ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

PENULIS DAN DUA SENJATANYA (BAGIAN DUA)

Sebelumnya kita telah membahas salah satu senjata penulis yakni sabar, khususnya terkait sabar dalam menghadapi ujian. Sekarang kita lanjutkan pembahasan mengenai sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat.


Contoh kesabaran dalam meninggalkan perbuatan maksiat ditunjukkan oleh Nabi Yusuf a.s. saat Allah SWT menguji beliau lewat rayuan wanita cantik nan kaya raya, Zulaikha. Pada waktu itu Nabi Yusuf a.s. memang mengagumi Zulaikha dan kondisi saat Zulaikha mendatanginya sangat mendukung untuk melakukan maksiat. Akan tetapi, dengan keteguhan iman dan kesabaran yang dimiliki, Nabi Yusuf a.s. berhasil melewati ujian-Nya dengan baik. 

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi [18] : 28)

Membuat rangkaian tulisan dan bisa dipublikasikan adalah proses panjang yang membutuhkan kesabaran. Banyak penulis yang kurang sabar hingga terjerumus pada perbuatan yang tidak baik. Mereka ingin menjadi penulis instan. Padahal untuk membuat mie instan saja, kita juga perlu menyiapkan air panas untuk menyeduhnya, bukan? Jadi memang butuh usaha. Menjadi penulis instan dengan menghalalkan segala cara bukan hal yang patut dilakukan. 

Ada beberapa perbuatan negatif yang selayaknya harus dihindari oleh seorang penulis sebagai bentuk kesabaran dalam meninggalkan perbuatan maksiat, di antaranya:

1. Membohongi
Ada penulis yang menuliskan sesuatu yang berisi kebohongan. Apa yang ditulis, ternyata bukan bentuk representasi atau sesuai dengan perbuatan yang dilakukan sang penulis dalam kehidupannya sehari-hari alias NANO (No Action Note Only). Misal : dia menasihati pembaca untuk shalat wajib, tapi dirinya sendiri meninggalkan shalat wajib. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah [2] ayat 44 yang artinya “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab? Maka tidakkah kamu berpikir?”

2. Mencelakai
Banyak kita temukan tulisan yang sifatnya negatif, misal tentang tips pacaran untuk remaja yang dibumbui dengan ajakan berzina. Tulisan semacam ini tentunya dapat mencelakai moral pembaca khususnya remaja. Ada juga tulisan berisi keburukan atau tulisan yang tidak memiliki dasar atau dalil shahih. Tulisan seperti ini justru akan mencelakai pemahaman para pembaca.

3. Menyuap 
Tulisan sudah puluhan kali ditolak penerbit. Ikut lomba menulis tapi sudah ratusan kali tidak pernah masuk nominasi, apalagi jadi pemenang. Rasa putus asa menyergap. Akhirnya, cara yang tidak halal pun dilakukan, yakni menyuap pihak penerbit atau panitia lomba. 

4. Menjiplak
Hal ini kerap terjadi pada penulis yang sudah jenuh dengan tulisannya yang mungkin tak kunjung selesai atau karena tidak ada ide dalam menulis. Akhirnya ia melakukan plagiasi atau menjiplak tulisan orang lain dan mengakui kalau itu tulisannya. Bisa juga dengan mengutip sebuah pendapat, pemikiran, atau hasil penelitian orang lain tanpa menyebutkan sumbernya.

5. Menunda
Saat tengah asyik menulis, terkadang kita mengacuhkan hal-hal lain seperti kewajiban atau kebutuhan kita. Misal : saat sedang fokus menyelesaikan sebuah cerpen, adzan berkumandang, tapi diacuhkan dan tetap fokus menatap layar laptop. Shalat wajib pun ditunda. “Ah, nanti saja! Nanggung nih sebentar lagi selesai.” 
Saking keasyikan akhirnya shalat diakhirkan atau bahkan ditinggalkan. Selain itu, salah satu bentuk penundaan yang sering terjadi di kalangan penulis adalah menunda makan. Semangat yang begitu menggebu dan keinginan untuk segera merampungkan tulisan, membuatnya mengorbankan hak tubuh untuk mendapatkan asupan. Apa yang terjadi? Sering kita dengar kabar ada penulis yang sakit maag akut atau terserang penyakit typus. Jangan sampai karena keasyikan, kita justru mendzalimi diri sendiri ya!

Mungkin masih ada lagi hal-hal negatif yang belum dituliskan, yang perlu kita lakukan adalah menghindarinya. Untuk bisa bersabar dalam meninggalkan hal-hal negatif seperti tersebut di atas, kita harus senantiasa meningkatkan kedekatan pada Allah SWT. Semoga Allah SWT selalu memberi kita kemudahan dalam menuliskan kebaikan serta menganugerahi kesabaran dalam menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak disukai-Nya.

Aisya Avicenna

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

1 comments:

  1. Aamiin..Terima kasih sudah diingatkan ya Mbak.. Semoga kita selalu bisa menyebarkan kebaikan lewat tulisan :)

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna