ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

SEMINAR DAN WORKSHOP BUNDA DIGITAL (Bagian 1)


Sabtu lalu,  16 Desember 2017 telah digelar seminar parenting dan workshop fotografi "Menggali Potensi Bunda di Era Digital dalam Mendukung Generasi Maju" yang diadakan oleh Mombassador dan SGM Eksplor di Gedung Perfilman Usmar Ismail,  Jakarta Selatan.

JANGAN PAKAI GAMIS SEPLY!



Sahabat muslimah, suka pakai gamis kah?

Alhamdulillah kalau saya sih suka banget. Tapi tidak semua gamis saya suka. Biasanya saya memilih yang polosan atau paduan dua sampai tiga warna. Kalau motif dulu sempat suka tapi suami kurang suka jadinya akhir-akhir ini jadi jarang pakai atau beli gamis motif. Motif bungalah, motif rumah gedhe-gedhe, motif kupu-kupu, dan lain-lain yang mungkin beberapa waktu lalu sempat ngehits. Alasan suami saya pun lucu, gamis motif itu justru mirip daster atau baju tidur. Hehehe.. Yah namanya juga selera!

LIMA KESERUAN DALAM MILAD BLOGGER MUSLIMAH




Ahad, 10 Desember 2017 Komunitas Blogger Muslimah menggelar acara miladnya yang ketiga di Proxsis Consulting Group yang beralamat di Gedung Permata Kuningan Lantai 17 Jl. Kuningan Mulia Kav. 9 kawasan Epicentrum HR. Rasuna Said, Jakarta Selatan. Nah, bagi sobat yang ingin membuat acara komunitas dan lainnya dengan menggunakan ruangan nyaman di Proxsis, dapat menghubungi nomor (021) 83708679, ke email: info@digitalfinger.com, dan bisa cek di www.proxsisgroup.com. Hehe, sekilat info! 

REVIEW FILM “CHRISYE” : JEJAK PERJALANAN SANG LEGENDARIS





Di manapun, kapanpun, gue akan kejar kebahagiaan hidup gue.”
-Chrisye-

Itulah sepenggal kalimat penuh semangat dari Chrisye (Vino G. Sebastian) kepada adik bungsunya, Vicky (Pasha Chrismansyah) saat ia dan kawan-kawannya di Gipsy Band mendapat kesempatan untuk bermusik di Amerika. Sayang, impian itu hampir pupus kala sang Ayah (Ray Sahetapi) dengan tegas melarangnya. Menurut ayahnya, karir seorang musisi tidak bagus, apalagi musisi di Indonesia tidak begitu dihargai.

KOMITMEN 'SETIA' PADA ODOJ


Teman-teman sudah tahu komunitas One Day One Juz (ODOJ),  kan?  Program ODOJ sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2009. Pada waktu itu metode ODOJ masih menggunakan SMS. Satu orang sebagai petugas/admin mengirimkan 30 SMS reminder ke 30 orang penerima yang masing-masing mendapatkan juz yang berbeda. Kemudian dilaporkan lagi ke petugas/admin ketika selesai.

LIMA PENYAKIT ‘LUPA’ YANG SERING MENYERANG PARA BLOGGER


Menulis di blog saat ini sangat digandrungi. Para blogger dengan berbagai karakteristik blognya turut meramaikan jagat kepenulisan di media online. Namun, ada beberapa aktivitas blogger yang bisa menjadi penyakit dan perlu diwaspadai, beberapa di antaranya adalah penyakit ‘lupa’. Apa sajakah itu?

CARIKAN AKU ISTRI : NOVEL PELIPUR GALAU PARA BUJANGAN


 
Cover Novel "Carikan Aku Istri"

Judul : Carikan Aku Istri
Penulis : Arul Khan
Penerbit : Fatahillah Bina Alfikri (FBA) Press, Tangerang
Tebal : 190 halaman
Tahun Terbit : 2004
ISBN : 979-3205-26-1
*
Siapa bilang kaum lelaki tidak resah memikirkan siapa calon pendamping hidupnya?
Siapa bilang  menentukan satu keputusan untuk memilih adalah hal yang teramat mudah bagi lelaki?

MENJADI SEBAIK-BAIK AMANAH UNTUK AYAH

Ayah-Ayah Terbaik dalam Hidup Saya

Ngger putraku kembar kang kinasih
Siro iku wus winengku priyo
Trisno lahir lan bathine
Ngedohake ing panyendhu
Guyub rukun kang tansah diudi
Mrih tentreming kluargo
Jumbuh kang ginayuh
Setyo tuhu marang garwo
Sujud syukur mring Gusti Kang Moho Suci
Slamet ndonyo akherat

‘MANIS’-NYA FILM DUKA SEDALAM CINTA


Setelah film “Ketika Mas Gagah Pergi” berhasil menguras air mata penontonnya -termasuk saya- setahun lalu, serta membuat ratusan ribu pasang mata terinspirasi karenanya, kini kita akan kembali bersua dengan Mas Gagah (Hamas Syahid) dan Dek Manis Gita (Aquino Umar) dalam sekuel film KMGP berjudul “Duka Sedalam Cinta” (DSC) yang juga akan mempersilakan butiran bening air mata tumpah tak terkira.

AHAD SERU BERSAMA JEMBATAN PENSIL


"Setiap anak diberikan kelebihan dan kekurangan. Buat apa sombong kalau di antara kelebihan kita juga ada kekurangan."

Itulah salah satu pesan yang saya dapat saat sepekan lalu tepatnya pada hari Ahad (24/9) saat nonton bareng (nobar) film "Jembatan Pensil" di CGV Blitz, Dmall Depok bersama anak-anak yatim Depok yang digelar Institut Ibu Profesional (IIP) Depok bekerja sama dengan Komunitas Pecinta Film Islami (KOPFI). Sebelum memutuskan untuk nonton, saya melihat trailer filmnya. Duh, nonton trailernya aja dah bikin baper dan penasaran.

Film "Jembatan Pensil" bercerita tentang persahabatan lima orang anak, yakni Ondeng (Didi Mulya), Azka (Azka Marzuki), Yanti (Permata Jingga), Nia (Nayla D. Purnama), dan Inal (Angger Bayu). Ondeng memiliki keterbatasan mental, sementara Inal tuna netra. Tapi keterbatasan itu tidak menyurutkan ikatan persahabatan mereka. Meski sering kena bully dari Attar (Vickram Priyono), Ondeng dan keempat sahabatnya tidak menghiraukannya dan tetap bersikap baik pada Attar. Mereka bersekolah di SD Towea yang berada di tepi pantai.


Rumah Azka, Inal, Yanti, dan Nia jauh dari sekolah sehingga untuk sampai ke sekolah mereka harus berjalan kaki dan melewati jembatan yang rapuh. Sementara itu, Ondeng akan menunggu mereka di ujung jembatan sambil mengawasi mereka menyeberang dan memastikan semuanya selamat. Meskipun Ondeng memiliki keterbelakangan mental tetapi hatinya baik. Satu hal lagi, Ondeng juga pintar menggambar.

Kisah dimulai saat Pak Guru (Andi Bersama) mengabarkan ke para murid bahwa anaknya, Aida (Alisia Rininta) akan pulang dan membantunya mengajar. Anak-anak sangat antusias dengan hadirnya guru baru. Ondeng dan kawan-kawannya pun semakin semangat.

Keesokan harinya saat Aida datang dan turun tari kapal, tasnya jatuh ke laut. Ini menjadi awal pertemuannya dengan Gading (Kevin Julio). Gading membantu Aida mengambil tasnya. Aida yang kebingungan karena dia tidak mendapatkan mobil sewa yang bisa mengantarnya ke rumah, akhirnya Aida naik kapal nelayan milik Gading dan Bapaknya Ondeng.

Saat kapal merapat esok harinya, Ondeng telah berdiri di tepi dermaga menunggu Bapaknya. Ondeng melakukannya setiap hari karena dia sangat menyayangi Bapaknya, Ondeng takut kehilangan Bapaknya karena Sang Ibu sudah meninggal dunia. Setelah Ondeng bertemu Bapaknya dan ikut ke pasar ikan, ia pun berangkat naik mobil box. Aida ikut Ondeng. Aida ikut turun ketika tiba-tiba Ondeng turun dan berkata akan menjemput teman-temannya.

Aida terkejut saat menyaksikan Azka, Inal, Yanti, dan Nia harus menyeberangi jembatan rapuh dengan menggantung sepatu di pundak. Mereka tidak memakai sepatu saat ke sekolah agar sepatunya tetap awet. πŸ˜₯πŸ˜₯πŸ˜₯

Kedekatan Gading dan Aida tidak disetujui Ibu Aida, Bu Farida (Meriam Belina). Bu Farida, yang notabene perajin songket, lebih memilih Arman (Agung Saga) karena dia memiliki peternakan sapi.

Meski begitu, Gading tetap membantu Aida termasuk saat mengajar. Kehadiran Aida memberi warna baru dalam kegiatan sekolah Ondeng dan kawan-kawannya. Aida, dibantu Gading, sering mengajak mereka belajar dari alam. Hingga suatu ketika, Aida menantang anak-anak untuk menuliskan mimpi mereka. Mimpi sederhana Ondeng adalah ingin membuatkan jembatan untuk keempat sahabatnya. Ondeng menggambar jembatan impiannya, yang ia namakan Jembatan Pensil. Ondeng pun menabung untuk mewujudkan impiannya. 😭😭😭

Ondeng sangat menyayangi Bapaknya. Pernah sang Bapak berkata bahwa cintanya seperti sebutir jagung, ditanam akan berkembang, dari sebutir menjadi puluhan kemudian berkembang jadi ratusan, ribuan, jutaan, milyaran bahkan sampai tak terhingga.

Ondeng sangat terpukul ketika suatu hari Bapaknya tenggelam dan meninggal dunia saat melaut. Gading meyakinkan Ondeng bahwa ia akan tetap menjaga Ondeng seperti keluarganya sendiri. Akhirnya Ondeng mau tinggal bersama Gading.

Suatu hari,  saat Azka, Inal, Nia, dan Yanti menyeberang, jembatannya roboh sehingga mereka berempat jatuh ke sungai. Ondeng yang menunggu mereka di seberang jembatan langsung menyebur ke sungai dan menolong keempat temannya. Akhirnya mereka berlima terlambat datang ke sekolah. Saat itu sedang upacara. Dengan berlari mereka menuju sekolah, Ondeng menggendong Inal. Saat sampai, mereka langsung berdiri tegak dan hormat pada bendera karena saat itu memang sedang upacara, padahal seragam mereka basah kuyup. 😭😭😭

Masyaa Allah kisah perjuangan mereka sangat luar biasa. Film ini sangat cocok ditonton bersama keluarga, sangat direkomendasikan untuk ditonton keluarga. Para orang tua bisa mengajak anak-anaknya karena banyak pesan moral yang bisa diambil dari film ini dan insya Allah bisa memotivasi anak-anak untuk lebih bersemangat saat menuntut ilmu.  Dalam film ini kita akan disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Banyak scene pemandangan indah  seperti laut, pantai, dan juga goa-goa bersejarah yang belum banyak kita ketahui.
Sebelum dimulai, ngemil dulu bareng adik-adik

Pada saat nobar ini juga dihadiri oleh Azka dan sang sutradara film (Hasto Broto). Pasca nonton, ada bagi-bagi doorprize dan foto bareng.

Oh iya, apakah Ondeng berhasil mewujudkan impiannya?

Ada satu perkataan inspiratif yang disampaikan Gading pada anak-anak, "Sebatang pensil kita bisa menuliskan apa saja di atas kertas. Hal baik maupun hal buruk. Meski tulisan itu bisa dihapus, tp kebaikan atau keburukan itu akan membekas. Demikian juga manusia, baik dan buruknya perbuatan pasti akan meninggalkan bekas di mata orang lain."

**

Malam hari setelah nobar, saya mengirim DM di IG Didi (@ondidimulya), pemeran Ondeng. Alhamdulillah, Didi menjawab beberapa pertanyaan saya dengan sangat ramah.

Ternyata film "Jembatan Pensil" ini adalah film keduanya, sebelumnya ia pernah membintangi film "23.59" pada tahun 2014 di bawah Rudi Soedjarwo.

Didi berujar bahwa semua scene dalam film ini sangat berkesan dan selain pemandangan alam di sana bikin kangen, kerja sama dengan kru dan masyarakat di sana juga baik semua menyambut dengan antusias yang positif.

Adegan yang paling membuat Didi selalu mengingatnya sampai sekarang adalah saat adegan yang mengharuskannya nyebur tenggelem di mana dia gak pintar berenang hanya bisa mengapung saja dan scene saat naik sampan, belajarnya dadakan langsung dengan nelayan lokal di sana tapi alhamdulillah berjalan lancar

Harapan Didi dengan adanya film Jembatan Pensil ini adalah yang pasti dapat diterima dengan baik bagi penikmat film di Indonesia dan bisa menginspirasi semua penonton lewat cerita dari film Jembatan Pensil ini, sekaligus supaya bisa membuka jalan bagi Didi untuk bisa berkarya lagi
Yuk, jangan lupa nonton film Jembatan Pensil!

Aisya Avicenna

#IbuProfesionalDepok
#kelasminatmenulisiipdepok
#nobariipdepok
#NHWtestimonifilmJembatanPensil