ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.
Tampilkan postingan dengan label Siroh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Siroh. Tampilkan semua postingan

Aku Merindukanmu, Mujahid Cinta

April 12, 2010




Wahai orang yang menyepi dengan kemaksiatan kepada Allah di waktu malam.
Di Lauhul Mahfudz segala kejahatan di tulis dengan pena
Dengan kemaksiatan engkau menyepi, sedangkan Allah melihatmu...
Engkau tidak dapat menyembunyikan dosa-dosamu dariNya.
Apakah engkau merasa aman terhadap siksaan dariNya?
Bahagialah yang diwaktu malam matanya tak terpejam. Malalui malam dengan risau karena cinta pada penguasa alam.
Dalam kerinduan ia berdiri menatap bintang sedang mata Allah tak pernah lengah memandang...
Wallahi... Betapa nikmat hidup beriman itu...
***
Yaa… itulah rentetan kata inspiratif dalam cover belakang buku karya Al-Faruq Ibn Zainuddin yang berjudul “Aku Merindukanmu, Mujahid Cinta”.
Segala puji bagi Allah Sang Pencipta kita. Shalawat dan salam tercurah pada Baginda Nabi Muhammad SAW, penghulu para nabi dan rasul.
Kecintaan terhadap sesuatu akan bermanfaat jika didasarkan dan disandarkan kepada Allah. Hati ini terasa tenang, karena kita yakin bahwa Allah senantiasa memberikan yang terbaik unyuk hambaNya. Walaupun jarak memisahkan, cinta yang tersandar oleh kekuasaan Allah, takkan mampu menjadi penghalang. Namun, jika kita melihat dunia saat ini, adakah pasangan insan yang memiliki cinta seperti itu???
Jawabnya : YA. Bagi mereka yang beriman dan takut kepada Allah sajalah yang mendapatkan karunia itu. Mereka itu dicintai Allah…
Nabi Musa as bertanya kepada Allah :
“ Ya Rabbi, bagaimanakah saya dapat mengetahui orang yang Engkau cintai dan orang yang Engkau benci?”
Jawab Allah :
“Hai Musa, jika aku cinta pada hamba maka aku beri padanya dua tanda.”
Musa bertanya :
“Apakah keduanya itu?”
Jawab Allah :
“Aku ringankan ia berdzikir kepadaKu supaya Aku berdzikir padanya di alam langit dan bumi, dan Aku pelihara dari yang haram dan murkaKu supaya tidak terkena murka dan siksaKu. Hai Musa, dan sebaliknya jika Aku benci pada hamba. Aku beri dua tanda. Aku lupakan dia dari dzikirKu dan Aku biarkan ia dengan hawa nafsunya supaya terjerumus dalam haram dan murkaKu sehingga layak menerima siksa dan balasanKu.”
Subhanallah, Allah sungguh Maha Mulia. Percakapannya dengan Nabi Musa as sungguh tidak mengandung makna yang membuat kita tak segera menjadi hamba yang Ia cintai. Kata-kata “aku ringankan ia berdzikir…” sama sekali berupa kepastian, kemutlakan yang akan diberikan kepada hamba yang benar-benar selalu ingat padaNya. Lantas, kemana sajakah kita saat ini? Apakah tak sempat lagi kita mengingatNya? Apakah kita lebih asyik memikirkan orang yang kita cintai yang belum pasti akan menghadiahkan sebuah kenikmatan yang tak sebanding dengan dunia ini kala kita senantiasa mengingatNya? Surga namanya, wahai Saudaraku…
Kisah di bawah ini sebagai teladan bahwa memang seharusnya kita mencintai ALLAH di atas segalanya.. karena balasan dariNya akan jauh lebih istimewa….
SELAMAT TERINSPIRASI!!!!
***
Aku Merindukanmu, Mujahid Cinta
Sebagai seorang pengantin, wanita lebih cantik dibanding seorang gadis
Sebagai seorang ibu, wanita lebih cantik dibanding seorang pengantin
Sebagai seorang istri dan ibu, ia adalah kata-kata terindah di semua musim
Dan dia tumbuh menjadi lebih cantik bertahun-tahun kemudian
Alkisah, di Madinah tinggallah seorang pemuda bernama Zulebid. Ia dikenal sebagai pemuda yang baik di kalangan para sahabat, Ia termasuk orang yang rajin dan taat dalam beribadah. Dari sudut ekonomi dan financial, ia pun tergolong berkecukupan. Sebagai seorang yang telah dianggap mampu, ia hendak menjalankan sunah Rasul yaitu menikah.
Beberapa kali ia meminang gadis di kota itu, namun selalu ditolak oleh pihak orang tua atau gadis dengan berbagai alas an. Akhirnya, pada suatu pagi, ia menumpahkan kegalauan tersebut kepada sahabat yang dekat dengan Rasulullah SAW.
“Coba engkau temui langsung baginda Nabi, semoga engkau mendapatkan jalan keluar yang terbaik,” nasihat sahabat itu.
Zulebid kemudian mengutarakan isi hatinya kepada Nabi. Sambil tersenyum, beliau berkata :
“Maukah engkau saya nikahkan dengan putri si Fulan?”
“Seandainya itu adalah saran darimu, saya terima. Ya Rasulullah, putri si Fulan itu terkenal akan kecantikan dan keshalihannya, dan hingga kini ayahnya selalu menolak lamaran dari siapapun.”
“Katakanlah aku yang mengutusmu,” sahut Baginda Nabi.
“Baiklah Ya Rasulullah”
Dan Zulebid segera bergegas bersiap dan pergi ke rumah si Fulan. Sesampai di rumah si Fulan, Zulebid disambut sendiri oleh Fulan.
Ada keperluan apakah hingga saudara datang ke rumah saya? tanya Fulan.
“Rasulullah SAW yang mengutus saya ke sini, saya hendak meminang putrimu si A,” jawab Zulebid sedikit gugup.
“Wahai anak muda, tunggulah sebentar, akan saya tanyakan dulu kepada putriku.”
Fulan menemui putrinya dan bertanya, “Bagaimana pendapatmu wahai putriku?”
Putrinya pun menjawab,
“Ayah, jika memang ia datang karena diutus oleh Rasulullah SAW, maka terimalah lamarannya, dan aku akan ikhlas menjadi istrinya.”
Akhirnya pagi itu juga, pernikahan diselenggarakan dengan sederhana. Zulebid kemudian memboyong istrinya ke rumahnya.
Sambil memandangi wajah istrinya, ia berkata,
“Duhai Anda yang diwajahnya terlukiskan kecantikan bidadari, apakah ini yang engkau idamkan selama ini? Bahagiakah engkau dengan memilihku sebagai suamimu?”
Istrinya menjawab,
“Engkau adalah lelaki pilihan Rasul yang datang meminangku. Tentu Allah telah menakdirkan yang terbaik darimu untukku. Tak ada kebahagiaan selain menanti tibanya malam yang dinantikan para pengantin.”
Zulebid tersenum. Dipandanginya wajah indah itu ketika kemudian terdengar pintu rumah diketuk. Segera ia bangkit dan membuka pintu. Seorang laki-laki mengabarkan bahwa ada panggilan untuk berkumpul di masjid, panggilan berjihad dalam perang.
Zulebid masuk kembali dan menemui istrinya.
“Duhai istriku yang senyumannya menancap hingga ke relung batinku, demikian besar tumbuhnya cintaku kepadamu, namun panggilan Allah untuk berjihad melebihi semua kecintaanku itu. Aku mohon keridhaanmu sebelum keberangkatanku ke medan perang. Kiranya Allah mengetahui semua arah jalan hidup kita ini.”
Istrinya menyahut,
“Pergilah suamiku, betapa besar pula tumbuhnya kecintaanku kepadamu, namun hak Yang Maha Adil lebih besar kepemilikanNya terhadapmu. Doa dan ridhaku menyertaimu.”
Zulebid lalu bersiap dan bergabung bersama tentara muslim menuju ke medan perang. Gagah berani ia mengayunkan pedangnya, berkelebat, dan berdesing hingga beberapa orang musuh pun tewas di tangannya. Ia bertarung merangsek terus maju sambil senantiasa mengumandangkan kalimat Tauhid… ketika sebuah anak panah dari arah depan tak sempat dihindarinya. Menancap tepat di dadanya. Zulebid terjatuh, berusaha menghindari anak panah lainnya yang berterbangan di udara. Ia merasa dadanya mulai sesak, nafasnya tak beraturan, pedangnya pun mulai terkulai terlepas dari tangannya. Sambil bersandar di antara tumpukan korban, ia merasa panggilan Allah sudah begitu dekat. Terbayang wajah kedua orang tuanya yang begitu dikasihinya.
Teringat akan masa kecilnya bersama-sama saudaranya. Berlari-larian bersama teman sepermainannya. Berganti bayangan wajah Rasulullah SAW yang begitu dihormati, dijunjung dan dikaguminya. Hingga akhirnya bayangan rupawan istrinya. Istrinya yang baru dinikahinya pagi tadi. Senyum yang begitu manis menyertainya tatkala berpamitan. Wajah cantik itu demikian sejuk memandangnya sambil mendoakannya. Detik demi detik, syahadat pun terucapkan dari bibir Zulebid. Perlahan-lahan matanya mulai terpejam, senyum menghiasinya… Zulebid pergi menghadap Illahi, gugur sebagai syuhada.
Senja datang
Angin mendesau, sepi…
Pasir-pasir beterbangan..
Berputar-putar…
Rasulullah SAW dan para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang . Di antara para mujahid tersebut terdapatlah tubuh Zulebid yang tengah bersandar di tumpukan mayat musuh. Akhirnya dikuburkanlah jenazah Zulebid di suatu tempat. Berdampingan dengan para syuhada lain.
Tanpa dimandikan…
Tanpa dikafankan…
Tanah terakhir ditutupkan ke atas makam Zulebid. Rasulullah tersungkut di samping pusara tersebut. Para sahabat terdiam membisu. Sejenak kemudian terdengar suara Rasulullah SAWseperti menahan isak tangis. Air mata berlinang dari pelupuk mata beliau. Lalu beberapa waktu kemudian beliau seolah-olah menengadah ke atas sambil tersenyum. Wajah beliau berubah menjadi cerah. Belum hilang keheranan sahabat, tiba-tiba Rasulullah SAW menolehkan pandangannya ke samping seraya menutupkan tangan menghalangi arah pandangan mata beliau.
Akhirnya keadaan kembali seperti semula. Para sahabat lalu bertanya-tanya, ada apa dengan Rasulullah SAW.
“Wahai Rasulullah, mengapa di pusara Zulebid engkau menangis?”
“Aku menangis karena mengingat Zulebid. Oo… Zulebid pagi tadi engkau datang kepadaku minta restuku untuk menikah dan engkaupun menikah hari ini juga. Ini hari bahagia. Seharusnya saat ini engkau sedang menantikan malam yang ditunggu oleh para pengantin.”
“Lalu mengapa engkau menengadah dan tersenyum?”tanya sahabat lagi.
“Aku menengadah karena kulihat beberapa bidadari turun dari langit dan udara menjadi wangi semerbak. Aku tersenyum karena mereka datang hendak menjemput Zulebid.” Jawab Rasulullah SAW.
“Lalu mengapa kemudian engkau memalingkan pandangan dan menoleh ke samping?” tanya mereka lagi.
“Aku mengalihkan pandangan menghindar karena sebelumnya kulihat, saking banyaknya bidadari yang menjemput Zulebid, beberapa di antaranya berebut memegangi tangan dan kaki Zulebid. Hingga dari salah satu gaun dari bidadari tersebut ada yang sedikit tersingkap betisnya…”
Di rumah, istri Zulebid menanti sang suami yang tak kunjung kembali. Akhirnya, ia mendengar kabar suaminya telah menghadap sang Illahi Rabbi.
Malam menjelang… terlelap ia, sejenak berada dalam keadaan setengah mimpi yang nyata. Lama-lama ia seperti melihat Zulebid datang dari kejauhan. Tersenyum, namun wajahnya menyiratkan kesedihan pula.
Terdengar Zulebid berkata,
“Istriku, aku baik-baim saja. Aku menunggumu di sini. Engkaulah bidadari sejatiku. Semua bidadari di sini apabila aku menyebut namamu akan menggumamkan cemburu padamu… dan kubiarkan engkau yang tercantik di hatiku.”
Istri Zulebid terdiam. Istri yang membuat mata Zulebid tak mampu jatuh cinta pada bidadari sekalipun..
Matanya basah…
Ada sesuatu yang menggenang di sana
Seperti tak lepas ia mengingat acara pernikahan tadi pagi…
Dan bayangan suaminya yang baru saja hadir…
Ia menggerakkan bibirnya…
“Suamiku, aku mencintaimu… dan dengan semua ketentuan Allah ini bagi kita.. aku ikhlas…”
Dan,
Akan kemanakah kumbang terbang
Pada siapa rindu mendendam
Kekasih yang terkasih
Pencinta dan yang dicinta
Semua berurai air mata
Sedih, ataukah bahagia???
***
Ditulis kembali oleh Aisya Avicenna dengan sedikit perubahan 
Jakarta, 120410

(Tulisan ini diposting pada bulan April 2010 di blog sebelumnya)
Aisya Avicenna

Kader Dakwah di Sekitar Rasulullah

Thursday, December 31, 2009



Dalam sejarah disebutkan, Rasulullah SAW menggelar pertemuan rutin di Darul Arqom untuk mengikat para kader dengan pemimpin mereka yakni Rasulullah SAW. Selain itu Rasulullah SAW ingin menumbuhkan rasa percaya diri pada kadernya, agar TEKAD melanjutkan perjalanan dakwah makin KUAT.

Dlam pertemuan itu, setiap sahabat menceritakan apa yang dialaminya dan Rasulullah SAW memberi tanggapan, pujian atas sikapnya, pengarahan yang sesuai atau meluruskan kesalahannya. Secara TEKNIS, Rasulullah SAW melakukan pola-pola PENDEKATAN yang INTENSIF kepada para sahabat dalam rangka MENCETAK KADER-KADER DAKWAH YANG HANDAL. Di antara pola pendekatan KADERISASI Rasulullah SAW itu adalah :

PERTAMA
Rasulullah SAW menumbuhkan suasana perkenalan antara para sahabat agar hubungan HATI antar mereka kian terikat serta tumbuh rasa cinta. Rasulullah SAW mengenal baik nama, keturunan, status sosial, dan karakter para sahabatnya. Rasulullah SAW juga kerap menanyakan keadaan para sahabat untuk lebih mengenal mereka. Itu sebabnya ketika ditanya tentang amal apa yang paling utama, Rasulullah SAW memberi jawaban yang sesuai dengan penanya. Rasulullah SAW mengatakan : “Demi Dzat yang diriku ada dalam kekuasaanNya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian berIMAN. Dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling MENCINTAI. Maukah kalian kutunjukkan sesuatu yang bila kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam di antara kalian.”
Di atas kecintaan itu selanjutnya tumbuh KEIKHLASAN BERKORBAN, membela kepentingan bersama. Mereka mengamalkan sabda Rasulullah, “tidaklah beriman kalian sampai kalian mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

KEDUA
Rasulullah SAW menerapkan pola tafaqqud wa ri’ayah, selalu mencari informasi tentang para sahabat dan memperhatikan mereka. Rasulullah selalu menanyakan keadaan para sahabat, terlebih bila terasa ada sesuatu yang tidak biasa dari sahabatnya itu. Beliau pernah bertanya pada Abu Hurairah yang tidak tampak dalam majelis. Di saat lain ia merasa kehilangan atas meninggalnya seorang wanita tukang sapu masjidnya.
Bukan hanya bertanya tentang keadaan, Rasulullah SAW juga biasa memberi bantuan apa saja yang beliau miliki untuk memenuhi kebutuhan para sahabat. Dalam sabdanya, Rasulullah SAW mengatakan, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, ia tidak boleh mendzoliminya dan menyerahkannya pada musuh. Siapa saja yang memenuhi kebutuhan saudaranya yang muslim maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Dan siapa saja yang meringankan beban seorang muslim niscaya Allah akan meringankan bebannya pada hari kiamat. Siapa saja yang menutupi aib seorang muslim niscaya Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari & Muslim)

Sebagai manusia, para sahabat juga tidak terlepas dari kesalahan manusiawi. Bila itu terjadi, Rasulullah SAW meluruskannya dengan berbagai metode. Ada kalanya melalui sindiran, misal ketika ada sejumlah sahabat yang ingin melakukan ibadah secara berlebihan.

Kadang, Rasulullah SAW meluruskan para sahabat melalui celaan. Seperti dikisahkan Abu Dzar, “Aku telah memaki seseorang sambil menyebut nama ibunya, sampai membuatnya malu.” Kemudian Rasulullah SAW berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau telah mempermalukan seseorang dengan menyebut nama ibunya? Sesungguhnya pada dirimu masih melekat sifat jahiliah.” (HR. Bukhari). Rasulullah SAW bersikap tegas lantaran Abu Dzar melakukan sikap yang sangat tercela. Sikap itu dapat memunculkan penyakit hatis eperti dengki, takabbur, merasa diri paling benar bahkan bisa melahirkan permusuhan.
Cara lain untuk meluruskan kesalahan para sahabat, Rasulullah SAW melakukan isolasi sementara seperti yang dilakukan kepada Ka’ab bin Malik yang tidak ikut perang Tabuk. Ia diisolasi selama 50 malam. Kisah Ka’ab mencerminkan bahwa orang yang bersalah akan merasakan kesalahannya secara langsung ketika kehilangan lingkungannya, sehingga perilakunya lurus kembali.

**
Begitulah para kader dakwah mendapatkan pendidikan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sebagai pendidik mendapatkan gambaran yang utuh tentang objek dakwah yang dihadapinya. Mereka adalah kumpulan berbagai karakter manusia yang harus mendapatkan sentuhan yang berbeda dan tepat. Proses tersebut tak mungkun dilakukan kecuali lewat pendidikan yang intensif, terus-menerus dan dilakukan dengan penuh kecermatan.
Merekalah kader-kader utama yang di kemudian hari sukses memikul beratnya beban dakwah. Mereka pula yang telah berhasil melakukan konfrontasi terbesar melawan musuh-musuh Islam.
Betapa besarnya kecintaan Rasulullah SAW kepada mereka. Terbukti ketika terjadi perselisihan antara Khalid bin Walid dan Abdurrahman bin ‘Auf, Rasulullah SAW mengatakan kepada Khalid, “Wahai Khalid, jangan engkau usik para sahabatku. Demi Allah, seandainya kamu memiliki emas sebesar gunung Uhud kemudian kamu infakkan di jalan Allah, hal itu belum bisa menyamai seorang dari mereka.”

Akankah ini TERULANG lagi dalam sejarah PERJUANGAN ISLAM masa KINI??? (tarbawi,-red)

Dalam sebuah perenungan
RedZone, Jakarta, 311209_05:47
Aisya Avicenna



(Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2009 di blog sebelumnya)
Aisya Avicenna
 

'Atikah binti Zaid : Inspirasi Etika Pagi Ini


Assalamu’alaykum Warrahmatullahi Wabarakatuh…
Salam selembut sutera kasih, seharum kasturi buat insan pilihan Allah sebagai pembela agama-Nya..
Buatmu, ukhti yang dikasihi Allah…
Ukhtiku, renungilah,
Semua peristiwa yang berlalu seharusnya dijadikan pelajaran dan diterjemahkan dalam bentuk ‘tadhiyah’ (pengorbanan) dalam setiap aspek kehidupan kita. Sudahkah kita berkorban jiwa, harta dan masa demi menegakkan kalimat ALLAH SWT? Hakikatnya, pengorbanan memerlukan kesadaran &keyakinan pada balasan Allah di akhirat kelak. Ia bukanlah mudah dipraktikkan, tanpa mujahadah nafsu yang penuh kesungguhan dan keazzaman seoptimum mungkin.
Betapa besar pengorbanan mujahidah pada zaman dulu yang bersungguh-sungguh dalam berjuang di jalan-Nya. Duhai ukhti, bersamalah kita bergandengan bersama menghasung agama Allah biarpun nyawa dan harta menjadi taruhan! Begitulah konsep ‘tadhiyah’ seharusnya diaplikasikan.Ukhti, bersamalah kita memuhasabah kembali hidup kita dalam mengutip mutiara yang terdapat dibalik ‘tadhyiah’.
Ukhti teristimewa,
Alhamdulillah, tanpa disadari, usia persahabatan kita telah menjangkau waktu yang tak sebentar Persahabatan yang terbina dengan ruh Islam, yang tersimpul demi-Nya dan karena-Nya, karena perjuangan, kita bertaut! ALLAHUAKBAR! Persahabatan yang tiada sunyi. Air mata dan peluh menjadi saksi pengorbananmu! Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang, menciptakan insan sepertimu untuk menemani perjuanganku, ya Ilahi,..Alhamdulillah
Ukhtiku,
Dalam gurau senda,
Adanya air mata duka,
Dalam kegelisahan,
Ada secangkir kenangan,
Dalam penantian,
Adanya hikmah tersimpan..
Tiada kata-kata yang indah bisa kuungkapkan buatmu, hanyalah, sebuah penghargaan!Untaian doa dariku buatmu, adalah tulus dari hati..ingin Syahid menjadi milikmu! Insya Allah..
Semoga Allah terus memilihmu dan diriku di jalan-Nya, membawa kita kepada penyesalan atas dosa-dosa yang lalu, membawa kita kepada rahmat dan kasih sayang-Nya ketika kekecewaan menghambat kita. Semoga semua air mata kedukaan peluh, dan darah menjadi saksi pengorbanan di akhirat kelak. Teruslah tabah ukhtiku! Teruslah mentarbiyahku, duhai ukhtiku, teruslah sabar , tabah, bertahan dalam membela agama-Nya! Berkata Ibnu Mas’ud : “Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah”.
- Allahumma yujzikil Jannatul Firdaus..Aamiin..
Kau pernah bilang padaku, aku adalah cerminanmu. Aku juga ingin bilang yang sama, kaulah cerminku. Menegurku di kala khilaf, menyadarkanku arti kehidupan.. Dikaulah wanita harapan Tuhan, Ku doakan untaian mutiara solehah, buat dirimu, moga menjadi bidadari Surgawi..
Buatmu, teman seperjuanganku,
Eratnya ukhuwah,
Melampaui hubungan darah,
Kasih sayang karena Allah,
Tonggak kekuatan dalam jamaah,
Andaiku dijemput Allah,
Kupinta bertemumu di Jannah.
Ukhtiku, teruslah mantap dalam dakwah dan tarbiyah, menyadarkan yang alpa, menjelaskan yang kabur, berhujah kepada yang jahil, mantap dan terus gagah menjulang panji agama-Nya, duhai srikandi!
” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
( Q.S.An-Nahl: 125)
Ukhtiku,
Andai aku alpa, tegurlah aku!
Andai aku lemah, ingatkan aku janji-Nya!
Andai aku rebah, sadarkan aku!
Andai aku berpaling, kau tamparlah aku! kau gertaklah aku dengan azab-Nya!
Andai aku ingin mundur, halanglah aku!
Andai aku ingin berpaling, kuatkanlah aku!
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan”. Q.S. Yunus: 7-8)
Ketahuilah, betapa rahmat Allah menemani dirimu,.
” Sesungguhnya SWT selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (Q.S. an-Nisa’ : 1)
Ukhtiku,
Ya, kadang kita sakit,
Kadang kita lemah
Kadang kita gundah
Kadang kita takut..
Kadang kita rasa tak mampu
Bergetar hati kita
Berdebar jantung kita
Saat ia mendahulukan Allah dalam segalanya..
Allah segalanya..
Allah segalanya
Allah segalanya..
” Jiwa orang yang beriman itu adalah sedemikian rupa, sehingga apabila disebutkan nama Tuhan, maka hatinya berasa gementar dan kalau dia mendengar kalam Ilahi maka keimanannya ( kecintaannya) kepada Allah semakin bertambah”. ( Q.S. al-Anfal: 2 )
Kita korbankan segalanya demi-Nya
Kita getap bibir dan cantumkan geraham
Kita tahan
Kita terus bertahan..
Biarpun air mata bergenang di kelopak..
Kita terus bertahan..
Kita berdiri tegak
Saat musuh datang menggugat
Saat panahan datang bertubi-tubi..
Kita terus melangkah gagah
Srikandi akhir zaman
Mendukung panji agama-Nya
Kau dan aku akan terus di situ!
Kugenggam erat tanganmu..
Biarpun hanyalah iman senjata kita..
Biarpun getaran hati makin kencang..
Dan air mata hampir jatuh..
Kita terus bertahan..
Lemah lunglai semua sendi..
Iman itu terus bertahan..
Dan air mata itu berderai gugur
Membasahi bumi Allah
Esok di akhirat ia berkumpul
Bukti pengorbanan
Saksi di mahkamah Tuhan!
Menjadi insan pilihan Allah
Kita terus maju ke hadapan..
Biarpun air mataku gugur satu persatu!
Ketahuilah ukhtiku!
Aku kan terus bergandeng tangan denganmu!
Biarpun panah menghujam tepat
Akhirnya, satu tepat menuju ke arahmu!
Dan aku menjadi perisaimu, akhirnya kau menolakku
Panahan itu terus meluncur laju
Dan dua anak panah meluncur laju
Di saat yang sama
Aku terlihat satu panah menghampirimu
Aku coba menyambut panji dari tanganmu dan menjadi perisaimu
Allah! Satu tusukan tepat!
Kedua-duanya menembusi tepat ke jantung kita
Aku memandangmu, kepalamu terdongak menahan pedih
Ash hadu an La ilaha illaLLAH wa ash haduanna Muhammadar Rasulullah!
Akhirnya kita sama tersenyum..
Itulah syahid yang kita impi!
Ya Allah
Aku impikan syahid! Karuniakan buat ukhtiku, dan sahabat seperjuangan yang lain!!
Aku impikan syahid! Karuniakan untuk kami ya Allah, andai itu satu ketetapan, kami ridha!
”Katakanlah (wahai Muhammad), mata benda yang menjadi kesenangan di dunia ini adalah sedikit saja, (dan akhirnya akan lenyap) dan (balasan) hari akhirat itu lebih baik lagi bagi orang-orang yang bertaqwa (karena ia lebih mewah dan kekal selama-lamanya)”. (Q.S an-Nisa’: 77 )
Ya, ukhti fiLLAH,
Moga menjadi seperti ‘Atikah binti Zaid!
Wanita Mukminah, fasih percakapannya, penyair, dan menikahi dengan semua lelaki yang mati syahid pada hayatnya! ALLAHU AKBAR!
Kenalilah srikandi terhebat ini, beliaulah termasuk dalam 70 Srikandi terhebat di zaman Nabi Muhammad SAW..
Beliaulah srikandi yang terkenal karena kefasihannya, kemampuannya dalam bersyair dan kekuatan akalnya. Beliau telah mewarisinya dari ayahnya, Zaid bin ‘amru, salah seorang yang telah menghina berhala-berhala kaum quraisy pada zaman jahiliyyah.
Dengan mewarisi cara berfikir ayahnya dan akhlak-akhlak mulia, ‘Atikah binti Zaid tumbuh menjadi besar. Ia telah mewarisi kefasihan, kemampuan bersyair, kelembutan perasaan, ketajaman hati, kesucian jiwa untuk beriman dari ayahnya. Karena ketika Islam mulai memancarkan cahayanya di Makkah, dengan pantasnya ‘Atikah mempercayainya. Kemudian, beliau memeluk Islam dan berbai’at kepada Rasulullah. Ketika perintah berhijrah datang, ia ikut keluar berhijrah. ALLAHU AKBAR!
Begitu mulia pengorbanan Srikandi ‘Atikah binti Zaid dalam menjadi tulang belakang suami pertamanya Abdullah bin Abu Bakar hingga beliau Syahid selepas peperangan Thaif, dan suaminya Umar al-Khattab yang syahid ditikam seorang Majusi bernama Lu’lu’ ketika Sholat, dan suaminya Zubair al-Awwam yang syahid setelah dibunuh secara zalim dalam Perang Jamal di Wadi siba’.. Masya Allah. Kemuliaan wanita ini terkenal di kalangan penduduk Madinah pada ketika itu hingga mereka mengatakan: “ Barangsiapa yang menginginkan mati syahid, maka hendaklah ia menikahi ‘Atikah binti Zaid”. Semoga dirimu dikaruniakan kemuliaan sepertinya duhai ukhtiku, dan moga syahid juga menjadi milikmu! ALLAHU AKBAR!
Ukhtiku yang dikasihi karena-Nya,
Renungilah kisah srikandi ‘Atikah binti Zaid ini yang terkenal sebagai wanita yang ahli ibadat dan kuat akalnya, sebagai pedoman dan pengajaran dalam hidupmu!
Ukhtiku,
Semoga ilmu, iman, amal dan pengorbananmu demi Allah dan dienul Islam meningkat seiring dengan usiamu.
Maksudnya: ” Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan solat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Q.S at-Taubah: 71)
Semoga iman yang mantap dan aqidah yang kental terus bersamamu menjadi benteng perisai dalam mujahadahmu menuju ridha Allah yang kita impikan.
”Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan nafsu dari keinginan hawa nafsunya. maka sesungguhnya Syurgalah tempat tinggalnya”. (Q.S. an-Nazi’aat: 40-41)
Ukhtiku,
Salam kasih yang tiada pudar dalam setiap musim dan peristiwa,
ALLAHUAKBAR!
Ya Allah, tatkala padang mahsyarmu menjilat tubuh,
Izinkan kami sama berteduh..
Ketika mizanmu teliti mengira
Beratkan neracanya atas amal mulia..
Naungi kami di sana
Berkat kasih karena-Mu semata..
Andai ukhtiku terpilih ke Syurga,
kupinta diriku bersama, aamiiin…
Salam Ukhuwwah ….
Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Ba'da KSP @ NHIC, 290809_07:44

Saudarimu,
ETIKA


(Tulisan ini diposting pada bulan Agustus 2009 di blog sebelumnya)

Aisya Avicenna

Zainab binti Jahsi

Kajian Sabtu Pagi (KSP), 10 Mei 2009 kali ini membahas tentang salah satu istri Rasulullah SAWyakni Zainab binti Jahsi. Beliau adalah satu-satunya istri Rasulullah SAW yang menandingi ‘Aisyah dalam beberapa hal. Beliau adalah wanita bangsawan nan rupawan. 

Ibunya bernama Umaimah binti Abdul Mutholib (masih saudara sepupu Rasulullah SAW).

Sebelum menjadi istri Rasulullah SAW, Zainab sudah lebih tahu tentang Rasulullah SAW. Awalnya, Zainab menikah dengan Zaid bin Haritsah. Zaid adalah seorang budak belian yang dibeli Hakim bin Hisam di pasar Ukadz seharga 400dirham. Hakim bin Hisam masih mempunyai hubungan saudara dengan ibunda Khadijah ra. Khadijah akhirnya memilih Zaid untuk menjadi pelayan di kediamannya dan dimerdekakan Rasulullah SAW. Zaid merupakan orang kedua setelah Ali bin Abi Thalib yang masuk Islam. Pada suatu hari, bapak Zaid yang bernama Haritsah bin Sarahim mencari Zaid dan memintanya kembali. Zaid diminta memilih, ikut kembali dengan ayahnya yang belum masuk Islam atau memilih tetap tinggal bersama Rasulullah SAW. Zaid menjawab “
Aku lebih memilih bersama Tuanku karena Tuanku ini memiliki banyak kebaikan.”

Akhirnya Zaid yang masih bujang tinggal cukup lama dengan Rasulullah SAW dan dinikahkan dengan sepupunya, Zainab binti Jahsi. Awalnya Zainab tidak setuju karena Zaid dianggap tidak sederajat dengannya. Akhirnya turunlah Q.S. Al Ahzab : 37. Akhirnya Zainab bersedia dinikahi Zaid, Akan tetapi, setelah menikah dengan Zaid, Zainab tidak mau disentuh dan berbicara dengan Zaid. Zaid akhirnya melapor pada Rasulullah SAW. Zainab menikah karena menjalankan perintah Allah, bukan karena cinta. Akhirnya Zaid menceraikan Zainab. Zaid kemudian diangkat menjadi anak angkat Rasulullah SAW dan menjadi Zaid bin Muhammad.

Tak lama kemudian, Allah menikahkan Rasulullah SAW dengan Zainab (inilah kemuliaan Zainab) untuk menghapus budaya jahiliyah pada saat itu.


Zainab adalah ummahatul mukminin yang mempunyai banyak keistimewaan, antara lain :
1. Istri yang sangat taat pada Allah dan Rasul-Nya
2. Orang yang rajin ibadah (‘abidah : wanita yang ahli ibadah)
3. Orang yang rajin berinfaq
4. Meskipun kompetitor kecemburuan ‘Aisyah, tapi beliau mampu bersikap objektif. Beliau membela ‘Aisyah saat terkena fitnah.

Zainab meninggal pada tahun 20/21 H (hidupnya panjang). Hidup sampai masa khilafah Umar bin Khattab, saat umat Islam mampu menguasai Byzantium dan Romawi.


Hikmah buat kita :
1. Taatilah perintah Allah dan RasulNya
2. Penting bagi kita untuk tidak mempertahankan tradisi jahiliyah. Saatnya untuk mendobrak kriteria yang tidak syar’i (ex : saat pernikahan kita nanti)
3. Jadilah kita orang yang saat melakukan proses apapun dalam kehidupan ini dengan meminta bantuan pada orang yang dapat dipercaya (ex : haji, nikah, dll)
4. Tidak ada yang sulit dalam Islam




(Tulisan ini diposting pada bulan Mei 2009 di blog sebelumnya)

Aisya Avicenna