
"Harta yang paling berharga di dunia adalah wanita yang solehah." (H.R. Muslim)
Wanita ibarat bunga...
Cantik indahnya pada pandangan mata hanya sementara...
Yang kekal menjadi pujaan manusia, hanyalah wanita yang mulia akhlaknya...
Karena akhlaq wanita ibarat bunga...
Tiada guna berwajah cantik tetapi akhlaq buruk...
Tiada guna juga berwajah cantik tetapi hati kosong dari ilmu...
Ibarat bunga..
Ada yang cantik bila dipandang tetapi tidak enak baunya...
Ada pula yang kurang menarik dan baunya juga kurang menyenangkan...
Ada juga bunga yang tidak menarik pada pandangan mata kasar..
Tetapi bila dihalusi dengan mata hati, ternyata amat tinggi nilainya....
Wanita adalah makhluk Allah yang amat istimewa.
Kemuliaan dan keruntuhan sesuatu bangsa terletak di tangan wanita.
Allah telah menetapkan hukumNya atas mereka…
Karena itulah...
Sebagai anak, dia menjadi anak yang sholihah...
Sebagai remaja, dia akan menjadi remaja yang bersemangat...
Sebagai isteri, dia menjadi isteri yang menyenangkan dan menenangkan hati suaminya...
Sebagai ibu, dia akan mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang...
Dan pastinya sebagai hamba Allah, dia akan menjadi hamba yang tunduk dan menyerah diri hanya kepada-Nya.
Ayo Saudariku… mewangilah sampai ke SURGA!!!
Jakarta, 300410_02:19
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting
pada bulan April 2010 di blog sebelumnya
Aisya Avicenna

Begitu
mendengar kata "Rp 6,7 Triliun" kemungkinan besar pikiran kita langsung
mengasosiasikannya pada kasus bank Century. Tapi pernahkah kita
bertanya dalam hati : Bagaimana sih wujudnya uang Rp 6,7 triliun
tersebut? Trus apa hubungannya 6,7 Triliun, Gudang, dan Monas???
Berikut ini visualisasinya…
Sebuah
kertas HVS Folio 80gram bisa "menampung" 7 lembar uang kertas pecahan
100ribu dengan menyisakan sedikit ruangan dengan panjang 6,5 cm dan
lebar 3 cm. Jika mau akurat, 1 buah kertas HVS Folio bisa menampung 7,2
lembar uang kertas.
Dalam keadaan terpacking, 1 rim (500 lembar) kertas memiliki ukuran:
panjang x lebar x tinggi = 33 x 21,5 x 5,5 cm
Jika kita asumsikan tebal kertas yang sama, maka 1 rim kertas bisa menampung uang sebesar:
500 x 7,2 lembar uang = 3600 lembar uang = 3600 * Rp 100ribu = Rp 360.000.000,-
Jadi 1 rim kertas HVS Folio muat 360juta.
Lantas seberapa besarkah ukuran Rp 6,7 triliun jika ditumpuk dalam pecahan Rp 100 ribuan?
Jawabannya ada dalam hitungan sederhana:
seribu = 1.000
1 juta = 1.000.000
1 milyar = 1.000.000.000
1 triliun = 1 000 000 000 000
Rp 6,7 triliun / Rp 360 juta = 6.700.000.000.000 / 360.000.000
= 6.700.000.000.000 / 360.000.000
= 6.700.000 / 360
= 18.611,1111
Wow,
ternyata uang Rp 6,7 triliun sebanding dengan 18 ribuan rim kertas HVS
Folio. Jika diletakkan dalam sebuah gudang, tak terbayangkan berapa
besarnya gudang tersebut.
Jika di tumpuk dengan ukuran 1 rim kertas HVS tadi, berapakah tingginya?
18.611, 1111 x 5,5cm = 102.361 cm = 1.023,61 meter
Wow, 1 km lebih!!!
Itu 7 kali lebih tinggi dari Monas.
Ck Ck Ck…
Jakarta, 270410_01:58
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting
pada bulan April 2010 di blog sebelumnya
Aisya Avicenna

Ketika
kita berharap banyak pada manusia,
bisa jadi kita akan banyak
kecewa...
berharaplah sebanyak-banyaknya pada Allah...
karena skenario
Allah tak pernah mengecewakan
Jakarta, 280410_11:23
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting
pada bulan April 2010 di blog sebelumnya
Aisya Avicenna

Biasanya,
habis Maghrib bisa pulang, tapi mendadak ada tugas yang harus
dikerjakan dan diskusi sebentar dengan pimpinan, sehingga pukul 19.00-an
baru keluar kantor. Pukul 19.30 sudah berada di dalam Kopaja 502 yang
menuju daerah UKI. Meski hawa cukup panas, tapi saya tetap mengenakan
jaket NHIC.. hmm, jaket baru hasil rampokan dari My Supertwin…
Alhamdulillah,
kali ini dapat tempat duduk. Di depan saya duduk dua orang nenek. Saat
sampai di terminal Kampung Melayu, Kopaja 502 itu menurunkan beberapa
orang penumpang. Lantas melaju lagi menuju UKI. Ternyata, kedua nenek di
depan saya seharusnya juga turun di terminal Kampung Melayu. Sang nenek
pertama berteriak “Turun bang!”. Sang kondektur mendengarnya… Dia
mengetok koin di kaca Kopaja. Kopaja berhenti. Dengan berjalan pelan,
kedua nenek itu berjalan menuju pintu keluar. Butuh waktu cukup lama.
Hmm, beberapa penumpang bersungut-sungut dan ada yang mengumpat.
Astaghfirullah… padahal suatu saat nanti mereka juga akan mengalami masa
tua seperti nenek-nenek itu kan???
Setelah kedua nenek itu turun,
tiba-tiba, seorang Bapak yang duduk di depan kedua nenek tadi berdiri.
Bapak tua itu memegang tongkat panjang. Ternyata bapak itu buta. Beliau
bertanya dengan suara agak keras, “Kampung Melayu ya?”. Beberapa
penumpang menjawab, “Iya Pak!”. Kondektur tahu kalau Bapak itu mau
turun, sejurus kemudian dia mengetok koin di kaca Kopaja Kopaja berhenti
tiba-tiba. Bapak itu bergeser dari tempat duduknya dan hendak turun…
“Huuu…” beberapa penumpang mungkin merasa kesal.
Astaghfirullah!!!!!!!!!!!!!! Kenapa mereka tidak berpikir jika mereka
berada dalam kondisi seperti Bapak itu ya??? Alhamdulillah, Bapak itu
berhasil turun dari Kopaja atas bantuan kondektur yang menuntunnya. Saya
pun merenung dan teringat dengan sebuah nasyidnya Tazakka…
Jangan Ambil Penglihatanku
Indahnya dunia dapatku memandangnya
Syukur tlah kau beri penglihatanku ini…
Walaupun terkadang dosa mengundang mata
Trus merasukiku untuk melupakanMu…
Mengganti kaji ayatMu dengan dosa kesenangan sementara…
Ku memohon kepadaMu
Jangan ambil penglihatanku
Hitam, kelam, hanya gelap yang akan kupandang
Untuk yang kesekian kali
Berikan kesempatan lagi
Masih ingin aku melihat kebesaranMu
Allah … jangan ambil penglihatanku…
Jakarta, 280410_06:05
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting
pada bulan April 2010 di blog sebelumnya
Aisya Avicenna

Senin, 26 April 2010.. hari yang istimewa!!!
Pukul
17.00 alhamdulillah sudah keluar kantor.. Karena ba’da Maghrib harus
mengantar Keisya Avicenna (my supertwin) ke stasiun Jatinegara. Hmm,
Kopaja 502 yang Aisya tumpangi penuh sesak. Jalanan macet. Sehingga saat
adzan Maghrib berkumandang, Aisya baru tiba di kost. Keisya sudah
menantikan kedatangannya. Setelah sholat maghrib dan makan nasi
sebungkus berdua (kompak banget!! :D), Aisya dan Keisya menuju Stasiun
Jatinegara. Alhamdulillah, dapat tiket kereta Senja Utama jurusan Solo.
Saat itu masih ada waktu sekitar satu jam, karena kereta baru datang jam
20.27. Aisya dan Keisya duduk di emperan stasiun.. hehe… memanfaatkan
waktu dengan muraja’ah… Sekitar pukul 20.30, kereta datang. Perpisahan
pun terjadi… Keisya naik gerbong 8 kereta Senja Utama itu… Setelah
kereta meninggalkan stasiun Jatinegara, Aisya keluar stasiun untuk
pulang kembali ke kostnya di daerah Otista (kampus STIS).
Saat
keluar dari stasiun, puluhan tukang ojek dan sopir bajaj
meneriakinya... “Aisya! Aisya!”… hehe, bukan gitu ding teriaknya.
Intinya pada menawarkan jasa, tapi maaaaaaaff ya Pak, Aisya milih naik
angkot saja! Hmm, jalan raya depan stasiun Jatinegara ramai sekali malam
itu. Jadi ingat jargon Aisya tinggal di Jakarta… harus bisa BBM
(Berani, Berlari, dan Melompat). Hmm, sebenarnya banyak sih interpretasi
dari BBM itu. Salah satunya waktu nyebrang jalan di Jakarta, kalau
tidak berani dan gesit berlari… ga akan bisa nyebrang-nyebrang.. atau
bisa juga malah “dicium” angkot!!! Hmmm… akhirnya, setelah lari-lari,
Aisya berhasil nyebrang dan naik angkot 06A menuju Kampung Melayu.
Selang
sekitar 10 menit, ketika angkot 06 A itu berputar di depan kawasan bank
Muamalat, Jatinegara… kok malah menuju ke arah timur, kalau ke Kampung
Melayu kan seharusnya ke Selatan.
Aisya mulai curiga… dan ternyata
benar!!! Angkot 06 A itu tidak ke Kampung Melayu…ehhhh… malah lewat di
Stasiun Jatinegara lagi. Gubrakk!!! Dari Stasiun Jatinegara ke Stasiun
Jatinegara lagi dung!!! Padahal tanggal 25 April lalu, saat menjemput
Keisya di Stasiun Jatinegara, Aisya dan Keisya juga naik 06A dan lewat
Kampung Melayu juga… hehehe, Aisya geli dan tertawa dalam hati atas
kisah konyolnya malam itu. Hmm, tapi ada hikmahnya juga kok! Bisa
keliling Jatinegara dan nambah hafalan satu ayat.. ^^
Aisya lantas
naik angkot 31 dan menuju terminal Kampung Melayu. Sampai di sana ganti
angkot 16 menuju Otista.. Wahhh, ternyata di dalamnya ada sosok asing
yang bergelar ikhwan!!!
Penumpangnya cuma bertiga. Ada seorang bapak
lagi. Tapi Bapak itu keburu turun, dan meninggalkan kami di dalam angkot
itu... tapi alhamdulillah, tempat tujuan Aisya sudah dekat, jadi tidak
perlu berlama-lama ‘berkhalwat’ dengan ikhwan itu… hehe!!!
Setelah
menyusuri gang-gang sempit dalam pekatnya malam, uji nyali nih! Pukul
21:07 akhirnya Aisya sampai juga di kostnya….ALHAMDULILLAH!!!!
Jakarta, 280410_03:33
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting
pada bulan April 2010 di blog sebelumnya
Aisya Avicenna