ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

Bunga yang Cantik itu Kau, Saudariku...


"Harta yang paling berharga di dunia adalah wanita yang solehah." (H.R. Muslim)

Wanita ibarat bunga...
Cantik indahnya pada pandangan mata hanya sementara...
Yang kekal menjadi pujaan manusia, hanyalah wanita yang mulia akhlaknya...
Karena akhlaq wanita ibarat bunga...
Tiada guna berwajah cantik tetapi akhlaq buruk...
Tiada guna juga berwajah cantik tetapi hati kosong dari ilmu...

Ibarat bunga..
Ada yang cantik bila dipandang tetapi tidak enak baunya...
Ada pula yang kurang menarik dan baunya juga kurang menyenangkan...
Ada juga bunga yang tidak menarik pada pandangan mata kasar..
Tetapi bila dihalusi dengan mata hati, ternyata amat tinggi nilainya....

Wanita adalah makhluk Allah yang amat istimewa.
Kemuliaan dan keruntuhan sesuatu bangsa terletak di tangan wanita.
Allah telah menetapkan hukumNya atas mereka…
Karena itulah...

Sebagai anak, dia menjadi anak yang sholihah...
Sebagai remaja, dia akan menjadi remaja yang bersemangat...
Sebagai isteri, dia menjadi isteri yang menyenangkan dan menenangkan hati suaminya...
Sebagai ibu, dia akan mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang...
Dan pastinya sebagai hamba Allah, dia akan menjadi hamba yang tunduk dan menyerah diri hanya kepada-Nya.
Ayo Saudariku… mewangilah sampai ke SURGA!!!

Jakarta, 300410_02:19
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan April 2010 di blog sebelumnya

Aisya Avicenna
 

6,7 Triliun, Gudang, dan Monas


Begitu mendengar kata "Rp 6,7 Triliun" kemungkinan besar pikiran kita langsung mengasosiasikannya pada kasus bank Century. Tapi pernahkah kita bertanya dalam hati : Bagaimana sih wujudnya uang Rp 6,7 triliun tersebut? Trus apa hubungannya 6,7 Triliun, Gudang, dan Monas???
Berikut ini visualisasinya…

Sebuah kertas HVS Folio 80gram bisa "menampung" 7 lembar uang kertas pecahan 100ribu dengan menyisakan sedikit ruangan dengan panjang 6,5 cm dan lebar 3 cm. Jika mau akurat, 1 buah kertas HVS Folio bisa menampung 7,2 lembar uang kertas.


Dalam keadaan terpacking, 1 rim (500 lembar) kertas memiliki ukuran:
panjang x lebar x tinggi = 33 x 21,5 x 5,5 cm

Jika kita asumsikan tebal kertas yang sama, maka 1 rim kertas bisa menampung uang sebesar:
500 x 7,2 lembar uang = 3600 lembar uang = 3600 * Rp 100ribu = Rp 360.000.000,-
Jadi 1 rim kertas HVS Folio muat 360juta.

Lantas seberapa besarkah ukuran Rp 6,7 triliun jika ditumpuk dalam pecahan Rp 100 ribuan?
Jawabannya ada dalam hitungan sederhana:

seribu = 1.000
1 juta = 1.000.000
1 milyar = 1.000.000.000
1 triliun = 1 000 000 000 000

Rp 6,7 triliun / Rp 360 juta = 6.700.000.000.000 / 360.000.000
= 6.700.000.000.000 / 360.000.000
= 6.700.000 / 360
= 18.611,1111

Wow, ternyata uang Rp 6,7 triliun sebanding dengan 18 ribuan rim kertas HVS Folio. Jika diletakkan dalam sebuah gudang, tak terbayangkan berapa besarnya gudang tersebut.

Jika di tumpuk dengan ukuran 1 rim kertas HVS tadi, berapakah tingginya?
18.611, 1111 x 5,5cm = 102.361 cm = 1.023,61 meter
Wow, 1 km lebih!!!
Itu 7 kali lebih tinggi dari Monas.
Ck Ck Ck…
Jakarta, 270410_01:58
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan April 2010 di blog sebelumnya


Aisya Avicenna
 

Kecewa???


Ketika kita berharap banyak pada manusia, 
 bisa jadi kita akan banyak kecewa... 
berharaplah sebanyak-banyaknya pada Allah...
karena skenario Allah tak pernah mengecewakan
Jakarta, 280410_11:23
Aisya Avicenna

Tulisan ini diposting pada bulan April 2010 di blog sebelumnya


Aisya Avicenna
 

Ya Allah... Jangan Ambil Penglihatanku


Biasanya, habis Maghrib bisa pulang, tapi mendadak ada tugas yang harus dikerjakan dan diskusi sebentar dengan pimpinan, sehingga pukul 19.00-an baru keluar kantor. Pukul 19.30 sudah berada di dalam Kopaja 502 yang menuju daerah UKI. Meski hawa cukup panas, tapi saya tetap mengenakan jaket NHIC.. hmm, jaket baru hasil rampokan dari My Supertwin… 

 
Alhamdulillah, kali ini dapat tempat duduk. Di depan saya duduk dua orang nenek. Saat sampai di terminal Kampung Melayu, Kopaja 502 itu menurunkan beberapa orang penumpang. Lantas melaju lagi menuju UKI. Ternyata, kedua nenek di depan saya seharusnya juga turun di terminal Kampung Melayu. Sang nenek pertama berteriak “Turun bang!”. Sang kondektur mendengarnya… Dia mengetok koin di kaca Kopaja. Kopaja berhenti. Dengan berjalan pelan, kedua nenek itu berjalan menuju pintu keluar. Butuh waktu cukup lama. Hmm, beberapa penumpang bersungut-sungut dan ada yang mengumpat. Astaghfirullah… padahal suatu saat nanti mereka juga akan mengalami masa tua seperti nenek-nenek itu kan???


Setelah kedua nenek itu turun, tiba-tiba, seorang Bapak yang duduk di depan kedua nenek tadi berdiri. Bapak tua itu memegang tongkat panjang. Ternyata bapak itu buta. Beliau bertanya dengan suara agak keras, “Kampung Melayu ya?”. Beberapa penumpang menjawab, “Iya Pak!”. Kondektur tahu kalau Bapak itu mau turun, sejurus kemudian dia mengetok koin di kaca Kopaja Kopaja berhenti tiba-tiba. Bapak itu bergeser dari tempat duduknya dan hendak turun… “Huuu…” beberapa penumpang mungkin merasa kesal. Astaghfirullah!!!!!!!!!!!!!! Kenapa mereka tidak berpikir jika mereka berada dalam kondisi seperti Bapak itu ya??? Alhamdulillah, Bapak itu berhasil turun dari Kopaja atas bantuan kondektur yang menuntunnya. Saya pun merenung dan teringat dengan sebuah nasyidnya Tazakka…


Jangan Ambil Penglihatanku
Indahnya dunia dapatku memandangnya
Syukur tlah kau beri penglihatanku ini…
Walaupun terkadang dosa mengundang mata
Trus merasukiku untuk melupakanMu…
Mengganti kaji ayatMu dengan dosa kesenangan sementara…
Ku memohon kepadaMu
Jangan ambil penglihatanku
Hitam, kelam, hanya gelap yang akan kupandang
Untuk yang kesekian kali
Berikan kesempatan lagi
Masih ingin aku melihat kebesaranMu
Allah … jangan ambil penglihatanku…

Jakarta, 280410_06:05
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan April 2010 di blog sebelumnya


Aisya Avicenna
 

Dari Stasiun Jatinegara ke... Oh No!!!


Senin, 26 April 2010.. hari yang istimewa!!!
Pukul 17.00 alhamdulillah sudah keluar kantor.. Karena ba’da Maghrib harus mengantar Keisya Avicenna (my supertwin) ke stasiun Jatinegara. Hmm, Kopaja 502 yang Aisya tumpangi penuh sesak. Jalanan macet. Sehingga saat adzan Maghrib berkumandang, Aisya baru tiba di kost. Keisya sudah menantikan kedatangannya. Setelah sholat maghrib dan makan nasi sebungkus berdua (kompak banget!! :D), Aisya dan Keisya menuju Stasiun Jatinegara. Alhamdulillah, dapat tiket kereta Senja Utama jurusan Solo. Saat itu masih ada waktu sekitar satu jam, karena kereta baru datang jam 20.27. Aisya dan Keisya duduk di emperan stasiun.. hehe… memanfaatkan waktu dengan muraja’ah… Sekitar pukul 20.30, kereta datang. Perpisahan pun terjadi… Keisya naik gerbong 8 kereta Senja Utama itu… Setelah kereta meninggalkan stasiun Jatinegara, Aisya keluar stasiun untuk pulang kembali ke kostnya di daerah Otista (kampus STIS).

 
Saat keluar dari stasiun, puluhan tukang ojek dan sopir bajaj meneriakinya... “Aisya! Aisya!”… hehe, bukan gitu ding teriaknya. Intinya pada menawarkan jasa, tapi maaaaaaaff ya Pak, Aisya milih naik angkot saja! Hmm, jalan raya depan stasiun Jatinegara ramai sekali malam itu. Jadi ingat jargon Aisya tinggal di Jakarta… harus bisa BBM (Berani, Berlari, dan Melompat). Hmm, sebenarnya banyak sih interpretasi dari BBM itu. Salah satunya waktu nyebrang jalan di Jakarta, kalau tidak berani dan gesit berlari… ga akan bisa nyebrang-nyebrang.. atau bisa juga malah “dicium” angkot!!! Hmmm… akhirnya, setelah lari-lari, Aisya berhasil nyebrang dan naik angkot 06A menuju Kampung Melayu.
Selang sekitar 10 menit, ketika angkot 06 A itu berputar di depan kawasan bank Muamalat, Jatinegara… kok malah menuju ke arah timur, kalau ke Kampung Melayu kan seharusnya ke Selatan. 


Aisya mulai curiga… dan ternyata benar!!! Angkot 06 A itu tidak ke Kampung Melayu…ehhhh… malah lewat di Stasiun Jatinegara lagi. Gubrakk!!! Dari Stasiun Jatinegara ke Stasiun Jatinegara lagi dung!!! Padahal tanggal 25 April lalu, saat menjemput Keisya di Stasiun Jatinegara, Aisya dan Keisya juga naik 06A dan lewat Kampung Melayu juga… hehehe, Aisya geli dan tertawa dalam hati atas kisah konyolnya malam itu. Hmm, tapi ada hikmahnya juga kok! Bisa keliling Jatinegara dan nambah hafalan satu ayat.. ^^

Aisya lantas naik angkot 31 dan menuju terminal Kampung Melayu. Sampai di sana ganti angkot 16 menuju Otista.. Wahhh, ternyata di dalamnya ada sosok asing yang bergelar ikhwan!!!
Penumpangnya cuma bertiga. Ada seorang bapak lagi. Tapi Bapak itu keburu turun, dan meninggalkan kami di dalam angkot itu... tapi alhamdulillah, tempat tujuan Aisya sudah dekat, jadi tidak perlu berlama-lama ‘berkhalwat’ dengan ikhwan itu… hehe!!!
Setelah menyusuri gang-gang sempit dalam pekatnya malam, uji nyali nih! Pukul 21:07 akhirnya Aisya sampai juga di kostnya….ALHAMDULILLAH!!!!

Jakarta, 280410_03:33
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan April 2010 di blog sebelumnya


Aisya Avicenna