Alhamdulillah, hari ini dapat pengumuman tahap I beasiswa S2 dari kantor.
Insya Allah tes selanjutnya tanggal 13-14 Mei 2011.
Mohon doanya kawan-kawan!
Semangat!!!
Gitu aja deh catatannya coz speechless banget karena pagi tadi aku
sempat merasa sedih karena "kehilangan" sesuatu, tapi Allah ternyata
menggantinya dengan begitu cepat. Sebuah kejutan saat aku membuka email
dan membaca pengumuman itu.
Ya Allah, hamba yakin masih banyak kejutan luar biasa yang Engkau
rahasiakan... Dengan begitu membuatku belajar untuk terus berjuang,
bersyukur, dan bersabar dalam menemukan rahasia-rahasia itu!
~Terima kasih atas kejutan sekaligus kesempatan yang Engkau beri hari ni, Ya Rahman.. Aku luruh dalam mahabbah pada-MU...~
250411
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Niat memang memiliki posisi sangat istimewa dalam ajaran Islam. Kali
ini, kita membicarakan niat terkait dengan salah satu tahapan kehidupan
yang selalu menyenangkan untuk dilewati oleh setiap orang, yaitu
pernikahan. Apa yang ditulis di bawah ini cukup menjadi afirmasi positif
sebagai upaya untuk meluruskan niat kita baik sebelum, saat, maupun
setelah menikah.
1. Saya menikah dengan niat untuk menjalankan perintah Allah dan mencari ridho-Nya.
2. Saya menikah dengan niat untuk menjalankan sunnah Rasulullah SAW.
3. Saya menikah dengan niat untuk menjaga mata dari pandangan yang haram.
4. Saya menikah dengan niat untuk mendapatkan keturunan yang dapat memperbanyak jumlah umat Islam.
5. Saya menikah dengan niat untuk meraih kecintaan Allah dengan berusaha
mendapatkan keturunan yang bisa melanjutkan generasi umat manusia.
6. Saya menikah dengan niat untuk meraih kecintaan Nabi Muhammad SAW
demi memperbanyak umatnya yang berkualitas hingga kelak di hari kiamat
Rasulullah SAW bangga dengan hal tersebut. Dalam hadits disebutkan,
"Menikahlah dan perbanyaklah keturunan! Sebab aku akan membanggakan
kalian di hadapan umat-umat lain kelak di hari kiamat."
7. Saya menikah dengan niat untuk menjaga kehormatan suami dan memenuhi
kebutuhannya, serta berniat untuk mampu mengelola nafkah dan mengurus
anak-anak.
8. Saya menikah dengan niat untuk menjaga diri dari setan, menghilangkan
kerinduan dan kecenderungan syahwat yang negatif, menjaga kemaluan dari
perbuatan hina, menjaga pandangan, dan mengusir rasa was-was.
9. Saya menikah dengan niat untuk menyenangkan dan membahagiakan diri
dengan cara duduk bersama pasangan atau memandang serta yang lainnya,
agar bisa bertambah giat dan lebih tenang dalam beribadah.
10. Saya menikah dengan niat untuk mengurangi kesibukan hati dalam
mengatur rumah, mengerjakan pekerjaan dapur, menyapu dan membersihkan
perabotan, serta mendapatkan kemudahan hidup.
11. Saya menikah dengan niat untuk melatih diri dalam hal bertanggung
jawab sebagai seorang istri, berusaha memenuhi kebutuhan suami, sabar
dalam menjalani kehidupan rumah tangga, berusaha memperbaiki akhlaq
anak-anak, membimbing anak-anak kepada kebaikan dan menjadikan mereka
generasi Qur'ani.
12. Saya menikah dengan niat untuk memperoleh keberkahan dari do'a yang
dipanjatkan seorang anak shalih setelah saya wafat kelak, sekaligus
berharap pertolongan dan syafa'at dari anak-anak tersebut jika mereka
meninggal ketika masih kecil.
13. Saya menikah dengan niat seperti yang telah diniatkan oleh para
hamba Allah yang shalih dan para ulama yang mengamalkan ilmunya.
14. Saya menikah dengan niat pada semua niat tersebut dan niat lainnya
dari semua yang saya curahkan, saya ucapkan, dan saya kerjakan, dalam
urusan pernikahan ini, karena Allah.
Silakan ditambahkan sendiri ya!! ^^v
Yaa Allah, berikan taufiq kepadaku seperti halnya Engkau memberi taufiq
kepada mereka, dan tolonglah aku seperti halnya Engkau telah menolong
mereka.
Semoga ALLAH memberi taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua..Amiin..
Khususnya bagi yang berniat untuk menikah, saran saya : SEGERA PRINT
TULISAN INI, TEMPEL DI DINDING KAMAR! UCAPKANLAH BERKALI-KALI DAN TERUS
AZZAMKAN DALAM HATI! Semoga bisa membantu untuk menjaga kelurusan niat
tersebut.
Jakarta, 240411
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Hari, Tanggal : Sabtu, 23 April 2011
Pukul : 08.00-12.00
Tempat : Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jakarta Pusat
Pembicara : Ustadz Bachtiar Nasir, LC
***
Materi dari ustadz baru dimulai pukul 09.00. Surprise juga saat sebelum
materi, ada kesempatan untuk belajar tahsin dulu. Kami dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil dalam halaqoh-halaqoh. Subhanallah, aku masuk
dalam kelompok yang sebagian besar ibu-ibu. Ada yang nenek-nenek juga.
Kami belajar bersama seorang ustadz. Ibu-ibu begitu bersemangat,
meskipun berulang kali sering salah dalam membaca. Ustadznya juga sangat
sabar. Keren deh!
Moderator mengawali acara dengan berbagi kisah tentang seorang laki-laki
dari Bani Israil yang membunuh 99 orang dan ingin bertaubat. Akhirnya
ia mendatangi seorang rahib dan bertanya apakah taubatnya bisa diterima.
Sang rahib berujar bahwa taubatnya tidak akan diterima. Akhirnya
laki-laki itu membunuh sang rahib. Seratus nyawa akhirnya melayang atas
perbuatannya. Ia benar-benar ingin bertauubat. Akhirnya ia bertanya
apakah ada orang alim yang bisa ia tanyai. Akhirnya, bertemulah ia
dengan seorang alim/ahli hikmah. Ia pun bertanya apakah taubatnya bisa
diterima. Sang ahli hikmah menjawab, “Mengapa tidak? Allah Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Pergilah ke kota itu, di sana orang mentauhidkan
Allah. Tinggalkan kampungmu yang penuh maksiat!”
Laki-laki pembunuh itu menuruti kata sangg ahli hikmah. Demi mewujudkan
keinginan besarnya untuk bertaubat, laki-laki pembunuh itu bergegas
hijrah ke kota yang dimaksud sang ahli hikmah. Ternyata ia meninggal
dalam perjalanan. Malaikat pencatat amal kebaikan dan malaikat pencatat
amal keburukan ‘berselisih’ apakah laki-laki pembunuh itu masuk surga
ataukah neraka. Akhirnya diukurlah langkahnya dan ternyata langkah kaki
laki-laki pembunuh itu lebih dekat menuju kota tempat tujuannya
bertaubat. Akhirnya ia masuk surga.
Ilmu itu cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan pada orang yang suka bermaksiat.
Sebuah kisah tentang Abu Nawas yang menurut temannya, Abu Nawas pernah
bercerita bahwa ia bermimpi duduk di taman surga. Setelah di tanya,
mengapa Abu Nawas bisa berada di surga, Abu Nawas menjawab bahwa ia
masuk surga karena membuat syair tentang taubat yang ia simpan di bawah
kasurnya. Syair itu berbunyi demikian.
Ilaahi Lastu Lil Firdausi Ahlaa
Walaa Aqwaa `Alan Naaril Jahiimi
Fahablii Taubatan Waghfir Dzunuubii
Fainnaka Ghoofirudz Dzambil `Adzhiimi
Dzunuubii Mitslu A`daadir Rimaali
Fahabli Taubatay Yaadzal Jalaali
Wa `Umrii Naaqishun Fii Kulli Yaumi
Wa Dzambii Zaidun Kaifak Timaali
Ilaahii `Abdukal `Aashii Ataaka
Muqirrom Bidz Dzunuubi Waqod Da`aaka
Wain Taghfir Fa-Anta Lidzaaka Ahlun
Fain Tathrud Faman Arju Siwaaka
Ya Tuhanku, aku tak layak menjadi ahli syurga-Mu
Namun, aku tidak mampu menahan panasnya siksa api neraka
Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku
Sesungguhnya hanya Engkau Maha Pengampun dosa-dosa besar
Dosa-dosaku seperti jumlah debu pasir dipantai
Maka terimalah taubatku Wahai Pemilik Keagungan
Dan sisa umurku berkurang setiap hari
Dan dosa-dosaku bertambah, bagaimana aku menanggungnya
Ya Tuhanku, hamba-Mu yang berdosa ini datang kepada-Mu
Mengakui dosa-dosaku dan telah memohon pada-Mu
Seandainya Engkau mengampuni
Memang Engkaulah Pemilik Ampunan
Dan seandainya Engkau menolak taubatku
Kepada siapa lagi aku memohon ampunan selain hanya kepada-Mu
Acara selanjutnya adalah materi dari Ustadz Bachtiar Nasir.
Beberapa point yang sempat saya catat dari apa yang beliau sampaikan:
1.Bertaubat tidak cukup dengan meninggalkan yang dilarang tapi juga
melaksanakan perintah. Kekeliruan saat ini, bertaubat hanya dipahami
dengan meninggalkan maksiat saja.
2.Taubat ada dua, yakni taubat yang wajib (taubat dengan meninggalkan
yang dilarang tapi juga melaksanakan perintah) dan taubat yang sunnah (
Taubat dengan menjalankan sunnah Rasul dan menjauhkan diri dari yang
dimakruhkan Rasulullah Saw.)
3.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Adam as
Hikmah kisahnya:
a.Akibat dari dosa yang dilakukan Adam, maka Allah menyingkapkan keburukannya (Q.S. Thaha : 21)
b.Adam dan Hawa terusir dari surga (Q.S. 7 : 24)
c.Allah Swt mencela mereka (Q.S. 7 : 22)
4.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Nuh as
a.Nuh adalah bapak manusia setelah Adam dan kemudian disusul Ibrahim.
b.Pada masa Nuh, ada 5 orang shalih yang sangat dermawan kemudian
didewakan secara berlebih-lebihan oleh umat Nuh dengan dibuatnya patung
mereka saat mereka telah wafat. Inilah yang menjadi contoh syirik
pertama kali di muka bumi.
c.Nuh merupakan hamba Allah yang banyak bersyukur dalam keadaan apapun.
So, kunci hidup berbahagia dalam beragama adalah berdzikir dan bersykur
(Q.S. 2 : 152). Bukan dzikir di lisan saja, tapi juga di dalam qalbu.
Merasakan dan menyaksikan keagungan-Nya di alam raya. Orang yang sering
berdzikir, akan mampu banyak bersyukur.
d.Dzikir kalbu :
-Mampu merasakan keagungan nama dan sifat-Nya
-Mampu merasakan kebesaran Allah di jagad raya
e.Wujud syukur :
-Lisan
-Memberi mahabah (daya cinta) dan inabah (efek dari mahabah) pada Allah
-Perbuatan, kuncinya : taat
f.MAHABAH
-Cinta yang tidak berbalas ridho dari Allah bisa disebabkan karena
cintanya tidak dibarengi dengan ketaatan kepada Allah. Itulah cinta yang
sia-sia.
-Ikhlaskan memurnikan ibadah karena Allah semata
g.INABAH
-Ketika kita merasa lebih pintar dari orang lain, itu sombong namanya.
-Hidup ini di antara 2 misteri, yakni ikhtiar insani dan takdir Ilahi.
-Orang yang cerdas dalam menjalankan hidup adalah orang yang mampu menjalani hidup di antara ikhtiar insani dan takdir Ilahi.
-Taufiq adalah pertemuan antara kehendak Allah dan manusia.
h.Tidak harus menunggu berdosa baru bertaubat. Nabi Nuh as selalu menjadikan taubat sebagai gaya hidupnya
i.Alam bawah sadar manusia senang dengan pengulangan.
j.Formula dahsyat sebelum tidur :
-Memaafkan orang lain
-Bertaubat
-Berdzikir
-Mendengarkan murottal sebagai pengantar dan teman tidur
k.Doa Nabi Nuh (Q.S 11 : 45)
l.Nuh berhasil membentengi diri sendiri, tapi tidak berhasil membentengi anaknya (Q. S. Al-A’raf : 59)
5.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Yunus as
Q.S. 21 : 87
Ia taubat di dalam perut ikan
6.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Ayub as
Ayub adalah hamba paling sabar. Ia tidak minta sembuh pada Allah. Ia
selalu yakin bahwa segala sesuatu yang datang dari Allah, pasti baik
untuknya.
Jakarta, 230411
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Pukul 03.00, aku terbangun. Lagi-lagi tanpa alarm. Alhamdulillah.
Setelah sholat malam, aku sempat murojaah 3 hadist yang harus aku
setorkan pagi ini. Pukul 03.30 aku buka kulkas, ambil telur dan beberapa
cabai, terus menuju lantai 1. Saatnya memasak!!! Beberapa waktu
kemudian, akhirnya jadi juga masakan lezat ala chef Aisya Avicenna.
Sempat dikreasi saat menghidangkan. Halah! "Nasi Goreng Chicken Stick”
itu akhirnya aku lahap bersama seorang sahabat. Selesai sarapan, aku
bersiap-siap hendak “kuliah pagi".
Sekitar pukul 05.30, aku sudah berdiri di Jalan Otista Raya untuk
menunggu mikrolet 53 yang hendak aku tumpangi. Sambil menunggu, aku
manfaatkan untuk muroja’ah hafalan hadistku. Hari ini ada 3 hadist lagi
yang harus disetorkan. Tiba-tiba ada sepeda motor berhenti di depanku.
Kaget! Rasa kaget itu sirna sudah tatkala tahu siapa pengendaranya.
Beliau adalah salaha satu mahasiswi LBQ Al-Utsmani juga, tapi levelnya
di atasku. Dia mengajakku naik motornya. Uhuy! Alhamdulillah...
Sepanjang perjalanan, aku masih sibuk dengan hafalanku.
Sampai di kampus, ternyata aku tetap menjadi mahasiswi yang datang
paling awal di kelasku. Hehe... Pukul 06.15 kelas dimulai dan
alhamdulillahh hari ini berhasil setor hafalan 3 hadist. Pukul 08.00
kelas berakhir. Sebelum pulang, aku sempatkan ke kantor LBQ Al-Utsmani
dulu untuk membayar SPP. Setelah itu melanjutkan agenda berikutnya yakni
“imunisasi pekanan”. Hmm, ada yang special hari ini. Semangat! Setelah
“imunisasi pekanan” aku “diculik” salah satu saudariku untuk
mengantarkannya ke toko “RAIHAN” di dekat UNJ.
Pukul 13.30 aku tiba di kost untuk makan siang. Setelah itu, aku menuju
stasiun Tebet untuk naik kereta ke Depok. Saat di kereta aku sempat
cemas karena tidak begitu tahu jalurnya dan belum begitu familier dengan
stasiun Lenteng Agung, tempat aku turun. Di dalam kereta ekonomi AC
itu, aku berdiri. Tiba-tiba aku melihat toko buku Leksika dari jendela.
Wah, sepertinya terlewat nih stasiunnya. Akhirnya aku turun di stasiun
berikutnya. Saat hendak keluar, aku tanya ke bapak penjaga tiket apakah
stasiun Lenteng Agung sudah terlewat. Ternyata oh ternyata, tempatku
berpijak saat itu adalah stasiun Lenteng Agung. Hehe... Subhanallah,
walhamdulillah!
Setelah keluar dari stasiun, aku berganti angkot kecil warna biru
jurusan Pasa Minggu dan akhirnya sampai juga di toko buku Leksika.
Berhubung masih pukul 14.35, aku pun melihat-lihat buku dulu. Sempat
menamatkan sebuah buku di sana yang berjudul “Shalat Istikharah”.
Menjelang Asar, aku ke mushola. Aku sholat Asar berjamaah dengan seorang
laki-laki yang logatnya Jawa banget!
Setelah sholat, aku ke lantai 4 yang menjadi tempat acara launching buku
“PARA GURU KEHIDUPAN”. Saat mengisi absensi, aku bertanya pada
panitianya siapa sih penanggung jawab proyek ini. “Mas Epri Tsaqib. Itu
Mbak, orangnya ada di depan,” kata seorang muslimah berjilbab lebar yang
mengaku sebagai asisten Mas Epri (yang ternyata adalah istrinya! Baru
tahu di akhir acara! ^^v). Selain itu, baru aku ketahui bahwa laki-laki
yang tadi menjadi imam sholat Asar itu bernama Muhammad Trimanto, ketua
FLP Depok yang juga salah satu penulis dalam buku antologi “PARA GURU
KEHIDUPAN”. Sebelum acara dimulai, kami sempat kenalan, tukar tanda
tangan dan kartu nama serta bercakap-cakap dengan beberapa penulis yang
juga urun karya di antologi tersebut.
Acara dimulai dengan pembukaan dan doa bersama yang dipimpin oleh Mas
Epri tsaqib. Selanjutnya pada sesi ice breaking, tampillah Mas Niko cs
yang menyanyikan lagu tentang bumi karena bertepatan hari itu adalah
hari Bumi. Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan naskah oleh Mbak
Achi TM yang bercerita tentang pengalaman pribadinya bersama ayahanda
tercinta sebelum beliau wafat. Impian Mbak Achi melalui dorongan
semangat dan ketegasan sang Ayah membuatnya kini semakin percaya diri
menapaki setiap langkahnya di dunia kepenulisan.
Selanjutnya ada penampilan Teater Pusat Bumi yang dibawakan Nadia Sarah
Adzani bersama 2 orang rekannya. Nadia juga salah satu penulis dalam
buku tersebut. Kemudian, pembacaan naskah oleh Mbak Lya Herlianti. Ia
tak kuasa membendung air matanya saat membacakan naskahnya yang
berjudul "Sang Pembuka Hati." Ia bercerita mengenai pengalaman
pribadinya dengan Jossete, sahabatnya di Belanda yang menyadarkannya
akan cinta yang telah lama hilang.
Demikian juga dengan Mbak Wiwiek ketika membacakan kisahnya tentang Ibu
yang selalu menjadi peneduh ketika masalah demi masalah datang
menghampiri, audiens pun ikut merasakan betapa damainya memiliki seorang
ibu yang begitu mencintai putrinya.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan penyerahan buku “PARA GURU
KEHIDUPAN” secara simbolis lanjut foto bersama. Seru! Apalagi waktu Mas
Epri Tsaqib foto bersama istrinya. Kedua naskah mereka tergabung juga
dalam buku ini. Wah, so inspiring! Suami istri yang kompak. Hmm, jadi
teringat salah satu impianku adalah menulis bersama suamiku kelak.
Hehe.. semoga terwujud. Aamiin...
Berikutnya adalah pembacaan naskah oleh Wahyu Widianingrum yang membuat
hadirin tergelak dan senyum-senyum saat mendengar kisah yang
dituturkannya. Pada penghujung acara, Mbak Achi TM tampil kembali
bersama Mas Niko dan Niki dari Rumah Pena dengan membacakan puisi karya
Mas Epri Tsaqib.
Acara launching diakhiri dengan Book Signing para penulisnya.
Dengan lahirnya buku ini semoga dapat mendatangkan manfaat yang besar
bagi kita semua dan menjadi ladang amal kebaikan khususnya bagi para
penulisnya. Aamiin...
Jakarta, 220411
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Mengapa saya menggunakan kata “Kartini” pada judul catatan ini? Alasan
pertama karena Kartini itu wanita luar biasa dan kali ini saya akan
menceritakan seorang wanita luar biasa yang cukup berpengaruh bagi saya.
Alasan kedua karena catatan ini merupakan Catatan Aisya edisi ke-21
yang saya tulis tanggal 21 April 2011 bertepatan dengan peringatan hari
Kartini. Hmm… ya begitulah!
***
Bila Izrail datang memanggil
Jasad terbujur di pembaringan
Seluruh tubuh akan menggigil
Seluruh badan kan kedinginan
Lagu itu lagi! Ya, setiap kali si ibu itu beraksi, lagu tersebut yang
dinyanyikan. Hanya bermodal suara, tanpa alat musik yang melatarinya,
ibu itu membawakan setiap lagu yang dinyanyikannya. Lagu di ataslah yang
sering dinyanyikan sebelum lagu lainnya. Ibu berjilbab yang berprofesi
sebagai pengamen itu sudah puluhan kali “manggung” di Kopaja 502 yang
aku tumpangi. Hampir setiap “pentas”, beliau membawakan lagu itu.
Benar-benar mengingatkan diri ini, harapannya pesan yang tersurat dan
tersirat dalam lagu yang ia bawakan juga sampai ke penumpang yang lain.
Kadang merinding juga saat ibu itu menyanyikannya.
Sayang, pagi tadi saya hanya melihat ibu itu di pinggir jalan. Awalnya
si ibu akan naik Kopaja 502 yang saya tumpangi. Tapi, jarak beliau dan
berhentinya Kopaja terlalu jauh dan lagi penumpangnya juga membludak.
Akhirnya beliau tidak jadi naik Kopaja 502 tersebut. Ada rasa kecewa
juga, karena pagi ini saya tidak mendengarkan lagu pengingat mati itu.
Ibu itu biasa beraksi di sepanjang jalan dari kawasan Kampung Melayu
sampai Matraman. Ah, saya bertekad suatu saat ingin menemui ibu itu.
Saya penasaran dengan latar belakang kehidupannya. Mungkin saya pun akan
bertanya mengapa lagu pengingat mati itu yang terus ia nyanyikan.
Semoga ada kesempatan.
Berbicara tentang kematian, banyak sarana yang bisa mengingatkan kita
pada kematian. Coba tanyakan pada diri kita, seberapa banyak kita
mengingat mati dalam hidup kita. Hanya kita sendiri yang bisa
menjawabnya. Jika kenyataannya kita masih sangat sedikit dalam mengingat
mati di tengah kesibukan dan semua urusan duniawi kita, maka segeralah
ubah hal tersebut. Kita tidak pernah tahu kapan kematian mendatangi
kita. Mengingat mati akan membuat kita seakan punya rem untuk
menghindari perbuatan dosa. Mengingat mati juga merupakan satu cara yang
sangat efektif untuk mengendalikan hawa nafsu. Perhatikan sabda
Rasulullah SAW berikut ini: “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang
melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)
Ya Allah yang Maha Menghidupkan dan yang Maha Mematikan, wafatkanlah
kami dalam keadaan husnul khatimah. Dan kami berlindung kepada-Mu dari
keadaan suul khatimah.
Semoga Allah Swt menutup akhir hayat kita dengan husnul khatimah dan menerima semua amal shalih kita. Aamiin Yaa Rabb…
"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati..."(QS.Ali Imran:185).
Jakarta, 210411_13:06
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Para Guru Kehidupan senantiasa ada dan hadir di sekitar kita. Mungkin ia
adalah sosok yang sederhana, mungkin ia adalah sesuatu yang tidak
pernah kita duga
hadir dan melintas begitu saja dalam kehidupan kita atau mungkin juga ia
adalah sebuah momen yang tak terlupakan dalam kehidupan kita yang
sangat singkat ini
Dari mereka kita senantiasa bisa belajar dan mengambil manfaat yang akan
sangat berguna untuk bekal kita mengarungi episode perjalanan hidup ini
selanjutnya.
Insya Allah ada tulisan saya dalam buku antologi ini. Siapakah Guru
Kehidupan saya? Penasaran??? Insya Allah buku ini akan dilaunching pada
hari Jumat, 22 April 2011. Bagi teman-teman yang ingin memiliki buku
inspiratif ini bisa menghubungi saya.. Cukup dengan harga Rp 40.000,-...
Jangan lewatkan kesempatan ini ya!
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang
mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang
yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa
hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia
perlakukan tuhannya. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada izin
untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang
Allah berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan Allah atasmu.
Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap
ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudhu di dingin malam, lapar
perut karena shaum atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.
Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam
hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka
baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh,
alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.
As-shiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH,
jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau
hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan
mereka," ucapnya lirih.
Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan
dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada
orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian
menyebut-nyebutnya kepada khalayak. Ada orang beramal sedikit dan
mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak
pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan banyak orang
karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan ambisi
pribadinya, atau tidak mau kalah atau tertinggal di belakang para
pejuang. Mereka telah menukar kerja dan kata.
Dimana kau letakkan dirimu? Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara
dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut, sampai
sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di
depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Telah berapa hari engkau hidup
dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi
saat obyek ma'siat menggodamu dan engkau menikmatinya? Malu kepada Allah
dan hati nurani tak ada lagi.
Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia
berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani bertambah tinggi. Rasa
malu kepada Allah, dimana kau kubur dia?
Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka
lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung.
228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP ; SMU 25%
mengaku telah berzina dan hampir separuhnya setuju remaja berhubungan
seks di luar nikah asal jangan perkosaan, walaupun pada saatnya mereka
memperkosa.
Dan masyarakat memanjakan mereka, karena "mereka masih d ibawah usia."
Mungkin engkau mulai berfikir, "Jamaklah, bila aku main mata dengan
aktifis perempuan --bila engkau laki-laki atau sebaliknya (akhi dan
ukhti)-- dicelah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat
atau bertelepon dengan menambah waktu sekedar melepas kejenuhan dengan
canda jarak jauh." Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana
getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan
segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat?"
Saat engkau mau muntah melihat laki-laki berpakaian perempuan, karena
kau sangat percaya kepada ustadzmu yang mengatakan, "Jika Allah melaknat
laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa
tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?" Ataukah taqwa
berlaku saat berkumpul bersama dan yang paling tinggi berteriak "Ini
tidak islami" berarti ia paling islami, lalu sesudah itu urusan
kesendirian tingga llah antara engkau dengan lamunanmu, tak ada Allah
disana?
Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justru
engkau sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut
lawan jenismu yang muda dan segar. Kau yang tak mampu melawan berontak
hatimu untuk tidak makan berdiri di tengah suatu resepsi mewah.
Berbisiklah syaithanmu: "Jika kau duduk di lantai atau di kursi malam
ini citra da'wah akan ternoda." Seakan engkau-lah pemilik da'wah ini.
Lupakah kau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka
pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter. Begitu jauhnya
inhiraf di kalangan awam, tak lain karena para elitenya telah salah
melangkah lebih dulu. Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"-nya
membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa
menit sebelumnya ia setubuhi, lalu dengan enteng mengatakan, "Itu
maharku, Allah waliku dan malaikat itu saksiku," dan sesudah itu
segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah? Siapa yang akan
memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda
artis penyanyi lalu mengatakan, "Ini anakku, karena kedudukan guru
dalam Islam seperti ayah, bahkan lebih dekat lagi."
Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar
diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua
kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang
sama? Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan
seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam organisasinya? Kau
andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang
maksiat masyarakat awam? Bukankah ini mengkomersilkan kekurangan
masyarakat? Koruptor macam apa engkau ini? Semoga ini tak terjadi pada
dirimu, karena kafilah yang pernah berlalu tak sunyi dari peruntuh
bangunan yang dibina dengan susah payah.
Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka.
Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada
Amerika dan Zionis dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk makanan
mereka, semata-mata karena nuansa "westernnya." Engkau akan menjadi
faqih pedebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan
perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan
Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.
Mahatma Ghandi memimpin perjuangan kemerdekaan India dengan kain tenunan
bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia
menoleh kekanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia
tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur
disana. Bila ia minta bangsanya mendongakkan kepala dengan bangga, maka
300 juta bangsa India akan tegak, walaupun tulang punggung mereka tak
kuat lagi berdiri karena lapar dan kurang gizi.
Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi
ummat dengan pameran mobil dan rumah mewah serta hidup di tengah
gemerlap kehidupan selebritis. Saat fatwa digenderangkan, ummat tak lagi
punya kemauan untuk mendengar. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan
uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil
penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku?"
*Dicopas dari notenya Kang Ahmad Lamuna
Jakarta 20 April 2011
Saat hati hampir "pingsan",
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok!
Sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa
diubah. Begitu juga denganku, aku tidak akan suka jika masa laluku yang
dinilai dan diungkit-ungkit. Sebab harapanku terbentang mulai hari ini
hingga ke depan untuk menjadi lebih baik dan terus lebih baik!
~Give me some sunshine.. Give me some rain.. Give me another chance.. I wanna grow up once again!!!~
Saya menulis status di atas bukan tanpa alasan. Saya awali dengan
pertanyaan, "Merasa kesal nggak sih kalau masa lalu yang sudah kita
kubur dalam-dalam tiba-tiba diungkit-ungkit lagi? Malah dibeberkan ke
banyak orang?" Hmm, jujur kalau saya akan merasa sedikit kesal sih. Tapi
perlu diingat, jangan sampai kesalnya kebablasan dan malah jadi ngamuk-ngamuk dan
melakukan tindakan anarkhis. Hehe... Kayak apa aja! Kesal sih boleh,
tapi cobalah untuk bersabar dan mengambil sisi positif dari diungkitnya
kembali masa lalu itu.
Ada nasihat dari Ustadz Rahmat Abdullah yang sangat bagus yakni :
- Dua hal yang harus selalu kita ingat adalah kebaikan orang lain terhadap kita dan keburukan kita terhadap orang lain.
- Dua hal yang tidak perlu kita ingat adalah kebaikan kita terhadap orang lain dan keburukan orang lain terhadap kita.
Jadi, kalau keburukan kita diungkit-ungkit orang lain jadikan saja
sebagai sarana pemacu kita untuk memperbanyak istighfar dan memperbaiki
diri. Teruslah berbuat baik bagi orang lain dan tidak perlulah kita
mengungkit-ungkit kebaikan kita tersebut.
Masih dari status di atas, "Sebab harapanku terbentang mulai hari ini hingga ke depan untuk menjadi lebih baik dan terus lebih baik".
Untuk menjadi pribadi yang lebih baik saya menjadikan sepuluh profil
pribadi muslim di bawah ini sebagai motivasi. Memang sih, kesepuluh
kriteria ini jika terintegrasi secara utuh akan mencetak pribadi muslim
yang ideal. Mungkinkah kondisi ideal terwujud? Tak mudah memang, tapi
tak ada salahnya untuk diwujudkan. Bahkan kondisi ideal ini bisa kita
jadikan motivasi. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk menginternalisasikan sepuluh kriteria di bawah
ini dan tentunya jika Allah berkehendak. Kesepuluh kriteria muslim ideal
yang digambarkan secara rinci dalam beberapa blog inspiratif yang saya
baca, antara lain:
1. Salimul Aqidah (Good Faith)
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada
pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan
memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat
itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya.
Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan
segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya:
‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah
Tuhan semesta alam’ (QS 6:162).
Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting,
maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw
mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.
Beberapa contoh dari penerapan Salimul Aqidah, yaitu:
* Tidak mengkafirkan seorang muslim;
* Tidak mengedepankan makhluq atas Khaliq;
* Mengingkari orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah swt dan tidak bergabung dalam majlis mereka;
* Mengesakan Allah swt dalam Rububiah dan Uluhiah;
* Tidak menyekutukan Allah swt, dalam Asma-Nya, sifat-Nya dan Af’al-Nya;
* Tidak meminta berkah dengan mengusap-usap kuburan;
* Mempelajari berbagai aliran yang membahas Asma’ dan Sifat dan mengikuti madzhab salaf;
* Mengetahui batasan-batasan wala’ dan bara’;
* Berteman dengan orang-orang shalih dan meneladaninya;
* Meyakini terhapusnya dosa dengan taubat Nashuha;
* Memprediksikan datangnya kematian kapan saja;
* Meyakini bahwa masa depan ada di tangan Islam;
* Berusaha meraih rasa manisnya iman;
* Berusaha meraih rasa manisnya ibadah;
* Merasakan adanya para malaikat mulia yang mencatat amalnya;
* Merasakan adanya istighfar para malaikat dan do’a mereka.
2. Shahihul Ibadah (Right Devotion)
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul
Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah
kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat
disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk
kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan
atau pengurangan.
Beberapa aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dari shahihul ibadah, yaitu:
* Khusyu’ dalam shalat;
* Qiyamul-Lail minimal satu kali dalam sepekan;
* Bersedekah;
* Berpuasa sunnat minimal dua hari dalam satu bulan;
* Menjaga organ tubuh (dari dosa);
* Haji jika mampu;
* Khusyu’ saat membaca Al Qur’an;
* Sekali Khatam Al Qur’an setiap dua bulan;
* Banyak dzikir kepada Allah swt sembari menghafalkan bacaan ringan;
* Banyak berdo’a dengan memperhatikan syarat dan adabnya;
* Banyak bertaubat;
* Selalu memperbaharui niat dan meluruskannya;
* Memerintahkan yang Ma’ruf;
* Mencegah yang Munkar;
* Ziarah kubur untuk mengambil ‘Ibrah;
* Merutinkan shalat sunnah Rawatib;
* Senantiasa bertafakkur;
* Beri’tikaf satu malam pada setiap bulannya;
3. Matinul Khuluq (Strong Character)
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan
sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam
hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan
akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia
apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia
bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak
dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung
sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang
artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang
agung’ (QS 68:4).
Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
* Tidak ‘inad (membangkang);
* Tidak banyak mengobrol;
* Sedikit bercanda;
* Tidak berbisik tentang sesuatu yang bathil;
* Tidak hiqd (menyimpan kemarahan);
* Tidak hasad;
* Memiliki rasa malu untuk berbuat kesalahan;
* Menjalin hubungan baik dengan tetangga;
* Tawadhu’ tanpa merendahkan diri;
* Berani;
* Halus;
* Menjenguk orang sakit;
* Komitmen dengan adab meminta idzin;
* Berterimakasih kepada orang yang berbuat baik;
* Merendahkan suara;
* Menyambung persaudaraan (Shilatur-Rahim);
* Komitmen dengan adab mendengar;
* Komitmen dengan adab berbicara;
* Memuliakan tamu;
* Mengumbar senyum di depan orang lain;
* Menjawab salam
4. Qowiyyul Jismi (Physical Power)
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi
muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki
daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal
dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan
amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat
atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan
lainnya.
Kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan
dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian,
sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu
kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan.
Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw
bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada
mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).
Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1) Mengikuti petunjuk kesehatan dalam makanan dan minuman, seperti:
* Membersihkan peralatan makan dan minum;
* Menjauhi makanan yang diawetkan dan mengkonsumsi minuman alami;
* Mengatur waktu-waktu makan;
* Mampu menyediakan makanan;
* Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi yang berlemak;
* Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi garam;
* Tidak berlebihan dalam mengkomsumsi gula;
* Selektif dalam memilih produk makanan
2) Mengikuti petunjuk kesehatan tentang tidur dan bangun tidur, seperti:
* Tidur 6 – 8 jam dan bangun sebelum fajar;
* Berlatih 10 – 15 menit setiap hari;
* Berjalan 2 – 3 jam setiap pekan;
* Mengobati diri sendiri;
* Tidak mempergunakan obat tanpa meminta petunjuk
5. Mutsaqqoful Fikri (Thinking Brilliantly)
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi
pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah
fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang
merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari
keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berpikir (QS 2:219).
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan,
kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang
muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa
kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka
pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas
seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang
yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya
orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).
Aplikasi dari mutsaqqoful fikri yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
* Hafal juz 28 dan 29 dengan baik;
* Membaca tafsir Al Qur’an juz 28 dan 29;
* Mengaitkan antara Al Qur’an dengan realita;
* Mengahafalkan seluruh hadits dari Arba’in An Nawaiah;
* Menghafal 50 Riyadhush-Shalihin;
* Mengkaji marhalah Madaniah dan menguasai karakteristiknya;
* Mengenal sirah 20 syuhada dari kalangan sahabat ;
* Mengetahui hukum Zakat;
* Mengetahui fiqih Haji;
* Membaca tujuh jam setiap pekan di luar spesialisasinya;
* Mengetahui sisi-sisi Syumuliyatul Islam;
* Mengetahui problematika kaum muslimin nasional dan internasional;
* Mengetahui apa kerugian dunia akibat kemunduran kaum muslimin;
* Mengetahui urgensi Khilafah dan kesatuan kaum muslimin;
* Mengetahui arus pemikiran Islam kontemporer;
* Menghadiri orientasi dan seminar-seminar kita;
* Mengetahui dan mengulas tiga risalah ;
* Mengetahui dan mengulas risalah Aqaid;
* Memahami amal jama’I dan taat;
* Membantah suara-suara miring yang dilontarkan kepada kita;
* Mengetahui bagaimana proses berdirinya negara Israil:
* Mengetahui informasi baru dari problematika kontemporer;
* Memiliki kemampuan mengulas apa yang ia baca;
* Menyebar luaskan apa saja yang diterbitkan oleh koran dan terbitan-terbitan kita;
* Berpartisipasi dalam melontarkan dan memecahkan masalah
6. Mujahadatun Linafsihi (Continence)
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu
kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap
manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk.
Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk
amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala
seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu
yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran
Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang
dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku
bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
Aplikasi dari mujahadatun linafsihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
* Memerangi dorongan-dorongan nafsu;
* Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi yang mubah;
* Selalu menyertakan niat jihad;
* Menjadikan dirinya bersama orang-orang baik;
* Memakan apa yang disuguhkan dengan penuh keridhaan;
* Menyumbangkan sebagian hartanya untuk amal Islami;
* Sabar atas bencana;
* Menyesuaikan perbuatan dengan ucapannya;
* Menerima dan memikul beban-beban da’wah.
7. Harishun ‘ala Waqtihi (Good time management)
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting
bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang
begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di
dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha,
wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada
manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari
waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit
manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan:
‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’
Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali
lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj
waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan
yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh
Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima
perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda
sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
Aplikasi dari harishun ala waqtihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
* Memperhatikan adab Islam dalam berkunjung dan mempersingkat pemenuhan hajatnya;
* Memelihara janji umum dan khusus;
* Mengisi waktunya dengan hal-hal yang berfaedah dan bermanfaat.
8. Munazhzhamun fi Syu’unihi (Well Organized)
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk
kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah.
Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah
ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan
baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan
bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan
kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun
yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya.
Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan
berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian
secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
Aplikasi dari munzhzhamun fi syuunihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
* Shalat sebagai penata waktunya;
* Teratur di dalam rumah dan kerjanya;
* Merapikan ide-ide dan pikiran-pikirannya;
* Disiplin dalam bekerja;
* Memberitahukan gurunya problematika yang muncul
9. Qodirun ‘alal Kasbi (Independent)
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri
(qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang
muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan
kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala
seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit
seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak
memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim
tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang
harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq,
shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu
perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan
hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut
memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu
menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang
telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill
atau ketrampilan.
Aplikasi dari qodirun alal kasbi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
* Bekerja dan berpenghasilan;
* Tidak berambisi menjadi pegawai negeri;
* Mengutamakan spesialisasi langka yang penting dan dinamis;
* Berusaha memiliki spesialisasi;
* Ekonomis dalam nafkah ;
* Mengutamakan produk umat Islam;
* Tidak membelanjakan harta kepada non muslim;
* Bersemangat untuk memperbaiki kualitas produk dengan harga sesuai
10. Naafi’un Lighoirihi (Giving Contribution)
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah
tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat
yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan
keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim
adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák mengganjilkan. Ini
berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya
dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu
sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran
yang baik dalam masyarakatnya.
Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).
Aplikasi dari nafi’un lighoirihi yang dapat diperaktikkan dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain:1) Komitmen dengan adab Islam di
dalam rumah;
* Melaksanakan hak-hak pasangannya (suami atau istri);
* Membantu istrinya;
* Melaksanakan hak-ahak anak;
* Memberi hadiah kepada tetangga;
* Memberikan pelayanan umum karena Allah swt;
* Memberikan sesuatu dari yang dimiliki;
* Mendekati orang lain;
* Mendorong orang lain berbuat baik;
* Membantu yang membutuhkan;
* Membantu yang kesulitan;
* Membantu yang terkena musibah;
* Menolong yang terzhalimi;
* Berusaha memenuhi hajat orang lain
* Bersemangat menda’wahi istrinya, anak-anaknya, dan kerabatnya;
* Memberi makan orang lain;
* Mendo’akan yang bersin.
Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam
Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri
kita masing-masing.
Jakarta, 190411_16:23
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Tanggal 18 April 2011? Hari ini, kan? Apa istimewanya hari ini? Semoga
kita bisa menemukan keistimewaannya, bahkan kalau perlu sudah membuat
rencana luar biasa untuk membuat hari ini istimewa. Saya pun menulis
catatan Aisya edisi ke-18 ini karena ada sesuatu yang sangat istimewa.
Sebenarnya bukan tertuju pada saya. Tapi pada dua orang yang istimewa
bagi saya. Dua orang yang memang baru saya kenal, tapi kebersamaan
dengan mereka membuat saya mengenal mereka lebih dari hitungan waktu
yang terhitung sejak awal perkenalan kami. Halah! Hemmm, tulisan ini
bahkan sudah saya rencanakan jauh-jauh hari. Benar-benar mengistimewakan
tanggal 18 April!
Mari kita mulai. Sebut saja lakon dalam kisah ini bernama Uni dan Akang.
Sengaja di awal tulisan ini saya menyamarkan nama keduanya. Saya harap
pembaca tidak tergesa melihat gambar yang saya pajang di akhir tulisan
ini. Gambar tersebut memang buru-buru saya scan tadi pagi sebelum
berangkat ke kantor. Langsung dari buku yang bulan lalu saya baca. Buku
itulah yang menjadi referensi utama saya dalam catatan kali ini. Sejak
menamatkan buku itu, tergerak pulalah keinginan saya untuk menulis ulang
kisahnya pada hari ini, 18 April. Simak ya kisahnya.
Ketika usia Uni memasuki angka 25, masalah pernikahan menjadi topik
paling seru yang diangkat orang tuanya. Peringkatnya paling tinggi
katanya! Nah, saat usianya mendekati angka 30, topik tersebut semakin
melejit ratingnya. Luar biasa! Orang tua Uni seakan tak bosan
membicarakannya.
“Kamu mikir umur tidak? Teman-teman sekolahmu dulu sudah pada menikah semua? Sudah pada punya anak!”
Ah, banyak pertanyaan lain dilontarkan pada Uni yang pada intinya berisi
tuntutan keras agar Uni segera menikah. Namun, entah mengapa Uni masih
saja merasa gamang untuk memenuhi harapan orang tua. Uni tetap menikmati
aktivitasnya dalam kesendirian yang mungkin bagi wanita lain cukup
menggerahkan.
Di mata Uni, pernikahan merupakan gerbang menuju berbagai persoalan
hidup yang lebih rumit dan komplit, bukan sebuah jalan pintas untuk
lepas dari status lajang, bukan pula pelarian untuk bebas dari tuntutan
orang tua.
Meskipun begitu, Uni juga membenarkan bahwa menghadapi sepuluh persoalan
berdua dengan pasangan terasa lebih ringan daripada menghadapi satu
persoalan sendirian. Di sini Uni percaya bahwa ikatan pernikahan
memiliki kekuatan luar biasa untuk melewati setiap persoalan hidup. Itu
pun jika bisa sabar dan ikhlas menjalaninya
“Bu, saya ingin memenuhi keinginan Ibu”. Itulah kalimat yang Uni ucapkan dengan sangat perlahan di hadapan Ibunya saat itu.
“Saya sudah menjatuhkan pilihan, Bu. Insya Allah sekarang saya yakin
untuk melangkah!”. Begitu Uni menutup penuturannya saat itu. Yakin,
memang hanya itulah yang Uni butuhkan untuk melangkah, terlebih untuk
urusan sepenting ini.
Ya, pada akhirnya Allah mempertemukan Uni dengan seseorang yang
membuatnya yakin untuk melangkah. Pertemuan yang tak direncanakan itu
terjadi September 2003, di acara rutin FLP DKI Jakarta. Pertemuan kedua
terjadi di bukan Oktober pada acara yang sama. Namun, sejauh itu mereka
sama sekali tidak pernah ngobrol apa-apa. Bertegur sapa pun nyaris hanya
sekedar basa-basi singkat. Maklum, Uni sepertinya orang top di FLP DKI
Jakarta, jadi agak jaim sedikit sama anak baru. Hehe.. Akang memang
anggota baru di FLP DKI Jakarta saat itu.
Pertemuan ketiga saat Temu Sastra Jakarta di TIM. Namun, tetap saja Uni
dan Akang tidak berinteraksi banyak. Bahkan saat itu belum ada
tanda-tanda bahwa mereka berjodoh. Pertemuan keempat terjadi Januari
2004, saat mereka dan teman-teman FLP DKI Jakarta menjadi instruktur
penulisan cerpen di Galeri Cipta TIM. Hari itu Akang mendapat musibah.
Tasnya hilang di masjid TIM, lengkap dengan segala isinya, termasuk HP,
kunci motor, dsb. Duh, kasihannya...
Bukannya tidak solider, tapi hobi bercandanya sering kambuh. Uni pun
nyeletuk, “Tas, dompet, atau HP yang hilang bisa dibeli lagi, tapi kalau
Uni yang hilang? Mau dicari ke mana lagi?”
Deg! Ternyata omongan Uni yang bermaksud menghibur itu berdampak lain.
Akang melongo abiz, padahal yang lain malah tertawa menanggapi gurauan
Uni. Nah, pesan Uni.. buat teman-teman, hati-hati kalau bercanda,
bisa-bisa ada yang naksir eh tersinggung maksudnya! Pertemuan
selanjutnya tetap biasa saja. Nah, lantas kapan dong mereka membicarakan
pernikahan? Beginilah Uni membeberkan rahasianya.
Mereka sempat conference dan chatting bareng dengan anak-anak FLP DKI
Jakarta. Nah, di dunia cyber inilah baru muncul keberanian Akang untuk
bicara serius. Itu pun setelah dimediatori oleh seorang teman.
“Apa syarat yang harus saya penuhi untuk melamar?” Begitu kira-kira Akang bertanya.
“BT,” jawab Uni singkat.
“Apa itu BT?”
“Berani dan Tulus. Berani meminta saya kepada ibu dan tulus menerima saya apa adanya.”
Wow! Pesan Uni yang kedua buat teman-teman yang masih lajang, jangan
kebanyakan mikir dan menduga-duga. Lebih baik langsung tanya, biar kalau
ditolak cepat ketahuannya. Hehehe...
Mengapa Uni bisa begitu yakin? Dalam hal ini Uni berani mengatakan bahwa
itulah rahasia Allah, sebuah teka-teki yang kadang sulit menemukan
jawabannya. Melihat misteriusnya masalah jodoh, Uni juga membenarkan
orang-orang yang mengatakan bahwa jodoh tak perlu dicari-cari. Jika
sudah tiba waktunya, ia akan datang sendiri. Karena banyak juga bukti
gagalnya seseorang menemukan jodoh, padahal ia sudah berusaha kian
kemari dengan berbagai cara dan usaha.
Nah, kembali pada pertanyaan tadi. Sebenarnya ketika Akang menyatakan
niatnya pada Uni untuk melamar, Uni sama sekali tidak merasa bahwa Akang
adalah orang asing. Uni malah seperti sudah lama mengenal Akang
meskipun mereka baru bertemu dan jarang berkomunikasi.
Uni memang sempat berpikir, mungkin inilah yang disebut jodoh. Ketika
segala kekurangan dan perbedaan terasa wajar adanya, ketika sisi-sisi
kehidupan yang satu menjadi pengisi dan pelengkap bagi yang lain, dan
ketika hal-hal terburuk –yang telah, sedang dan akan terjadi sekalipun-
bisa menjadi sarana untuk lebih mendewasakan diri. Intinya adalah
keikhlasan dalam menjalani apa yang sudah digariskan-Nya. Karena itu
pula yang membuat kita ikhlas menerima pasangan kita dengan segala
kelebihan dan kekurangannya.
Akhirnya pada tanggal 8 Februari 2004, Akang datang melamar Uni.
Pertemuan dua keluarga yang berjalan lancar dan akrab. Pada pertemuan
tersebut langsung ditentukan kapan akad nikah akan dilaksanakan. Menurut
ajaran Islam, jarak antara lamaran dan nikah kan tidak terlalu lama
karena khawatir akan menimbulkan fitnah. Maka disepakatilah akad nikah
akan dilaksanakan setelah pemilu pertama di bulan April. Pada awalnya
keluarga sudah setuju kalau acaranya hanya akad nikah saja, tanpa pesta.
Akan tetapi, ternyata ibu Uni diam-diam menyimpan keinginan untuk
membuat pesta di kampung. Uni pun akhirnya setuju meski dengan berat
hati ketika akhirnya pesta itu dirayakan di Jakarta pada tanggal 18
April 2004. Kerabat dan kenalan yang tinggal di Jabodetabek saja yang
hadir. Sementara teman-teman mereka yang jumlahnya begitu banyak malah
sama sekali tidak hadir? Mengapa? Karena tidak diundang ternyata!
Hehehe...
Kenapa tidak diundang? Berikut rahasianya...
Sebenarnya diam-diam Uni punya rencana lain, yakni pesta yang khas
dengan dunia penulis. Akan tetapi, rencana untuk membuat pesta kejutan
itu malah berantakan di tengah jalan karena kabar tentang penikahan Uni
terlanjur bocor duluan. Teman-teman yang sudah tahu tentang pernikahan
itu langsung heboh. Sangat bisa dimaklumi jika kemudian berbagai
pertanyaan menghinggapi benak mereka. Semangat Uni pun surut drastis
untuk menggelar pesta kejutan buat teman-teman.
Alhasil, Uni dan Akang hanya membuat pengumuman resmi di acara rutin FLP
DKI Jakarta beberapa hari setelah menikah. Seperti yang sudah
diperkirakan, mereka jelas terkejut dan nyaris tak percaya. Ekspresi
mereka pun bermacam-macam. Ada yang marah, ngamuk, terkejut, kecewa,
gembira, dsb. Maklum, di FLP DKI Jakarta memang belum ada yang tahu soal
itu kecuali dua orang teman yang memang sengaja diundang pada hari “H”
untuk dijadikan saksi, sekaligus pelampiasan amukan teman-teman.
Hehehe...
Sebenarnya Uni pernah memposting sebuah puisi dalam milis FLP DKI
Jakarta yangberjudul Upacara Khidmat. Namun, teman-teman mungkin tidak
menduga jika puisi itu bukan sembarang puisi, melainkan sebuah isyarat
terselubung yang tak terbaca oleh mereka.
Menuju Upacara Khidmat
Tak ada barisan para punggawa
Tak ada arak-arakan kereta kencana
Tak ada janur dan panji berjela-jela
Tak ada tabuhan genderang atau tiupan terompet yang menggema
Tak ada lenggokan gemulai dan senandung merdu para penari dan penyanyi wanita
Sungguh tak ada!
Karena ini adalah upacara khidmat yang digelar oleh kalangan istana,
khusus untuk dua mempelai yang akan mewarisi Kerajaan Kesejatian
Jadi..
Jangan berharap bisa melihat deretan tamu yang datang menjura
Jangan berharap melihat hidangan mewah yang melimpah ruah
Jangan berharap!
Karena yang akan kau temukan hanyalah taburan bunga shion di
skeliling halaman istana, yang disemaikan oleh tangan-tangan pada dayang
yang penuh zikir.
Hanya itu!
***
Hmm, mungkin kisah di atas akan membuka kembali ruang kenangan bagi
teman-teman FLP DKI Jakarta. Masa lalu yang indah, berkesan, dan penuh
makna khususnya bagi pihak-pihak yang menjadi tokoh utama dalam kisah
ini. Kisah di atas saya dapatkan dari buku “How to Get Married : Sebuah
Panduan Meraih Jodoh Tanpa Pacaran” (DAR!Mizan, 2005) yang ditulis
beberapa penulis ternama seperti : Yus R. Ismail, Afifah Afra, Robi’ah
Al-Adawiyah, Dadan Ramadhan, M.Fauzil Adhim, Tasaro, Salman Iskandar, O.
Solihin, Iwan Januar, Teguh Iman Prasetyo, Aswi, dan tentunya Novia
Syahidah.
Hmm… kepada Kang Arul dan Uni Via... Barakallah...Semoga senantiasa
menjadi keluarga sakinah, mawadah, warohmah sampai akhir nanti. Bahagia
dunia akhirat lah.. Maaf ya, kisahnya saya tulis ulang. Semoga berkenan.
Salah sendiri kisahnya bagus! Hehe.. Semoga kisah di atas menjadi
pembelajaran berharga buat kami semua, khususnya bagi diri ini yang juga
memiliki keinginan besar untuk menikah tanpa pacaran...
Buat Uni Via dan Kang ARul, makasih ya saya sudah dipertemukan dengan ONGOL-ONGOL!!!! ^^v
Jakarta, 18 April 2011
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Kepada siapa lagi hamba meminta jika bukan pada-Mu. Sang Penguasa segala
makhluk, Sang Pemiilik semesta. Sang Penguasa diri hamba yang lemah
ini. Allah, terlalu jarang hamba mensyukuri nikmat-Mu yang tiap saat tak
pernah berhenti mengaliri kehidupan. Allah, baru hamba sadari indahnya
nikmat sehat itu ketika sakit menghampiri. Baru hamba sadari betapa
berartinya nikmat sempat itu ketika sempit datang. Betapa nikmatnya
kekuatan itu ketika rasa lemah tiba menyapa. Allah, dengan tetesan air
mata, doa hamba senantiasa terpanjat pada-Mu. Janganlah Engkau hadirkan
kesadaran dalam jiwa hamba tentang berartinya nikmat hidup setelah ajal
menjemput.
Hamba sadar, hamba lebih banyak kufur atas segala karunia yang telah
Engkau karuniakan kepada hamba. Karunia usia yang tiap saat hamba lalui
tanpa memberi banyak makna. Nikmat jasad yang tiap saat hamba gunakan
dalam dosa. Nikmat harta yang tak pernah hamba syukuri dengan manisnya
sedekah. Nikmat kekuatan yang hamba sia-siakan. Ya Allah, kepada siapa
lagi hamba harus memanjatkan pinta jika bukan pada-Mu. Hamba sadar,
hanya Engkau-lah yang mampu mengabulkan doa hamba.
Ya Allah, sesungguhnya hamba meminta pilihan yang tepat kepada-Mu dengan
ilmu pengetahuan-Mu dan hamba memohon kekuasaan-Mu untuk mengatasi
persoalan hamba dengan kemahakuasaan-Mu. Hamba memohon kepada-Mu sesuatu
dari anugerah-Mu Yang Maha Agung. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
sedangkan hamba tiada berdaya. Engkau mengetahui, sedangkan hamba tidak
mengetahui dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib.
Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa apa yang telah hamba
rencanakan ini lebih baik dalam agama hamba, dan akibatnya terhadap diri
hamba, maka dekatkanlah ia untuk hamba, mudahkanlah jalannya, kemudian
berikanlah berkah. Akan tetapi, apabila Engkau mengetahui bahwa apa yang
hamba rencanakan ini lebih berbahaya bagi hamba dalamm agama,
kehidupan, dan akibatnya kepada diri hamba, maka jauhkan persoalan
tersebut dan jauhkan hamba daripadanya. Takdirkan kebaikan untukk hamba
di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah keridhoan-Mu kepada
hamba.
Ya Allah, Engkau Maha Pengasih. Hamba hanyalah hamba-Mu yang lemah, maka
adakah sikap yang lebih indah kecuali dengan menyerahkan semua urusan
hamba kepada-Mu. Ya, semuanya. Termasuk perjalanan cinta hamba. Selain
pada-Mu, izinkan hamba tak berlebih dalam mencintai. Ya Allah, berikan
cahaya pada jiwa hamba sehingga hamba bisa mencintai sesuatu hanya
karena-Mu dan ketika hamba harus membenci sesuatu, itupun juga
karena-Mu.
Ya Allah, hamba berharap dalam penantian ini Engkau pelihara hamba untuk
senantiasa mengidamkan hadirnya cinta sejati. Cinta yang tak perlu
hamba tunggu, tapi cinta yang tumbuh bersama doa hamba di malam yang
teduh. Cinta yang tak tersentuh oleh tangan dunia yang palsu. Cinta yang
selalu hadirkan petunjuk yang datang dari para malaikat. Cinta yang tak
akan pernah lekang oleh zaman yang kan terus melaju. Cinta yang tak
pernah habis oleh waktu.
Kontemplasi sepertiga malam
Redzone, 18042011_04:35
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.