Ada 4 simulasi menulis yang superkeren dalam sesi “Writing Skil (part 3) bersama Kang Muvti (penulis buku “Sukses Kuliah dengan Kekuatan Pikiran”) kemarin. Simulasi pertama kami diminta menulis dengan topik “Suasana di Pantai”, selanjutnya “Pengalaman Cinta Pertama”, kemudian tentang “Keadaan Masa Depan” dan yang terakhir tentang “Dongeng si Kancil versi Digital”. Waktu yang dibutuhkan untuk menulis masing-masing topik itu sangat singkat. Nah, pada simulasi terakhir inilah yang menurut saya paling menantang. Kami diminta menuliskan kisah dongeng si kancil yang telah sejak kecil kami dapatkan, kemudian memadukannya dengan era kekinian. Hmm, sebelum mulai menulis, cukup lama juga memikirkannya. Berbeda dengan ketiga simulasi sebelumnya. Akhirnya saya menulis kisah itu sebagai berikut. Saya tak menyangka dengan respon Kang Muvti dan teman-teman yang heboh dengan cekikikannya...Hehe... Lha wong saya sendiri juga cengar-cengir waktu menulisnya! Simak ya...(yang ini sudah saya tambahkan ceritanya)! Ide itu memang datangnya tak diduga, apalagi kalau kepepet! :D
***
“Hai Kura-kora bodoh! Mari berlomba lari denganku!” Kancil yang congak mengirim SMS pada Kura-kura yang sedang asyik berjemur.
Karena sudah tidak sabar untuk membalas kecongkakan si Kancil, Kura-kura itu pun menelepon si Kancil.
Kring.... HP si Kancil berbunyi tanda ada telepon masuk.
“Ya... Halo... Kura-kura dungu! Ada apa? Kamu bersedia lomba lari denganku?”
Kura-kura pun menjawab, “Oke.. siapa takut? Besok ya di Stadion Senayan. Aku tunggu kamu di depan Indoor Tennis”.
“Baik!” jawab Kancil geram.
Klik! Kancil mematikan HP-nya. Dadanya naik turun karana merasa puas atas jawaban Kura-kura yang bersedia berlomba lari dengannya. Kancil yakin akan menang.
Di lain tempat, Kura-kura tadi menyusun strategi bersama sahabatnya sesama kura-kura lewat Blackberry Messanger Group-nya.
“Guys, si Kancil yang sombong menantang aku lomba lari besok nih di Senayan! Bantu aku dong!” Kura-kura 1 memulai diskusi.
“Wah, kamu harus menang! Tapi, bagaimana caranya ya? Kamu eh... kita kan lelet banget kalau jalan” Kura-kura 2 menyahut.
Kura-kura 1 pun menulis, “Aku ada ide! Bagaimana kalau kalian semua membantuku.”
“Bagaimana caranya?” Kura-kura 3 menimpali.
“Begini, tanpa sepengetahuan si Kancil kita berdiam diri di sepanjang lintasan lomba. Kita atur jaraknya 2 meter. Seperti estafet, tiap lari 2 meter kita gantian. Toh bentuk dan wajah kita hampir sama. Sama-sama elegan dan imut. Tul gak? Hehe... Bagaimana?”
Kura-kura 4 nimbrung, “Ide bagus pakai banget tuh! Aku sepakat. Kita kalahkan kecongkakan si Kancil!”
Kura-kura 5 bertanya, “Tapi, bukankah kancil akan menaruh curiga dengan banyaknya bulatan aneh di sepanjang lintasan?”
“Hmm... nanti aku tantang dia lari dengan kaca mata hitam... dengan alasan biar tidak silau dan biar tambah keren!” Kura-kura 1 menelurkan ide briliannya.
“Hahaha, ada-ada saja kamu! Tapi boljug alias boleh juga tuh idenya!” Kura-kura 5 sepakat dengan ide kura-kura 1.
“Okelah kalau begitu temans! Hubungi rekan-rekan yang nggak punya BB ya. Besok kita kumpul jam 6 di Indoor Senayan kemudian mengatur posisi. Sekarang pada istirahat gih! Jangan lupa minum suplemen dan berdoa sebelum tidur!”
Akhirnya obrolan antar kura-kura di BBM Group itupun berakhir. Singkat cerita, keesokan harinya dengan tampang sok keren karena memakai kaca mata hitam baru, si Kancil siap berlomba lari dengan Kura-Kura. Pertandingan berjalan lancar, sesuai strategi. Kura-kura menang. Si kancil pun pulang berselimut malu karena kalah. Kecongkakannya pun memudar. Ia merasa tak berguna.
***
Hikmah kisah ini :
1. Jangan pernah meremehkan potensi orang lain. Bisa jadi apa yang menurut kita “buruk” dari orang lain, malah itulah yang membuat orang lain lebih luar biasa dari kita.
2. Untuk menggapai sukses butuh strategi yang cerdas. Jangan gegabah dalam bertindak, tapi cermatlah dalam melangkah.
3. Kesombongan akan melahirkan petaka.
4. Dll (silakan tambahkan sendiri ^_^)
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2011 di blog sebelumnya.
“Bunda, Azzam mau baca buku ini!” Si kecil beringsut duduk di sampingku sambil membawa buku cerita yang baru dibelikan ayahnya. Buku itu berjudul “Masa Kecil Rasulullah Saw”. Buku setebal 30 halaman yang dikemas khusus untuk anak-anak. Hmm... ayahnya memang pandai memilih buku untuk si kecil.
Sampai detik ini kami memiliki sekitar 5.000 buku yang menjadi koleksi di perpustakaan keluarga kami. Namanya perpustakaan “Al-Firdaus”. Dari 5.000 buku itu, 1.000 di antaranya adalah buku anak-anak milik Azzam. Di perpustakaan itu ada satu rak khusus berisi sekitar 500 buku karyaku, suamiku, dan Azzam.
Hmm... betapa bahagianya aku karena impian yang aku tulis puluhan tahun silam akhirnya terwujud. Di buku impian itu, aku menulis impian ke-101 yakni “membangun keluarga SAMARADA yang juga jago menulis => KELUARGA PENULIS”. Alhamdulillah, akhirnya impian itu menjadi kenyataan.
Ting.. tong... Bel berbunyi. “Assalamu’alaykum...”. Aku menjawab salam itu dengan begitu ceria. Suara itu tidak asing bagiku. Dialah pendamping hidup sekaligus motivator dan inspiratorku yang dengannya kami bisa melahirkan karya-karya luar biasa dalam keluarga kami tercinta.
Aisya Avicenna
***
Review
Tulisan singkat di atas ditulis Jumat, 28 Oktober 2011 dalam sesi simulasi materi “WRITING SKILL (part 3)” dengan coach : Kang Muvti (penulis buku “Sukses Kuliah dengan Kekuatan Pikiran”). Dengan durasi waktu yang sangat singkat, kami diminta menulis dengan topik “keadaan masa depan”. Nah, seperti di atas itulah tulisan saya. Hmm, semoga tak hanya sekedar menjadi tulisan yang sekali baca habis. Besar harapan saya tulisan di atas menjadi doa sekaligus komitmen yang terinternalisasi dalam diri saya. Di balik itu, dari simulasi menulis ini saya belajar teknik menulis yang sangat luar biasa dari Kang Muvti. Semangat menulis! Semangat merangkai karya!
Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2011 di blog sebelumnya.
Melihat ke atas: Memperoleh semangat untuk maju
Melihat ke bawah: Bersyukur atas semua yg ada
Melihat ke samping: Semangat kebersamaan
Melihat ke belakang: Sebagai pengalaman berharga
Melihat ke dalam: Untuk introspeksi diri
Melihat ke depan: Untuk menjadi lebih baik!
~Melihat ke dompet.. Hmm, baru ingat kalau ini tanggal tua! ^^~
Status di atas aku posting di FB pada hari Selasa, 26 April 2011 dan
langsung mengundang banyak jempol dan komenter. Teman-teman baru tahu
kalau aku tuh tipikal orang yang humoris. Hehe...
Melihat ke atas: Memperoleh semangat untuk maju
Melihat ke bawah: Bersyukur atas semua yg ada
Melihat ke samping: Semangat kebersamaan
Melihat ke belakang: Sebagai pengalaman berharga
Melihat ke dalam: Untuk introspeksi diri
Melihat ke depan: Untuk menjadi lebih baik!
~Melihat ke dompet.. alhamdulillah.. terima rapelan gaji! ^^v~
Nah, kalau status ini aku posting hari Rabu, 27 APril 2011 dan tetap
mengundang jempoldan komentar. Komentar yang masuk kebanyakan minta
traktiran. Hadehh...
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Ringkasan ini tidak tersedia. Harap
klik di sini untuk melihat postingan.
Alhamdulillah, hari ini dapat pengumuman tahap I beasiswa S2 dari kantor.
Insya Allah tes selanjutnya tanggal 13-14 Mei 2011.
Mohon doanya kawan-kawan!
Semangat!!!
Gitu aja deh catatannya coz speechless banget karena pagi tadi aku
sempat merasa sedih karena "kehilangan" sesuatu, tapi Allah ternyata
menggantinya dengan begitu cepat. Sebuah kejutan saat aku membuka email
dan membaca pengumuman itu.
Ya Allah, hamba yakin masih banyak kejutan luar biasa yang Engkau
rahasiakan... Dengan begitu membuatku belajar untuk terus berjuang,
bersyukur, dan bersabar dalam menemukan rahasia-rahasia itu!
~Terima kasih atas kejutan sekaligus kesempatan yang Engkau beri hari ni, Ya Rahman.. Aku luruh dalam mahabbah pada-MU...~
250411
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Jumat, 9 April 2011. Pagi ini aku keluar kost pukul 05.30. Kalau dalam
bahasa Jepang, namanya : “MRUPUT”. Hehe... Insya Allah, hari ini adalah
hari pertama masuk kampus “LBQ Al-Utsmani” untuk belajar tahsin di level
baru. Lokasi kampusnya di daerah Condet. Aku masuk jam 06.00 pagi.
Alhamdulillah, sampai sana masih jam 06.00 kurang dikit. Aku langsung
menuju lantai dua untuk melihat pengumuman. Penasaran, siapa ustadzah
yang mengajarku di semester ini. Setelah aku baca pengumuman, senyumku
mengembang, syukurku tak berbilang. Alhamdulillah, Allah masih
‘menjodohkan’ aku dengan Ustadzah Win. Dua semester terakhir aku belajar
dengan beliau. Beliau adalah ‘extraordinary ustadzah’, tegas dan
disiplin serta cukup inovatif dalam memberikan materi. Terima kasih ya
Allah...
Pada semester ini, kelasku berjumlah 12 orang akhwat. Ada beberapa orang
yang baru aku kenal. Alhamdulillah, tambah saudara lagi. Kami belajar
dari pukul 06.00 sampai pukul 08.00. Biasanya aku minta izin pukul 07.30
setelah talaqi, tapi kali ini aku tidak izin karena setahuku pimpinan
hari ini ada tugas dinas ke luar kota. Hehe, jadi berangkat siang!
Subhanallah, pada semester kali ini ternyata jauuuuh lebih menantang
dari semester sebelumnya. Pekan depan kami harus setoran 6 hadist! Glek,
bismillah... semoga dimudahkan!
Pukul 08.00 aku berangkat ke kantor. Alhamdulillah, di Kopaja 502 aku
dapat tempat duduk sehingga bisa membaca buku, meskipun di luar sana
macet tengah melanda. Kali ini aku membaca “Agar Bidadari Cemburu
Padamu”-nya Ustadz Salim A. Fillah. Aku membaca ini untuk kedua kalinya.
Niatanku sih untuk merefresh kembali dan sebagai bahan bakar semangat
perbaikan diri.
Pukul 09.00 aku baru sampai kantor. Siang banget ya! Tapi ternyata
banyak juga yang baru datang. Maklum, macet! Hehe... Sampai di lantai 9,
eh.. ternyata pimpinanku ada. Beliau tidak jadi berangkat ke Bali.
Alhamdulillah, aman! Malah beliau mengizinkan aku dan seorang temanku
untuk mengurus sesuatu di UI Depok (kisah ini akan aku ceritakan lain
kali). Pukul 10.00, aku dan seorang temanku sebut saja namanya Lina,
sudah berada di stasiun Gondangdia. Kami naik kereta Ekonomi AC jurusan
Bogor. Langsung saja ya, setelah dari UI Depok, kami ke Kementerian
Komunikasi dan Informasi untuk menyerahkan sebuah berkas. Awalnya mau
fotocopy dulu, tapi ternyata di Kominfo tidak ada akses fotocopy
terdekat. Akhirnya kami berjalan menuju Kementerian Perhubungan.
Alhamdulillah ada, meski kami harus berjalan memutar. Pukul 13.30, kami
kembali ke Kementerian Perdagangan. Pegel juga kakinya. Kalau ditotal
mungkin hari ini kami berjalan kali lebih dari 5 kilometer.
Alhamdulillah, Allah masih memberikan nikmat sehat.
Sore harinya, pukul 17:15 aku berhasil mendapat izin untuk pulang
kantor. Hmm, belum packing soalnya. Insya Allah besok mau berpetualang
lagi dalam “Ekspedisi Aisya : Warna 3 Ranah (Part 3)”. Tiga ranah? Mana
saja tuh? Pastinya Solo dan Wonogiri. Hmm, satunya lagi masih
dirahasiakan. Insya Allah besok pagi juga akan tahu. Sesampainya di kost
langsung sholat Maghrib. Masih ada jeda waktu sebelum Isya, akhirnya
dimanfaatkan untuk makan malam. Setelah itu menyiapkan barang-barang
yang akan dibawa esok harinya. Habis Isya’, aku memutuskan untuk tidur.
Badan rasanya capek sekali karena ekspedisi seharian tadi. Setelah
membaca doa sebelum tidur, aku menambahkan sebuah doa yang kalau tidak
salah, redaksinya seperti ini. “Ya Allah, jika Engkau berkenan...
Bangunkan aku dua jam dari sekarang. Aku ingin menyiapkan keperluan
untuk besok dan setelah itu aku tidak ingin tidur lagi.”
Subhanallah, aku terbangun pukul 21.30 tanpa alarm! Padahal ketiga
alarmku (dua HP dan satu jam weker) sudah aku setting. Tapi mereka
bertiga berdering saat aku sudah bangun. Alhamdulillah... Terima kasih
Ya Allah...Setelah itu, dapat telepon dari Ibuk juga yang mengabarkan
kalau ada penampilan Briptu Norman di BUKAN EMPAT MATA. Hehe, ibukku
juga mendadak jadi penggemarnya Briptu Norman. Chaiyaa.. Chaiyaa...
Ehem! Teman-teman kost ternyata juga sudah berada di depan TV. Hehe,
akhirnya kami berempat nonton aksi Briptu Norman. Sangat menghibur!
Seorang teman kostku saat itu juga tengah menanti kabar kakaknya yang
akan melahirkan anaknya yang kedua. Saat kami nonton TV bareng itu,
kakaknya baru pembukaan keenam. Jadi kami nonton TV sambil harap-harap
cemas. Nah, setelah acara selesai, kami masuk kamar masing-masing.
Selang berapa lama, temanku heboh. Ternyata kakaknya sudah melahirkan.
Alhamdulillah, kami bisa mendengar suara tangis bayi yang baru lahir
lewat telepon. Subhanallah.. lucunya... Semoga menjadi anak yang
sholihah ya, Nak!
Sabtu, 9 April 2011. Pukul 00.00, saatnya menegakkan sholat malam.
Luruh... Pukul 02.00 berencana tilawah dan rencananya lanjut membaca
buku. Al-Qur’an sudah dibuka. Kantuk menyerang. Sempat berdoa, “Ya Allah
aku tidak ingin ketiduran, tapi kalau ketiduran, semoga Engkau berkenan
membangunkanku sebelum jam 03.00 pagi.” Benar saja, aku ketiduran
sambil duduk bahkan sempat bermimpi. Tiba-tiba terbangun pukul 02.45.
Masya Allah! Al-Qur’an-ku sudah berpindah posisi, tidak lagi di
pangkuan. Tapi, subhanallah walhamdulillah.. Allah mengabulkan doaku.
Aku bangun sebelum jam 03.00. Setelah beberapa saat membuka mata, ada
telepon masuk. Ternyata dari TAXIKU. Sang operator berujar kalau taksi
pesananku bernomor 628. Tapi berhubung aku masih belum 100 % sadar, aku
pun lupa dengan nomor yang diberi tahu tadi. Hehe!
Setelah itu, aku bersiap. Hmm, kalau kayak gini aku teringat waktu mau
ke Surabaya setahun yang lalu. Aku janjian dengan temanku yang juga
memesan TAXIKU. Kami akan terbang pukul 06.00. Taksi akan menjemput dia
pukul 03.00. Kemudian akan menjemput aku pukul 03.15. Aku ketiduran juga
waktu itu. Bagaimana kisahku selanjutnya kala itu? Insya Allah ada
tulisan sendiri untuk mengenang kisah tersebut. Lanjut ke ceritaku tadi.
Pukul 03.00, aku turun ke lantai 1 kos untuk makan roti sambil
duduk-duduk di kamar Nuri, sahabatku. Subhanallah, ternyata sahabatku
itu mau mengantarku sampai ke tempat taksiku mangkal. Tak terduga! Aku
mencoba menelepon nomor TAXIKU yang menghubungi tadi, tapi tidak
tersambung. Akhirnya aku dan Nuri keluar kost pukul 03.25 menuju Jalan
Kebon Nanas Selatan 1.
Setelah sampai di situ, ternyata tidak ada tanda-tanda ada taksi.
Wealah... akhirnya, aku telepon ke TAXIKU Centre. Kata operatornya,
taksi pesananku sudah menunggu di depan Alfamart di Jalan Otista II. Aku
pun berpisah dengan Nuri setelah menemukan taksi tersebut. Ternyata
bapak sopirnya sudah menunggu di situ sejak jam 03.00 tadi meski aku
pesannya jam 03.30. Terima kasih ya, Pak!
Taksi melaju kencang waktu di jalan tol. Aku lirik speedometernya, 120
km/jam euy!!! Akhirnya kami sampai di bandara Soekarno-Hatta pukul
04.00. Kepagian, Neng! Biasanya kalau naik taksi dari kost ke bandara
memakan waktu satu jam, lhah ini malah cuma setengah jam. Tak apalah,
lebih baik menunggu lama di bandara daripada tergesa-gesa. Sampai di
bandara, langsung check in. Setelah check in dan bayar boarding tax di
tempat yang sama, aku masuk ke ruang tunggu. Ealah, baru ada aku dan
seorang ibu yang ternyata juga dari Wonogiri. Petugas belum ada yang
datang.Sepi sekal! ^^v
“Ibu pulang ke Wonogiri dalam rangka apa?” tanyaku pada seorang ibu yang duduk di samping kananku itu.
Beliau menjawab kalau ada saudaranya yang meninggal secara mendadak.
Innalillahi wa inna ilaihi roji’un... Awalnya aku mendengar kalau ada
saudaranya yang “menikah”, bukan “meninggal”. Maklum, masih ngantuk!
Akhirnya kami terlibat dalam obrolan seru.
“Sudah berkeluarga?” Ibu itu balik tanya.
Hadeeeeh, pertanyaan sentitip (pake “p”, buat penekanan!) Aku jawab,
“Belum Bu... Kan saya masih imut,” guyonanku. Ibu itu pun terkekeh.
Hehe...
Saat si ibu asyik telepon, aku pun mengeluarkan headset dan mendengarkan Q.S. Ar-Rahman dari ponselku.
Subuh menjelang, aku dan ibu itu turun ke lantai dasar untuk mengambil
wudhu. Adzan belum berkumandang, aku tilawah dulu di mushola. Menamatkan
Q.S. Ar-Ra’du dan mulai mengawali Q.S. Ibrahim. Paling suka waktu
membaca Q.S. Ibrahim ayat 7. BERSYUKUR! BERSYUKUR!BERSYUKUR!!!
Tilawahku berhenti saat ada seorang bapak yang masuk. Aku perhatikan
bapak itu, beliau melepas baju luarnya yang ternyata adalah ‘baju
dinas’nya. Beliau mendobel bajunya. Beliau adalah seorang cleaning
service di lantai 1 bandara ini. Setelah itu, beliau ambil wudhu
kemudian menjadi imam dalam sholat subuh kali ini. Salut deh sama
beliau. Beliau tetap sholat tepat waktu!
Setelah sholat, aku kembali ke ruang tunggu. Sekarang petugasnya sudah
datang. Aku ke bagian boarding check untuk mendapatkan sticker tanda
tempat duduk. Sticker bulat berwarna merah ia tempelkan di boarding
pass-ku yang berarti aku duduk di sebelah depan. Pukul 05.30, kami masuk
pesawat. Aku duduk di kursi 9 F, dekat dengan jendela. Sebelah kiriku
kosong. Duh, senangnya! Sempat ngeh waktu melihat seorang artis yang
wajahnya akhir-akhir ini menghias layar kaca setelah menikahi seorang
peragawati asal Solo. Saiful Jamil. Dia duduk di belakangku sebelah
kiri.
Pesawat lepas landas jam 06.00. Alhamdulillah... Saat-saat mau take off
itulah menjadi saat yang sangat menegangkan. Doa menderas... Baru merasa
plong saat pesawat sudah mengudara. Subhanallah, betapa Maha Kuasanya
Allah yang menghamparkan permadani putih di langit. Awan yang kulihat
pada penerbangan kali ini jauh lebih keren dibanding sebelumnya. Putih,
bersih, indah nian! Di ketinggian 26.000 kaki itu, aku pun menikmatinya
sambil membaca buku “Agar Bidadari Cemburu Padamu”-nya Salim A. Fillah.
So inspiring!!!
Alhamdulillah, akhirnya pada pukul 07.05 kami mendarat di bandara Adi
Sumarmo Solo. Welcome to Solo... Dan Ekspedisi Aisya dalam Warna 3 Ranah
(Part 3) pun dimulai.... Bismillahirrahmanirrahim...
Wonogiri, 9 April 2011_17:26
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Hari kedua di bulan April. Pagi ini, pukul 05.30 saya sudah siap dengan
kostum merah marun. Jam segitu saya sudah keluar kos untuk cari sarapan.
Meski jalan agak jauh, akhirnya menemukan juga warteg yang buka sepagi
itu. Sayur daun singkong, telur mata sapi, dan nasi porsi separo menjadi
menu sarapan saya.Setelah menikmati sarapan, pukul 06.00 saya keluar
kos, naik Kopaja 502 dan menuju Stasiun Gondangdia. Sekitar setengah jam
perjalanan, sampailah saya di daerah Gondangdia. Turun dari Kopaja 502,
saya berjalan menuju Stasiun Gondangdia yang ternyata lokasinya masih
cukup jauh. Hmm, saya memang baru pertama kali ke stasiun tersebut.
Kalau dihitung-hitung, mungkin sudah hampir setahun tidak naik KRL.
Saya sempat bingung saat memasuki areal Stasiun Gondangdia. Di mana
loketnya? Saya terus berjalan menyusuri pedagang kaki lima dan jajaran
warteg hingga akhirnya saya menemukan tangga menuju lantai dua yang
menurut kata hati saya, loket pembelian karcis ada di sana. Ternyata
memang benar. Cukup dengan uang Rp 1.500,00 karcis kereta ekonomi
jurusan Depok pun sudah di genggaman. Saya telepon Mbak Uli, teman
kantor yang akan menjadi sahabat berpetualang ke Fakultas Ekonomi UI
Depok hari ini. Dia sudah berada di lantai 3. Saya sempat kebingungan
lagi waktu mau masuk peron yang akan dilewati kereta jurusan Depok,
karena papan petunjuknya kurang begitu jelas. Meski sempat singgah di
peron yang salah, akhirnya bisa ketemu Mbak Uli di peron yang akan
dilewati kereta yang akan kami tumpangi. Ngos-ngosan juga karena naik
turun tangga. Sekitar pukul 07.15, kereta ekonomi itu akhirnya datang.
Alhamdulillah, kami dapat tempat duduk.
“Gorengan.. gorengan! Kaca mata... kaca mata! M3 3000, Axiz 3000!
Gesper.. Gesper! Gemblong.. kacang... lontong! Mizon... Mizon...!” Hmm,
suasana kereta ekonomi yang cukup berisik, tapi menjadi harmoni
kehidupan yang saya suka. Saya belajar banyak dari mereka. Dengan
segenap keterbatasan modal (mungkin), tapi mereka berjuang keras untuk
survive di ibukota. Pemandangan menyentuh lainnya adalah saat dua orang
pengamen memasuki gerbong tempat saya duduk. Saya yakin mereka adalah
sepasang suami istri. Sudah renta. Sang istri mengenakan kerudung putih
berwarna usang. Sedang di belakangnya, sang suami berjalan memegang
pundak sang istri sambil mendendangkan sebuah lagu Melayu yang pernah
dinyanyikan Arai pada Zakiah Nurmala dalam film “Sang Pemimpi”. Saya
menikmati alunan merdu itu. Tapi saya terkesiap setelah mereka berada di
dekat saya.
Kedua pasang mata itu.... Ya, mereka buta! Ya Allah... cukupkanlah
rezeki mereka karena hanya Engkau yang kuasa mencukupkan kehidupan
hamba-Mu. Pikiran dan hati saya berkecamuk. Bagaimana kehidupan
sehari-hari mereka? Bagaimana dengan anak-anak mereka? Bagaimana cara
mereka turun dari kereta ya? Rumah mereka di mana? Saya jadi teringat
kedua orang tua di rumah. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur karena
kedua orang tua saya sehat wal’afiat. Tidak ada cacat. Ya Allah... Ya
Allah... Ya Allah...
Selang berapa lama, saat kedua pengamen itu berlalu dari gerbong,
terdengar lagi lagu dangdut dari kejauhan. Sumber suara dari gerbong
sebelah kanan. Melintaslah di depan saya, seorang anak kecil berusia
sekitar 5 tahun (perkiraan saya) yang berbadan tambun,
menggerak-gerakkan badannya mengikuti irama lagu. Ekspresi wajah anak
itu datar. Sungguh, tak ada keceriaan. Saya menangkap tatapan mata
kosong saat kedua matanya beradu dengan kedua mata saya. Di belakangnya,
sang ibu menenteng tape karaoke yang ia pakai sebagai perlengkapan aksi
mereka. Ya Allah... bagaimana masa depan anak kecil itu? Adakah Engkau
selipkan kebahagiaan untuknya kelak? Saya yakin Engkau telah siapkan
yang terbaik untuknya, karena Engkau Maha Pengasih... Engkau Maha
Penyayang...
Pengamen satu berlalu, datang pengamen yang lain. Masih dengan lagu
dangdut. Memang benar seperti sebuah lagu yang pernah dinyanyikan
Project Pop yang berjudul “Dangdut is The Music of My Country”. Dangdut
menjadi ‘lagu wajib’ pengamen di kereta sepertinya. Kali ini saya lebih
terkesiap. Seperti apa yang menyanyi? Sumber suara semakin dekat, tapi
kok pemilik suaranya tak kunjung terlihat. Maha Besar Allah, ternyata
pengamen kali ini (maaf) kakinya buntung. Dia mengenakan sandal bukan di
kedua kakinya, tapi di kedua tangannya. Michrophone yang ia gunakan
untuk menyanyi, diikat di lehernya. Dia berjalan mengesot di lantai.
Hujan turun deras! Tapi di hati saya. Ya Rabbi...
Saya belajar banyak dari mereka. Betapa dengan segala keterbatasan,
mereka masih tegar dalam berjuang. Bagaimana dengan saya? Bagaimana
dengan kita? Mari kita renungkan bersama. Semoga kita bisa berbenah
menjadi pribadi yang lebih baik lagi, menjadi pribadi yang pandai
bersyukur, serta menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.
~Sebuah kontemplasi malam, 020411_21:46
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Ahad, 27 Maret 2011 selepas dari agenda pertemuan rutin anggota Pramuda
angkatan 15 FLP Jakarta di Masjid ARH dan makan siang, Aisya meluncur
dengan menggunakan kendaraan beroda tiga khas Jakarta alias bajaj BBG
menuju Monas. Rencana awal, Aisya makan siangnya di bajaj saja untuk
menghemat waktu, tapi ternyata setelah dipikir-pikir, di bajaj kan
goyang-goyang.. kalau keselek ya berbahaya! Hihi...
Setelah bernegosiasi dengan sopir bajaj, akhirnya disepakati ongkosnya.
Di dalam bajaj sempat mencicipi MADU SUNNAH HPA yang tadi dibawakan Mbak
Pika FLP. Hmm, biar jadi dopping! Begitu pikir Aisya. Sesampainya di
Monas, ada beberapa andong yang sudah dihias pita. Cantiknya...
(Andongnya lho, bukan kudanya!). Aisya masuk ke monas. Hmm, sepertinya
salah turun nih. Mungkin panggung utamanya ada di dekat patung kuda.
Akhirnya Aisya menuju ke sana. Ehem, Glek... Sepanjang perjalanan ke
sana Aisya cuma bisa menunduk dan berucap kata "Sabar... Sabar...
Sabar.. " berulang kali. Pasalnya, kanan kirinya tuh banyak pemandangan
yang bikin ngiri. Tapi insya Allah ngirinya tuh iri yang memotivasi. Di
sebelah kanan depan ada pasangan suami istri yang kompak dengan kaos
putih-kuning-hitam sedang bergandengan tangan mesra. Glek.. Trus, di
sebelah kiri ada seorang istri yang sedang memotret suami dan anaknya.
Hmm, Aisya hanya tersenyum (pengin!). Aisya melanjutkan perjalanan
sambil nasyidan.. Penantian...
Penantian adalah satu ujian
tetapkanlah ku selalu dalam harapan
kerana keimanan tak hanya diucapkan
adalah ketabahan menghadapi cubaan
sabarkanlah ku menanti pasangan hati
tulus kan kusambut sepenuh jiwa ini
di dalam asa diri menjemput berkah-Mu
tibalah izin-Mu atas harapan ini
Rabbi, teguhkanlah ku di penantian ini
berikanlah cahaya terang-Mu selalu
Rabbi, segala upaya hamba-Mu ini
hanyalah bersandar semata kepada-Mu
Rabbi, redhailah penantianku ini
hadirkanlah ketenteraman di dalam hati
Rabbi, hanya pada-Mu-lah doaku ini
duhai tempat mengadu segala resah diri
Akhirnya Aisya sampai di panggung utama. Alhamdulillah, baru dimulai.
Acara diawali dengan penampilan dari Izzatul Islam. Menghentak!!!
Berhubung mantan vokalis STREAM, Aisya juga turut bernasyidan ria.
Paling suka waktu Izzis membawakan Jejak!
menapaki langkah-langkah berduri
menyusuri rawa, lembah dan hutan
berjalan diantara tebing jurang
smua dilalui demi perjuangan
letih tubuh di dalam perjalanan
saat hujan dan badai merasuki badan
namun jiwa harus terus bertahan
karna perjalanan masih panjang
kami adalah tentara Allah, siap melangkah menuju ke medan juang
walau tertatih kaki ini berjalan
jiwa perindu syahid tak akan tergoyahkan
wahai tentara Allah bertahanlah,,
jangan menangis walau jasadmu terluka
sebelum engkau bergelar syuhada
tetaplah bertahan dan bersiap siagalah
* Puisinya...
gunung tinggi menjulang
samudra luas membentang
adalah lahan peneguhan
hutan rimba
padang gersang
jadi ajang pembuktian
hujan badai
terik panas kerontang
pasti kan hiasi perjalanan
saat langkah tlah diayunkan
pantang surut ke belakang hingga sampai ke tujuan
bertahanlah dan bersiap siagalah
Wah... keren pokoknya!
Setelah penampilan Izzis, Aisya merapat ke barisan akhwat di depan
panggung. Acara dilanjutkan dengan prakata dari MC. Kami diajari
beberapa yel-yel. Setelah itu tasmi' Qur'an oleh seorang ikhwan yang
hafizh! Mantap... Baru setelah itu ada orasi dari beberapa tokoh. Sebut
saja ada Pak Hidayat Nur Wahid, Pak Anis Matta, Ibu Yoyoh Yusroh dan
beberapa tokoh lintas agama.
Alhamdulillah, akhirnya bisa satu forum dengan Wakil Ketua DPR RI, Pak
Anis Matta, Lc, memberikan orasinya di acara Aksi Munashoroh untuk Timur
Tengah tersebut. Dihadapan ratusan ribu massa aksi, beliau
menyampaikan, "Yang mendukung revolusi itu anak-anak muda, bukan cuma
karena usianya tapi muda dari perasaan yang slalu berjiwa muda,"
ujarnya.
Setelah orasi dari para tokoh (Aisya sempat merekam semuanya, insya
Allah akan diupload kemudian hari... belum sempat ditulis orasinya),
sempat ada penampilan dari Ar Ruhul Jadid. Setelah itu pelepasan merpati
dan kita jalan dari Monas menuju bundaran HI, terus kembali ke Monas
lagi. Subhanallah, selama dari Monas sampai ke Monas lagi cuacanya
mendung. Sempat gerimis sebentar. Hmm, serasa malaikat turut serta dalam
aksi kali ini. Saat aksi ini Aisya hanya sendiri. Sebenarnya
kawan-kawan "lingkaran cintanya" juga ada yang datang, tapi tidak
bertemu karena mereka datang terlambat (sebelumnya mereka ada agenda ke
walimahan dulu). Karena ada agenda lain, akhirnya mereka juga tidak
turut turun ke jalan.
Oh ya, aksi tersebut digelar sebagai bentuk kepedulian dan rasa prihatin
yang mendalam atas nasib masyarakat sipil yang menjadi korban krisis
politik dan konflik bersenjata, yang berkecamuk di sejumlah negara di
Timur Tengah, seperti di Yaman, Bahrain, Libya, juga di Palestina.
Aksi ini juga dimaksudkan untuk meminta pemerintah Indonesia mendesak
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi untuk mengakhiri
krisis politik dan konflik bersenjata tersebut guna menghindari jatuhnya
korban rakyat sipil yang lebih banyak lagi.
Aksi ini bisa juga sebagai tekanan untuk DPR khususnya komisi I yang
membidangi pertahanan dan luar negeri agar memberikan tekanan kepada
pemerintah Indonesia untuk mendesak PBB mengeluarkan resolusi itu.
Eh iya, Aisya sempat bertemu dengan murabiyah pertamanya di Jakarta.
Hmm, mbaknya itu begitu istimewa. Mbaknya itu pula yang dulu pernah
membantunya saat Aisya mencoba mengukir sejarah baru dalam hidupnya,
meski pada akhirnya kisah itu harus berhenti di tengah jalan dan Aisya
berjanji pada dirinya sendiri tak akan lagi meneruskan kisah itu. Ia
akan merangkai kisah lain yang lebih indah. Semoga dalam waktu dekat
ini.
Alhamdulillah, perjalanan aksi yang cukup panjang itu akhirnya bisa
dilewati Aisya dengan penuh semangat karena sepanjang perjalanan ia
bersama dengan para ikhwah yang luar biasa meskipun tidak ia kenal. Ada
seorang ibu muda yang menggendong anaknya, suami istri yang bergandeng
mesra (lagi-lagi bikin ngiri), adik-adik kecil, dll. Mereka semua sangat
bersemangat! Aisya nggak mau kalah dong...
Pukul 17.00, Aisya pulang.... Hmm, benar-benar aksi kedua yang luar biasa!!!
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.
|
Bedah Novel PENANGSANG bersama Kang Nass |
SEMARANG : Selasa, 1 Maret 2011.
Hari pertama di bulan Maret. Pukul 14.00 akhirnya mendarat juga di
Bandara Ahmad Yani, Semarang. Oh ya, tadi berangkat dari kos jam 09.30
dijemput Sulis dengan Blue Bird. Lanjut ke stasiun Gambir untuk naik bus
Damri. Sekitar beberapa menit, penumpang penuh. Bus Damri pun melaju
menuju bandara Soekarno Hatta. Perjalanan menuju bandara memakan waktu
sekitar 1 jam. Dalam perjalanan, alhamdulillah Aisya sempat menamatkan
dua buah buku motivasi karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah, suaminya.
Setelah tiba di bandara, Aisya dan Sulis bertemu Mas Mycko, Bu Heni, dan
Bu Ana. Mereka segera melakukan check in dan boarding. Sempat beli roti
juga. Pada ekspedisi kali ini, Aisya naik burung besi bertitel Garuda
Indonesia. Untuk pertama kalinya. Sekedar berkisah, dalam buku impiannya
nomor 47, Aisya menuliskan impiannya : “naik pesawat”. Norak? Ahh,
nggak juga! Alhamdulillah, impian itu sudah terwujud setahun yang lalu.
Bahkan Aisya sudah pernah naik pesawat sebanyak 6 kali (dengan trayek
Jakarta-Jogja, Jogja-Jakarta, Jakarta-Solo, Jakarta-Surabaya,
Jakarta-Semarang, dan terakhir Solo-Jakarta) dengan armada penerbangan
yang berbeda-beda pula. Sekali lagi Aisya yakin, bahwa kita harus
memiliki impian karena impian itu melahirkan kebahagiaan jika menjadi
kenyataan. Kalau toh belum segera menjadi kenyataan, impian bisa menjadi
daya dorong yang membuat kita bersemangat untuk mewujudkan impian itu.
Aisya dan rombongannya yang terdiri dari 5 orang dijemput dari KSO
Semarang. Kami menuju Gumaya Tower Hotel. Ah, Semarang. Kota ini adalah
kota bersejarah bagi Aisya. Saat masih SD kelas 5, untuk pertama kalinya
ia ke Semarang. Aisya bersama ibu dan gurunya menemani Keisya (saudari
kembarnya) untuk mengikuti lomba sinopsis. Lantas, saat kuliah Aisya
juga mencari bahan skripsinya di Universitas Diponegoro. Selan itu,
Aisya juga beberapa kali mengikuti event semacam workshop entrepreneur
di Semarang. Pernah juga, saat mengikuti training dengan Pak Heppy
Trenggono, Aisya berhasil membuat Dream Board 5 tahun ke depan yang
sampai sekarang masih tertempel di dinding kamarnya. Aisya pernah
mengisi training mahasiswa berprestasi bersama saudari kembarnya di MIPA
UNDIP. Ahh, sebenarnya masih banyak lagi kalau dituliskan. Pokoknya,
kota Semarang adalah salah satu kota bersejarah dalam hidup Aisya.
Setelah sampai di hotel, Aisya segera sholat Zhuhur bersama Sulis. Habis
itu perjalanan dilanjutkan. Setelah makan siang di restoran unik di
Semarang, namanya Mbah Jingkrak dengan menu yang namanya juga unik,
Aisya dan rombongan menuju kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Semarang. Wah, ternyata sudah hampir tutup dan sebagian sudah pada
pulang. Tapi untungnya Aisya dan rombongan masih sempat melihat-lihat
batik dan beberapa kerajinan tangan kualitas ekspor yang berasal dari
beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Setelah kunjungan itu,
rombongan kembali ke hotel untuk istirahat dan bersih-bersih diri.
Sehabis Isya, Aisya dan rombongan menuju restoran di daerah Gombel. Wow,
subhanallah.. Luar biasa! Dari restoran itu, lampu-lampu kota Semarang
berkerlap-kerlip indah. Jalan raya depan restoran itu, sering sekali
dilewati Aisya bersama Tyo (sahabatnya UNDIP) kala mereka berpetualang
di kota ini.
Setelah makan malam, kami kembali ke hotel untuk melakukan persiapan
akhir acara besok. Aisya dan panitia lainnya (kebetulan Aisya adalah
panitia termuda), mempersiapkan materi di ruang acara. Wow, ruangannya
begitu besar dengan kapasitas 200 orang. Pukul 23.00, aktivitas selesai.
Mereka kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
SEMARANG : Rabu, 2 Maret 2011
Pukul 07.30 Aisya dan
Sulis sudah siap di restoran hotel untuk sarapan. Aisya memilih bubur
ayam dan teh manis hangat untuk mengawali sarapannya. Berlanjut makan
waffle kismis dan beberapa potong buah. Kenyang sudah! Setelah itu,
Aisya menuju ruang acara. Aisya mendapat tugas sebagai penerima tamu.
Pukul 08.00 beberapa tamu undangan sudah berdatangan. Tiba-tiba Aisya
mendapat telepon dari atasannya. Ia diminta membantu atasannya tersebut.
Akhirnya, Aisya ditemani Sulis menemui sang pimpinan. Sementara itu,
tugas menerima tamu dihibahkan kepada Bu Heni dan Bu Ana.
Pukul 09.30, Aisya sudah menyelesaikan tugas dari sang pimpinan. Ia dan
Sulis kembali bergabung dengan panitia. Acara sudah dimulai. Wow,
pesertanya membludak. Penuh. Malahan rekan-rekan wartawan sampai duduk
di bawah. Puas juga sih rasanya karena bisa dibilang acara yang bertema
“Peningkatan Daya Saing Industri dan Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri
melalui Tertib Administrasi Importir" berjalan lancar dan sukses. Aisya
mengingat-ingat beberapa hari sebelum hari H, ia disibukkan dengan
konfirmasi dari peserta. Maklum, ia dan Sulis ditunjuk sebagai
penanggung jawab peserta. Email dan nomor HP-nya yang dijadikan kontak
penghubung antara peserta dan panitia. Alhasil, hampir tiap hari Aisya
harus cek email dan harus menerima telepon dari Semarang. Lucunya,
karena email Aisya bernama akhwat_visioner@yahoo.com, sempat ada dua
peserta yang membalas email dengan sebutan “Bp. Akhwat”. Gubrakz!!!
Alhamdulillah, acara selesai pukul 12.30. Semua berjalan lancar. Setelah
sholat di mushola hotel yang terletak di lantai 6, Aisya turun ke lobi
karena ada seorang sahabat yang telah menanti. Sahabat itu datang
bersama temannya. Ia satu almamater dengan Aisya waktu kuliah di UNS
dulu. Kini ia bekerja di Semarang. Mengetahui Aisya ada di Semarang, ia
bermaksud silaturahim.
“Wah, ternyata belum berubah!”. Begitu komentarnya waktu bertemu Aisya.
Hmm, ya begitulah Aisya. Masih seperti yang dulu. Insya Allah, mencoba
untuk istiqomah di tengah tantangan yang kerap mendera. Mereka bertiga
diskusi dan berbagi pengalaman pasca kampus, membahas pengalaman kerja
masing-masing, eh... tapi ujung-ujungnya membahas tentang pernikahan!
“Mau cari di Solo atau Jakarta?” Aisya cuma tersenyum saat ditanya
seperti itu. Hmm, pilihan Allah adalah yang terbaik! Tapi Aisya memang
sudah punya kriteria bagaimana pendampingnya kelak. Ahh, semoga Allah
ridho! Hampir jam 14.00. Mereka kembali ke kantor, sedangkan Aisya naik
lagi ke lantai 2 untuk makan siang. Setelah itu check out dari hotel.
Pukul 15.30, Aisya dan rombongan yang akan ke Jogja, naik dalam 1 mobil.
Hujan deras mengguyur Semarang. Aisya diantar sampai tempat
pemberhentian bus yang menuju Solo. Alhamdulillah, waktu itu hujan sudah
reda. Akhirnya, Aisya naik bus patas AC menuju Solo. Busnya lumayan
kosong sehingga Aisya duduk sendiri. Ahh, sendiri kadang tidak asyik.
Kalau ada teman ngobrolnya, pasti enak! ^^v. Akhirnya Aisya menyetel
nasyid dan murottal untuk mengusir kesendiriannya.
SOLO : Rabu, 2 Maret 2011Menjelang Maghrib, ia SMS
Keisya (saudari kembarnya). Mereka janjian naik bus yang sama dari Solo.
Aisya sampai Solo menjelang Isya. Setelah sampai di terminal Tirtonadi,
Aisya berganti bus jurusan Wonogiri. Di depan Rumah Sakit Moewardi,
naiklah Keisya di bus yang ditumpangi Aisya. Akhirnya, mereka duduk
berdekatan dan berbagi cerita sampai di rumah.
WONOGIRI : Rabu, 2 Maret 2011Sampai di rumah sekitar
pukul 21.00, langsung disambut Babe, Ibuk, dan Kang Dodoy. Rasa kangen
pada keluarga terhapus sudah. Rasa lapar pun sirna setelah terhidang
sate kambing di depan Aisya. Sambil makan bersama Keisya, malam itu
mereka merencanakan acara keesokan harinya, yakni silaturahim ke rumah
kakek di Giriwoyo, Wonogiri.
WONOGIRI : Kamis, 3 Maret 2011
Pagi yang indah, sejuk menawan hati. Aisya dan keluarga hari itu akan ke
rumah kakek dengan mengendarai bus. Mereka naik bus “Aneka Jaya”. Meski
duduk terpisah-pisah, tapi mereka berlima tetap bisa saling bercanda.
Maklum saja, ayah Aisya (yang sering dipanggil “BABE”) adalah sosok yang
humoris. Sampai di terminal Baturetno, mereka sempat singgah sebentar
di sebuah toko untuk membeli buah tangan dan mencari mobil yang bisa
disewa. Setelah menuai kata sepakat dengan sang sopir, akhirnya mereka
naik sebuah mobil Carry bercat putih menuju rumah kakek. Di dekat pasar
Giriwoyo, mereka berhenti sejenak untuk sarapan di sebuah warung makan
yang juga tempat favorit Babe dan Ibuknya Aisya.
Setelah makan, perjalanan pun berlanjut. Subhanallah, pemandangan yang
tersaji begitu memesona. Sawah membentang bak permadani hijau. Gunung
menjulang biru bagai pencakar langit. Akhirnya mereka sampai di rumah
kakek pukul 09.00. Kakek dan Nenek menyambut dengan gembira. Aisya,
Keisya, dan Kang Dodoy sempat bermain-main di sungai kecil yang ada di
depan rumah kakek. Seru! Mereka juga sempat silaturahim ke rumah seorang
saudara yang sedang sakit. Eh, ternyata beliau sedang check up ke rumah
sakit. Jadinya tidak bertemu. Sebelum ke rumah beliau, Babe sempat
memetik jambu merah dengan menggunakan bambu. Lucu!
Nah, saat sedang di rumah saudaranya itulah Keisya mendapat telepon dari
seorang sahabatnya, yang juga sahabat Aisya. Sahabat itu mengabarkan
bahwa akan menikah dua minggu lagi. Sebuah kejutan! Ehem, waktu Aisya
berbicara dengan sahabatnya itu, Aisya diberondong pertanyaan yang sama
persis seperti saat ia di Semarang kemarin, “Mau cari ikhwan Solo atau
Jakarta?” Hadeh...
Jam 11.00, mereka makan siang bersama setelah itu siap-siap pulang ke
rumah. Mengapa cuma sebentar? Karena Keisya harus ke Solo sebelum jam
14.00, ada jadwal mengajar. Akhirnya jam 12.30 sudah tiba di rumah.
Keisya waktu itu terserang flu dan sepertinya menular ke Aisya.
Sekitar jam 14.00, Aisya dan Babe tercintanya ke pasar Wonogiri. Mereka
mau ke counter kaca mata langganan yang terkenal bagus tapi murah.
Setelah menemani Aisya sejenak, Babe meninggalkan Aisya untuk beli
sayuran yang akan dijadikan makanan unggas-unggas kesayangannya. Setelah
semua urusan beres, akhirnya mereka kembali ke rumah.
Malam harinya, Aisya bersama kakaknya tercinta (Kang Dodoy) makan steak
di MOENGIL STEAK yang berlokasi di dekat RSUD Wonogiri. Wah, ternyata
pesanan mereka sama yakni Mixed Steak Hotplate plus lemon tea hangat.
SOLO : Jumat, 4 Maret 2011
Pagi ini Aisya berangkat ke Solo jam 05.30. Awalnya mau berangkat lebih
pagi lagi, tapi berhubung busnya tidak kunjung datang, akhirnya yang
niatnya mau ikutan Kajian Jumat Pagi sepertinya pupus sudah, tapi semoga
sudah terhitung pahala karena sudah diniatkan. Aamiin... Akhirnya jam
07.00 baru sampai Solo. Naik becaknya Pak Katno (becak langganan sejak
kuliah), turun di belakang kampus. Aisya ketemu Keisya, tapi Aisya
memutuskan untuk sholat Dhuha dulu di Masjid Nurul Huda Islamic Centre
(NHIC), sedang Aisya lanjut ke Pesantren Mahasiswa (Pesma) Ar-Royan.
Saat hendak memasuki tempat wudhu akhwat di Masjid NHIC, Aisya bertemu
dengan beberapa adik tingkat (akhwat) dan menyapa mereka. Beberapa dari
mereka sempat terkecoh karena Aisya disangka Keisya. Seru juga karena
berhasil mengecoh mereka. Nggak sengaja lho ya!
Setelah sholat Dhuha dan tilawah di masjid NHIC.. Aisya bernasyid, eh..
berkontemplasi... sambil mengingat-ingat masa lalunya di kampus ini...
sebuah kisah masa lalu hadir di benakku
saat kulihat surau itu
menyibak lembaran masa yang indah
bersama sahabatku
sepotong episode masa lalu aku
episode sejarah yang membuatku kini
merasakan bahagia dalam diin-Mu
merubah arahan langkah di hidupku
setiap sudut surau itu menyimpan kisah
kadang kurindu cerita yang
tak pernah hilang kenangan
bersama mencari cahaya-Mu
Setelah puas merenung di NH, Aisya berjalan kaki menuju Pesma Ar-Royan.
Sebelum sampai lokasi, ia sempat mampir di warung untuk membeli permen
"Tolak Angin". Hmm, Aisya terserang flu! Akhirnya sampai juga di
Ar-Royan, langsung disambut Keisya di meja registrasi. Ia langsung
registrasi dan masuk.
Acara agak terlambat mulainya karena menunggu Mas Gola dan Mbak Tias
yang sedang dalam perjalanan. Sekitar pukul 10.00 aksi dua penulis
dahsyat itu pun dimulai. Keisya yang merangkap jadi peserta pun segera
membersamai Aisya dan segera mengoptimalkan segenap panca indera untuk
berinspirasi dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. BE A WRITER = BE
CREATIVE!!! Seru banget deh…ada simulasi membuat nama pena (Keisya
Avicenna and Aisya Avicenna, ni nama penanya SUPERTWIN. Filosofinya juga
ada kok. Keisya dari kata “keyza” yang konon kata mbah Google artinya
“bidadari yang cantik”. Aisya karena terinspirasi dari bunda Aisyah.
Tyuz Avicenna karena mereka suka dengan tokoh Ibnu Sina). Ada pemutaran
film RUMAH DUNIA juga…
Break sholat Jumat. Mas Gola pengin sholat Jumat di Masjid Agung
Surakarta. Siiiip…akhirnya, berangkat deh ke sana. Masih nggak percaya
lagi, bisa satu mobil bareng dua penulis favorit. AAenangnya!!! Di mobil
ada mbak Janoer N Noer (yang tadi bikin nama pena “Nur Ash
Sholihaat”…hihi…), ada Mas Aris El Durra yang ngikut juga, Mas Trims
nggak mau ketinggalan, mas driver (Nung blm tahu namanya), ada my
supertwin juga (Etika Aisya Avicenna), duduk di sebelah Mbak Tias
Tatanka, dan Mas Gol A Gong duduk di depan. Dahsyat . Speechless
euy….akhirnya bisa ngobrol seru juga dengan mas Gola dan mbak Tias.
Keisya paling suka buku mereka yang “INI RUMAH KITA, SAYANG…”. Memoar
yang sangat romantic tentang perjuangan dalam hidup.
Sampai di pelataran parkir Masjid Agung Surakarta, yang putra segera
bergegas ke masjid, sedangkan yang putri (mbak Tias, mbak Noer, si
kembar Keisya dan Aisya) menjelajah Pasar Klewer. Uhuy….seru euy. Tak
lupa foto-foto! Jam 12.45, saatnya kembali ke parkiran. Mas Aris, Mas
Trims, dan Mas Driver akhirnya datang…tapi Mas Gola nya mana???
Hehe…mampir-mampir dulu ternyata. Hm, foto-foto dah. Seru..seru…^^v.
Kembali ke Pesma Ar Royyan, makan siang bareng dulu kemudian mulai
pelatihan lagi sampai jam 15.30. Sippp…Hujan menambah kesejukan nuansa
sore itu. Alhamdulillah, event BE A WRITER berjalan dengan lancar.
Berakhir foto-foto dan hunting tanda tangan. Terima kasih buat Mas Gol A
Gong dan Mbak Tias Tatanka. Sukses selalu ya!!! Salam buat rekan-rekan
di Serang, Banten dan juga RUMAH DUNIA!!! Semoga kelak bisa ke sana.
Amin ya Rabb!
Hujan belum jua mereda. Tapi waktu terus berlalu tak mau menunggu.
Akhirnya Aisya nebeng Ayu yang waktu itu juga mau pulang. Aisya diantar
Ayu sampai Pendaringan. Wah, flunya semakin parah sepertinya.
WONOGIRI : Kamis, 4 Juni 2011Sampai di rumah, Aisya
langsung tepar. Habis Isya langsung mendapat perawatan ekstra dari Ibuk
dan Babe. Setelah itu Aisya tidur karena badannya panas.
SOLO : Sabtu, 5 Maret 2011
Alhamdulillah, kondisi tubuh sudah mendingan. Mungkin karena keinginan
kuat untuk bertemu teman-teman, akhirnya penyakit itu mereda juga. Tak
enak juga dengan teman-teman yang sudah diundang karena rencananya kami
juga akan makan-makan (Aisya mendadak jadi korban perampokan,
nraktir.com). Pukul 07.30 dengan tekad dan semangat kuat, Aisya naik bus
ke Solo. Aisya janjian bertemu Keisya di terminal Tirtonadi. Sekitar
jam 09.00 kurang Aisya sudah duduk manis di ruang tunggu terminal.
Sempat membaca sebuah buku, sampai akhirnya Keisya datang.
Karena Keisya mengenakan jaket berwarna merah hati, Aisya lantas meminta
tukar dengan jaket yang tengah dikenakannya. Sehingga, hari itu Aisya
MERAH banget! Mulai dari jilbab, kemeja, jaket, hingga roknya merah hati
semua. Keluar dari terminal Tirtonadi, Aisya dan Keisya naik becak
menuju Taman Balekambang. Seru juga, mbecak! Sampai di pintu gerbang
Balaikambang, mereka jajan batagor dan empek-empek dulu. Hihi.. Setelah
itu masuk ke taman, bertemu Kurnia dan Rini yang juga mau beli jajanan.
Sampai di tengah taman sudah ada Ria, Betty, dan Saras yang menanti.
Setelah Kurnia dan Rini kembali, mereka pun mencari kursi taman yang
kosong. Ada kejadian “mengusir secara halus” dua insan yang tengah
pacaran. Mereka makan siomay bersama, foto-foto, sampai akhirnya tiap
orang harus bercerita kehidupan pasca kampus dan planning masa depan. Di
tengah sharing itulah Afni dan Anti datang. Salah satu kesimpulan yang
sama dalam pertemuan itu adalah mereka sama-sama ingin menikah tahun
ini. Semoga Allah memudahkan dan mewujudkan impian mereka. Aaamiin...
Setelah puas menikmati suasana Balekambang, mereka bersembilan pun makan
siang di Lombok Ijoe. Aisya yang mentraktir. Tak terasa sudah jam
12.45, perpisahan terjadi. Aisya diantar Ria ke Graha Wisata Niaga.
Sedangkan Keisya bersama Anti.
Rencana awal, SUPERTWIN (Keisya dan Aisya) akan tampil bersama sebagai
moderator membersamai Kang Nassirun Purwokartun, tapi berhubung Aisya
suaranya ‘tergadaikan’ karena flu berat jadinya Keisya saja yang
beraksi.
Wah, anak-anak FLP Pelangi sudah pada datang juga (ada Diah Cmut, Ayu’,
mbak Santi. Mbak Umi, Mas Tyo, Mas Dwi, Mas Aris El Durra, Kang Pahmi,
siapa lagi ea?). Inilah pertemuan perdana Aisya dengan Kang Pahmi.
Gubrakz.. ternyata penulis yang satu ini... Hadeeh... Susah deh
diungkapkan dengan kata-kata (saking bingung milih kata yang paling
ancur).
Bicara tentang novel Penangsang, novel ini special karena memotret dari
sisi lain. Biasanya dari sisi Hadiwijaya (Karebet), kali ini dari sisi
Penangsangnya. Upaya yang sangat BERANI dan BARU!!! Salut deh buat Kang
Nass, apalagi proyek penggarapan buku itu hanya memakan waktu 5 bulan.
Wow!! Tapi tentunya sudah melalui research yang cukup panjang dan penuh
perjuangan.
Acara selesai, pasukan dibubarkan! Begitulah suara MC (eh, nggak ding!).
Acara selesai, sesi selanjutnya ada signing book dan foto-foto. Seru
juga, Kang Nass mencoret-coret Diary MERAH Aisya dengan rentetan kata
inspiratif “PENULIS YANG TIDAK MENULIS ADALAH PENIPU (PALING TIDAK
MENIPU DIRINYA SENDIRI)”. Ada yang lucu, malah beberapa ‘penggemar’
Aisya dan Keisya mengajak foto bertiga juga. Hmm, dasar SUPERTWIN! Aisya
sempat melihat sosok seorang munsyid yang cukup terkenal di kota Solo
yang waktu itu tengah ‘umak-umik’ mendendangkan “Sebiru Hari Ini”-nya
Edcoustic karena kebetulan nasyid itu yang tengah membahana di Solo IBF.
Aisya juga bertemu dengan salah seorang sahabatnya yang jauh-jauh
datang dari Semarang dengan membawa wingko babat.
Setelah puas foto-fotonya (btw, ni foto-foto apa bedah buku to
acaranya??), Aisya dan Keisya keliling stand Solo Islamic Book Fair.
Saat sedang menunggu Keisya yang tengah di toilet, secara kebetulan
Aisya bertemu dengan Hanna, seorang sahabatnya waktu dulu mengikuti
Short Course Islamic Banking di Solo. Ya, setelah dinyatakan lulus dan
sambil menunggu wisuda, Aisya memanfaatkan ‘waktu tunggu’-nya dengan
mengikuti kursus perbankan syariah. Aisya dan Keisya membeli 3 buah
gamis dan beberapa buku, termasuk 2 buku baru sahabatnya yang berjudul
“Amira, Cinta dari Tanah Surga” dan “Al-Qur’an Braille untuk Nadia").
Keluar dari stand buku, Aisya bertemu dengan Mbak Anis Zulaikha yang
dulu satu kost dengannya. Beliau bersama sang suami. Setelah itu Aisya
juga bertemu dengan Damar, adik tingkatnya di jurusan Matematikan.
Sebuah pertemuan tak terduga lagi. Setelah ngobrol sebentar, Aisya dan
Keisya memutuskan untuk pulang. Kala itu hujan cukup deras. Akhirnya
mereka naik becak menuju tempat pemberhentian bus jurusan Wonogiri.
Dalam perjalanan sempat beli srabi Solo. Saat turun dari becak,
alhamdulillah hujan sudah cukup reda. Mereka juga langsung dapat bus. Di
dalam bus itulah mereka menikmati Srabi Solo yang hangat dan luar biasa
enaknya itu.
WONOGIRI : Sabtu, 5 Maret 2011
Menjelang Maghrib, Aisya dan Keisya tiba di rumah. Oleh-olehnya langsung
disambut oleh Babe dan Ibuk. Kebetulan hari itu, sepupu mereka juga
datang. Wah, rame...
WONOGIRI : Ahad, 6 Maret 2011
Keisya pagi buta ke Solo karena ada agenda. Aisya hari ini masak dengan
Ibuk. Nama masakannya “Asem-Asem Sayap Ayam”. Masakan favorit Aisya.
Ahh, waktu cepat sekali berlalu. Tak terasa, jam 14.00 siang Aisya harus
meninggalkan Wonogiri. Perpisahan. So Sad! Aisya naik bus jurusan Solo.
Turun di Kerten. Cari taksi tapi tidak segera ketemu. Akhirnya dapat
juga taksi berwujud Avanza yang ternyata harganya cukup murah untuk ke
Bandara Adi Sumarmo. Bapak sopirnya cukup komunikatif. Beliau bercerita
tentang pengalamannya selama menjadi sopir taksi. Aisya juga sempat
dicecar dengan beberapa pertanyaan. Mulai dari masalah keluarga,
pendidikan, pekerjaan, dan satu pertanyaan sensitif, “Sudah berkeluarga
atau belum?”. Malahan disusul pertanyaan, “Lha mau nyari orang Solo atau
Jakarta, Mbak?” (Pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya dalam
ekspedisi kali ini). “Cari orang Solo yang bekerja di Jakarta saja,
Mbak!” (usulan pak sopir selanjutnya).
Pukul 16.30, Aisya check in di counter Garuda Indonesia, lanjut boarding
dan menuju ruang tunggu. Di ruang tunggu itulah Aisya mulai membaca
“Inilah Rumah Kita, Sayang” karya Mas Gol A Gong dan Mbak Tias Tatanka.
Pukul 18.00, semua penumpang dipersilakan masuk pesawat. Sekitar pukul
18.20, pesawat pun terbang. Aisya duduk di sisi sayap kanan, dekat
jendela. Subhanallah, luar biasa. Pemandangan langit senja begitu indah.
Ada semburat merah di langit barat. Pesawat semakin meninggi. Solo di
waktu malam begitu indah, kerlap-kerlip lampu terhampar. Aisya
melanjutkan membaca bukunya Mas Gol A Gong di dalam pesawat. Saat di
tengah penerbangan, sempat was-was juga karena dinyatakan cuaca sedang
buruk. Pesawat sempat goyang-goyang seperti bajaj yang berada di jalanan
yang tak rata. Dzikir pun terlantun tak berjeda. Alhamdulillah, lega
melanda saat diumumkan bahwa pesawat sebentar lagi mendarat di Bandara
Soekarno-Hatta.
Pukul 19.15 akhirnya menginjak bumi Jakarta kembali. Keluar dari
pesawat, naik bus bandara menuju pintu keluar. Awalnya berniat naik
taksi biar cepat. Wealah, ternyata tarifnya Rp 200.000,-. Aisya
memutuskan untuk naik bus DAMRI yang tarifnya Rp 20.000,-. Selama
perjalanan menuju Gambir, Aisya berhasil merampungkan buku “Inilah Rumah
Kita Sayang”. Keren banget buku itu! Berkisah tentang proses pernikahan
dan kehidupan rumah tangga Mas Gol A Gong dan Mbak Tias Tatanka.
Setelah sampai di Gambir, Aisya naik taksi menuju kos. Alhamdulillah,
jam 21.00 sudah berada di REDZONE..
Puji syukur kehadirat Allah Swt karena petualangan kali ini begitu luar biasa...
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.