ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

Allah yang Tahu Kapan Kita Siap


Bismillahirrohmanirrohiim


Membicarakan pernikahan bagi kaum lajang memang terkadang menggelitik telinga, ada yang senyum senyum, malu malu, bahkan berlalu begitu saja (karena terlalu sering mendengar). Apalagi bagi muda mudi yang sudah masuk usia 'matang' menikah...
Sudah sunnatulloh, Allah menciptakan yang namanya perasaan, termasuk perasaan untuk ingin disayang, dimanja dan diperhatikan.


Yup, perasaan cinta. Akan jauh lebih indah jika kita bisa mengaplikasikan rasa cinta yang sudah Allah anugerahkan kepada kita dapat disalurkan kepada orang yang tepat, yang memang sudah seharusnya kita cintai, seperti cinta kepada orang tua, cinta kepada anak, dan cinta kepada orang yang sudah halal untuk kita.


Jika melihat dari poin ketiga yaitu mencintai orang yang sudah halal untuk kita tentu tidak akan menjadi masalah besar bagi mereka yang telah diberikan kesempatan untuk menggenapkan setengah diennya, akan tetapi akan menjadi masalah jika rasa itu timbul sebelum waktunya.
Namun pernikahan begitu indah kudengar
Membuatku ingin segera melaksanakan
Namun bila kulihat aral melintang pukang
Hatiku selalu maju mundur dibuatnya
(Suara Persaudaraan)


Rasululloh SAW bersabda “Wahai sekalian para pemuda barang siapa diantara kalian telah mampu menikah, hendaklah menikah karena menikah lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kehormatan. Barang siapa yg belum mampu menikah hendaklah puasa karena puasa merupakan perisai baginya.” (HR. Bukhori dan Muslim)


Rasulullah SAW menasehati kita, para lajang, untuk yang sudah mampu maka hendaklah menikah dan yang belum mampu ya berpuasa. Simple, tidak bertele-tele, tidak penuh birokrasi yang ngejelimet, tinggal kita kaumnya untuk bisa mengaplikasikan. Jika toh memang merasa belum mampu, sambil berpuasa untuk menahan nafsu, kita juga bisa menyiapkan perbekalan-perbekalan yang cukup dan memadai untuk mengarungi kapal rumah tangga nantinya.


Beberapa orang berkata bahwa mereka sudah merasa sangat siap untuk menikah. Sudah merasa matang untuk dapat mengikuti sunnah Rasulullah SAW yang sangat disukai ini, menikah. Tapi sebenarnya tingkat kematangan tiap orang berbeda-beda, ada yang merasa secara batin dia siap, secara lahir walaupun dia masih kuliah akan tetapi tingkat keyakinan dan tanggung jawab yang tinggi untuk menikah besar, bisa kita lihat hasilnya, banyak ikhwan akhwat atau muda mudi yang masih dalam status kuliah 'berani' melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, menikah! Barokalloh, barokalloh.


Tapi ada juga yang secara batin dan lahir dia merasa siap ternyata Alloh berkehendak lain, bahwa dia belum saatnya menyegerakan menggenapkan setengah dien ini. Karena rasa sayang Allah padanya, Allah mengisyaratkannya untuk mengumpulkan perbekalan perbekalan lebih baik lagi agar lebih siap nantinya jika saat yang tepat dan indah itu tiba. Maka, wajib bagi kita untuk selalu berprasangka baik kepada Allah, bahwa Alloh akan mentakdirkan kita bertemu dengan belahan jiwa kita pada saatnya kelak.


Bagi mereka yang pernah merasa gagal dalam berproses untuk menikah ini maka janganlah sedih mendalam dan berpatah hati. Memang wajar jika ada rasa sedih atau bahkan marah yang mampir di hati, sunnatullah, perasaan yang sudah Alloh berikan untuk kita, akan tetapi jangan sampai menyesali diri, bermuram durja berkepanjangan bahkan hingga mempertanyakan dimana kasih sayang dan keadilan dari Allah padanya (naudzubillahimindzalik) atau sampai melakukan bunuh diri (hiiiiiii, naudzubillahimindzalik).


Yakinlah, Alloh pasti akan memberikan yang terbaik untuk kita, termasuk dalam hal jodoh ini. Alloh berfirman dalam Al-Qur’an surat An Nuur ayat 26 “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)...”
Bersabarlah saudara saudariku yang belum menikah, bersabarlah dengan kesabaran yang baik dan indah.


Insya Allah jika Allah sudah berkehendak, saatnya akan tiba, maka dari itu bersiaplah menyiapkan perbekalan itu semua dan berdo’alah, karena hanya Alloh lah yang tahu kapan kita siap untuk menikah.
sumber : www.dakwatuna.com


Tulisan ini diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna