang saya baca di majalah Tarbawi edisi special tentang Ayah. 


Ayah dan putrinya, bisa diibaratkan dengan seorang lelaki dengan bunga mawar di kebunnya. Seseorang yang menanam bunga mawar, merawatnya dalam waktu yang tak singkat, dan menemaninya dalam setiap fase pertumbuhannya, tidak akan mungkin begitu saja memberikan bunga itu pada orang yang baru saja melihatnya, kemudian ingin memetiknya. Pemilik mawar itu pasti ingin memastikan apakah mawar tersebut akan dirawat lebih baik atau minimal sama dengan sebelum diberikannya kepada si pemetik tadi. 


Sang pemilik mawar pasti ingin agar bunganya senantiasa harum dan tak ternoda oleh apapun! Ia inginkan mawarnya tetap indah dan terawat saat ia tak lagi ada di kebunnya. Jikapun pada saatnya nanti mawarnya berpindah ke sebuah vas bunga yang tak seindah dan seluas kebunnya, ia hanya ingin sang pemilik vas itu memetik bunga mawarnya dengan penuh hormat. Sang pemilik mawar mungkin merasa cemas jika bunga kesayangannya itu tidak mendapatkan cinta dan perlindungan seperti saat ia merawatnya. 


Hmm, begitu pun dengan Ayah. Ayah mungkin merasa cemas bahwa dalam pandangannya, sepertinya belum ada lelaki yang dapat mencintai putrinya seperti dirinya! Ayah hanya perlu waktu untuk mengizinkan seseorang yang tepat untuk mendapatkan putrinya dengan cara terhormat.
Seringnya, saat putrinya meminta sesuatu pada Ayah. Ayah pasti tak kuasa mengatakan “tidak”. Dia memilih diam atau mengangguk sebagai tanda demi melihat senyum manis putrinya. Meski dalam hatinya, seringnya tidak selaras dengan apa yang dia katakan. Diam-diam dia akan berusaha mewujudkan keinginan sang putri. Entah dengan bekerja lebih keras dari hari biasanya atau usaha lain. Meski saat keinginan sang putri begitu berat baginya. Seperti dalam contoh kisah di atas. Awalnya Ayah akan mengiyakan, meski pada akhirnya Ayah tidak mengabulkan permintaan putrinya dengan cara yang halus dan di saat yang tepat. Ah, ayah memang punya cara sendiri dalam menunjukkan cintanya. Ia pasti inginkan yang terbaik untuk putrinya.


“Nak, jangan cengeng meski kamu seorang perempuan, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak, laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah. Tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu,” pesan Ayah pada putri kesayangannya.


030411_20:19
Saat hari ini belajar ikhlas melepaskan suatu benda yang disayangi... Hmm, tapi itu semua aku lakukan untuk mewujudkan impian Ayah... Ayah, aku mencintaimu.. Memang, tak bisa menyamai cintamu padaku sedari dulu, tapi aku berjanji akan lebih sering mengungkapkan cintaku padamu...
Aisya Avicenna


Tulisan ini diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Catatan Aisya [2] : Pelajaran Berharga di Kereta


Hari kedua di bulan April. Pagi ini, pukul 05.30 saya sudah siap dengan kostum merah marun. Jam segitu saya sudah keluar kos untuk cari sarapan. Meski jalan agak jauh, akhirnya menemukan juga warteg yang buka sepagi itu. Sayur daun singkong, telur mata sapi, dan nasi porsi separo menjadi menu sarapan saya.Setelah menikmati sarapan, pukul 06.00 saya keluar kos, naik Kopaja 502 dan menuju Stasiun Gondangdia. Sekitar setengah jam perjalanan, sampailah saya di daerah Gondangdia. Turun dari Kopaja 502, saya berjalan menuju Stasiun Gondangdia yang ternyata lokasinya masih cukup jauh. Hmm, saya memang baru pertama kali ke stasiun tersebut. Kalau dihitung-hitung, mungkin sudah hampir setahun tidak naik KRL.

Saya sempat bingung saat memasuki areal Stasiun Gondangdia. Di mana loketnya? Saya terus berjalan menyusuri pedagang kaki lima dan jajaran warteg hingga akhirnya saya menemukan tangga menuju lantai dua yang menurut kata hati saya, loket pembelian karcis ada di sana. Ternyata memang benar. Cukup dengan uang Rp 1.500,00 karcis kereta ekonomi jurusan Depok pun sudah di genggaman. Saya telepon Mbak Uli, teman kantor yang akan menjadi sahabat berpetualang ke Fakultas Ekonomi UI Depok hari ini. Dia sudah berada di lantai 3. Saya sempat kebingungan lagi waktu mau masuk peron yang akan dilewati kereta jurusan Depok, karena papan petunjuknya kurang begitu jelas. Meski sempat singgah di peron yang salah, akhirnya bisa ketemu Mbak Uli di peron yang akan dilewati kereta yang akan kami tumpangi. Ngos-ngosan juga karena naik turun tangga. Sekitar pukul 07.15, kereta ekonomi itu akhirnya datang. Alhamdulillah, kami dapat tempat duduk.

“Gorengan.. gorengan! Kaca mata... kaca mata! M3 3000, Axiz 3000! Gesper.. Gesper! Gemblong.. kacang... lontong! Mizon... Mizon...!” Hmm, suasana kereta ekonomi yang cukup berisik, tapi menjadi harmoni kehidupan yang saya suka. Saya belajar banyak dari mereka. Dengan segenap keterbatasan modal (mungkin), tapi mereka berjuang keras untuk survive di ibukota. Pemandangan menyentuh lainnya adalah saat dua orang pengamen memasuki gerbong tempat saya duduk. Saya yakin mereka adalah sepasang suami istri. Sudah renta. Sang istri mengenakan kerudung putih berwarna usang. Sedang di belakangnya, sang suami berjalan memegang pundak sang istri sambil mendendangkan sebuah lagu Melayu yang pernah dinyanyikan Arai pada Zakiah Nurmala dalam film “Sang Pemimpi”. Saya menikmati alunan merdu itu. Tapi saya terkesiap setelah mereka berada di dekat saya.

Kedua pasang mata itu.... Ya, mereka buta! Ya Allah... cukupkanlah rezeki mereka karena hanya Engkau yang kuasa mencukupkan kehidupan hamba-Mu. Pikiran dan hati saya berkecamuk. Bagaimana kehidupan sehari-hari mereka? Bagaimana dengan anak-anak mereka? Bagaimana cara mereka turun dari kereta ya? Rumah mereka di mana? Saya jadi teringat kedua orang tua di rumah. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur karena kedua orang tua saya sehat wal’afiat. Tidak ada cacat. Ya Allah... Ya Allah... Ya Allah...

Selang berapa lama, saat kedua pengamen itu berlalu dari gerbong, terdengar lagi lagu dangdut dari kejauhan. Sumber suara dari gerbong sebelah kanan. Melintaslah di depan saya, seorang anak kecil berusia sekitar 5 tahun (perkiraan saya) yang berbadan tambun, menggerak-gerakkan badannya mengikuti irama lagu. Ekspresi wajah anak itu datar. Sungguh, tak ada keceriaan. Saya menangkap tatapan mata kosong saat kedua matanya beradu dengan kedua mata saya. Di belakangnya, sang ibu menenteng tape karaoke yang ia pakai sebagai perlengkapan aksi mereka. Ya Allah... bagaimana masa depan anak kecil itu? Adakah Engkau selipkan kebahagiaan untuknya kelak? Saya yakin Engkau telah siapkan yang terbaik untuknya, karena Engkau Maha Pengasih... Engkau Maha Penyayang...

Pengamen satu berlalu, datang pengamen yang lain. Masih dengan lagu dangdut. Memang benar seperti sebuah lagu yang pernah dinyanyikan Project Pop yang berjudul “Dangdut is The Music of My Country”. Dangdut menjadi ‘lagu wajib’ pengamen di kereta sepertinya. Kali ini saya lebih terkesiap. Seperti apa yang menyanyi? Sumber suara semakin dekat, tapi kok pemilik suaranya tak kunjung terlihat. Maha Besar Allah, ternyata pengamen kali ini (maaf) kakinya buntung. Dia mengenakan sandal bukan di kedua kakinya, tapi di kedua tangannya. Michrophone yang ia gunakan untuk menyanyi, diikat di lehernya. Dia berjalan mengesot di lantai. Hujan turun deras! Tapi di hati saya. Ya Rabbi...

Saya belajar banyak dari mereka. Betapa dengan segala keterbatasan, mereka masih tegar dalam berjuang. Bagaimana dengan saya? Bagaimana dengan kita? Mari kita renungkan bersama. Semoga kita bisa berbenah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, menjadi pribadi yang pandai bersyukur, serta menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.



~Sebuah kontemplasi malam, 020411_21:46

Aisya Avicenna


Tulisan ini diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Catatan Aisya [1] : Teror Tanya Sepekan Ini


“Katanya bentar lagi nikah ya? Barakallah ya…”
Sebuah SMS masuk ke ponselku siang ini. Dari seorang sahabat. Hmm, semoga menjadi SMS terakhir yang menanyakan hal yang sama. Subhanallah, benar-benar pekan ini menjadi pekan penuh teror pertanyaan serupa. Apa di luar sana sedang beredar kabar di atas sih? Entahlah, husnudzon saya semoga menjadi doa dan segera terijabah. Aamiin…
Apa karena pekan ini saya sempat off dari FB dan dikaitkan dengan hal itu ya? Wallahu ‘alam. Jujur saya katakan, saya off dari FB kemarin karena saya sedang fokus mempersiapkan biodata dan proposal. Eits, bukan biodata dan proposal untuk ‘mega proyek kehidupan’ itu lho, tapi biodata dan proposal untuk pengajuan keikutsertaan seleksi beasiswa S2. 


Daripada ditanya, “Kapan nikah?”, saya lebih suka ditanya “Sudah menulis berapa halaman hari ini?”, “Sudah hapal berapa ayat hari ini?”, “Kapan rencana naik haji?”. Bukan apa-apa, hanya merasa tidak enak saja kala ditanya perkara sensitif seperti itu. Bisa bikin hati bergolak. Padahal menjaga hati itu bukan perkara yang mudah. Makanya, jika ditanya masalah itu pasti saya jawab dengan senyum atau kata-kata yang selalu menjadi afirmasi dan motivasi saya. Rangkaian kata ini saya susun saat berkontemplasi di suatu pagi. Berikut rangkaian kata itu.
Tak perlu lagi bertanya “SIAPA?” karena Allah SWT telah memahatkan nama terbaik untuk ditulis di pusara hati ini.
Tak perlu lagi bertanya “KAPAN?” karena Allah SWT sudah menetapkan bahwa semua akan indah pada waktunya.
Tak perlu lagi bertanya “MENGAPA?” karena Allah SWT ingin menjaga diri ini dan Rasulullah inginkan sunnahnya diteladani.
Tak perlu lagi bertanya “APA?” karena Allah SWT sudah menerangkan bahwa hidup akan tenang dan agama akan lebih sempurna karenanya.
Tak perlu lagi bertanya “DI MANA?” karena Allah SWT sudah memilihkan tempat terindah untuk sebuah pertemuan yang diridhoi-Nya.
Tak perlu lagi bertanya “BAGAIMANA?” karena Allah SWT sudah memberitahukan jalan yang seharusnya dilalui untuk mengikrarkan janji suci.


***
“Mbak Thicko nikah dulu saja, baru S2!” kata seorang adik tingkat saya beberapa hari yang lalu. Hmm, menjadi bahan renungan bagi saya. Mencari ilmu dan menikah tak harus dipilih salah satu dan mengabaikan yang lain. Karena keduanya sama-sama mulia. Tak mungkin Allah memerintahkan hal yang mulia namun saling berbenturan antara satu dengan yang lain. Insya Allah mencari ilmu dan melaksanakan pernikahan bisa saling beriringan, bahkan bisa saling melancarkan satu sama lain. Menuntut ilmu bisa menjadi lebih bersemangat dengan adanya kekasih halal yang mendampingi. Menikah pun terasa nikmat terasa dengan aktivitas intens dalam menuntut ilmu. Begitu pikir saya. Jadi, mau nikah dulu baru S2 atau S2 dulu baru nikah, itu sama-sama pilihan yang baik. Tinggal bagaimana memilih, memutuskan, kemudian menjalaninya.


Saya mencoba senantiasa bertekad untuk istiqomah dalam menempatkan cinta pada Allah SWT sebagai cinta tertinggi yang tak terbandingi. Hati memang mudah terbolak-balik. Sangat rentan dan rawan. Masalah pendamping hidup, saya serahkan sepenuhnya pada-Nya. Karena Dia Maha Mengetahui yang tepat dan terbaik untuk saya. Bukan berarti selama ini saya tidak mengusahakan untuk mencapai impian saya itu, tapi memang sengaja tidak saya publish. Biarlah hanya saya dan Allah saja yang tahu sudah sejauh mana saya memperjuangkan impian ini. Biarlah hanya Allah saja yang menilai, karena hanya Dialah yang sangat tahu akan kesiapan saya. 


Menikah? Ini adalah sunnah Rosul, sebuah kebaikan dan ibadah yang layak untuk diperjuangkan. Jalan menuju kebaikan memang tidak sepenuhnya mudah, akan selalu ada ujian berbentuk hambatan atau rintangan. Tapi,justru di sinilah jalan yang sedang ditempuh jadi begitu terasa. Berkesan untuk dikenang di masa akan datang. Soal jodoh memang itu rahasia Allah. Skenario-Nya selalu nomor satu, TEPAT dan TERBAIK!


Penantian adalah suatu ujian
Tetapkanlah ku selalu dalam harapan
Karena keimanan tak hanya diucapkan
Adalah ketabahan menghadapi cobaan….
Sabarkanlahku menanti pasangan hati
Tulus kan kusambut sepenuh jiwa ini
Di dalam asa diri menjemput berkah-Mu
Tibalah izin-Mu atas harapan ini….
Rabbi teguhkanlah ku di penantian ini
Berikanlah cahaya terang-Mu selalu
Rabbi doa dan upaya hamba-Mu ini
Hanyalah bersandar semata kepada-Mu
(Dans-Penantian)

Kalau ingin membangun rumah yang kokoh, kuatkanlah pondasinya agar rumah itu tak mudah roboh! Mungkin saat ini adalah saat untuk menanti dan mengisi penantian ini dengan terus memperbaiki diri dan lebih bisa menjaga hati, sebelum sang belahan jiwa datang menghampiri dan mengikrarkan janji suci.
***
Ya Allah...sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu seluruh kebaikan yang ada untuk bisa melakukan segala kebaikan itu dan meninggalkan segala kemunkaran…

Ya Allah... terimalah taubat hamba, ampunilah hamba dan kasihanilah hamba…

Ya Allah... hamba memohon kepada-Mu untuk mampu mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amal yang mengantarkan hamba untuk bisa mencintai-Mu...


Aamiin Yaa Rabb…

Sebuah kontemplasi, 010411_14:38
Aisya Avicenna


NB : “Catatan Aisya” insya Allah akan hadir setiap hari (semoga tidak ada halangan terutama untuk online, kalau tidak diposting hari itu juga mungkin akan dirapel esok harinyam yang penting nulis tiap hari minimal 1 halaman). Menjadi komitmen saya di bulan ini untuk WAJIB menulis setiap hari dengan tema bebas atau bercerita tentang sesuatu yang saya alami. Semoga bisa menjadi semangat saya untuk terus produktif menulis! 


Tulisan ini diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.