ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

Siap-Siap Biar Benar-Benar SIAP!


Menurut Ustadz Usman Sudarmaji (salah satu ustadz di UNS), usia 23-30 tahun adalah usia “kritis” untuk mengambil keputusan besar dalam hidup. Dua di antaranya adalah keputusan untuk BEKERJA dan keputusan untuk MENIKAH!!! Yaa… saya sangat sepakat dengan beliau! Buat saudara-saudara saya yang memasuki usia tersebut, terutama yang ingin segera membuat keputusan yang point 2, berikut ini saya mencoba berbagi inspirasi lewat artikel yang ditulis oleh Aa’ Gym. Saya tidak bermaksud untuk memprovokasi lho (tapi kalau ada yang terprovokasi yaa…ga papa lah ^^!), saya hanya ingin berbagi ilmu yang pernah saya dapat dari beliau. Okey… Setiap orang pasti menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Salah satu kebahagiaan itu dapat diraih dengan hidup berumah tangga. Untuk meraih kebahagiaan dalam berumah tangga pun butuh persiapan. Nah, berikut ini ada beberapa persiapan yang perlu diperhatikan agar rumah tangga kita menjadi surga kita di dunia ini… Check it out!!! 

 
Pertama, software-nya, yakni qalbu kita yang harus selalu yakin kepada Allah. Karena, yang bisa menimbulkan orang stress, tidak menerima kenyataan, sekali-kali bukan karena masalahnya. Melainkan, karena keyakinan dia yang lemah kepada Allah. Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa diri kita ini milik Allah. Calon istri kita milik Allah. Calon suami kita milik Allah. Yang mengetahui segala perasaan yang ada pada diri kita adalah Allah. Yang memerintahkan kita menikah adalah Allah. Pernikahan terjadi juga dengan ijin Allah. Bahkan kebahagiaan yang kita raih pun adalah karena pertolongan Allah. Jadi, kuncinya adalah Allah. Kalau kita tidak yakin kepada Allah, kita tidak akan mendapatkan kuncinya. Allah-lah yang menjanjikan kita berpasang-pasangan. Allah-lah yang menyuruh kita menikah. Dan nikah itu ibadah. Sedang Allah menyuruh kita ibadah. Kita tidak usah merasa ragu-ragu lagi. Maka, kembalikanlah segalanya kepada Allah. Kita tidak boleh su'udzon sedikit pun. Tidak boleh merasa rendah diri karena penampilan kita yang kurang menarik, orang tua miskin, pendidikan rendah. Kalau kita merasa demikian, berarti kita telah menghina Allah. Sebab, wajah kita bukan milik kita. Harta kita bukan milik kita. Ilmu kita bukan milik kita. Semuanya milik Allah.


Kedua, tingkatkan kepribadian kita supaya kita disukai ALlah. Perbaikilah apapun yang dapat kita lakukan; akhlak kita, perbuatan kita, tingkah laku kita. Jagalah pandangan, bergaullah dengan lawan jenis dengan cara yang disukai Allah. Tidak usah sibuk dengan penampilan yang dibuat-buat seperti mejeng dan ngeceng. Sebab, sesungguhnya tidak ada yang luput dari pandangan Allah. Apapun yang kita perbuat pastilah disaksikan-Nya. Maka, meningkatkan kualitas diri supaya disukai Allah adalah hal yang paling penting. Kemudian, yang tidak kalah pentingnya, kita harus latihan meningkatkan kedewasaan. Karena, untuk membangun rumah tangga tidak cukup hanya dengan kemauan, keinginan, dan uang. Rumah tangga adalah samudera masalah. Kadang-kadang kita merasa bosan dengan istri kita. Sebelum menikah kita merasa bahwa dialah yang paling cantik di dunia. Tapi setelah menikah, tidak jarang orang yang merasa di dunia ini banyak yang cantik, kecuali istrinya. Hal ini harus dikendalikan dengan kedewasaan. Jangan sampai kita tergelincir dan jatuh ke jurang maksiat hanya karena masalah seperti ini. Belum lagi dengan masalah lain yang sangat berpotensi untuk menimbulkan sengketa. Mertua kita, adik ipar kita yang tinggal serumah dengan kita. Bahkan anak kita sendiri yang masih bayi, misalnya. Semuanya bisa berpotensi untuk bermasalah kalau kita tidak dewasa dan arif menghadapinya. Hanya dengan kedewasaan dan kearifanlah semua masalah bisa diselesaikan. Seorang suami yang tidak matang, tidak dewasa, tidak arif, ia lebih banyak menambah masalah daripada menyelesaikan masalah.


Ketiga, persiapan ilmu, terutama ilmu agama. Dengan ilmu agama, kita akan bisa beribadah dan beramal dengan benar. Dan Allah pun siap menolong kita, kalau kita beribadah dan beramal dengan benar. Ilmu agama penting dikuasai supaya kita tahu standar yang benar. Kita pelajari rumah tangga Rasulullah SAW, karena memang hanya rumah tangga beliaulah yang menjadi acuan yang tepat dalam menegakkan keluarga Islami. Kita dapat bercermin dari sejarah rumah tangga beliau. Ketika ia pulang ke rumah malam hari, lalu ketika pintu diketuk tidak ada juga yang menyahut karena istrinya tertidur, Rasulullah tak berani membangunkan. Akhirnya ia berbaring di depan pintu. Kita mungkin belum bisa seperti itu. Tetapi paling tidak, kita memiliki standar yang jelas.


Keempat, belajarlah ilmu umum, seperti ilmu kesehatan, ilmu merawat tubuh, cara memahami wanita (bagi suami). Bagaimana menghadapi istri saat menjalani ngidam, saat kehamilan, saat melahirkan, dls. Begitupun istri harus memahami bagaimana perilaku suami, bagaimana emosinya, bagaimana karakternya. Maka, belajar ilmu psikologi yang banyak berkaitan dengan hal-hal seperti ini sangat diperlukan.


Kelima, persiapkan dan tingkatkanlah keterampilan. Seperti keterampilan menata rumah, mencari tambahan penghasilan, memasak, keetrampilan menekan biaya hidup, dll. Hal ini perlu dilakukan baik oleh calon suami maupun oleh calon istri. Sebab, setelah menikah bagi keduanya masing-masing berpeluang berpisah. Suami harus berpikir, misalnya ajal siap menjemput kapan saja. Maka, ketika istrinya meninggal duluan, jangan sampai kelabakan karena tidak bisa menggantikan peran istrinya. Begitupun bagi istri, ia harus siap memberi nafkah keluarga dengan meningkatkan keterampilan menambah penghasilan.


Begitulah persiapan-persiapan yang harus ditempuh bagi kaum laki-laki dan perempuan yang sudah berniat berrumahtangga. Bagi mereka yang telah maksimal mempersiapkannya, Insya Allah masalah apapun yang dihadapi, tidak akan membuat mereka goyah. Mereka tetap akan tegar dan yakin bahwa Allah akan menolongnya.
Ingatlah firman Allah berikut ini : "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui" (Q.S An-Nuur [24]:32).

Nah, sudah seperti itukah persiapan Anda..???
Jakarta, 300410_02:41
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan April 2010 di blog sebelumnya

Aisya Avicenna
 

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna