ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

Menikmati Penantian


PENANTIAN = UJIAN KESABARAN
Bagi sebagian orang, menanti (menunggu) adalah pekerjaan yang membosankan. Apalagi kalau yang ditunggu adalah sesuatu yang tidak pasti (mungkin seperti menunggu masuknya onta ke lubang jarum… ^^.. ). Misalnya, kita sudah berjanji dengan seorang teman untuk bertemu pada waktu yang sudah ditentukan. Pada hari tersebut kita pun datang sesuai kesepakatan. Setelah beberapa saat berada di sana, teman kita itu tidak muncul-muncul. Satu jam berlalu, tapi tidak ada tanda kenampakan batang hidungnya. Lantas kita pun mencoba kontak melalui ponselnya. Ternyata hanya bunyi tu-la-lit yang terdengar lantaran ponselnya sedang tidak diaktifkan. Apa yang kita rasakan kemudian?? Sebel?? Bosan??? Atau mungkin khawatir jangan-jangan teman kita itu lupa akan janjinya?
Menurut saya, buku adalah salah satu langkah preventif untuk mengurangi kesia-kesiaan pemanfaatan waktu penantian. Ilmu bertambah, hati terjaga dari suudzon, mulut bebas dari gerutuan, dan kalau ada camilan bisa sekaligus sebagai upaya peningkatan gizi dan berat badan… ^^…
Dalam kehidupan kita sehari-hari, sebenarnya hidup kita penuh dengan masa penantian : menanti hasil ujian masuk sekolah/perguruan tinggi, menanti hasil lamaran pekerjaan, menanti hasil tes CPNS (^^…pengalaman pribadi), menanti jodoh (jodoh sih sebenarnya bukan dinanti, lha wong sudah ada dalam ketetapanNya… tinggal nunggu momentum yang tepat saja untuk bertemu…emmm, jadi lebih tepatnya “menanti sebuah pertemuan” ^^ => jadi terinspirasi sama nasyidnya “Sebuah Pertemuan” UNIC, nasyid favorit salah seorang saudariku akhir-akhir ini…emm, ya…begitulah…kok malah bahas nasyid??? ^^)… lanjut…
Namun, penantian bukanlah sebuah upaya pasif. Penantian merupakan suatu masa yang hadir setelah proses usaha. Penantian adalah tawakkal yang dikedepankan setelah proses ikhtiar. Secara bahasa Matematika (ciee…), PENANTIAN ada “jika dan hanya jika” telah dilakukan ikhtiar (usaha yang optimal). Ada mimpi, namun mesti ada aksi. Menanti tanpa didahului dengan usaha bukanlah sebuah penantian, namun hanya khayalan yang mengawang.
Ya, setelah usaha diljalankan, yang bisa dilakukan kemudian adalah bijak menanti hasil yang akan didapat. Setelah peluh dan keringat terkucur, penat dan lelah merangsek tubuh, tiada yang indah selain “BERSERAH”. Masa penantian tidak boleh menjadi masa yang kosong melompong. Alangkah baiknya bila kita mewarnainya dengan aktivitas-aktivitas yang bernilai. Bisa pula pada masa itu kita merancang beberapa rencana alternatif dengan mengukur probabilitas-probabilitas (statistiknya keluar nih…) yang terjadi semisal pada akhirnya patokan hasil yang kita inginkan belum tercapai. Dalam kamus hidup kita, tulislah bahwa “tidak ada waktu kosong” karena “apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.” (Q.S. Al Insyirah : 7)

Man proposes, God disposes. Manusia hanya bisa berusaha, sedang hasil mutlak urusan Allah semata yang menentukan. Tapi, satu hal yang perlu diingat bahwa yang dinilai oleh Allah bukanlah seberapa besar hasil yang kita peroleh, namun lebih pada seberapa optimal kita menjalani proses. SEPAKAT???

Mematok target dari apa yang kita usahakan adalah sebuah keharusan, namun menerima hasil yang kita peroleh secara ikhlas dan arif juga tidak kalah pentingnya, karena “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” Atau “Bila kamu tidak menyukainya, (maka bersabarlah) karena bisa jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”[hayo… firmanNya di surat dan ayat berapa??? Buka Al Qur’annya ya… ^^]
So, ketika realita yang kita hadapi tidak seperti yang kita idealkan, kita harus bisa menerima keadaan itu sewajarnya. Karena bisa jadi Allah sedang menyimpan hikmah berlebih di baliknya yang baru bisa terungkap di kemudian hari. Dan bila OUR DREAM COME TRUE… jangan menjadi lupa diri ataupun takabur, sebab semua itu terjadi karena kehendak Allah SWT. BERSYUKURLAH!!!! Sebab penantianmu telah sampai pada ujungnya… penantianmu telah tiba pada batas waktunya yang indah…
RedZone, 220110_03:21

Di sepertiga malam ini…
Merasakan indahnya penantian yang (insya Allah) akan sampai pada ujungnya…
Apapun hasilnya, itulah pilihan yang TERBAIK dan TERINDAH dari Allah SWT…
MEDAN ataukah MADIUN??? Emm… masih rahasia Allah, semoga PETUALANGAN 3 hari ke depan yang akan dimulai siang hari ini akan membawa banyak hikmah… Aamiin…
Untuk sebentuk impian… pada sebuah pilihan… dalam indahnya penantian…
^^ Aisya Avicenna ^^

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna