ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

Virus H1N1 Menyebar!

Pagi yang indah menyapa Jakarta pagi ini. Embun yang menempel di dedaunan, turun satu demi satu ke bumi. Angin sejuk yang semilir belum terkotori polusi. Sebelum meninggalkan kost ini dan menuju ke tempat lain untuk melanjutkan petualangan, teringat hari terakhir saya waktu petualangan @ Jakarta session1, saat berkumpul dengan sahabat2 STIS... Ehm, lagi pada kena virus H1N1 (Hasrat 1ngin N1kah). Udah lulus, bahan obrolan juga semakin meningkat. Trus, waktu cari buku di belakang Universitas Negeri Jakarta tanggal 29 September 2009, ehm..buku apa yang dibeli sahabat saya??? “Kupinang Engkau dengan Hamdalah”... Gak pa2 sih. Wajar menurut saya. Lha wong saya juga beli 2 buku bertema serupa (PENGAKUAN!!!). hehehe... 

Kayaknya sahabat-sahabat saya itu memang dah pada ngebet pengin menggenapkan separuh agamanya. Lhah, kalau saya??? SAMA... Pengin sih pengin… Tapi kan nikah tak hanya sekedar pengin!!! HARUS SIAP!!! Tapi siapnya kapan ya??? Wallahu’alam.. yang jelas saya sudah punya standar sendiri yang menyatakan bahwa saya sudah SIAP!!! Saat ini masih dalam proses mewujudkan standar-standar itu... (RAHASIA nih standarnya!!). SEGERA tapi TIDAK TERGESA-GESA, itu prinsip saya!

Seorang sahabat pernah mengatakan, kriteria calon suaminya : shalih, cerdas, kaya dan tampan (IDEALIS bgt ya!!). Sebuah hadist juga mengemukakan, seorang wanita dipinang karena kecantikannya, hartanya, keturunannya, dan agamanya. Pinanglah wanita karena agamanya. Itu yang utama. Kalau dianalogikan, hal ini juga berlaku untuk pria,.. Pria yang shalih, insya Allah cerdas. Ketika seorang pria cerdas, harta bisa dicari. Bila harta sudah di tangan, ketampanan bisa didapat. Pilih satu, dapat tiga.

Namun, bila kita tinjau ulang, pemikiran akan kriteria calon suami tersebut cenderung egois. Tidak memandang dari banyak sisi. Hanya memandang pernikahan dari segi manfaat untuk diri sendiri. Tidak untuk keluarga, sahabat dan lingkungan sekitar. Padahal menikah adalah penyatuan dua organisasi besar yaitu keluarga, membentuk organisasi baru. Banyak pihak yang bisa terpengaruh dan mempengaruhi pra dan pasca pernikahan.Jika kita berkaca, mengevaluasi. Melihat, mencari kelebihan dan kekurangan diri. Niscaya kita akan menemukan berbagai fakta; kita juga punya banyak kekurangan. Lalu, pantaskan bersibuk ria dengan segala macam kriteria? Sedang diri sendiri mungkin tak bisa memenuhi segala kriteria impian oleh calon pasangan. Seseorang berharap mendapat pria shalih, namun apakah dia cukup shalihah untuk berdampingan dengan pria shalih. Ia ingin pria cerdas, tapi apakah ia cukup cerdas untuk mengimbangi kecerdasannya? Ia ingin pria berharta, tapi seberapa banyak harta yang dapat dia hasilkan. Dan ketika ia ingin pria tampan, apakah ia sendiri cukup cantik, tidak jomplang, saat bersisian dengannya? Tidakkah keinginan si wanita terlalu berlebih?

Dari kisah cinta para Nabi, sahabat dan para syuhada, ada sejumlah fakta: tangan Allah selalu bermain. Kisah cinta Muhammad-Khadijah, Yusuf-Zulaikha hanyalah sebagian kecil contoh. Keikhlasan menggenapkan separuh agama pasti akan mendapat anugerah luar biasa; seorang isteri penghuni taman surga. Segala hambatan pernikahan hanyut karena ibadah yang khusyu’, penghambaan yang sangat padaNya. Manusia hanya berusaha, hasilnya terserah pada Yang Kuasa.Hendaknya seorang wanita berusaha melihat dari banyak sisi, ketika datang seorang calon suami padanya. Segala identitas standar bukan pertimbangan utama. Serahkan saja padaNya. Meminta petunjuk lewat shalat istikharah. Apakah pria itu orang yang tepat? Apakah dia adalah calon pasangan dunia akhirat? Hanya Allah yang tahu kan?

Wanita manapun bisa saja berharap: Semoga calon suami yang datang padaku adalah pria shalih. Bila belum shalih, haruslah dia mengajak, meningkatkan pemahaman agama, terus memperbaiki diri. Menghiasi rumah tangga dengan amalan wajib dan sunnah. Menggapai sakinah. Semoga pria yang datang padaku cerdas. Jika belum cerdas, mestilah dia yang mengajar dan belajar dari pasangannya. Mencari ilmu baru, terutama ilmu rumah tangga. Tentang harta, boleh saja meminta: datangkanlah padaku calon pria yang berharta. Tetapi ingatlah, harta adalah cobaan, tak banyak orang yang bisa tetap rendah hati, menunduk-nunduk ketika punya harta. Lagipula harta gampang dicari. 

Soal ketampanan, wajar wanita normal ingin mendapatkan suami tampan. Tetapi bukan hanya tampan secara lahir, batinnya juga harus tampan. Yang menjadi pertanyaan, standar apakah yang akan digunakan untuk menilai seorang pria tampan. Standar dunia atau standar surga? Ketampanan abadi, keindahan hingga akhir hayat dan di akhirat kelak, itulah yang seharusnya dicari. Terserah tampan atau tidak kata dunia, yang penting suami bisa selalu menarik di mata, di hati. Menjadi telaga sejuk, pohon teduh di terik siang. Standar tampan ini sifatnya personal. Orang lain memandang biasa, tapi luar biasa menurut sang istri.Pria manapun yang datang pada seorang wanita, sudah sepatutnya ia melepas kacamata kekinian. Menggunakan kacamata masa depan dan kacamata banyak orang untuk menilai. Mungkin banyak keindahan calon pasangan yang sengaja disimpan olehNya. Allah ingin mengujinya, apakah dia cukup shaleh, cukup ikhlas, cukup bersabar untuk mendapatkan pasangan sejati.Pasti ada keraguan saat menimbang. Maka dari itulah perlunya mengetuk nurani sahabat, saudara, kakak, orang tua, murrabi/ah, dll mereka yang lebih berpengalaman. 

Calon istri dapat bertanya, apakah pria begini akan begini-begini? Ia bisa minta tepukan tangan di pundak, dan untaian mutiara agar sang wanita yakin dan mantap untuk menetapkan pilihannya. Semoga setelah itu, dia betul-betul siap, menggenapkan separuh agama, mengapai sakinah. Memberatkan bumi dengan generasi yang menjunjung tinggi kalimat La Illa Ha Illallah.

Terinspirasi juga dari “Ketika Cinta Harus Belajar”.. Kisah petualangan saya di Cilacap... (24 Juli 2009)
Jakarta, 15 Oktober 200906:37

NB : Special buat Izzah, makasih dah menemani petualanganQ di Jakarta kali ini. Kisah kita akan kuabadikan dalam sebuah karya.. "ROMANTIKA PERJUANGAN", tunggu tanggal terbitnya!!! (inspirasiQ masih menari-nari di otak..hihi). Btw, pinjam bukunya M. Faudhil Adhim ya... (mg semakin memprovokasi eh..meginspirasi ding!!!). Btw, tunggu apa lagi Zah??? Tar kalau km ga buruan, Q duluin lho!!! hihi, Q tunggu undangannya sobatQ!!!JAKARTA... akankah aku kembali ke sini lagi??? Wallahu'alam...



(Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2009 di blog sebelumnya)

Aisya Avicenna

1 comments:

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna