Ya Allah Maha Pengasih tunjukkan jalan bagiku
Agar kami tak sesat dalam rimba raya-Mu, Ya Allah..
Ya Allah Maha Pemurah berikan kami cahya-Mu
Agar kami tak jatuh dalam lembah azab-Mu, Ya Allah...
Kami hanyalah manusia yg penuh noda dan dosa
Ampuni kami semua dalam belaian sayang-Mu
Setulus doa dariku
Senikmat iman di kalbu
Agar kami tetap tegar
Dalam cobaan yang datang
Ya Allah... 
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
 
 
 

 
Melihat ke atas: Memperoleh semangat untuk maju
Melihat ke bawah: Bersyukur atas semua yg ada
Melihat ke samping: Semangat kebersamaan
Melihat ke belakang: Sebagai pengalaman berharga
Melihat ke dalam: Untuk introspeksi diri
Melihat ke depan: Untuk menjadi lebih baik!
~Melihat ke dompet.. Hmm, baru ingat kalau ini tanggal tua! ^^~
Status di atas aku posting di FB pada hari Selasa, 26 April 2011 dan 
langsung mengundang banyak jempol dan komenter. Teman-teman baru tahu 
kalau aku tuh tipikal orang yang humoris. Hehe...
Melihat ke atas: Memperoleh semangat untuk maju
Melihat ke bawah: Bersyukur atas semua yg ada
Melihat ke samping: Semangat kebersamaan
Melihat ke belakang: Sebagai pengalaman berharga
Melihat ke dalam: Untuk introspeksi diri
Melihat ke depan: Untuk menjadi lebih baik!
~Melihat ke dompet.. alhamdulillah.. terima rapelan gaji! ^^v~
Nah, kalau status ini aku posting hari Rabu, 27 APril 2011 dan tetap 
mengundang jempoldan komentar. Komentar yang masuk kebanyakan minta 
traktiran. Hadehh...
Aisya Avicenna 
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
 
 
 
Ringkasan ini tidak tersedia. Harap 
    
   klik di sini  untuk melihat postingan.
 
 
 
Alhamdulillah, hari ini dapat pengumuman tahap I beasiswa S2 dari kantor.
Insya Allah tes selanjutnya tanggal 13-14 Mei 2011.
Mohon doanya kawan-kawan!
Semangat!!!
Gitu aja deh catatannya coz speechless banget karena pagi tadi aku 
sempat merasa sedih karena "kehilangan" sesuatu, tapi Allah ternyata 
menggantinya dengan begitu cepat. Sebuah kejutan saat aku membuka email 
dan membaca pengumuman itu. 
Ya Allah, hamba yakin masih banyak kejutan luar biasa yang Engkau 
rahasiakan... Dengan begitu membuatku belajar untuk terus berjuang, 
bersyukur, dan bersabar dalam menemukan rahasia-rahasia itu!
~Terima kasih atas kejutan sekaligus kesempatan yang Engkau beri hari ni, Ya Rahman.. Aku luruh dalam mahabbah pada-MU...~
250411
Aisya Avicenna 
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
 
 
 

 
Niat memang memiliki posisi sangat istimewa dalam ajaran Islam. Kali 
ini, kita membicarakan niat terkait dengan salah satu tahapan kehidupan 
yang selalu menyenangkan untuk dilewati oleh setiap orang, yaitu 
pernikahan. Apa yang ditulis di bawah ini cukup menjadi afirmasi positif
 sebagai upaya untuk meluruskan niat kita baik sebelum, saat, maupun 
setelah menikah. 
1. Saya menikah dengan niat untuk menjalankan perintah Allah dan mencari ridho-Nya.
2. Saya menikah dengan niat untuk menjalankan sunnah Rasulullah SAW.
3. Saya menikah dengan niat untuk menjaga mata dari pandangan yang haram.
4. Saya menikah dengan niat untuk mendapatkan keturunan yang dapat memperbanyak jumlah umat Islam.
5. Saya menikah dengan niat untuk meraih kecintaan Allah dengan berusaha
 mendapatkan keturunan yang bisa melanjutkan generasi umat manusia.
6. Saya menikah dengan niat untuk meraih kecintaan Nabi Muhammad SAW 
demi memperbanyak umatnya yang berkualitas hingga kelak di hari kiamat 
Rasulullah SAW bangga dengan hal tersebut. Dalam hadits disebutkan, 
"Menikahlah dan perbanyaklah keturunan! Sebab aku akan membanggakan 
kalian di hadapan umat-umat lain kelak di hari kiamat."
7. Saya menikah dengan niat untuk menjaga kehormatan suami dan memenuhi 
kebutuhannya, serta berniat untuk mampu mengelola nafkah dan mengurus 
anak-anak.
8. Saya menikah dengan niat untuk menjaga diri dari setan, menghilangkan
 kerinduan dan kecenderungan syahwat yang negatif, menjaga kemaluan dari
 perbuatan hina, menjaga pandangan, dan mengusir rasa was-was.
9. Saya menikah dengan niat untuk menyenangkan dan membahagiakan diri 
dengan cara duduk bersama pasangan atau memandang serta yang lainnya, 
agar bisa bertambah giat dan lebih tenang dalam beribadah.
10. Saya menikah dengan niat untuk mengurangi kesibukan hati dalam 
mengatur rumah, mengerjakan pekerjaan dapur, menyapu dan membersihkan 
perabotan, serta mendapatkan kemudahan hidup.
11. Saya menikah dengan niat untuk melatih diri dalam hal bertanggung 
jawab sebagai seorang istri, berusaha memenuhi kebutuhan suami, sabar 
dalam menjalani kehidupan rumah tangga, berusaha memperbaiki akhlaq 
anak-anak, membimbing anak-anak kepada kebaikan dan menjadikan mereka 
generasi Qur'ani.
12. Saya menikah dengan niat untuk memperoleh keberkahan dari do'a yang 
dipanjatkan seorang anak shalih setelah saya wafat kelak, sekaligus 
berharap pertolongan dan syafa'at dari anak-anak tersebut jika mereka 
meninggal ketika masih kecil.
13. Saya menikah dengan niat seperti yang telah diniatkan oleh para 
hamba Allah yang shalih dan para ulama yang mengamalkan ilmunya. 
14. Saya menikah dengan niat pada semua niat tersebut dan niat lainnya 
dari semua yang saya curahkan, saya ucapkan, dan saya kerjakan, dalam 
urusan pernikahan ini, karena Allah.
Silakan ditambahkan sendiri ya!! ^^v
Yaa Allah, berikan taufiq kepadaku seperti halnya Engkau memberi taufiq 
kepada mereka, dan tolonglah aku seperti halnya Engkau telah menolong 
mereka.
Semoga ALLAH memberi taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua..Amiin..
Khususnya bagi yang berniat untuk menikah, saran saya : SEGERA PRINT 
TULISAN INI, TEMPEL DI DINDING KAMAR! UCAPKANLAH BERKALI-KALI DAN TERUS 
AZZAMKAN DALAM HATI! Semoga bisa membantu untuk menjaga kelurusan niat 
tersebut.
Jakarta, 240411
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
 
 
 

 
Hari, Tanggal : Sabtu, 23 April 2011
Pukul : 08.00-12.00
Tempat : Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jakarta Pusat
Pembicara : Ustadz Bachtiar Nasir, LC
***
Materi dari ustadz baru dimulai pukul 09.00. Surprise juga saat sebelum 
materi, ada kesempatan untuk belajar tahsin dulu. Kami dibagi menjadi 
beberapa kelompok kecil dalam halaqoh-halaqoh. Subhanallah, aku masuk 
dalam kelompok yang sebagian besar ibu-ibu. Ada yang nenek-nenek juga. 
Kami belajar bersama seorang ustadz. Ibu-ibu begitu bersemangat, 
meskipun berulang kali sering salah dalam membaca. Ustadznya juga sangat
 sabar. Keren deh!
Moderator mengawali acara dengan berbagi kisah tentang seorang laki-laki
 dari Bani Israil yang membunuh 99 orang dan ingin bertaubat. Akhirnya 
ia mendatangi seorang rahib dan bertanya apakah taubatnya bisa diterima.
 Sang rahib berujar bahwa taubatnya tidak akan diterima. Akhirnya 
laki-laki itu membunuh sang rahib. Seratus nyawa akhirnya melayang atas 
perbuatannya. Ia benar-benar ingin bertauubat. Akhirnya ia bertanya 
apakah ada orang alim yang bisa ia tanyai. Akhirnya, bertemulah ia 
dengan seorang alim/ahli hikmah. Ia pun bertanya apakah taubatnya bisa 
diterima. Sang ahli hikmah menjawab, “Mengapa tidak? Allah Maha Pengasih
 lagi Maha Penyayang. Pergilah ke kota itu, di sana orang mentauhidkan 
Allah. Tinggalkan kampungmu yang penuh maksiat!”
Laki-laki pembunuh itu menuruti kata sangg ahli hikmah. Demi mewujudkan 
keinginan besarnya untuk bertaubat, laki-laki pembunuh itu bergegas 
hijrah ke kota yang dimaksud sang ahli hikmah. Ternyata ia meninggal 
dalam perjalanan. Malaikat pencatat amal kebaikan dan malaikat pencatat 
amal keburukan ‘berselisih’ apakah laki-laki pembunuh itu masuk surga 
ataukah neraka. Akhirnya diukurlah langkahnya dan ternyata langkah kaki 
laki-laki pembunuh itu lebih dekat menuju kota tempat tujuannya 
bertaubat. Akhirnya ia masuk surga.
Ilmu itu cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan pada orang yang suka bermaksiat. 
Sebuah kisah tentang Abu Nawas yang menurut temannya, Abu Nawas pernah 
bercerita bahwa ia bermimpi duduk di taman surga. Setelah di tanya, 
mengapa Abu Nawas bisa berada di surga, Abu Nawas menjawab bahwa ia 
masuk surga karena membuat syair tentang taubat yang ia simpan di bawah 
kasurnya. Syair itu berbunyi demikian.
Ilaahi Lastu Lil Firdausi Ahlaa
Walaa Aqwaa `Alan Naaril Jahiimi
Fahablii Taubatan Waghfir Dzunuubii
Fainnaka Ghoofirudz Dzambil `Adzhiimi
Dzunuubii Mitslu A`daadir Rimaali
Fahabli Taubatay Yaadzal Jalaali
Wa `Umrii Naaqishun Fii Kulli Yaumi
Wa Dzambii Zaidun Kaifak Timaali
Ilaahii `Abdukal `Aashii Ataaka
Muqirrom Bidz Dzunuubi Waqod Da`aaka
Wain Taghfir Fa-Anta Lidzaaka Ahlun
Fain Tathrud Faman Arju Siwaaka
Ya Tuhanku, aku tak layak menjadi ahli syurga-Mu
Namun, aku tidak mampu menahan panasnya siksa api neraka
Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku
Sesungguhnya hanya Engkau Maha Pengampun dosa-dosa besar
Dosa-dosaku seperti jumlah debu pasir dipantai
Maka terimalah taubatku Wahai Pemilik Keagungan
Dan sisa umurku berkurang setiap hari
Dan dosa-dosaku bertambah, bagaimana aku menanggungnya
Ya Tuhanku, hamba-Mu yang berdosa ini datang kepada-Mu
Mengakui dosa-dosaku dan telah memohon pada-Mu
Seandainya Engkau mengampuni
Memang Engkaulah Pemilik Ampunan
Dan seandainya Engkau menolak taubatku
Kepada siapa lagi aku memohon ampunan selain hanya kepada-Mu
Acara selanjutnya adalah materi dari Ustadz Bachtiar Nasir. 
Beberapa point yang sempat saya catat dari apa yang beliau sampaikan:
1.Bertaubat tidak cukup dengan meninggalkan yang dilarang tapi juga 
melaksanakan perintah. Kekeliruan saat ini, bertaubat hanya dipahami 
dengan meninggalkan maksiat saja.
2.Taubat ada dua, yakni taubat yang wajib (taubat dengan meninggalkan 
yang dilarang tapi juga melaksanakan perintah) dan taubat yang sunnah ( 
Taubat dengan menjalankan sunnah Rasul dan menjauhkan diri dari yang 
dimakruhkan Rasulullah Saw.)
3.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Adam as
Hikmah kisahnya:
a.Akibat dari dosa yang dilakukan Adam, maka Allah menyingkapkan keburukannya (Q.S. Thaha : 21)
b.Adam dan Hawa terusir dari surga (Q.S. 7 : 24)
c.Allah Swt mencela mereka (Q.S. 7 : 22)
4.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Nuh as
a.Nuh adalah bapak manusia setelah Adam dan kemudian disusul Ibrahim.
b.Pada masa Nuh, ada 5 orang shalih yang sangat dermawan kemudian 
didewakan secara berlebih-lebihan oleh umat Nuh dengan dibuatnya patung 
mereka saat mereka telah wafat. Inilah yang menjadi contoh syirik 
pertama kali di muka bumi.
c.Nuh merupakan hamba Allah yang banyak bersyukur dalam keadaan apapun. 
So, kunci hidup berbahagia dalam beragama adalah berdzikir dan bersykur 
(Q.S. 2 : 152). Bukan dzikir di lisan saja, tapi juga di dalam qalbu. 
Merasakan dan menyaksikan keagungan-Nya di alam raya. Orang yang sering 
berdzikir, akan mampu banyak bersyukur.
d.Dzikir kalbu :
-Mampu merasakan keagungan nama dan sifat-Nya
-Mampu merasakan kebesaran Allah di jagad raya
e.Wujud syukur :
-Lisan
-Memberi mahabah (daya cinta) dan inabah (efek dari mahabah) pada Allah
-Perbuatan, kuncinya : taat
f.MAHABAH
-Cinta yang tidak berbalas ridho dari Allah bisa disebabkan karena 
cintanya tidak dibarengi dengan ketaatan kepada Allah. Itulah cinta yang
 sia-sia.
-Ikhlaskan memurnikan ibadah karena Allah semata
g.INABAH
-Ketika kita merasa lebih pintar dari orang lain, itu sombong namanya.
-Hidup ini di antara 2 misteri, yakni ikhtiar insani dan takdir Ilahi.
-Orang yang cerdas dalam menjalankan hidup adalah orang yang mampu menjalani hidup di antara ikhtiar insani dan takdir Ilahi.
-Taufiq adalah pertemuan antara kehendak Allah dan manusia.
h.Tidak harus menunggu berdosa baru bertaubat. Nabi Nuh as selalu menjadikan taubat sebagai gaya hidupnya
i.Alam bawah sadar manusia senang dengan pengulangan.
j.Formula dahsyat sebelum tidur :
-Memaafkan orang lain
-Bertaubat
-Berdzikir
-Mendengarkan murottal sebagai pengantar dan teman tidur
k.Doa Nabi Nuh  (Q.S 11 : 45)
l.Nuh berhasil membentengi diri sendiri, tapi tidak berhasil membentengi anaknya (Q. S. Al-A’raf : 59)
5.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Yunus as
Q.S. 21 : 87
Ia taubat di dalam perut ikan
6.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Ayub as
Ayub adalah hamba paling sabar. Ia tidak minta sembuh pada Allah. Ia 
selalu yakin bahwa segala sesuatu yang datang dari Allah, pasti baik 
untuknya.
Jakarta, 230411
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
 
 
 

 
Pukul 03.00, aku terbangun. Lagi-lagi tanpa alarm. Alhamdulillah. 
Setelah sholat malam, aku sempat murojaah 3 hadist yang harus aku 
setorkan pagi ini. Pukul 03.30 aku buka kulkas, ambil telur dan beberapa
 cabai, terus menuju lantai 1. Saatnya memasak!!! Beberapa waktu 
kemudian, akhirnya jadi juga masakan lezat ala chef Aisya Avicenna. 
Sempat dikreasi saat menghidangkan. Halah! "Nasi Goreng Chicken Stick” 
itu akhirnya aku lahap bersama seorang sahabat. Selesai sarapan, aku 
bersiap-siap hendak “kuliah pagi". 
Sekitar pukul 05.30, aku sudah berdiri di Jalan Otista Raya untuk 
menunggu mikrolet 53 yang hendak aku tumpangi. Sambil menunggu, aku 
manfaatkan untuk muroja’ah hafalan hadistku. Hari ini ada 3 hadist lagi 
yang harus disetorkan. Tiba-tiba ada sepeda motor berhenti di depanku. 
Kaget! Rasa kaget itu sirna sudah tatkala tahu siapa pengendaranya. 
Beliau adalah salaha satu mahasiswi LBQ Al-Utsmani juga, tapi levelnya 
di atasku. Dia mengajakku naik motornya. Uhuy! Alhamdulillah... 
Sepanjang  perjalanan, aku masih sibuk dengan hafalanku.
Sampai di kampus, ternyata aku tetap menjadi mahasiswi yang datang 
paling awal di kelasku. Hehe... Pukul 06.15 kelas dimulai dan 
alhamdulillahh hari ini berhasil setor hafalan 3 hadist. Pukul 08.00 
kelas berakhir. Sebelum pulang, aku sempatkan ke kantor LBQ Al-Utsmani 
dulu untuk membayar SPP. Setelah itu melanjutkan agenda berikutnya yakni
 “imunisasi pekanan”. Hmm, ada yang special hari ini. Semangat! Setelah 
“imunisasi pekanan” aku “diculik” salah satu saudariku untuk 
mengantarkannya ke toko “RAIHAN” di dekat UNJ. 
Pukul 13.30 aku tiba di kost untuk makan siang. Setelah itu, aku menuju 
stasiun Tebet untuk naik kereta ke Depok. Saat di kereta aku sempat 
cemas karena tidak begitu tahu jalurnya dan belum begitu familier dengan
 stasiun Lenteng Agung, tempat aku turun. Di dalam kereta ekonomi AC 
itu, aku berdiri. Tiba-tiba aku melihat toko buku Leksika dari jendela. 
Wah, sepertinya terlewat nih stasiunnya. Akhirnya aku turun di stasiun 
berikutnya. Saat hendak keluar, aku tanya ke bapak penjaga tiket apakah 
stasiun Lenteng Agung sudah terlewat. Ternyata oh ternyata, tempatku 
berpijak saat itu adalah stasiun Lenteng Agung. Hehe... Subhanallah, 
walhamdulillah! 
Setelah keluar dari stasiun, aku berganti angkot kecil warna biru 
jurusan Pasa Minggu dan akhirnya sampai juga di toko buku Leksika. 
Berhubung masih pukul 14.35, aku pun melihat-lihat buku dulu. Sempat 
menamatkan sebuah buku di sana yang berjudul “Shalat Istikharah”. 
Menjelang Asar, aku ke mushola. Aku sholat Asar berjamaah dengan seorang
 laki-laki yang logatnya Jawa banget!
Setelah sholat, aku ke lantai 4 yang menjadi tempat acara launching buku
 “PARA GURU KEHIDUPAN”. Saat mengisi absensi, aku bertanya pada 
panitianya siapa sih penanggung jawab proyek ini. “Mas Epri Tsaqib. Itu 
Mbak, orangnya ada di depan,” kata seorang muslimah berjilbab lebar yang
 mengaku sebagai asisten Mas Epri (yang ternyata adalah istrinya! Baru 
tahu di akhir acara! ^^v).  Selain itu, baru aku ketahui bahwa laki-laki
 yang tadi menjadi imam sholat Asar itu bernama Muhammad Trimanto, ketua
 FLP Depok yang juga salah satu penulis dalam buku antologi “PARA GURU 
KEHIDUPAN”. Sebelum acara dimulai, kami sempat kenalan, tukar tanda 
tangan dan kartu nama serta bercakap-cakap dengan beberapa penulis yang 
juga urun karya di antologi tersebut.
Acara dimulai dengan pembukaan dan doa bersama yang dipimpin oleh Mas 
Epri tsaqib. Selanjutnya pada sesi ice breaking, tampillah Mas Niko cs 
yang menyanyikan lagu tentang bumi karena bertepatan hari itu adalah 
hari Bumi. Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan naskah oleh Mbak 
Achi TM yang bercerita tentang pengalaman pribadinya bersama ayahanda 
tercinta sebelum beliau wafat. Impian Mbak Achi melalui dorongan 
semangat  dan ketegasan sang Ayah membuatnya kini semakin percaya diri 
menapaki setiap langkahnya di dunia kepenulisan.
Selanjutnya ada penampilan Teater Pusat Bumi yang dibawakan Nadia Sarah 
Adzani bersama 2 orang rekannya. Nadia juga salah satu penulis dalam 
buku tersebut. Kemudian, pembacaan naskah oleh Mbak Lya Herlianti. Ia 
tak kuasa membendung air matanya saat  membacakan naskahnya yang 
berjudul "Sang Pembuka Hati." Ia bercerita mengenai pengalaman 
pribadinya dengan Jossete, sahabatnya di Belanda yang menyadarkannya 
akan cinta yang telah lama hilang.
Demikian juga dengan Mbak Wiwiek ketika membacakan kisahnya tentang Ibu 
yang selalu menjadi peneduh ketika masalah demi masalah datang 
menghampiri, audiens pun ikut merasakan betapa damainya memiliki seorang
 ibu yang begitu mencintai putrinya. 
Setelah itu acara dilanjutkan dengan penyerahan buku “PARA GURU 
KEHIDUPAN” secara simbolis lanjut foto bersama. Seru! Apalagi waktu Mas 
Epri Tsaqib foto bersama istrinya. Kedua naskah mereka tergabung juga 
dalam buku ini. Wah, so inspiring! Suami istri yang kompak. Hmm, jadi 
teringat salah satu impianku adalah menulis bersama suamiku kelak. 
Hehe.. semoga terwujud. Aamiin...
Berikutnya adalah pembacaan naskah oleh Wahyu Widianingrum yang membuat 
hadirin tergelak dan senyum-senyum saat mendengar kisah yang 
dituturkannya. Pada penghujung acara, Mbak Achi TM tampil kembali 
bersama Mas Niko dan Niki dari Rumah Pena dengan membacakan puisi karya 
Mas Epri Tsaqib.
Acara launching diakhiri dengan Book Signing para penulisnya. 
Dengan lahirnya buku ini semoga dapat mendatangkan manfaat yang besar 
bagi kita semua dan menjadi ladang amal kebaikan khususnya bagi para 
penulisnya. Aamiin...
Jakarta, 220411
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
 
 
 

 
Mengapa saya menggunakan kata “Kartini” pada judul catatan ini? Alasan 
pertama karena Kartini itu wanita luar biasa dan kali ini saya akan 
menceritakan seorang wanita luar biasa yang cukup berpengaruh bagi saya.
 Alasan kedua karena catatan ini merupakan Catatan Aisya edisi ke-21 
yang saya tulis tanggal 21 April 2011 bertepatan dengan peringatan hari 
Kartini. Hmm… ya begitulah!
***
Bila Izrail datang memanggil
Jasad terbujur di pembaringan
Seluruh tubuh akan menggigil
Seluruh badan kan kedinginan
Lagu itu lagi! Ya, setiap kali si ibu itu beraksi, lagu tersebut yang 
dinyanyikan. Hanya bermodal suara, tanpa alat musik yang melatarinya, 
ibu itu membawakan setiap lagu yang dinyanyikannya. Lagu di ataslah yang
 sering dinyanyikan sebelum lagu lainnya. Ibu berjilbab yang berprofesi 
sebagai pengamen itu sudah puluhan kali “manggung” di Kopaja 502 yang 
aku tumpangi. Hampir setiap “pentas”, beliau membawakan lagu itu. 
Benar-benar mengingatkan diri ini, harapannya pesan yang tersurat dan 
tersirat dalam lagu yang ia bawakan juga sampai ke penumpang yang lain. 
Kadang merinding juga saat ibu itu menyanyikannya.
Sayang, pagi tadi saya hanya melihat ibu itu di pinggir jalan. Awalnya 
si ibu akan naik Kopaja 502 yang saya tumpangi. Tapi, jarak beliau dan 
berhentinya Kopaja terlalu jauh dan lagi penumpangnya juga membludak. 
Akhirnya beliau tidak jadi naik Kopaja 502 tersebut. Ada rasa kecewa 
juga, karena pagi ini saya tidak mendengarkan lagu pengingat mati itu.
Ibu itu biasa beraksi di sepanjang jalan dari kawasan Kampung Melayu 
sampai Matraman. Ah, saya bertekad suatu saat ingin menemui ibu itu. 
Saya penasaran dengan latar belakang kehidupannya. Mungkin saya pun akan
 bertanya mengapa lagu pengingat mati itu yang terus ia nyanyikan. 
Semoga ada kesempatan.
Berbicara tentang kematian, banyak sarana yang bisa mengingatkan kita 
pada kematian. Coba tanyakan pada diri kita, seberapa banyak kita 
mengingat mati dalam hidup kita. Hanya kita sendiri yang bisa 
menjawabnya. Jika kenyataannya kita masih sangat sedikit dalam mengingat
 mati di tengah kesibukan dan semua urusan duniawi kita, maka segeralah 
ubah hal tersebut. Kita tidak pernah tahu kapan kematian mendatangi 
kita. Mengingat mati akan membuat kita seakan punya rem untuk 
menghindari perbuatan dosa. Mengingat mati juga merupakan satu cara yang
 sangat efektif untuk mengendalikan hawa nafsu. Perhatikan sabda 
Rasulullah SAW berikut ini: “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang 
melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)
Ya Allah yang Maha Menghidupkan dan yang Maha Mematikan, wafatkanlah 
kami dalam keadaan husnul khatimah. Dan kami berlindung kepada-Mu dari 
keadaan suul khatimah. 
Semoga Allah Swt menutup akhir hayat kita dengan husnul khatimah dan menerima semua amal shalih kita. Aamiin Yaa Rabb…
"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati..."(QS.Ali Imran:185).
Jakarta, 210411_13:06
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
 
 
 
Para Guru Kehidupan senantiasa ada dan hadir di sekitar kita. Mungkin ia
 adalah sosok yang sederhana, mungkin ia adalah sesuatu yang tidak 
pernah kita duga
hadir dan melintas begitu saja dalam kehidupan kita atau mungkin juga ia
 adalah sebuah momen yang tak terlupakan dalam kehidupan kita yang 
sangat singkat ini
Dari mereka kita senantiasa bisa belajar dan mengambil manfaat yang akan
 sangat berguna untuk bekal kita mengarungi episode perjalanan hidup ini
 selanjutnya.
Insya Allah ada tulisan saya dalam buku antologi ini. Siapakah Guru 
Kehidupan saya? Penasaran??? Insya Allah buku ini akan dilaunching pada 
hari Jumat, 22 April 2011. Bagi teman-teman yang ingin memiliki buku 
inspiratif ini bisa menghubungi saya.. Cukup dengan harga Rp 40.000,-...
 Jangan lewatkan kesempatan ini ya! 
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
 
 
 

 
Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang 
mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang 
yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa 
hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia 
perlakukan tuhannya. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada izin 
untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang
 Allah berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan Allah atasmu.
Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap 
ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudhu di dingin malam, lapar 
perut karena shaum atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang. 
Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam 
hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka
 baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, 
alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.
As-shiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, 
jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau 
hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan
 mereka," ucapnya lirih.
Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan 
dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada 
orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian 
menyebut-nyebutnya kepada khalayak. Ada orang beramal sedikit dan 
mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak 
pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan banyak orang 
karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan ambisi 
pribadinya, atau tidak mau kalah atau tertinggal di belakang para 
pejuang. Mereka telah menukar kerja dan kata.
Dimana kau letakkan dirimu? Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara
 dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut, sampai 
sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di 
depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Telah berapa hari engkau hidup 
dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi 
saat obyek ma'siat menggodamu dan engkau menikmatinya? Malu kepada Allah
 dan hati nurani tak ada lagi.
Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia 
berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani bertambah tinggi. Rasa 
malu kepada Allah, dimana kau kubur dia?
Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka 
lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung.
 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP ; SMU 25% 
mengaku telah berzina dan hampir separuhnya setuju remaja berhubungan 
seks di luar nikah asal jangan perkosaan, walaupun pada saatnya mereka 
memperkosa.
Dan masyarakat memanjakan mereka, karena "mereka masih d ibawah usia." 
Mungkin engkau mulai berfikir, "Jamaklah, bila aku main mata dengan 
aktifis perempuan --bila engkau laki-laki atau sebaliknya (akhi dan 
ukhti)-- dicelah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat 
atau bertelepon dengan menambah waktu sekedar melepas kejenuhan dengan 
canda jarak jauh." Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana
 getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan 
segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat?"
Saat engkau mau muntah melihat laki-laki berpakaian perempuan, karena 
kau sangat percaya kepada ustadzmu yang mengatakan, "Jika Allah melaknat
 laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa 
tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?" Ataukah taqwa 
berlaku saat berkumpul bersama dan yang paling tinggi berteriak "Ini 
tidak islami" berarti ia paling islami, lalu sesudah itu urusan 
kesendirian tingga llah antara engkau dengan lamunanmu, tak ada Allah 
disana?
Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justru
 engkau sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut 
lawan jenismu yang muda dan segar. Kau yang tak mampu melawan berontak 
hatimu untuk tidak makan berdiri di tengah suatu resepsi mewah. 
Berbisiklah syaithanmu: "Jika kau duduk di lantai atau di kursi malam 
ini citra da'wah akan ternoda." Seakan engkau-lah pemilik da'wah ini.
Lupakah kau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka 
pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter. Begitu jauhnya 
inhiraf di kalangan awam, tak lain karena para elitenya telah salah 
melangkah lebih dulu. Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"-nya 
membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa 
menit sebelumnya ia setubuhi, lalu dengan enteng mengatakan, "Itu 
maharku, Allah waliku dan malaikat itu saksiku," dan sesudah itu 
segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah? Siapa yang akan 
memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda
 artis penyanyi lalu mengatakan, "Ini anakku, karena kedudukan guru 
dalam Islam seperti ayah, bahkan lebih dekat lagi."
Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar 
diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua 
kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang 
sama? Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan 
seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam organisasinya? Kau 
andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang 
maksiat masyarakat awam? Bukankah ini mengkomersilkan kekurangan 
masyarakat? Koruptor macam apa engkau ini? Semoga ini tak terjadi pada 
dirimu, karena kafilah yang pernah berlalu tak sunyi dari peruntuh 
bangunan yang dibina dengan susah payah.
Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. 
Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada 
Amerika dan Zionis dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk makanan 
mereka, semata-mata karena nuansa "westernnya." Engkau akan menjadi 
faqih pedebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan
 perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan 
Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.
Mahatma Ghandi memimpin perjuangan kemerdekaan India dengan kain tenunan
 bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia 
menoleh kekanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia 
tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur 
disana. Bila ia minta bangsanya mendongakkan kepala dengan bangga, maka 
300 juta bangsa India akan tegak, walaupun tulang punggung mereka tak 
kuat lagi berdiri karena lapar dan kurang gizi.
Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi 
ummat dengan pameran mobil dan rumah mewah serta hidup di tengah 
gemerlap kehidupan selebritis. Saat fatwa digenderangkan, ummat tak lagi
 punya kemauan untuk mendengar. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan
 uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil 
penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku?"
*Dicopas dari notenya Kang Ahmad Lamuna
Jakarta 20 April 2011
Saat hati hampir "pingsan",
Aisya Avicenna 
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.