ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

Persembahan Untukmu... PALESTINA!!!


Rabu, 2 Juni 2010
Pukul 20.00 saya baru tiba di REDZONE (rumah mungil sekaligus kantor pribadi saya, tempat saya menelurkan karya :D). Uhf, sebenarnya sesuai yang direncanakan di awal, harusnya malam ini saya sudah berada dalam armada yang mengangkut saya pulang ke kampung halaman. Besok saudari kembar saya akan wisuda S1. Hmm, tapi berhubung amanah di kantor tidak bisa ditinggalkan ditambah lagi tanggal 5 Juni 2010 akan ada ujian tahsin. Akhirnya, saya memutuskan untuk tidak pulang. Orang tua juga memberi izin dan memaklumi ketidakpulangan saya.

Sehabis makan malam, ada SMS yang berisi seruan untuk mengikuti aksi solidaritas Palestina jam 13:00 berkumpul di Bundaran HI. Hmm, semangatku kembali menyala! Jadi teringat masa-masa kuliah dulu. Rela bolos kuliah untuk ikut aksi turun ke jalan (memanfaatkan jatah bolos 4x untuk mahasiswa). Saya bertekad untuk mengikuti aksi besok pagi. Hmm, tapi kan tetap harus masuk kantor ya! Gimana caranya bisa ikut??? Berpikir! Akhirnya menyusun strategi.
Kamis, 3 Juni 2010
Pagi ini berangkat ke kantor dengan semangat yang jauh lebih dahsyat dari kemarin. Sebelum berangkat mendengarkan nasyid-nasyid haroki yang bikin semangat makin meledak-ledak.
Ini langkahku yang akan ku ayun
Walaupun payah tak akan jera
Ini langkahku kan trus melaju
Setegar karang bangkitkan jihad
Aral rintangan datang menghadang
Tapi surga di bawah kilatan pedang
Hancurkan kedzoliman
Tegakkan keadilan!
Pastikan langkahmu wahai pejuang
Dengan Al Qur’an menjadi pedoman
Hembuskanlah angin pembaharuan
Karena kita khalifaturrahman!
(Ini Langkahku_Shoutul Harokah)
Sampai di kantor langsung mendengarkan “We Will Not Go Down”-nya Michael Heart.
Puluhan kali… SEMANGAT!!!!
A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
**
Pukul 12.00 adzan Dhuhur sudah berkumandang. Langsung ambil wudhu dan menuju mushola untuk sholat Dhuhur. Setelah sholat, segera menjalankan misi. Ambil dompet, slayer, dan permen terus meluncur ke kantin yang terletak di gedung depan (ruang kerja saya terletak di gedung belakang). Beli nasi bungkus (lauknya capjay dan teri pedas) plus beli aqua gelas. Setelah beli makan siang melangkah ke luar kantor. Mencari taksi. Berkali-kali ada taksi lewat tapi sudah terisi penumpang. Alhamdulillah akhirnya ada Blue Bird yang kosong. Langsung masuk. “Bundaran HI Pak!”
Blue Bird “terbang” membawa saya menuju Bundaran HI. Di dalam Blue Bird, langsung membuka makan siang berbungkus stereoform putih yang tadi saya beli di kantin. Makan siang di taksi. Tak lupa berbasa-basi dengan pak sopir. “Makan siang, Pak!”. Pak sopir tanpa menoleh berujar, “Silakan Mbak!”. Hehe…
Saat melewati dekat Monas, beberapa mobil polisi sudah berjaga. Sekitar Monas sudah cukup ramai. Saya berpikir, aksi bakal ramai nih! Berdasarkan SMS jarkom, aksi akan digelar dari Bundaran HI menuju Monas. Sekitar 15 menit, sudah sampai di dekat bundaran HI. Makan siang juga sudah habis. SMS seorang teman, dia sudah sampai di HI apa belum. Akhirnya sampai juga di bundaran HI. Patung yang berada di tengah Bundaran HI itu seakan melambaikan tangan menyambut kedatanganku. Hehe…
Pak sopir yang ternyata bernama Widodo itu menurunkan saya di trotoar di seberang jalan Grand Indonesia. Alhamdulillah, ongkosnya masih di bawah Rp 20.000,-. Turun dari taksi memandang ke sekeliling. SEPI AMAT! Maksudnya, belum ada tanda-tanda akan ada aksi. Berjalan menyusuri trotoar. Berhubung belum ada tanda-tanda akan ada aksi, sempat ‘mengaksikan’ diri dulu dengan latar patung Selamat Datang plus pancurannya. Cepret! Nokia 5300 saya sempat mengabadikan suasana siang yang sangat terik itu.
Sedang asyik ceprat-cepret, Nokia 5300 saya bergetar. Ada SMS dari seorang teman. Dia mengabarkan kalau aksi dipindah ke Monas. Weleh… hmm, langsung berpikir cepat dan memutuskan untuk segera menyeberang jalan. Awalnya agak bingung juga mencari taksinya di mana, tapi akhirnya ada petugas keamanan yang lagi mematung di pinggir jalan. Dia langsung jadi sasaran tembak saya untuk bertanya di mana seharusnya saya menyetop taksi untuk ke Monas. Bapak itu langsung menunjukkan tempat yang tepat. Tanpa buang waktu, langsung menuju tempat itu dan menyetop taksi. Beberapa taksi tak mau berhenti. Yaiyalah, ternyata di dalamnya ada penumpangnya. Sulit memang kalau siang hari membedakan taksi yang ada penumpangnya atau tidak. Kalau malam hari kan bisa ketahuan dari lampu atap taksi yang menyala atau tidak.
Alhamdulillah, ada Blue Bird lagi. Langsung masuk dan bilang “Monas ya Pak”.
Pak sopir bertanya, “Lewat mana nih Mbak?”
Saya pun menjawab, “Lewat mana ajalah Pak, yang penting cepet!”
Kali ini pak sopirnya bernama Rudolf. Langit tertutup awan hitam. Mendung. Sejuknya…
Sampai di lampu merah dekat Wisma Antara, tiba-tiba ada sepeda motor yang menabrak bagian belakang taksi yang saya tumpangi. Pak Rudolf langsung membuka kaca dan memaki-maki pengendara sepeda motor itu. Pengendara sepeda itu juga balas memaki. Maki-makian deh jadinya! Pengendara sepeda motor itu langsung melaju meninggalkan taksi yang saya tumpangi. Pak Rudolf sepertinya masih menaruh dendam. Dia langsung tancap gas dan mengejar sepeda motor itu. Saya panic. Hampir saja Pak Rudolf menyerempet pengendara itu. Untungnya pengendara itu bisa menyelip di antara sepeda motor yang lain. Saya berteriak ke Pak Rudolf, “Sudah lah Pak! Biarkan saja!”. Raut wajah Pak Rudolf masih menyiratkan kemarahan.
Alhamdulillah, sampai jua di dekat Monas. Sudah ramai. Beberapa pedagang juga turut meramaikan aksi siang itu dengan menjual atribut Palestina di sepanjang trotoar. Saya sempat membeli 3 pin Palestina yang bergambar anak-anak dan bendera Palestina. Massa semakin membludak. Sang koordinator lapangan menyuarakan kepada peserta aksi untuk mengambil atribut aksi berupa poster, bendera Palestina, bendera merah putih yang ditumpuk di dekat panggung utama. Saya pun melangkah menuju ke sana, mengambil sebuah poster putih besar bertuliskan “EGYPT.. OPEN YOUR EYES!” yang berlatar gambar mujahid-mujahid Palestina.
Semua massa yang sudah memegang atribut langsung dikomando untuk bergerak menuju Patung Kuda Monas. Kami pun berdiri di sepanjang jalan dengan membawa atribut. Poster-poster diarahkan ke jalan agar para pemakai jalan menyaksikan. Sekitar 15 menit saya berdiri di pinggir jalan. Subhanallah, di samping saya berdirilah seorang akhwat yang sedang hamil tua memegang dua bendera Palestina di tangan kanan dan kirinya. Akhwat itu bersama suaminya. So sweet sekali.. Hehe! HEROIK banget! Saya juga melihat beberapa ummahat dengan bayi-bayi mereka turut meramaikan aksi siang itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 13:15. Saya harus segera kembali ke kantor sebelum jam 13:30. Akhirnya, dengan menerobos massa, sambil memegang poster tadi, saya menuju dekat panggung utama tempat saya mengambil poster tadi. Saya serahkan pada seorang ikhwan yang berdiri di dekat panggung. Di panggung utama, grup nasyid haroki favorit saya, Izzatul Islam bersiap menyenandungkan sebuah nasyid. Saya berdiri sebentar di depan panggung bersama barisan akhwat lainnya. Saya sempat menitipkan sesuatu kepada seorang akhwat yang berdiri di samping saya. “Mbak, nitip ini ya. Saya harus kembali ke kantor”. Awalnya, akhwat itu agak bingung juga, tapi sejurus kemudian, dia paham apa yang saya maksudkan. Personel Izzatul Islam sudah bersiap di atas panggung. Saya pun bersiap kembali ke kantor.
Saya melangkah ke luar area aksi. Sayup-sayup terdengar lantunan nasyid dari Izzatul Islam
Gaza.. Gaza.. Gaza..
Semuanya bermula
Gaza.. Gaza.. Gaza..
Tanah para syuhada
Gaza.. Gaza.. Gaza..
Kemenangan kan nyata
Gaza.. Gaza.. Gaza..
Palestina merdeka

Negri mujahiddin sejati
Serahkan jiwa di jalan Ilahi
Perjuangan tak kenal kata henti
Demi raih kenikmatan abadi

Debu dan batu jadi saksi
Jiwa nan perkasa tunaikan janji
Seagung kepak sang rajawali
Hancurkan kecongkakan tirani

Wahai Muslimin bangkitlah, bangkitlah..!
Palestin memanggilmu bebaskan, bebaskan..!
Walau tumpah peluh dan darah
Tegak satu cita.. Palestina merdeka !!Subhanallah, luar biasa sekali aksi siang itu. Meski panas, tak mematahkan semangat kami. Poster-poster bertuliskan “Save Our Palestine”, “Egypt, Open Your Eyes!!!, “Kami Tidak Akan Menyerah” semakin ramai menyemarakkan kawasan Monas siang itu. Ribuan massa semakin memadati areal aksi. Gema takbir membahana. Seruan lantang untuk Palestina menggelora.
Sayangnya, saya harus segera kembali. Saya keluar dari kerumunan. Melawan arus. Langkah kaki saya percepat menuju jalan di samping areal aksi. Akhirnya, ada bajaj yang lewat dan saya pun menaikinya menuju kantor. Alhamdulillah, sampai di kantor pukul 13:29. Satu menit lebih awal dari batas waktu.
Hmm, luar biasa sekali aksi kali ini. Aksi perdana saya di ibukota!!! Allahu Akbar!!!
Aksi ini dilatarbelakangi peristiwa penyerangan Israel kepada kapal Mavi Marmara yang mengangkut lebih dari 500 orang relawan dari 30 negara itu dalam rangka misi kemanusiaan untuk Palestina. Berdasarkan cerita yang saya dapat, pada aksi ini juga dialkukan pembakaran bendera Israel. Aksi ini ditutup dengan berjalan kaki bersama menuju Bundaran HI dan kembali lagi ke Monas.
Ada ribuan bayi di Gaza. Seandainya aku bisa tiba di sana, aku akan bermain
bersama mereka... [bundaran HI, 040610_12.30]
Pulang kantor langsung update status :
Dlm perjlnan plg, merenungkn jejak2 yg tlah dlalui hr ni : redzone-kantor pos-kantor-bundaran HI-Monas-kantor-REDZONE (msh otw). Alhamdulillah, bnyk kmudahan untk menapakkn jejak2 itu hr ini.. Smg Engkau meridhoi lngkah2 kcil ini Ya Allah..Aamiin... RidhoMu..Hny RidhoMu yg q damba...Selalu! Dan jejak2 itu akn trus mnapak..Tak mw lelah..Sblm smpai d jannah..
***
Wahai as Syahid Palestina, bersabarlah, pertolongan Allah akan segera datang. Surga Allah telah menjadi jaminan bagi perjuangan kalian menjaga tanah suci. Darah kalian telah mengalir ke surga, Do’a kami senantiasa mengiringi langkah kalian.

SIANG ITU…
Panas sang mentari menusuk pori-pori kulit kami,
Tapi ini tak sebanding dengan panas desiran mesiu yang menembus tubuh mereka…
Tetes keringat membasahi tubuh kami,
Tapi ini tak sebanding dengan tetesan darah yang keluar dari tubuh mereka..
Tersengal-sengalnya nafas saat kami berlari,
Tapi ini tak sebanding dengan nafas terakhir yang mereka hembuskan…


Saudaraku, hanya sedikit ini yang bisa kami berikan…

Jakarta, 4 Juni 2010
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan Juni 2010 di blog sebelumnya

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna