|
Ayah-Ayah Terbaik dalam Hidup Saya |
|
|
Ngger putraku kembar kang kinasih
Siro iku wus winengku priyo
Trisno lahir lan bathine
Ngedohake ing panyendhu
Guyub rukun kang tansah diudi
Mrih tentreming kluargo
Jumbuh kang ginayuh
Setyo tuhu marang garwo
Sujud syukur mring Gusti Kang Moho Suci
Slamet ndonyo akherat
Setelah film “Ketika Mas Gagah Pergi” berhasil menguras air mata penontonnya -termasuk saya- setahun lalu, serta membuat ratusan ribu pasang mata terinspirasi karenanya, kini kita akan kembali bersua dengan Mas Gagah (Hamas Syahid) dan Dek Manis Gita (Aquino Umar) dalam sekuel film KMGP berjudul “Duka Sedalam Cinta” (DSC) yang juga akan mempersilakan butiran bening air mata tumpah tak terkira.
"Setiap anak diberikan kelebihan dan kekurangan. Buat apa sombong kalau di antara kelebihan kita juga ada kekurangan."
Itulah salah satu pesan yang saya dapat saat sepekan lalu tepatnya pada hari Ahad (24/9) saat nonton bareng (nobar) film "Jembatan Pensil" di CGV Blitz, Dmall Depok bersama anak-anak yatim Depok yang digelar Institut Ibu Profesional (IIP) Depok bekerja sama dengan Komunitas Pecinta Film Islami (KOPFI). Sebelum memutuskan untuk nonton, saya melihat trailer filmnya. Duh, nonton trailernya aja dah bikin baper dan penasaran.
Film "Jembatan Pensil" bercerita tentang persahabatan lima orang anak, yakni Ondeng (Didi Mulya), Azka (Azka Marzuki), Yanti (Permata Jingga), Nia (Nayla D. Purnama), dan Inal (Angger Bayu). Ondeng memiliki keterbatasan mental, sementara Inal tuna netra. Tapi keterbatasan itu tidak menyurutkan ikatan persahabatan mereka. Meski sering kena bully dari Attar (Vickram Priyono), Ondeng dan keempat sahabatnya tidak menghiraukannya dan tetap bersikap baik pada Attar. Mereka bersekolah di SD Towea yang berada di tepi pantai.
Rumah Azka, Inal, Yanti, dan Nia jauh dari sekolah sehingga untuk sampai ke sekolah mereka harus berjalan kaki dan melewati jembatan yang rapuh. Sementara itu, Ondeng akan menunggu mereka di ujung jembatan sambil mengawasi mereka menyeberang dan memastikan semuanya selamat. Meskipun Ondeng memiliki keterbelakangan mental tetapi hatinya baik. Satu hal lagi, Ondeng juga pintar menggambar.
Kisah dimulai saat Pak Guru (Andi Bersama) mengabarkan ke para murid bahwa anaknya, Aida (Alisia Rininta) akan pulang dan membantunya mengajar. Anak-anak sangat antusias dengan hadirnya guru baru. Ondeng dan kawan-kawannya pun semakin semangat.
Keesokan harinya saat Aida datang dan turun tari kapal, tasnya jatuh ke laut. Ini menjadi awal pertemuannya dengan Gading (Kevin Julio). Gading membantu Aida mengambil tasnya. Aida yang kebingungan karena dia tidak mendapatkan mobil sewa yang bisa mengantarnya ke rumah, akhirnya Aida naik kapal nelayan milik Gading dan Bapaknya Ondeng.
Saat kapal merapat esok harinya, Ondeng telah berdiri di tepi dermaga menunggu Bapaknya. Ondeng melakukannya setiap hari karena dia sangat menyayangi Bapaknya, Ondeng takut kehilangan Bapaknya karena Sang Ibu sudah meninggal dunia. Setelah Ondeng bertemu Bapaknya dan ikut ke pasar ikan, ia pun berangkat naik mobil box. Aida ikut Ondeng. Aida ikut turun ketika tiba-tiba Ondeng turun dan berkata akan menjemput teman-temannya.
Aida terkejut saat menyaksikan Azka, Inal, Yanti, dan Nia harus menyeberangi jembatan rapuh dengan menggantung sepatu di pundak. Mereka tidak memakai sepatu saat ke sekolah agar sepatunya tetap awet. 😥😥😥
Kedekatan Gading dan Aida tidak disetujui Ibu Aida, Bu Farida (Meriam Belina). Bu Farida, yang notabene perajin songket, lebih memilih Arman (Agung Saga) karena dia memiliki peternakan sapi.
Meski begitu, Gading tetap membantu Aida termasuk saat mengajar. Kehadiran Aida memberi warna baru dalam kegiatan sekolah Ondeng dan kawan-kawannya. Aida, dibantu Gading, sering mengajak mereka belajar dari alam. Hingga suatu ketika, Aida menantang anak-anak untuk menuliskan mimpi mereka. Mimpi sederhana Ondeng adalah ingin membuatkan jembatan untuk keempat sahabatnya. Ondeng menggambar jembatan impiannya, yang ia namakan Jembatan Pensil. Ondeng pun menabung untuk mewujudkan impiannya. ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Ondeng sangat menyayangi Bapaknya. Pernah sang Bapak berkata bahwa cintanya seperti sebutir jagung, ditanam akan berkembang, dari sebutir menjadi puluhan kemudian berkembang jadi ratusan, ribuan, jutaan, milyaran bahkan sampai tak terhingga.
Ondeng sangat terpukul ketika suatu hari Bapaknya tenggelam dan meninggal dunia saat melaut. Gading meyakinkan Ondeng bahwa ia akan tetap menjaga Ondeng seperti keluarganya sendiri. Akhirnya Ondeng mau tinggal bersama Gading.
Suatu hari, saat Azka, Inal, Nia, dan Yanti menyeberang, jembatannya roboh sehingga mereka berempat jatuh ke sungai. Ondeng yang menunggu mereka di seberang jembatan langsung menyebur ke sungai dan menolong keempat temannya. Akhirnya mereka berlima terlambat datang ke sekolah. Saat itu sedang upacara. Dengan berlari mereka menuju sekolah, Ondeng menggendong Inal. Saat sampai, mereka langsung berdiri tegak dan hormat pada bendera karena saat itu memang sedang upacara, padahal seragam mereka basah kuyup. ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Masyaa Allah kisah perjuangan mereka sangat luar biasa. Film ini sangat cocok ditonton bersama keluarga, sangat direkomendasikan untuk ditonton keluarga. Para orang tua bisa mengajak anak-anaknya karena banyak pesan moral yang bisa diambil dari film ini dan insya Allah bisa memotivasi anak-anak untuk lebih bersemangat saat menuntut ilmu. Dalam film ini kita akan disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Banyak scene pemandangan indah seperti laut, pantai, dan juga goa-goa bersejarah yang belum banyak kita ketahui.
|
Sebelum dimulai, ngemil dulu bareng adik-adik |
Pada saat nobar ini juga dihadiri oleh Azka dan sang sutradara film (Hasto Broto). Pasca nonton, ada bagi-bagi doorprize dan foto bareng.
Oh iya, apakah Ondeng berhasil mewujudkan impiannya?
Ada satu perkataan inspiratif yang disampaikan Gading pada anak-anak, "Sebatang pensil kita bisa menuliskan apa saja di atas kertas. Hal baik maupun hal buruk. Meski tulisan itu bisa dihapus, tp kebaikan atau keburukan itu akan membekas. Demikian juga manusia, baik dan buruknya perbuatan pasti akan meninggalkan bekas di mata orang lain."
**
Malam hari setelah nobar, saya mengirim DM di IG Didi (@ondidimulya), pemeran Ondeng. Alhamdulillah, Didi menjawab beberapa pertanyaan saya dengan sangat ramah.
Ternyata film "Jembatan Pensil" ini adalah film keduanya, sebelumnya ia pernah membintangi film "23.59" pada tahun 2014 di bawah Rudi Soedjarwo.
Didi berujar bahwa semua scene dalam film ini sangat berkesan dan selain pemandangan alam di sana bikin kangen, kerja sama dengan kru dan masyarakat di sana juga baik semua menyambut dengan antusias yang positif.
Adegan yang paling membuat Didi selalu mengingatnya sampai sekarang adalah saat adegan yang mengharuskannya nyebur tenggelem di mana dia gak pintar berenang hanya bisa mengapung saja dan scene saat naik sampan, belajarnya dadakan langsung dengan nelayan lokal di sana tapi alhamdulillah berjalan lancar
Harapan Didi dengan adanya film Jembatan Pensil ini adalah yang pasti dapat diterima dengan baik bagi penikmat film di Indonesia dan bisa menginspirasi semua penonton lewat cerita dari film Jembatan Pensil ini, sekaligus supaya bisa membuka jalan bagi Didi untuk bisa berkarya lagi
Yuk, jangan lupa nonton film Jembatan Pensil!
Aisya Avicenna
#IbuProfesionalDepok
#kelasminatmenulisiipdepok
#nobariipdepok
#NHWtestimonifilmJembatanPensil
Alhamdulillah, 2 pekan lagi insya Allah Supertwin Shop menginjak usia 3 tahun. Dengan mengusung jargon "Super in Everything", Supertwin Shop ingin selalu melakukan yang terbaik untuk para sahabat Supertwin Shop baik dalam kualitas produk (Super in Product), kualitas layanan (Super in Service), dan harga yang sesuai dengan standar kualitas (Super in Price) .
Alhamdulillah, Allah izinkan saya menunaikan Shalat Idul Adha di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Universitas Indonesia, Depok hari ini. Membuat saya tertegun dan terharu karena saya teringat sebuah impian beberapa tahun silam. Waktu itu di tahun 2010 saya sedang diklat CPNS di Pusdiklat Kemendag, Sawangan Depok.
Allahu akbar... Allahu akbar... Allahu akbar...
Laailahailallahu Allahu akbar... Allahu akbar walillaahilhamd...
Kita semua punya waktu yang sama, sehari 24 jam. Satu jam 60 menit. Dan satu menit selama 60 detik. Kita semua punya jatah yang sama.
Belajar kelompok, bermain, olahraga bareng, berkompetisi dalam aneka lomba menjadi hal yang tak terlupakan bersama dengan teman-teman SD dulu.
~seuntai motivasi untuk diri
Kebanyakan kita sering melihat kesuksesan orang lain pada saat orang tersebut sudah berhasil meraih sesuatu, sementara kita belum bisa mencapainya.
Gadget dalam hal ini smartphone sudah menjadi benda yang tidak
terpisahkan dari kehidupan kita, kemanapun benda tersebut akan selalu menemani,
bahkan ketika menghabiskan waktu bersama pasangan (keluarga). Parahnya ada
yang lebih panik ketika ketinggalan gadget daripada ketinggalan istri
atau suaminya.
Awalnya saya dan suami akan kembali ke Depok pada hari Senin, 21 Agustus 2017 dengan naik mobil. Tapi karena kondisi suami kurang fit, akhirnya mobil ditinggal dan kami memutuskan untuk reschedule tiket kereta
Setelah proses yang singkat dalam penantian yang penuh kesabaran, alhamdulillah Allah datangkan jodoh yang tepat dan terbaik menurut-Nya untuk kakak kami tercinta, Mas Doy.
Hari ini kami sekeluarga ke Solo untuk menyerahkan seserahan dan lamaran ke pihak besan. Insya Allah besok kakak saya akan melangsungkan sunnah bersejarah, pernikahan yang dinanti.
Hari ini saya dan suami mudik ke Wonogiri. Sebagai pecinta soto, tentunya kami tak ingin melewatkan Soto Segeer asli Boyolali. Kami pun memilih Soto Segeer Hj. Fatimah.
Indonesia...
Apakah sejatinya engkau sudah merdeka?
Seperti yang selalu kami rayakan dengan gembira
Di Agustus tanggal tujuh belas tiap tahunnya
Atau itu hanya seremonial semata?
Indonesia kebanjiran baju impor, bisa dilihat dari mall besar hingga pasar kaget. Baik pakaian impor dengan brand terkenal, maupun brand KW super. Duh, miris ya sebenarnya. Padahal brand asli Indonesia banyak yang bagus lho. Salah satunya brand jaket yang saya pakai ini.
Sebelumnya kita telah membahas salah satu senjata penulis yakni sabar, khususnya terkait sabar dalam menghadapi ujian. Sekarang kita lanjutkan pembahasan mengenai sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat.
Ketika kita sudah
mendeklarasikan diri untuk menjadi seorang penulis, akan banyak hal yang
dihadapi, baik kemudahan maupun kesulitan. Dalam menjalankan aktivitas menulis,
ada dua senjata penting yang harus dimiliki oleh seorang penulis,yaitu sabar dan syukur.
Saya menemukan tulisan tahun 2015 ini di email saya tepat di saat siang sampai sore tadi saya berkumpul dengan rekan-rekan FLP Jakarta. Pas banget sebagai bahan renungan karena tadi juga diminta oleh seorang sahabat untuk mengajarinya menulis. Sejatinya saya pun sedang belajar menulis dan dalam tahap 'kembali' ke FLP.
Hari ini saya dan suami mengikuti lomba mancing yang diadakan kantor. Mancing seru-seruan aja sih. Salah satu alasan mengikutinya adalah karena lokasi dekat rumah yakni di Empang Sasak Liong, Joe, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sekitar 15 menit dari rumah. Alasan lain, ingin mengenalkan suami dengan rekan-rekan saya di kantor.
Dua hari terakhir ini kita dihebohkan dengan tebak-tebakan antara suami dan istri yang kira-kira bunyinya begini:
Dewasa ini dunia bisnis, terutama bisnis online kian diminati. Baik anak muda sampai emak-emak paruh baya mulai melek teknologi untuk menekuni dunia bisnis. Sahabat terjun ke dunia bisnis juga kah? Atau baru ingin mulai bisnis?
Rabu saatnya berpuisi... Alhamdulillah, hari ini saya diberikan kesempatan untuk kembali menginjakkan kaki di kota Makassar. Sembari menikmati senja di Pantai Losari, terciptalah puisi ini...
Saya menemukan cerpen ini di folder komputer
kantor saya tahun 2014. Duh, bikin berbunga-bunga banget waktu dibaca ulang.
Berhubung hari ini belum posting, ya sudah kisah yang saya tulis tersebut saya
posting ya. Karena dulu sebenarnya mau diikutkan lomba kisah romantis gitu deh
tapi ternyata telat dan saya baru ingat kalau pernah menuliskannya. Simak aja
ya.
Rumah kedua? Iya, saya punya 2 (dua) rumah yang saat ini sangat saya cintai. Rumah di dunia nyata, yakni rumah tinggal di Depok dan rumah di dunia maya, yaitu blog pribadi saya ini. Hehe.. Sejatinya saya sudah ngeblog sejak tahun 2009. Bisa dibilang waktu itu ngeblog ibarat candu bagi saya. Hampir tiap hari selalu ada postingan yang menghiasi rumah kedua saya tersebut.
Sepekan lalu (30/5) mendadak saya dan suami mendapat 2 tiket gratis untuk menghadiri acara teatrikal "Indonesia Dalam 3" yang digelar Teater Kosong di Ciputra Artpreneur Theater Jakarta. Tak disangka, dapatnya tiket VIP seharga Rp 700.000,-. Rezeki nomplok!
Pagi tadi saya dan suami sarapan di Soto Seger Mbok Giyem, Lenteng Agung. Cukup jauh sih dari rumah, tapi mumpung weekend dan memang kami berdua adalah pecinta soto jadi ya dijabanin aja. Sekalian "pit-pitan" (istilah kami kalau jalan-jalan pakai motor berdua).
Saya termasuk orang yang penasaran dengan "cuanki" (baca : cuangki), karena belum pernah jajan cuanki. Saya amati terkadang di gerobak penjualnya tertulis "bakso cuanki", jadi saya pikir cuanki itu ya bakso. Hingga akhirnya hari ini saya baru tahu apa sebenarnya arti "cuanki".
Salah satu jenis pakaian yang saya suka adalah jaket. Hampir setiap hari saya mengenakannya saat berangkat ke kantor maupun ke luar rumah. Hingga suatu hari saya membeli sebuah jaket model hoodie (seperti di gambar). Saat saya kenakan ternyata cocok dengan saya. Kalau kata orang Jakarte, "Jaket ini gue banget dah!". Suatu ketika saya pakai ke kantor, orang-orang kantor pun heboh karena tertarik dengan jaket Korean Hoodie saya. Saya akhirnya memutuskan untuk jualan jaket tersebut, dan berhasil dapat 40 pcs orderan pertama. Alhamdulillah..
Pergi ke luar negeri
mungkin menjadi impian semua orang. Bisa melihat dan menjelajah tempat asing di
luar Indonesia akan menjadi jejak yang tak terlupakan. Pun demikian dengan saya
dan suami. Salah satu tekad plus impian kami adalah bisa menjelajah bumi Allah
yang luas ini, mentadaburi keindahan alam ciptaan-Nya, mengenal aneka karakter
makhluk-Nya dari pelbagai belahan dunia, mencicipi aneka makanan khas
masing-masing negara (hehe), tak hanya di Indonesia saja. Tentunya kami juga
tetap ingin keliling Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Insya Allah, biidznillah...
Sejak tahun 2009 saya aktif menulis di blog, hampir
tiap hari saya posting tulisan. Kalau saya bilang, saat itu ngeblog seperti
candu. Ada saja yang saya tulis, dari mulai kisah inspiratif yang saya dapatkan
sehari-hari, aneka tips, resensi buku, dan aneka tulisan lainnya. Keaktifan
saya ngeblog berlangsung sampai tahun 2011 akhir. Tahun 2011 itu alhamdulillah saya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 di
ITB, Bandung.
|
Sumber gambar : http://dicuekin.com/2014/07/apa-yang-kita-dapatkan-dari-membaca.html |
Ketika duduk di stasiun bus, di gerbong kereta api,
di ruang tunggu praktik dokter anak, di balai desa,
kulihat orang-orang di sekitarku duduk membaca buku,
dan aku bertanya di negeri mana gerangan aku sekarang,
NHW#9_ETIKA SURYANDARI_IIP DEPOK
Setelah menemukan passion (ketertarikan minat) kita ada di ranah mana, saatnya mulai
melihat isu sosial di sekitar untuk membuat solusi terbaik di keluarga dan
masyarakat.
Rumus yang dipakai
PASSION + EMPHATY = SOCIAL VENTURE
NHW#8_ETIKA SURYANDARI_IIP DEPOK
Setelah di materi sesi #8 kami
belajar tentang bagaimana pentingnya menemukan misi hidup untuk menunjang
produktivitas keluarga. Maka saat ini kita akan lebih menggali bagaimana
menerapkannya secara teknis sebagai berikut:
|
Poster Film "Bukan Cinta Malaikat" |
Saat pertama melihat trailer film yang digarap oleh
rumah produksi Ganesa Perkasa Films ini, saya langsung jatuh cinta. Pasalnya,
film ini mengambil latar di Mekah dan Madinah. Membaca sinopsis cerita juga
cukup menarik. Akhirnya saya dan suami yang sama-sama sangat merindukan untuk
kembali ke dua tanah suci itu, bertekad untuk melihat film bergenre drama
religi tersebut.
NHW#7_ETIKA SURYANDARI
Alhamdulillah, sudah memasuki NHW#7, perjalanan di kelas matrikulasi sudah
cukup jauh ya. Tetap semangaaaat!!! Setelah berusaha mengetahui diri sendiri lewat
NHW-NHW sebelumnya, dalam NHW kali ini akan mengkonfirmasi apa yang sudah ditemukan
selama ini dengan tools “Temu Bakat” yang sudah dibuat oleh Abah Rama di
Talents Mapping kemudian segera mencocokkan hasil temu bakat tersebut dengan
pengalaman yang sudah pernah ditulis di NHW#1 – NHW#6. Semua ini ditujukan
agar bisa masuk di ranah produktif dengan BAHAGIA.
Bisa saya bilang, NHW kali ini sangaaaat seru... Yuk, simak hasilnya!
Krimi diajak ke mall oleh Agan, tetangganya. Ini pertama kalinya Krimi ke mall. Sampai di depan pintu masuk, dia berhenti karena melihat pintunya bisa buka tutup sendiri.
Agan langsung menarik tangan Krimi, "Hey, ayo masuk!"
"Permisi," saat Krimi masuk.
Puisi ini ditulis untuk ikut lomba yang diselenggarakan FLP Wilayah Jakarta Raya pada Hari Bumi bulan April lalu. Baru sempat diposting di blog karena ternyata belum jadi pemenang. Hehehe.. Semangat berpuisi lebih baik lagi!
NHW #6_Etika Suryandari_IIP Depok
Pada Matrikulasi IIP yang ke-6, kami masuk dalam tahap “belajar
menjadi manajer keluarga yang andal. Mengapa harus melewati tahap tersebut?
karena hal ini akan mempermudah kami untuk menemukan peran hidup kita dan
semoga mempermudah kami dalam mendampingi anak-anak menemukan peran hidupnya.
Ada hal-hal yang kadang mengganggu proses kita menemukan peran
hidup yaitu RUTINITAS. Menjalankan pekerjaan rutin yang tidak selesai, membuat
kita merasa sibuk sehingga kadang tidak ada waktu lagi untuk proses menemukan
diri.
NHW#5_Etika Suryandari_IIP Depok
Setelah
mempelajari tentang “Learning How to Learn” maka di NHH #5 kali ini kami
diminta untuk praktik membuat “Desain Pembelajaran” sendiri. Sebelum membuat
“Desain Pembelajaran”, saya mulai dengan mencari referensi tentang apa itu
“Desain Pembelajaran”. Berhubung belum sempat ke perpustakaan untuk mencari buku
terkait, akhirnya saya berselancar di dunia maya.
NHW#4_Etika Suryandari_Depok
Pada IIP pertemuan keempat, kami mendapat materi
tentang “Mendidik Anak dengan Kekuatan Fitrah”. Saatnya mengerjakan NHW nih...
Yuk, diintip!
NHW#3_Etika Suryandari_Depok
Alhamdulillah,
Penugasan NHW kali ini sangat istimewa. Di minggu ketiga ini, peserta Kelas Matrikulasi IIP mendapat penugasan
tentang membangun peradaban dari dalam rumah. Di bagian pertama, kami diminta
untuk menulis surat cinta kepada suami. Hihi,
sebenarnya sih saya dah beberapa kali nulis surat cinta ke suami, tapi demi
tugas ini saya buat dengan konten yang lebih spesial.
Yuk
ah, disimak aja hasil tugasnya
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Haluuu
Kakanya Didi, apa kabar? Insya Allah selalu dalam kondisi sehat wal’afiat ya..
Kaka,
beberapa detik lagi kita akan melangkah ke tanah suci, salah satu impian
terbesar dalam hidup kita akan terwujud. Dag dig dug deh rasanya. Semuanya atas
izi Allah. Semoga perjalanan keren kita kali ini diridhoi Allah dan mendapat
barokah-Nya. Aamiin...
Kaka, tak
terasa ya kita sudah 5 tahun menikah. Bagaimana rasanya punya istri kayak Didi?
Maaf ya. Didi belum bisa jadi istri yang sempurna di mata Kaka, tapi Didi insya
Allah akan selalu berusaha memperbaiki diri dengan sepenuh cinta yang sempurna
untuk Kaka..
I LOVE YOU
BEDEBEK DAH
Alhamdulillah
memasuki pekan kedua di kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional dengan
materi “Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga”. Nah nice home work-nya
tentang indikator profesionalisme seorang perempuan dalam perannya sebagai
individu, istri, dan ibu.
NHW#1_Etika Suryandari_IIP Depok
Setelah mengikuti pertemuan perdana dan diskusi pada
Matrikulasi Institut Ibu Profesional (IIP) Depok yang telah dilaksanakan pada
tanggal 15 Mei 2017 kemarin, saatnya mengerjakan Nice Home Work (NHW).
Assalamu'alaikum
... perkenalkan si ganteng shalih ini namanya Dzaky Naufal Abdurrahman, artinya pemuda
tampan dan cerdas, hamba Sang Maha Pemurah..
Menjadi apapun diri kamu, jadilah manfaat untuk sekitar :)
#notetomyself
Bismillahirrahmanirrahiiim...
Alhamdulillah, saya sangat bersyukur akhirnya bisa gabung di grup WA Ibu Profesional Depok. Saat ini sedang tahap pra matrikulasi IIP Depok Batch 4. Masyaa Allah, rasanya bahagia banget bisa gabung dengan para bunda yang luar biasa. Sebagian besar sudah memiliki buah hati, tak hanya 1 malah ada yang sudah 4. Semoga ini menjadi langkah awal bagi diri ini untuk bisa mengambil inspirasi sebanyak-banyaknya dari para bunda semua.
Tahun ini adalah tahun kelima pernikahan saya, menjadi tahun kelima penantian saya juga untuk mendapatkan amanah buah hati dari Allah. Insya Allah saya dan suami sudah melewati aneka ikhtiar untuk mendapatkan buah hati yang dinanti, tapi mungkin menurut Allah memang belum saatnya dititipi. Tak apa, bagi kami, masa penantian adalah masa untuk membangun kesiapan. Dan kesiapan butuh persiapan kan? Nah, salah satu persiapan saya untuk menjadi seorang ibu yang baik adalah dengan gabung di kelas Ibu-Ibu Profesional. Semoga bekal semakin banyak hingga kelak di waktu yang tepat dan terbaik menurut-Nya, saat anak-anak yang lucu dititipkan-Nya, saya bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat dengan baik.
Semoga menggali ilmu menjadi ibu lewat IIP ini tercatat sebagai salah satu ikhtiar terwujudnya impian saya untuk benar-benar menjadi ibu.
Aamiin yaa Rabbal 'alaamiin...
Salam cinta,
Etika 'Aisya Avicenna'
Calon ibu profesional :)