ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

Be Your Self! Be A New You!


Bismillahirrahmanirrahim…
Memulai menulis artikel ini dengan mendengarkan nasyid Edcoustic dulu…
MENJADI DIRIKU…
Tak seperti bintang di langit
Tak seperti indah pelangi
Karena diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya
Dan wajahku memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Ku akui ku bukanlah mereka
Ku apa adanya
Menjadi diriku
Dengan segala kekurangan
Menjadi diriku
Atas kelebihanku.......
Terimalah aku
Seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa
Tak mungkin sempurna
Tetap ku bangga
Atas apa yang ku punya
Setiap waktu ku nikmati
Anugerah hidup yang ku miliki

Menjadi diri sendiri??? Banyak orang yang mengatakan dan menganjurkan untuk “menjadi diri sendiri”, banyak juga yang mempunyai prinsip untuk menjadi diri sendiri, termasuk saya (Prinsip hidup saya : Be akhwat SMART & VISIONER!!! Be MY SELF… ETIKA => ada kepanjangannya… sepertinya tidak perlu diuraikan disini ^^).

BE MY SELF!!! (Jadilah diri sendiri!!!). Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan ‘menjadi diri sendiri’ itu? Haruskah kita menjadi diri sendiri???

Setiap kita adalah UNIK
Manusia tercipta sebagai makhluk yang unik, tidak seorang pun manusia yang sama persis antara satu dan yang lainnya, bahkan yang terlahir kembar identik sekalipun (contohnya saya dan saudari kembar saya.. ^^). Kita tidak perlu berkecil hati apabila kita “berbeda” dari orang lain. Perbedaan tersebut justru mempunyai banyak hikmah. Kalaulah setiap orang sama, tentu tidak akan muncul kreativitas dan inovasi yang berkembang lantaran setiap manusia berpikiran dan berpola sama. Benarlah pepatah Arab yang mengatakan Likulli syai-in maziyyah (setiap sesuatu pasti memiliki kelebihan).

Perbedaan yang ada hendaknya dipandang sebagai sebuah anugerah. Kita tidak akan mungkin mampu melakukan segalanya. Tapi bukan berarti tak ada satu hal pun yang bisa kita lakukan. Yang jelas, kenali potensi yang kita miliki untuk melakukan sesuatu yang bisa kita lakukan. Jangan sampai hal-hal yang tidak bisa kita lakukan menghalangi apa-apa yang bisa kita lakukan. Yang mesti diingat sekali lagi adalah setiap kita pasti memiliki kelebihan yang tidak selalu dimiliki oleh orang lain.

Belajar dari Cermin
Kali ini saya terinspirasi pada sebuah benda bening yang bernama cermin. Tahu cermin kan? Pasti tiap hari bercermin terus kan??? Kita bisa belajar banyak dari cermin .
1. Cermin berasal dari kualitas terbaik, begitu juga dengan diri kita. (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, Q, S At-Tin : 4). Bersyukurlah atas apa adanya kita! Karena kita telah diciptakan Allah SWT dengan sebaik-baiknya, punya kelebihan, tak sedikit juga kekurangannya. Tapi bagaimana kita menyikapi kelebihan dan kekurangan itu? Kedewasaan kitalah yang berperan di sana. Kedewasaan dalam menyadari hikmah dalam setiap sudut perjalanan hidup kita…sampai detik ini… SUDAH KENAL DENGAN DIRINYA SENDIRI BELUM NIH??? KARAKTERNYA?? KELEBIHAN, KEKURANGANNYA?? dll.. Ingat : “Man ‘arafa nafsahu, ‘arafa rabbahu (barangsiapa mengenal dirinya, ia akan mengenal Rabbnya)”
2. Cermin adalah benda yang bermanfaat. Oleh karena itu, jadikan diri kita bermanfaat untuk orang lain. “Khoirunns anfa’ahum linnas (Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya)”. Keimanan, ketaqwaan, dan kesholehan pribadi (kebaikan akhlaq) kita masih harus disempurnakan dengan memberikan manfaat kepada orang lain. Jangan hanya menjadi menara gading yang indah dipandang saja, tapi jadilah menara mercusuar yang juga memberi manfaat bagi sekelilingnya.
3. Cermin tak pernah berdusta. Cermin mengajarkan kita, jangan berdusta pada diri kita sendiri, terlebih pada orang lain. Jangan berdalih akan kekurangan kita. Jadilah apa adanya kita. Kekurangan dalam diri kita hendaknya kita jadikan modal untuk terus memperbaiki diri, sehingga saat kita bercermin, senyum optimislah yang akan tergambar di sana.
4. Cermin itu perlu dibersihkan dan dijaga. Kalau tidak dibersihkan, akan banyak debu yang menempel di permukaan cermin itu dan kalau tidak dijaga, cermin bisa rapuh dan pecah. Seperti halnya dengan diri kita. Kalau kita tidak pandai bersyukur atas anugerah yang diberikan Allah pada kita, kalau kita tidak bersih dari penyakit hati dan kita jauh dari Allah SWT, kita akan menjadi sangat rapuh. Ingat dua potensi manusia, FUJUR ataukah TAKWA, itu adalah pilihan!!! Oleh karena itu, perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT. Jika hablumminallah baik, maka habluminannas juga akan baik, dan Allah SWT akan memberi kemudahan dalam setiap aktivitas kita jika hanya kita niatkan untuk mendapat ridho dari-Nya.
AYO SAUDARAKU, MARI BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN!!!
FINISHNYA DI SURGA YA!!! Aamiin…
Saya yakin Anda semua punya inspirasi yang lebih dahsyat yang bisa Anda dapatkan dari benda bening yang bernama CERMIN tersebut!
Hancurkan Belenggu Diri!!!
Sejarah membuktikan bahwa orang-orang besar adalah orang yang mampu membebaskan dirinya dari belenggu untuk kemudian melahirkan karya-karya besar. Misalnya, Asy-Syahid Syaikh Ahmad Yasin, seorang motivator pejuang Palestina yang melawan Israel. Beliau adalah seorang yang separuh anggota tubuhnya mengalami kelumpuhan sejak usia belasan tahun karena kecelakaan. Hal tersebut tidak menghalangi dirinya untuk turut memberikan kontribusi terhadap perjuangan Palestina. Lewat orasinya yang berapi-api dan pemikirannya yang cemerlang, beliau mampu membangkitkan semangat para pemuda Palestina. Beliau juga salah seorang deklarator Intifadhah. Beliau bahkan menjadi musuh yang paling ditakuti oleh Israel. Untuk menewaskannya pun diperlukan tiga rudal yang ditembakkan dari helikopter Israel. Dan akhirnya beliau meraih cita tertingginya, menjadi syahid di jalanNya, yang tidak setiap orang mampu menggapainya. Begitulah, memang dibutuhkan adanya keberanian untuk mendobrak belenggu-belenggu yang merintangi, yang sebagian besar berasal dari diri sendiri. Jangan sampai kekurangan kita menjadi hambatan untuk berprestasi, tapi jadikanlah kekurangan itu sebagai tantangan.

Be A New You!!!
Kembali lagi ke pertanyaan di atas, “Haruskah kita menjadi diri sendiri?”
Jawabannya, jika hal itu berarti kita bukan menjadi orang lain, maka jawabannya adalah “Ya, kita harus jadi diri sendiri, karena kita bukan orang lain”. Syukuri apa adanya kita, karena inilah anugerah terindah yang Allah berikan pada kita. Namun, jika hal itu berarti kita tetap menjadi diri kita seperti saat ini, maka jawabannya adalah “Tidak, kita perlu berubah dan tidak hanya jadi diri sendiri seperti saat ini”. Jangan cepat puas dengan keadaan kita sekarang. Hidup adalah rangkaian proses. Oleh karena itu, teruslah berproses ke arah perubahan yang lebih baik.
Memang, perlu pengenalan potensi diri untuk mampu melahirkan karya besar. Diperlukan kebesaran jiwa untuk konsisten menapaki proses panjang keberhasilan. Dan tak kalah pentingnya, dibutuhkan adanya keberanian untuk mendobrak belenggu-belenggu yang merintangi, yang sebagian besar berasal dari diri sendiri. Dengan itulah kita mampu menjadi manusia baru yang produktif. Be a New You!!!
Setiap waktu adalah kesempatan untuk berbenah.
Setiap menit adalah modal untuk melejit.
Setiap detik adalah titik untuk meraih prestasi terbaik.
Jakarta, 050310_05:32

(Tulisan ini diposting pada bulan Maret 2010 di blog sebelumnya)
Aisya Avicenna

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna