
Tidur
bagi muslimah merupakan saat yang sangat penting. Karena dalam tidurnya
ia mengumpulkan tenaga untuk beribadah kepada Allah. Selain itu, ketika
tidur hati seorang muslimah di antara jemari Allah. Seorang muslimah
cantik karena agamanya. Jadi tidurnya pun harus cantik. Hendaknya
seorang muslimah menjaga adab-adab dalam tidur dengan adab yang
diajarkan dalam agama Islam. Bagaimana adab-adabnya?
1.Tidak
tidur terlalu malam setelah sholat isya kecuali dalam keadaan darurat
seperti untuk mengulang (muroja’ah) ilmu atau adanya tamu atau menemani
keluarga, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Barzah rodhiyallahu
‘anhu:
“Bahwasanya Rasululloh sholallahu ‘allaihi wassalam membenci
tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak
bermanfaat) setelahnya.” [H.R. Bukhari dan Muslim]
2.Hendaknya
tidur dalam keadaan sudah berwudhu, sebagaimana hadits: “Apabila engkau
hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih
dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” [H.R. Bukhari dan
Muslim]
3. Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi
sebelah kanan (rusuk kanan sebagai tumpuan) dan berbantal dengan tangan
kanan, tidak mengapa apabila setelahnya berubah posisinya di atas sisi
kiri (rusuk kiri sebagai tumpuan). Hal ini berdasarkan sabda Rosululloh:
“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” [H.R. Bukhari dan Muslim]
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam apabila tidur meletakkan
tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” [HR. Abu Dawud, At Tirmidzi,
Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban]
4. Tidak dibenarkan telungkup dengan
posisi perut sebagai tumpuannya baik ketika tidur malam atau pun tidur
siang. “Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur
yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang
shohih)
5. Membaca ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain:
a. Membaca ayat kursi.
Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqoroh.
b.Mengatupkan
dua telapak tangan lalu ditiup dan dibacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq
dan An-Naas kemudian dengan dua telapak tangan mengusap dua bagian tubuh
yang dapat dijangkau dengannya dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh
bagian depan, hal ini diulangi sebanyak 3 kali (HR. Al-Bukhari, Muslim,
Abu Dawud,At-Tirmidzi)
6.Hendaknya mengakhiri berbagai doa tidur dengan doa berikut:
“Bismikarabbii
wa dho’tu jambii wa bika arfa’uhu in amsakta nafsii farhamhaa wa in
arsaltahaa fahfazhhaa bimaa tahfazha bihi ‘ibaadakasshaalihiin.”
“Dengan
Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula
aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka
berilah rahmat padanya. Tapi apabila Engkau melepaskannya, maka
peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih.”
(HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
7.Disunnahkan apabila hendak membalikkan tubuh (dari satu sisi ke sisi yang lain) ketika tidur malam untuk mengucapkan doa:
“laa ilaha illallahu waahidulqahhaaru rabbussamaawaati wal ardhi wa maa baynahumaa ‘aziizulghaffaru.”
“Tidak
ada Illah yang berhak diibadahi kecuali Alloh yang Maha Esa, Maha
Perkasa, Rabb yang menguasai langit dan bumi serta apa yang ada diantara
keduanya, Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun.” (HR. Al-Hakim I/540
disepakati dan dishohihkan oleh Imam adz-Dzahabi)
8.Apabila
merasa gelisah, risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa
kesepian maka dianjurkan sekali baginya untuk berdoa sebagai berikut:
“a’udzu
bikalimaatillahi attammati min ghadhabihi wa ‘iqaabihi wa syarri
‘ibaadihi wa min hamazaatisysyayaathiin wa ayyahdhuruun.”
“Aku
berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya,
siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan para syaitan dan
dari kedatangan mereka kepadaku.” [HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi]
9.Memakai
celak mata ketika hendak tidur, berdasarkan hadits Ibnu Umar:
“Bahwasanya Rosululloh sholallahu ‘alaihi wassalam senantiasa memakai
celak dengan batu celak setiap malam sebelum beliau hendak tidur malam,
beliau sholallahu ‘alaihi wassalam memakai celak pada kedua matanya
sebanyak 3 kali goresan.” [HR. Ibnu Majah]
10.Hendaknya
mengibaskan tempat tidur (membersihkan tempat tidur dari kotoran) ketika
hendak tidur. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah sholallahu ‘alaihi
wassalam: “Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah
mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain
tersebut sambil mengucapkan ‘bismillah’, karena ia tidak tahu apa yang
terjadi sepeninggalnya tadi.” [HR. Al Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan
Abu Dawud]
Jika sudah bangun tidur hendaknya membaca do’a sebelum berdiri dari tempat pembaringan, yaitu:
“Alhamdulillahilladzii ahyaanaa ba’damaa amaatanaa wa ilayhinnusyuur.”
“Segala
puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkan-Nya dan
kepada-Nya kami dibangkitkan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
11.Hendaknya
menyucikan hati dari setiap dengki yang (mungkin timbul) pada
saudaranya sesama muslim dan membersihkan dada dari kemarahannya kepada
manusia lainnya.
12. Hendaknya senantiasa menghisab
(mengevaluasi) diri dan melihat (merenungkan) kembali amalan-amalan dan
perkataan-perkataan yang pernah diucapkan.
13. Hendaknya segera
bertaubat dari seluruh dosa yang dilakukan dan memohon ampun kepada
Allah dari setiap dosa yang dilakukan pada hari itu.
14. Setelah bangun tidur, disunnahkan mengusap bekas tidur yang ada di wajah maupun tangan.
“Maka
bangunlah Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam dari tidurnya kemudian
duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya.” [HR. Muslim]
15. Bersiwak.
“Apabila Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasalam bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” [HR. Al Bukhari dan Muslim]
16.
Beristinsyaq dan beristintsaar (menghirup kemudian mengeluarkan atau
menyemburkan air dari hidung). “Apabila salah seorang di antara kalian
bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena
sesunggguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya.”[(HR. Bukhari dan
Muslim]
17. Mencuci kedua tangan tiga kali, berdasarkan sabda
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam: “Apabila salah seorang di antara
kamu bangun tidur, janganlah ia memasukkan tangannya ke dalam bejana,
sebelum ia mencucinya tiga kali.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
18.Anak laki-laki dan perempuan hendaknya dipisahkan tempat tidurnya setelah berumur 6 tahun. [HR. Abu Daud, At-Tirmidzi]
19. Tidak diperbolehkan tidur hanya dengan memakai selimut, tanpa memakai busana apa-apa. [HR. Muslim]
20.
Jika bermimpi buruk, jangan sekali-kali menceritakannya pada siapapun
kemudian meludah ke kiri tiga kali, dan memohon perlindungan kepada
Allah dari godaan syaitan yang terkutuk dan dari keburukan mimpi yang
dilihat. (Itu dilakukan sebanyak tiga kali). Hendaknya berpindah posisi
tidurnya dari sisi sebelumnya. Atau bangun dan shalat bila mau. [HR
Muslim]
21. Tidak diperbolehkan bagi laki-laki tidur berdua (begitu juga wanita) dalam satu selimut. [HR. Muslim]
berbagai sumber
Jakarta, 300410_02:53
Hmm… tadi bangun jam 23:45… terjaga sampai detik ini..
Dan sekarang saatnya tidur lagi… sampai menjelang subuh…Zzzz…
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting
pada bulan April 2010 di blog sebelumnya
Aisya Avicenna

Menurut
Ustadz Usman Sudarmaji (salah satu ustadz di UNS), usia 23-30 tahun
adalah usia “kritis” untuk mengambil keputusan besar dalam hidup. Dua di
antaranya adalah keputusan untuk BEKERJA dan keputusan untuk MENIKAH!!!
Yaa… saya sangat sepakat dengan beliau! Buat saudara-saudara saya yang
memasuki usia tersebut, terutama yang ingin segera membuat keputusan
yang point 2, berikut ini saya mencoba berbagi inspirasi lewat artikel
yang ditulis oleh Aa’ Gym. Saya tidak bermaksud untuk memprovokasi lho
(tapi kalau ada yang terprovokasi yaa…ga papa lah ^^!), saya hanya ingin
berbagi ilmu yang pernah saya dapat dari beliau. Okey… Setiap orang
pasti menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Salah satu kebahagiaan
itu dapat diraih dengan hidup berumah tangga. Untuk meraih kebahagiaan
dalam berumah tangga pun butuh persiapan. Nah, berikut ini ada beberapa
persiapan yang perlu diperhatikan agar rumah tangga kita menjadi surga
kita di dunia ini… Check it out!!!
Pertama,
software-nya, yakni qalbu kita yang harus selalu yakin kepada Allah.
Karena, yang bisa menimbulkan orang stress, tidak menerima kenyataan,
sekali-kali bukan karena masalahnya. Melainkan, karena keyakinan dia
yang lemah kepada Allah. Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa diri
kita ini milik Allah. Calon istri kita milik Allah. Calon suami kita
milik Allah. Yang mengetahui segala perasaan yang ada pada diri kita
adalah Allah. Yang memerintahkan kita menikah adalah Allah. Pernikahan
terjadi juga dengan ijin Allah. Bahkan kebahagiaan yang kita raih pun
adalah karena pertolongan Allah. Jadi, kuncinya adalah Allah. Kalau kita
tidak yakin kepada Allah, kita tidak akan mendapatkan kuncinya.
Allah-lah yang menjanjikan kita berpasang-pasangan. Allah-lah yang
menyuruh kita menikah. Dan nikah itu ibadah. Sedang Allah menyuruh kita
ibadah. Kita tidak usah merasa ragu-ragu lagi. Maka, kembalikanlah
segalanya kepada Allah. Kita tidak boleh su'udzon sedikit pun. Tidak
boleh merasa rendah diri karena penampilan kita yang kurang menarik,
orang tua miskin, pendidikan rendah. Kalau kita merasa demikian, berarti
kita telah menghina Allah. Sebab, wajah kita bukan milik kita. Harta
kita bukan milik kita. Ilmu kita bukan milik kita. Semuanya milik Allah.
Kedua,
tingkatkan kepribadian kita supaya kita disukai ALlah. Perbaikilah
apapun yang dapat kita lakukan; akhlak kita, perbuatan kita, tingkah
laku kita. Jagalah pandangan, bergaullah dengan lawan jenis dengan cara
yang disukai Allah. Tidak usah sibuk dengan penampilan yang dibuat-buat
seperti mejeng dan ngeceng. Sebab, sesungguhnya tidak ada yang luput
dari pandangan Allah. Apapun yang kita perbuat pastilah disaksikan-Nya.
Maka, meningkatkan kualitas diri supaya disukai Allah adalah hal yang
paling penting. Kemudian, yang tidak kalah pentingnya, kita harus
latihan meningkatkan kedewasaan. Karena, untuk membangun rumah tangga
tidak cukup hanya dengan kemauan, keinginan, dan uang. Rumah tangga
adalah samudera masalah. Kadang-kadang kita merasa bosan dengan istri
kita. Sebelum menikah kita merasa bahwa dialah yang paling cantik di
dunia. Tapi setelah menikah, tidak jarang orang yang merasa di dunia ini
banyak yang cantik, kecuali istrinya. Hal ini harus dikendalikan dengan
kedewasaan. Jangan sampai kita tergelincir dan jatuh ke jurang maksiat
hanya karena masalah seperti ini. Belum lagi dengan masalah lain yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan sengketa. Mertua kita, adik ipar
kita yang tinggal serumah dengan kita. Bahkan anak kita sendiri yang
masih bayi, misalnya. Semuanya bisa berpotensi untuk bermasalah kalau
kita tidak dewasa dan arif menghadapinya. Hanya dengan kedewasaan dan
kearifanlah semua masalah bisa diselesaikan. Seorang suami yang tidak
matang, tidak dewasa, tidak arif, ia lebih banyak menambah masalah
daripada menyelesaikan masalah.
Ketiga,
persiapan ilmu, terutama ilmu agama. Dengan ilmu agama, kita akan bisa
beribadah dan beramal dengan benar. Dan Allah pun siap menolong kita,
kalau kita beribadah dan beramal dengan benar. Ilmu agama penting
dikuasai supaya kita tahu standar yang benar. Kita pelajari rumah tangga
Rasulullah SAW, karena memang hanya rumah tangga beliaulah yang menjadi
acuan yang tepat dalam menegakkan keluarga Islami. Kita dapat bercermin
dari sejarah rumah tangga beliau. Ketika ia pulang ke rumah malam hari,
lalu ketika pintu diketuk tidak ada juga yang menyahut karena istrinya
tertidur, Rasulullah tak berani membangunkan. Akhirnya ia berbaring di
depan pintu. Kita mungkin belum bisa seperti itu. Tetapi paling tidak,
kita memiliki standar yang jelas.
Keempat,
belajarlah ilmu umum, seperti ilmu kesehatan, ilmu merawat tubuh, cara
memahami wanita (bagi suami). Bagaimana menghadapi istri saat menjalani
ngidam, saat kehamilan, saat melahirkan, dls. Begitupun istri harus
memahami bagaimana perilaku suami, bagaimana emosinya, bagaimana
karakternya. Maka, belajar ilmu psikologi yang banyak berkaitan dengan
hal-hal seperti ini sangat diperlukan.
Kelima,
persiapkan dan tingkatkanlah keterampilan. Seperti keterampilan menata
rumah, mencari tambahan penghasilan, memasak, keetrampilan menekan biaya
hidup, dll. Hal ini perlu dilakukan baik oleh calon suami maupun oleh
calon istri. Sebab, setelah menikah bagi keduanya masing-masing
berpeluang berpisah. Suami harus berpikir, misalnya ajal siap menjemput
kapan saja. Maka, ketika istrinya meninggal duluan, jangan sampai
kelabakan karena tidak bisa menggantikan peran istrinya. Begitupun bagi
istri, ia harus siap memberi nafkah keluarga dengan meningkatkan
keterampilan menambah penghasilan.
Begitulah persiapan-persiapan yang
harus ditempuh bagi kaum laki-laki dan perempuan yang sudah berniat
berrumahtangga. Bagi mereka yang telah maksimal mempersiapkannya, Insya
Allah masalah apapun yang dihadapi, tidak akan membuat mereka goyah.
Mereka tetap akan tegar dan yakin bahwa Allah akan menolongnya.
Ingatlah firman Allah berikut ini :
"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan
orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika
mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan
Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui" (Q.S An-Nuur [24]:32).
Nah, sudah seperti itukah persiapan Anda..???
Jakarta, 300410_02:41
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting
pada bulan April 2010 di blog sebelumnya
Aisya Avicenna

"Harta yang paling berharga di dunia adalah wanita yang solehah." (H.R. Muslim)
Wanita ibarat bunga...
Cantik indahnya pada pandangan mata hanya sementara...
Yang kekal menjadi pujaan manusia, hanyalah wanita yang mulia akhlaknya...
Karena akhlaq wanita ibarat bunga...
Tiada guna berwajah cantik tetapi akhlaq buruk...
Tiada guna juga berwajah cantik tetapi hati kosong dari ilmu...
Ibarat bunga..
Ada yang cantik bila dipandang tetapi tidak enak baunya...
Ada pula yang kurang menarik dan baunya juga kurang menyenangkan...
Ada juga bunga yang tidak menarik pada pandangan mata kasar..
Tetapi bila dihalusi dengan mata hati, ternyata amat tinggi nilainya....
Wanita adalah makhluk Allah yang amat istimewa.
Kemuliaan dan keruntuhan sesuatu bangsa terletak di tangan wanita.
Allah telah menetapkan hukumNya atas mereka…
Karena itulah...
Sebagai anak, dia menjadi anak yang sholihah...
Sebagai remaja, dia akan menjadi remaja yang bersemangat...
Sebagai isteri, dia menjadi isteri yang menyenangkan dan menenangkan hati suaminya...
Sebagai ibu, dia akan mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang...
Dan pastinya sebagai hamba Allah, dia akan menjadi hamba yang tunduk dan menyerah diri hanya kepada-Nya.
Ayo Saudariku… mewangilah sampai ke SURGA!!!
Jakarta, 300410_02:19
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting
pada bulan April 2010 di blog sebelumnya
Aisya Avicenna

Begitu
mendengar kata "Rp 6,7 Triliun" kemungkinan besar pikiran kita langsung
mengasosiasikannya pada kasus bank Century. Tapi pernahkah kita
bertanya dalam hati : Bagaimana sih wujudnya uang Rp 6,7 triliun
tersebut? Trus apa hubungannya 6,7 Triliun, Gudang, dan Monas???
Berikut ini visualisasinya…
Sebuah
kertas HVS Folio 80gram bisa "menampung" 7 lembar uang kertas pecahan
100ribu dengan menyisakan sedikit ruangan dengan panjang 6,5 cm dan
lebar 3 cm. Jika mau akurat, 1 buah kertas HVS Folio bisa menampung 7,2
lembar uang kertas.
Dalam keadaan terpacking, 1 rim (500 lembar) kertas memiliki ukuran:
panjang x lebar x tinggi = 33 x 21,5 x 5,5 cm
Jika kita asumsikan tebal kertas yang sama, maka 1 rim kertas bisa menampung uang sebesar:
500 x 7,2 lembar uang = 3600 lembar uang = 3600 * Rp 100ribu = Rp 360.000.000,-
Jadi 1 rim kertas HVS Folio muat 360juta.
Lantas seberapa besarkah ukuran Rp 6,7 triliun jika ditumpuk dalam pecahan Rp 100 ribuan?
Jawabannya ada dalam hitungan sederhana:
seribu = 1.000
1 juta = 1.000.000
1 milyar = 1.000.000.000
1 triliun = 1 000 000 000 000
Rp 6,7 triliun / Rp 360 juta = 6.700.000.000.000 / 360.000.000
= 6.700.000.000.000 / 360.000.000
= 6.700.000 / 360
= 18.611,1111
Wow,
ternyata uang Rp 6,7 triliun sebanding dengan 18 ribuan rim kertas HVS
Folio. Jika diletakkan dalam sebuah gudang, tak terbayangkan berapa
besarnya gudang tersebut.
Jika di tumpuk dengan ukuran 1 rim kertas HVS tadi, berapakah tingginya?
18.611, 1111 x 5,5cm = 102.361 cm = 1.023,61 meter
Wow, 1 km lebih!!!
Itu 7 kali lebih tinggi dari Monas.
Ck Ck Ck…
Jakarta, 270410_01:58
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting
pada bulan April 2010 di blog sebelumnya
Aisya Avicenna

Ketika
kita berharap banyak pada manusia,
bisa jadi kita akan banyak
kecewa...
berharaplah sebanyak-banyaknya pada Allah...
karena skenario
Allah tak pernah mengecewakan
Jakarta, 280410_11:23
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting
pada bulan April 2010 di blog sebelumnya
Aisya Avicenna