ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.
Tampilkan postingan dengan label Palestina. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Palestina. Tampilkan semua postingan

Persembahan Untukmu... PALESTINA!!!


Rabu, 2 Juni 2010
Pukul 20.00 saya baru tiba di REDZONE (rumah mungil sekaligus kantor pribadi saya, tempat saya menelurkan karya :D). Uhf, sebenarnya sesuai yang direncanakan di awal, harusnya malam ini saya sudah berada dalam armada yang mengangkut saya pulang ke kampung halaman. Besok saudari kembar saya akan wisuda S1. Hmm, tapi berhubung amanah di kantor tidak bisa ditinggalkan ditambah lagi tanggal 5 Juni 2010 akan ada ujian tahsin. Akhirnya, saya memutuskan untuk tidak pulang. Orang tua juga memberi izin dan memaklumi ketidakpulangan saya.

Sehabis makan malam, ada SMS yang berisi seruan untuk mengikuti aksi solidaritas Palestina jam 13:00 berkumpul di Bundaran HI. Hmm, semangatku kembali menyala! Jadi teringat masa-masa kuliah dulu. Rela bolos kuliah untuk ikut aksi turun ke jalan (memanfaatkan jatah bolos 4x untuk mahasiswa). Saya bertekad untuk mengikuti aksi besok pagi. Hmm, tapi kan tetap harus masuk kantor ya! Gimana caranya bisa ikut??? Berpikir! Akhirnya menyusun strategi.
Kamis, 3 Juni 2010
Pagi ini berangkat ke kantor dengan semangat yang jauh lebih dahsyat dari kemarin. Sebelum berangkat mendengarkan nasyid-nasyid haroki yang bikin semangat makin meledak-ledak.
Ini langkahku yang akan ku ayun
Walaupun payah tak akan jera
Ini langkahku kan trus melaju
Setegar karang bangkitkan jihad
Aral rintangan datang menghadang
Tapi surga di bawah kilatan pedang
Hancurkan kedzoliman
Tegakkan keadilan!
Pastikan langkahmu wahai pejuang
Dengan Al Qur’an menjadi pedoman
Hembuskanlah angin pembaharuan
Karena kita khalifaturrahman!
(Ini Langkahku_Shoutul Harokah)
Sampai di kantor langsung mendengarkan “We Will Not Go Down”-nya Michael Heart.
Puluhan kali… SEMANGAT!!!!
A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
**
Pukul 12.00 adzan Dhuhur sudah berkumandang. Langsung ambil wudhu dan menuju mushola untuk sholat Dhuhur. Setelah sholat, segera menjalankan misi. Ambil dompet, slayer, dan permen terus meluncur ke kantin yang terletak di gedung depan (ruang kerja saya terletak di gedung belakang). Beli nasi bungkus (lauknya capjay dan teri pedas) plus beli aqua gelas. Setelah beli makan siang melangkah ke luar kantor. Mencari taksi. Berkali-kali ada taksi lewat tapi sudah terisi penumpang. Alhamdulillah akhirnya ada Blue Bird yang kosong. Langsung masuk. “Bundaran HI Pak!”
Blue Bird “terbang” membawa saya menuju Bundaran HI. Di dalam Blue Bird, langsung membuka makan siang berbungkus stereoform putih yang tadi saya beli di kantin. Makan siang di taksi. Tak lupa berbasa-basi dengan pak sopir. “Makan siang, Pak!”. Pak sopir tanpa menoleh berujar, “Silakan Mbak!”. Hehe…
Saat melewati dekat Monas, beberapa mobil polisi sudah berjaga. Sekitar Monas sudah cukup ramai. Saya berpikir, aksi bakal ramai nih! Berdasarkan SMS jarkom, aksi akan digelar dari Bundaran HI menuju Monas. Sekitar 15 menit, sudah sampai di dekat bundaran HI. Makan siang juga sudah habis. SMS seorang teman, dia sudah sampai di HI apa belum. Akhirnya sampai juga di bundaran HI. Patung yang berada di tengah Bundaran HI itu seakan melambaikan tangan menyambut kedatanganku. Hehe…
Pak sopir yang ternyata bernama Widodo itu menurunkan saya di trotoar di seberang jalan Grand Indonesia. Alhamdulillah, ongkosnya masih di bawah Rp 20.000,-. Turun dari taksi memandang ke sekeliling. SEPI AMAT! Maksudnya, belum ada tanda-tanda akan ada aksi. Berjalan menyusuri trotoar. Berhubung belum ada tanda-tanda akan ada aksi, sempat ‘mengaksikan’ diri dulu dengan latar patung Selamat Datang plus pancurannya. Cepret! Nokia 5300 saya sempat mengabadikan suasana siang yang sangat terik itu.
Sedang asyik ceprat-cepret, Nokia 5300 saya bergetar. Ada SMS dari seorang teman. Dia mengabarkan kalau aksi dipindah ke Monas. Weleh… hmm, langsung berpikir cepat dan memutuskan untuk segera menyeberang jalan. Awalnya agak bingung juga mencari taksinya di mana, tapi akhirnya ada petugas keamanan yang lagi mematung di pinggir jalan. Dia langsung jadi sasaran tembak saya untuk bertanya di mana seharusnya saya menyetop taksi untuk ke Monas. Bapak itu langsung menunjukkan tempat yang tepat. Tanpa buang waktu, langsung menuju tempat itu dan menyetop taksi. Beberapa taksi tak mau berhenti. Yaiyalah, ternyata di dalamnya ada penumpangnya. Sulit memang kalau siang hari membedakan taksi yang ada penumpangnya atau tidak. Kalau malam hari kan bisa ketahuan dari lampu atap taksi yang menyala atau tidak.
Alhamdulillah, ada Blue Bird lagi. Langsung masuk dan bilang “Monas ya Pak”.
Pak sopir bertanya, “Lewat mana nih Mbak?”
Saya pun menjawab, “Lewat mana ajalah Pak, yang penting cepet!”
Kali ini pak sopirnya bernama Rudolf. Langit tertutup awan hitam. Mendung. Sejuknya…
Sampai di lampu merah dekat Wisma Antara, tiba-tiba ada sepeda motor yang menabrak bagian belakang taksi yang saya tumpangi. Pak Rudolf langsung membuka kaca dan memaki-maki pengendara sepeda motor itu. Pengendara sepeda itu juga balas memaki. Maki-makian deh jadinya! Pengendara sepeda motor itu langsung melaju meninggalkan taksi yang saya tumpangi. Pak Rudolf sepertinya masih menaruh dendam. Dia langsung tancap gas dan mengejar sepeda motor itu. Saya panic. Hampir saja Pak Rudolf menyerempet pengendara itu. Untungnya pengendara itu bisa menyelip di antara sepeda motor yang lain. Saya berteriak ke Pak Rudolf, “Sudah lah Pak! Biarkan saja!”. Raut wajah Pak Rudolf masih menyiratkan kemarahan.
Alhamdulillah, sampai jua di dekat Monas. Sudah ramai. Beberapa pedagang juga turut meramaikan aksi siang itu dengan menjual atribut Palestina di sepanjang trotoar. Saya sempat membeli 3 pin Palestina yang bergambar anak-anak dan bendera Palestina. Massa semakin membludak. Sang koordinator lapangan menyuarakan kepada peserta aksi untuk mengambil atribut aksi berupa poster, bendera Palestina, bendera merah putih yang ditumpuk di dekat panggung utama. Saya pun melangkah menuju ke sana, mengambil sebuah poster putih besar bertuliskan “EGYPT.. OPEN YOUR EYES!” yang berlatar gambar mujahid-mujahid Palestina.
Semua massa yang sudah memegang atribut langsung dikomando untuk bergerak menuju Patung Kuda Monas. Kami pun berdiri di sepanjang jalan dengan membawa atribut. Poster-poster diarahkan ke jalan agar para pemakai jalan menyaksikan. Sekitar 15 menit saya berdiri di pinggir jalan. Subhanallah, di samping saya berdirilah seorang akhwat yang sedang hamil tua memegang dua bendera Palestina di tangan kanan dan kirinya. Akhwat itu bersama suaminya. So sweet sekali.. Hehe! HEROIK banget! Saya juga melihat beberapa ummahat dengan bayi-bayi mereka turut meramaikan aksi siang itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 13:15. Saya harus segera kembali ke kantor sebelum jam 13:30. Akhirnya, dengan menerobos massa, sambil memegang poster tadi, saya menuju dekat panggung utama tempat saya mengambil poster tadi. Saya serahkan pada seorang ikhwan yang berdiri di dekat panggung. Di panggung utama, grup nasyid haroki favorit saya, Izzatul Islam bersiap menyenandungkan sebuah nasyid. Saya berdiri sebentar di depan panggung bersama barisan akhwat lainnya. Saya sempat menitipkan sesuatu kepada seorang akhwat yang berdiri di samping saya. “Mbak, nitip ini ya. Saya harus kembali ke kantor”. Awalnya, akhwat itu agak bingung juga, tapi sejurus kemudian, dia paham apa yang saya maksudkan. Personel Izzatul Islam sudah bersiap di atas panggung. Saya pun bersiap kembali ke kantor.
Saya melangkah ke luar area aksi. Sayup-sayup terdengar lantunan nasyid dari Izzatul Islam
Gaza.. Gaza.. Gaza..
Semuanya bermula
Gaza.. Gaza.. Gaza..
Tanah para syuhada
Gaza.. Gaza.. Gaza..
Kemenangan kan nyata
Gaza.. Gaza.. Gaza..
Palestina merdeka

Negri mujahiddin sejati
Serahkan jiwa di jalan Ilahi
Perjuangan tak kenal kata henti
Demi raih kenikmatan abadi

Debu dan batu jadi saksi
Jiwa nan perkasa tunaikan janji
Seagung kepak sang rajawali
Hancurkan kecongkakan tirani

Wahai Muslimin bangkitlah, bangkitlah..!
Palestin memanggilmu bebaskan, bebaskan..!
Walau tumpah peluh dan darah
Tegak satu cita.. Palestina merdeka !!Subhanallah, luar biasa sekali aksi siang itu. Meski panas, tak mematahkan semangat kami. Poster-poster bertuliskan “Save Our Palestine”, “Egypt, Open Your Eyes!!!, “Kami Tidak Akan Menyerah” semakin ramai menyemarakkan kawasan Monas siang itu. Ribuan massa semakin memadati areal aksi. Gema takbir membahana. Seruan lantang untuk Palestina menggelora.
Sayangnya, saya harus segera kembali. Saya keluar dari kerumunan. Melawan arus. Langkah kaki saya percepat menuju jalan di samping areal aksi. Akhirnya, ada bajaj yang lewat dan saya pun menaikinya menuju kantor. Alhamdulillah, sampai di kantor pukul 13:29. Satu menit lebih awal dari batas waktu.
Hmm, luar biasa sekali aksi kali ini. Aksi perdana saya di ibukota!!! Allahu Akbar!!!
Aksi ini dilatarbelakangi peristiwa penyerangan Israel kepada kapal Mavi Marmara yang mengangkut lebih dari 500 orang relawan dari 30 negara itu dalam rangka misi kemanusiaan untuk Palestina. Berdasarkan cerita yang saya dapat, pada aksi ini juga dialkukan pembakaran bendera Israel. Aksi ini ditutup dengan berjalan kaki bersama menuju Bundaran HI dan kembali lagi ke Monas.
Ada ribuan bayi di Gaza. Seandainya aku bisa tiba di sana, aku akan bermain
bersama mereka... [bundaran HI, 040610_12.30]
Pulang kantor langsung update status :
Dlm perjlnan plg, merenungkn jejak2 yg tlah dlalui hr ni : redzone-kantor pos-kantor-bundaran HI-Monas-kantor-REDZONE (msh otw). Alhamdulillah, bnyk kmudahan untk menapakkn jejak2 itu hr ini.. Smg Engkau meridhoi lngkah2 kcil ini Ya Allah..Aamiin... RidhoMu..Hny RidhoMu yg q damba...Selalu! Dan jejak2 itu akn trus mnapak..Tak mw lelah..Sblm smpai d jannah..
***
Wahai as Syahid Palestina, bersabarlah, pertolongan Allah akan segera datang. Surga Allah telah menjadi jaminan bagi perjuangan kalian menjaga tanah suci. Darah kalian telah mengalir ke surga, Do’a kami senantiasa mengiringi langkah kalian.

SIANG ITU…
Panas sang mentari menusuk pori-pori kulit kami,
Tapi ini tak sebanding dengan panas desiran mesiu yang menembus tubuh mereka…
Tetes keringat membasahi tubuh kami,
Tapi ini tak sebanding dengan tetesan darah yang keluar dari tubuh mereka..
Tersengal-sengalnya nafas saat kami berlari,
Tapi ini tak sebanding dengan nafas terakhir yang mereka hembuskan…


Saudaraku, hanya sedikit ini yang bisa kami berikan…

Jakarta, 4 Juni 2010
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan Juni 2010 di blog sebelumnya

Gaza Tak Butuh Aku


Di atas M/S Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza.

Sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak karena sejumlah alasan, terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal dari Irlandia dan datangnya sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa yang akan ikut dalam kafilah Freedom Flotilla menuju Gaza. Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran.

Ada banyak cara untuk melewatkan waktu – banyak di antara kami yang membaca Al-Quran, berzikir atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan halaqah. Beyza Akturk dari Turki mengadakan kelas kursus bahasa Arab untuk peserta Muslimah Turki. Senan Mohammed dari Kuwait mengundang seorang ahli hadist, Dr Usama Al-Kandari, untuk memberikan kelas Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkat dan berjanji bahwa para peserta akan mendapat sertifikat.

Wartawan sibuk sendiri, para aktivis – terutama veteran perjalanan-perjalanan ke Gaza sebelumnya – mondar-mandir; ada yang petantang-petenteng memasuki ruang media sambil menyatakan bahwa dia “tangan kanan” seorang politisi Inggris yang pernah menjadi motor salah satu konvoi ke Gaza.

Activism

Ada begitu banyak activism, heroism…Bahkan ada seorang peserta kafilah yang mengenakan T-Shirt yang di bagian dadanya bertuliskan “Heroes of Islam” alias “Para Pahlawan Islam.” Di sinilah terasa sungguh betapa pentingnya menjaga integritas niat agar selalu lurus karena Allah Ta’ala.

Yang wartawan sering merasa hebat dan powerful karena mendapat perlakuan khusus berupa akses komunikasi dengan dunia luar sementara para peserta lain tidak. Yang berposisi penting di negeri asal, misalnya anggota parlemen atau pengusaha, mungkin merasa diri penting karena sumbangan material yang besar terhadap Gaza.

Kalau dibiarkan riya’ akan menyelusup, na’udzubillahi min dzaalik, dan semua kerja keras ini bukan saja akan kehilangan makna bagaikan buih air laut yang terhempas ke pantai, tapi bahkan menjadi lebih hina karena menjadi sumber amarah Allah Ta’ala.

Mengerem

Dari waktu ke waktu, ketika kesibukan dan kegelisahan memikirkan pekejaan menyita kesempatan untuk duduk merenung dan tafakkur, sungguh perlu bagiku untuk mengerem dan mengingatkan diri sendiri. Apa yang kau lakukan Santi? Untuk apa kau lakukan ini Santi? Tidakkah seharusnya kau berlindung kepada Allah dari ketidak-ikhlasan dan riya’? Kau pernah berada dalam situasi ketika orang menganggapmu berharga, ucapanmu patut didengar, hanya karena posisimu di sebuah penerbitan? And where did that lead you? Had that situation led you to Allah, to Allah’s blessing and pleasure, or had all those times brought you Allah’s anger and displeasure?

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, sungguh banyak orang yang jauh lebih layak dihargai oleh seisi dunia di sini. Mulai dari Presiden IHH Fahmi Bulent Yildirim sampai seorang Muslimah muda pendiam dan shalihah yang tidak banyak berbicara selain sibuk membantu agar kawan-kawannya mendapat sarapan, makan siang dan malam pada waktunya… Dari para ‘ulama terkemuka di atas kapal ini, sampai beberapa pria ikhlas yang tanpa banyak bicara sibuk membersihkan bekas puntung rokok sejumlah perokok ndableg.

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, di tempat ini juga ada orang-orang terkenal yang petantang-petenteng karena ketenaran mereka.

Semua berteriak, “Untuk Gaza!” namun siapakah di antara mereka yang teriakannya memenangkan ridha Allah? Hanya Allah yang tahu.

Gaza Tak Butuh Aku

Dari waktu ke waktu, aku perlu memperingatkan diriku bahwa Al-Quds tidak membutuhkan aku. Gaza tidak membutuhkan aku. Palestina tidak membutuhkan aku.

Masjidil Aqsha milik Allah dan hanya membutuhkan pertolongan Allah. Gaza hanya butuh Allah. Palestina hanya membutuhkan Allah. Bila Allah mau, sungguh mudah bagiNya untuk saat ini juga, detik ini juga, membebaskan Masjidil Aqsha. Membebaskan Gaza dan seluruh Palestina.

Akulah yang butuh berada di sini, suamiku Dzikrullah-lah yang butuh berada di sini karena kami ingin Allah memasukkan nama kami ke dalam daftar hamba-hambaNya yang bergerak – betapa pun sedikitnya – menolong agamaNya. Menolong membebaskan Al-Quds.

Sungguh mudah menjeritkan slogan-slogan, Bir ruh, bid dam, nafdika ya Aqsha… Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza!

Namun sungguh sulit memelihara kesamaan antara seruan lisan dengan seruan hati.

Cara Allah Mengingatkan

Aku berusaha mengingatkan diriku selalu. Namun Allah selalu punya cara terbaik untuk mengingatkan aku.

Pagi ini aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekedarnya – karena tak mungkin mandi di tempat dengan air terbatas seperti ini, betapa pun gerah dan bau asemnya tubuhku.

Begitu masuk ke salah satu bilik, ternyata toilet jongkok yang dioperasikan dengan sistem vacuum seperti di pesawat itu dalam keadaan mampheeeeet karena ada dua potongan kuning coklaaat…menyumbat lubangnya! Apa yang harus kulakukan? Masih ada satu bilik dengan toilet yang berfungsi, namun kalau kulakukan itu, alangkah tak bertanggung-jawabnya aku rasanya? Kalau aku mengajarkan kepada anak-anak bahwa apa pun yang kita lakukan untuk membantu mereka yang fii sabilillah akan dihitung sebagai amal fii sabilillah, maka bukankah sekarang waktunya aku melaksanakan apa yang kuceramahkan?

Entah berapa kali kutekan tombol flush, tak berhasil. Kotoran itu ndableg bertahan di situ. Kukosongkan sebuah keranjang sampah dan kuisi dengan air sebanyak mungkin – sesuatu yang sebenarnya terlarang karena semua peserta kafilah sudah diperingatkan untuk menghemat air – lalu kusiramkan ke toilet.

Masih ndableg.

Kucoba lagi menyiram…

Masih ndableg.

Tidak ada cara lain. Aku harus menggunakan tanganku sendiri…

Kubungkus tanganku dengan tas plastik. Kupencet sekali lagi tombol flush. Sambil sedikit melengos dan menahan nafas, kudorong tangan kiriku ke lubang toilet…

Blus!

Si kotoran ndableg itu pun hilang disedot pipa entah kemana…

Lebih dari 10 menit kemudian kupakai untuk membersihkan diriku sebaik mungkin sebelum kembali ke ruang perempuan, namun tetap saja aku merasa tak bersih. Bukan di badan, mungkin, tapi di pikiranku, di jiwaku.

Ada peringatan Allah di dalam kejadian tadi – agar aku berendah-hati, agar aku ingat bahwa sehebat dan sepenting apa pun tampaknya tugas dan pekerjaanku, bila kulakukan tanpa keikhlasan, maka tak ada artinya atau bahkan lebih hina daripada mendorong kotoran ndableg tadi.

Allahumaj’alni minat tawwabiin…

Allahumaj’alni minal mutatahirin…

Allahumaj’alni min ibadikas-salihin…

29 Mei 2010, 22:20

Santi Soekanto
Ibu rumah tangga dan wartawan yang ikut dalam kafilah Freedom Flotilla to Gaza Mei 2010.


Tulisan ini diposting pada bulan Mei 2010 di blog sebelumnya

Kisah Sang Penyusup (Part 3)


Jum’at, 6 November 2009. Pukul 12:55… siap-siap menyusup lagi… berangkat dari “markas Pink” bersama al ukh.. menuju satu tempat… Kampus II UNS (Mesen). Waktu di angkot 03 bertemu dengan 2 akhwat yang punya misi yang sama. Pukul 13:10 sampai di lokasi. Akan tetapi, mana nih yang lainnya??? Katanya kumpul jam 13:00??? Ke-INDIBATH-an masih perlu di upgrade nih (yang nulis ini juga!!! Lha wong telat juga…). 

Saya pun bertemu dengan beberapa saudari yang juga mau ikut agenda bersama siang itu. Banyak yang kemudian bertanya “Lhoh, kok masih di sini ukh, kan sudah lulus???”. Diawali dengan senyum, dengan enteng saya pun menjawab “Ya.. mumpung masih di Solo dan mumpung ada kesempatan ikut aksi, karena bisa jadi inilah aksi turun ke jalan saya yang terakhir”. Yup, aksi ini memang diselenggarakan oleh gabungan organisasi mahasiswa muslim se-Solo Raya, yakni : FSLDK dan KAMMI. Emm… status “mahasiswa” atau “mantan mahasiswa” bukan menjadi soal, is that right??? (kayaknya, kali ini Anda harus sepakat dengan saya)…yang penting bisa ikut AKSI!!! Karena bisa jadi inilah wujud kontribusi yang “sangat kecil” untuk saudara kita di Palestina.

Pukul 13:45 longmarch dari Mesen sampai ke Gladak sebagai wujud aksi solidaritas Palestina dimulai. Sepanjang perjalanan, yel-yel perjuangan menjadi backsong langkah kami. Seruan-seruan ajakan untuk bersimpati pada Palestina membahana di sepanjang jalan yang kami lalui. Tak sedikit masyarakat yang menyaksikan, tapi kami tak banyak tahu isi hati mereka. Ikut memikirkan saudara kita di Palestina kah?? Ikut bersimpati kah??? Atau hanya sekedar menjadi penonton??? Wallahu’alam..
Backsong yang mengiringi perjalanan kami siang itu :

BEBAS DAN MERDEKA
Bebas dan merdeka… Milik kita bersama…Takkan seorangpun… Boleh mengambilnya
Masjid yang suci takkan ternodai, Walau berkorban segala yang dimiliki..
Ayo bebaskan! Bebaskan masjid ini..
Al-Aqsha yang suci tak boleh menangis lagi
Ayo bebaskan! Bebaskan negeri kita..
Tanah Palestina dari tangan durjana

PALESTIN DI DADAKU
Palestin didadaku… Palestin kebanggaanku…
Ku yakin hari ini pasti menang
Kobarkan semangatmu… Tunjukkan kegigihanmu..
Ku yakin hari ini pasti menang


GELOMBANG KEADILAN
Kan melangkah kaki dengan pasti
Menerobos segala onak duri
Generasi baru yang telah dinanti
Tak takut dicaci tak gentar mati
Bagai gelombang terus menerjang
Tuk tumbangkan segala kedzoliman
Dengan tulus ikhlas, untuk keadilan
Hingga pertiwi gapai sejahtera
Takkan surut walau selangkah
Takkan henti walau sejenak
Cita kami hidup mulia
Atau syahid mendapat surga


MARS PEMUDA ISLAM

Wahai pemuda Islam bersatulah…
Dunia Islam menanti langkah sucimu
Luruskan niat di hati rapat barisan sejati
Jadikan diri pemuda Rabbani
Allah Ghoyatuna, Muhammad Qudwatuna
Qur’an dusturuna. jihad sabiluna
Allah tujuanku, Muhammad teladanku
Qur’an petunjukku dan jihad jalanku
Syahid di jalan Allah cita-cita tertinggi..
Syahid di jalan Allah cita-cita tertinggi..

JALAN JUANG
Sabarlah wahai saudaraku, tuk menggapai cita
Jalan yang kau tempuh sangat panjang, tak sekedar bongkah batu karang
Yakinlah wahai saudaraku, kemenangan kan menjelang
Walau tak kita hadapi masanya, tetaplah al-haq pasti menang
Tanam di hati benih iman sejati, berpadu dengan jiwa Rabbani
Tempa jasadmu jadi pahlawan sejati, tuk tegakkan kalimat Illahi..
Pancang tekadmu jangan mudah mengeluh
Pastikan azzammu smakin meninggi
Kejayaan Islam bukanlah sekedar janji
Namun janji Allah yang Haq dan pasti…
=========================================================

SIANG ITU…Panas sang mentari menusuk pori-pori kulit kami,
Tapi ini tak sebanding dengan panas desiran mesiu yang menembus tubuh mereka…
Tetes keringat membasahi tubuh kami,
Tapi ini tak sebanding dengan tetesan darah yang keluar dari tubuh mereka..
Tersengal-sengalnya nafas saat kami berlari,
Tapi ini tak sebanding dengan nafas terakhir yang mereka hembuskan…


Saudaraku, hanya sedikit ini yang bisa kami berikan…
=====================================================================
Ada yang menarik saat aksi kali ini. Sesampainya di Gladak… Matahari tersapu awan… Seolah alam-pun mendukung aksi kami siang itu. Mendung… Pukul 15.00-an lebih, aksi diakhiri setelah sebelumnya ditutup dengan doa bersama. Ya Rabb, kabulkan doa kami… Aamiin…
=====================================================================
Sebuah tulisan dari Dr. Yusuf Qordhowi
“ Masalah al Quds bukan masalah bangsa Palestina dan Arab saja. Namun permasalahan
umat Islam di manapun berada. Al Quds merupakan kiblat pertama umat Islam
Bumi tempat lahirnya nabi-nabi pilihan
Kota ketiga yang diberkati,
Dimuliakan Allah serta
Menjadi arena jihad di jalan Allah
Kini al Quds telah dicaplok Zionis la’natullah
Alaihim dan telah di-yahudi-kan, dibantai
Dan diusir bahkan masjid suci
Al Aqso akan mereka robohkan
Wahai umat Islam,
bangkitlah kalian
telah tiba saatnya untuk berjihad
Persenjataan perang ini didanai oleh uang kita
dalam gaya hidup konsumerisme
yang mereka paksakan kepada kita.
Saya bertanya pada Anda semua
Dengan nama Allah
Muslim dan Kristen
Saya bertanya kepada Anda semua
Atas nama ribuan orang yang mati ditangan teroris-teroris itu
Pada 1948, 1967, 1973 di Dana, di Dir Tassin,
di Bahr al Bakar, di Jalur Gaza
dan al Quds?……..
Saya bertanya kepada Anda semua
atas nama orang-orang yang mati syahid
untuk kehormatan kita.
Saya bertanya kepada Anda
Atas nama seorang anak kecil
Bernama Muhammad ad Durrah,
Yang syahid dalam pelukan ayahnya
Diterjang peluru-peluru
Dari uang yang telah kita sumbangkan bagi mereka.
Mau jadi apa Kita?…..
Kita memiliki mata
Yang tidak dapat kita gunakan untuk melihat?
Kita memiliki telinga
Tetapi tidak kita gunakan untuk mendengar?
Kita memiliki hati
Tetapi tidak lagi dapat merasakan.
Mereka telah menjadikan kita
Sebagai konsumen-konsumen yang buta
Yang rela membayarkan uangnya
Untuk mendanai persenjataan mereka
Untuk mendukung aksi terorisme mereka di dunia Arab dan Islam
Boikot mereka sekarang!!!!
Sekarang atau tidak pernah selamanya!!!….
Dunia Arab dan Islam harus bersatu
Agar menjadi kuat
Kembalilah kepada kami
Kembalilah dan siapkan persenjataan kita
Kembalilah dan bangunlah
ekonomi kita
Agar kita dapat menghancurkan mereka!!!
Allahu Akbar!!!!
=====================================================================
Dahulu sekali, saat rumah menjadi surga yang begitu nyaman serta kebun-kebun yang indah menjadi tempat mencari nafkah, saat pagi terasa begitu sejuknya dan mentari yang senantiasa menyambut dengan senyumnya yang merekah.
Dahulu sekali, saat bayi-bayi mungil tidur dengan lelapnya, tanpa rasa takut, dan terganggu oleh dentuman bom. Saat anak-anak kecil berlarian kesana-kemari, menikmati udara segar yang belum terkontaminasi oleh tank-tank kebiadapan.
Ya, Mereka tinggal di daerah pemukiman yang subur, dimana mereka dan masyarakat dunia menyebutnya, PALESTINA.

Hampir delapan tahun setelah perjuangan rakyat palestina dalam mempertahankan tanah suci al Quds. Setelah intifadha yang membara di seluruh penjuru al Quds yang mereka kobarkan dengan semangat bak pasukan Muhammad saat meraih kemenangan dalam perang Khaibar.
“Khaibar-khaibar ya Yahud, jaisyu Muhammad sa Ya’ud “, demikian syair tersebut senantiasa berkumandang, bergemuruh terdengar. Sebuah syair peradaban, menjadi pemompa semangat rakyat Palestina dalam memperjuangkan tanah suci mereka.
Kini meski syair tersebut tidak lagi bergemuruh seperti kala itu, namun perjuangan rakyat Palestina tidak akan pernah terhenti, sampai tanah mereka, tanah suci umat Islam yang direbut paksa zionis Israil dikembalikan kepada mereka.

Sekarang, cermatilah dan renungkan pesan Dr. yusuf Qordhowi di atas. Memang benar adanya, bahwa permasalahan yang menimpa bangsa palestina sekarang bukanlah permasalahan rakyat palestina semata. Segala hal yang menyangkut al Aqsa menjadi permasalahan seluruh umat Islam dan Bangsa barat, tak terkecuali bangsa Indonesia. Siapa yang rela tempat suci ke tiga umat islam dan bekas kiblat umat islam, dikotori oleh tangan-tangan kafir laknatullah?. Siapa yang rela tanah tempat tinggal dihancurkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab?

Islam memerintahkan kita untuk berjihad, menegakkan agama Allah. Dan jihad kita tidak harus dengan senjata perang. Tidak harus dengan beradu fisik. Karena kita berada di Negara yang berbeda. Tapi kita bisa membantu rakyat Palestina dengan tidak berperilaku konsumeris. Senjata ampuh melumpuhkan perekonomian mereka adalah dengan melakukan boikot besar-besaran terhadap produk Amerika yang menjadi dalang utama di belakang persenjataan tentara Zionis.

Wahai as Syahid Palestina, bersabarlah, pertolongan Allah akan segera datang. Surga Allah telah menjadi jaminan bagi perjuangan kalian menjaga tanah suci. Darah kalian telah mengalir ke surga, Do’a kami senantiasa mengiringi langkah kalian.

Zona Supertwin, 091109_09:51

(Tulisan ini diposting pada bulan November 2009 di blog sebelumnya)
Aisya Avicenna