 |
~Pak Rasyid-Bang Pi'i-Mbak Angel-Aku-Nita-Mas Morris~ |
Selasa, 27 Juli 2010. Menjelang pukul 00.00 baru selesai packing.
Baju-baju yang direncanakan cukup dipakai selama seminggu sudah masuk ke
dalam trolly bag (pinjeman.. hehe..). Aku putuskan untuk tidur sejenak
karena kantuk sudah akut menyerang. Alarm HP aku pasang jam 02.00.
Pikirku tidur 2 jam sudah cukup lah untuk meredam rasa kantuk ini.
Selang berapa lama, HP begitu aktif bergetar. Hah? sekitar 23 misscalled
dari Ibuk plus SMS yang isinya membangunkanku! Dan 5 misscalled dari
Nita. Ternyata HPku tertindih bantal, sehingga aku gak mendengar
deringannya. Aku melongok ke jam Annida-ku, hiyaaaa jam 03.30. Padahal :
1.Rencananya Nita akan menjemputku dengan taksi jam 03.15
2.Aku janjian dengan seorang tukang becak yang akan mengantarkanku ke Otista Raya jam 03.00.
Bangun tidur aku SMS ibuk, memberitahukan bahwa aku baru bangun dan
tentunya memohon doa agar aku tidak terlambat ke bandara. Saat beranjak
mau ke kamar mandi, badanku limbung. Sempoyongan! Hiyaaaa... Meski pada
akhirnya aku kelar siap-siap juga! Sudah jam 04.00. Harus segera ke
bandara. Nita SMS kalau dia sudah sampai bandara dan sudah menunggu di
pintu masuk.
Aku segera keluar kos dengan menenteng trolly bag yang lumayan besar
itu. Tak lupa sebelumnya berdoa agar Allah memudahkan ekspedisiku kali
ini. Aku menuju pangkalan abang becak, berharap (sebut saja Pak Slamet)
yang janjian denganku semalam masih mangkal. Wah, jalanan sepi, tapi
harus tetap memberanikan diri. Pangkalan becak juga sepi. Aku
ketuk-ketuk pintu rumah yang menurutku sebagai lapak tidur mereka.
Terbukalah pintu rumah itu, dan keluarlah seorang bapak berwajah garang
dan berbadan tinggi. Aku ceritakan maksud kedatanganku. Beliau bilang
kalau Pak Slamet tidak di tempat. Akhirnya Pak jauhari (nama Bapak itu)
bersedia mengantarku ke depan STIS dengan becaknya. Sampai di depan STIS
beliau juga membantuku mencarikan taksi. Subhanallah, pertolongan Allah
memang sangat dekat.
Taksi pun melaju menuju Bandara Soekarno Hatta. Penerbangan ke Surabaya
pukul 06.00. Sampai di bandara, teman-teman TIM Verifikasi Gresik sudah
menunggu. Kami berenam, aku, Mbak Angel, Nita, Bang Pi’i, Mas Moris, dan
Pak Rasyid. Alhamdulillah, kedatanganku juga nggak terlalu terlambat
kok dan akhirnya bisa check-in tepat waktu bahkan bisa foto-foto dulu
sebelum berangkat. Subhanallah, hujan turun, pesawat kami delay sampai
cuaca kembali kondusif.
Sekitar pukul 06.30, pesawat tinggal landas dari bandara Soekarno-Hatta
menuju Juanda, Surabaya. Subhanallah, sampai di atas bisa melihat
kerajaan awan yang begitu indah. Karena penerbangannya sekitar 55-an
menit, aku putuskan untuk membaca buku tentang Ramadhan. Ya, kala itu
memang masa-masa menjelang Ramadhan.
Sekitar pukul 07.30, alhamdulillah, kami mendarat dengan selamat di
Bandara Juanda. Kami langsung dijemput oleh mobil jemputan + sopir
tentunya. Awalnya kita mau ke Dinas Perindag Surabaya dulu, tapi
berhubung kita harus verifikasi ke Gresik, jadinya kami langsung
meluncur ke Gresik. Kami mampir dulu ke sebuah warung prasmanan untuk
sarapan. Setelah itu, BEKERJA!!! Kami harus mengunjungi puluhan
perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir (API) di kawasan Gresik yang
sudah didata. Kami harus melakukan verifikasi kelengkapan data pada
setiap perusahaan tersebut. Berhubung kami ada 6 (enam) orang, tim
dibagi menjadi 3 kelompok. Kadang aku dengan Mbak Angel, kadang dengan
Pak Rasyid, kadang dengan Bang Pi’i. Wah, pokoknya seru.
Hari pertama kami menginap di hotel yang terletak di Gresik. Pada hari
berikutnya, kami pindah hotel di pusat kota Surabaya. Singkat cerita,
setelah semua perusahaan kami verifikasi, kami berkesempatan untuk ke
Pulau Madura. Uhuy, akhirnya impian untuk melintas di jembatan Suramadu
terwujud sudah! Tak lupa kami beli oleh-oleh dan cenderamata. Secara
keseluruhan, kisah verifikasi ini cukup menyenangkan. Menjadi pengalaman
berharga dalam hidup. Beruntung juga satu tim dengan orang-orang yang
luar biasa. Mbak Angel yang pemberani. Nita yang ceria. Bang Pi'i yang
humoris. Pak Rasyid yang bijak. Apalagi bersama Mas Morris yang kreatif,
karena kami memakai handy talky (HT) selama menjalankan misi. Mantap!
Hari Jumatnya, menjadi hari terakhir kami di Surabaya. Nah, ini kisah
yang paling menggelitik dan seru. Pukul 15.00 adalah jadwal keretaku
yang mau ke Solo. Sementara teman-teman balik ke Jakarta, aku memutuskan
untuk pulang ke Wonogiri dengan transit dulu di Solo. Pukul 14.00 kami
baru selesai makan dan segera menuju stasiun. Tak disangka ternyata
macetnya luar biasa. Pukul 14.45, kami masih harus melewati dua tikungan
jalan sebelum sampai di stasiun. Akhirnya Mas Moris berinisiatif untuk
mengajakku jalan kaki saja ke stasiun. Waktu terus berjalan. Mas Moris
segera keluar dari mobil dan mengambil trolly bag-ku di bagasi. Dia
memanggul trolly bag yang luar biasa beratnya itu dan berlari menuju
stasiun. Aku pun berlari mengikutinya. Bayangkan saudara-saudara!!! Saat
macet, ada 2 orang berlarian menuju stasiun, yang satu manggul trolly
bag, yang satunya mengejar di belakang sambil ngos-ngosan. Waduh, Mas
Morris larinya cepat sekali. Sampai di tikungan pertama aku sudah tidak
sanggup mengejarnya.
Aku berhenti saja, untungnya sudah tidak begitu macet . Mobil
tumpanganku datang, Mbak Angel membukakan pintu, aku bergegas masuk dan
kami segera meluncur ke stasiun. Kami masih sempat berkomunikasi via HT
dengan Mas Morris. Tet!!! Sudah pukul 15.00. Setelah sampai di stasiun,
kami segera menghambur keluar mobil dan berlari menuju pintu masuk.
Hiyaaaa, banyak orang yang turut menyemangati kami. Mas Morris sudah
sampai dan meletakkan trolly bag-ku di pintu masuk. Kami pun berpisah di
situ. Setelah menunjukkan tiket, aku masuk. Wah, sudah ada pengumuman
kereta akan segera diberangkatkan. Masya Allah, trolly bag-ku berat
sekali. Kalau ditarik pun akan memakan waktu lama. Akhirnya aku meminta
tolong pada seorang cleaning service untuk membawakan trolly bag-ku.
Tepat saat aku dan trolly bag-ku naik ke gerbong, kereta pun berjalan.
Aku tak sempat memberi imbalan pada cleaning service yang membawakan
trolly bag-ku tadi karena dia hanya meletakkannya kemudian bergegas
pergi. Ya Allah, balaslah kebaikannya.... aamiin... Sampai di kursiku,
aku bernafas lega dan menangis haru dalam kedalaman syukur! Sungguh
pengalaman yang sangat berharga...
Hmm, itu pengalamanku setahun yang lalu. Dan kemarin, saat habis Maghrib
ada banyak pesan BBM yang masuk dengan tulisan yang sama.
“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Telah berpulang ke rahmatullah,
Bapak Rasyid (Staf TU) Direktorat Impor pada hari ini.. Semoga amal dan
ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT”.
Degh! Aku kaget luar biasa! Ternyata Pak Rasyid sakit paru-paru basah.
Beliau meninggal di RSCM setelah mendapat perawatan intensif. Teringat
jelas saat-saat berpetualang bersama beliau dalam verifikasi di Gresik
dan Surabaya tersebut. Meski sudah berusia lanjut, tapi beliau begitu
bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan. Beliau sering melakukan
hal-hal yang tak terduga. Salah 1 contohnya saat suatu pagi beliau
mengetuk pintu kamar hotel kami dan mengantarkan nasi pecel yang enaknya
luar biasa. Saat di kantor, beliau juga sering memberi nasihat padaku.
Beliau juga sosok yang ceria dan murah senyum. Ahh... Ya Allah, beliau
begitu baik! Dan kini Engkau telah memanggilnya. Kematian memang membuat
kita belajar, bahwa hadirnya pasti tapi waktunya tak terduga. Ternyata
Pak Rasyid tidak bisa menjalankan Ramadhan tahun ini dan Ramadhan tahun
kemarin menjadi Ramadhan terakhir bagi beliau. Hmm, ini menjadi renungan
juga buat kita bersama. Selamat jalan, Pak Rasyid (kalau di kantor,
kami sering memanggilnya “Pak Ocid”)... insya Allah, semoga amalan dan
ibadahnya diterima Allah SWT... aamiin yaa Rabbal ‘alaamiin...
Setiap manusia pasti kan merasakan maut
Kapan ajal kan menjemput, tiada yang tahu
Allah lah pencipta kita
Pengurus kita semua
Dialah yang menentukan akan takdir kita semua
Kehidupan kita... kematian kita...
Bandung, 28 Juli 2011
Aisya Avicenna

1. Syahrun Azhim (Bulan Yang Agung)
Azhim adalah nama dan sifat Allah Ta’ala. Namun juga digunakan untuk
menunjukkan kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan sesuatu. Sesuatu
yang diagungkan Nabi tentulah memiliki nilai yang jauh lebih besar dan
sangat mulia dengan sesuatu yang diagungkan oleh manusia biasa. Alasan
mengagungkan bulan Ramadhan adalah karena Allah juga mengagungkan bulan
ini. Firman Allah, “Waman yu’azhim sya’iirillah fa-innahha mintaqwal
quluub, barangsiapa mengagungkan syiar-syiar agama Allah, maka itu
datang dari hati yang bertakwa.”
Diagungkan Allah karena pada bulan inilah Allah mewajibkan puasa sebagai
salah satu dari lima rukun Islam. Allah Yang Maha Pemurah Penyayang
menetapkan dan mensucikan bulan ini kemudian memberikan segala
kemurahan, kasih sayang, dan kemudahan bagi hamba-hamba yang ingin
mendekatkan diri kepada-Nya.
2. Syahrul Mubarak
Bulan ini penuh berkah, berdayaguna dan berhasil guna, bermanfaat secara
maksimal. Detik demi detik di bulan suci ini bagaikan rangkaian berlian
yang sangat berharga bagi orang beriman. Pasalnya semua perbuatan kita
di saat berpuasa menjadi ibadah berpahala yang balasannya langsung dari
Allah. Amal baik sekecil apapun nilainya dilipatgandakan sehingga kita
menjadi puas dalam melakukannya. Keberkahan yang Allah berikandi bulan
Ramadhan ini akan optimal jika kita mengelola waktu pendekatan diri
kepada Allah sebagaimana arahan Rasulullah saw.
3. Syahru Nuzulul Qur’an
Allah mengistimewakan Ramadhan sekaligus menyediakan target terbesar,
yaitu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Simaklah firman Allah
dalam rangkaian ayat puasa, “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di
dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan
bagi petunjuk, dan furqan (pembeda).” (Al-Baqarah: 185)
Ayat di atas menjelaskan bahwa target utama amaliyah Ramadhan membentuk
insan takwa yang menjadikan Kitabullah sebagai manhajul hayat (pedoman
hidup). Dapat dikatakan bahwa Ramadhan tidak dapat dipisahkan dengan
Al-Qur’an. Rasulullah saw. mendapatkan wahyu pertama pada bulan Ramadhan
dan di setiap bulan Ramadhan Malaikat Jibril datang sampai dua kali
untuk menguji hafalan dan pemahaman Rasulullah saw. terhadap Al-Qur’an.
Bagi ummat Muhammad, ada jaminan bahwa Al-Qur’an kembali nuzul ke dalam
jiwa mereka manakala mengikuti program Ramadhan dengan benar.
4. Syahrus ShiyamPada Bulan Ramadhan dari awal hingga
akhir kita menegakkan satu dari 5 rukun (tiang) Islam yang sangat
penting, yaitu shaum (puasa). Kewajiban puasa sebagaimana kewajiban
ibadah shalat 5 waktu. Maka sebulan penuh seorang muslim
mengkonsentrasikan diri untuk ibadah sebagaimana dia mendirikan shalat
Subuh atau Maghrib yang memakan waktu beberapa menit saja. Puasa
Ramadhan dilakukan tiap hari dari terbit fajar hingga terbenam matahari
(Magrib). Tidak cukup menilai dari yang membatalkannya seperti makan dan
minum atau berhubungan suami-istri di siang hari saja, tetapi wajib
membangun akhlaqul karimah, meninggalkan perbuatan maksiat dan yang
makruh (yang dibenci Allah).
5. Syahrul Qiyam
Bulan Ramadhan menggairahkan umat Islam untuk menjalankan amalan
orang-orang saleh seperti sholat tahajjud dan membaca Al-Qur’an dengan
benar di dalam shalat malamnya. Di Bulan Ramadhan Kitabullah
mengisyaratkan bahwa untuk mendapatkan ketinggian derajatnya setiap
mukmin sangat dianjurkan shalat tarawih dan witir agar di luar Ramadhan
dia bisa terbiasa mengamalkan qiyamullail.
6. Syahrus Sabr (bulan sabar)
Bulan Ramadhan melatih jiwa muslim untuk senantiasa sabar tidak mengeluh
dan tahan uji. Sabar adalah kekuatan jiwa dari segala bentuk kelemahan
mental, spiritual dan operasional. Orang bersabar akan bersama Allah
sedangkan balasan orang-orang yang sabar adalah surga.
Sabar lahir bersama dengan segala bentuk kerja besar yang beresiko
seperti dalam dakwah dan jihad fi sabilillah. Ramadhan melatih muslim
beramal islami dalam berjamaah untuk meninggikan kalimat Allah.
7. Syahrul Musawwah (Bulan Santunan)
Ramadhan menjadi bulan santunan manakala orang-orang beriman sadar
sepenuhnya bahwa puasanya mendidik mereka untuk memiliki empati kepada
fakir miskin karena merasakan lapar dan haus sebagaimana yang mereka
rasakan. Karena itu kaum muslimin selayaknya menjadi pemurah dan
dermawan. Memberi dan berbagi harus menjadi watak yang ditanamkan.
Segala amal yang berkaitan dengan amwal (harta) seperti zakat fitrah
sedekah, infak, wakaf, dan sebagainya, bahkan zakat harta pun sebaiknya
dilakukan di bulan yang mulia ini. Memberi meskipun kecil, bernilai
besar di sisi Allah. Siapa yang memberi makan minum pada orang yang
berpuasa meskipun hanya seteguk air, berpahala puasa seperti yang
diperoleh orang yang berpuasa.
8. Syahrul Yuzdaadu fiihi Rizqul Mu’min
Bulan ini rezeki orang-orang beriman bertambah karena segala kemudahan
dibuka oleh Allah seluas-luasnya. Para pedagang akan beruntung, orang
yang jadi pegawai dapat kelebihan pendapatan dan sebagainya. Namun
rezeki terbesar adalah hidayah Allah kemudian hikmah dan ilmu yang
begitu mudah diperoleh di bulan mulia ini.
Menarik
dan menghembuskan nafas sedalam-dalamnya tatkala diri ini merenungkan
kembali rentetan peristiwa yang terjadi dalam dua bulan terakhir.
Peristiwa yang membuat keterkejutan tersendiri, hingga mata tak kuasa
membendung buliran bening yang memaksa untuk tumpah. Terlebih saat
sujud-sujud panjang di atas sajadah merah kala memaparkan segalanya pada
Sang Maha Kuasa.
Peristiwa dengan TEMA serupa, hanya terjadi dalam kisah dan lakon yang
berbeda. Ah, memang benar! Jalan menuju kebaikan memang tidak mudah. Ada
yang kan menjadi rintangan sebagai teman perjalanan. Tapi terus
yakinkan diri, bahwa Allah telah siapkan kemudahan di balik kesulitan.
Kuncinya adalah terus memposting kesabaran dalam menjalani liku-liku
kehidupan.
Hmm, ada apa sih? Tak akan saya ceritakan di sini, mungkin lain waktu
akan saya kisahkan dalam cerpen atau bentuk tulisan lainnya yang semoga
menjadi inspirasi bagi yang membaca. Saya menangis bukan karena sedih,
tapi lebih kepada bentuk penyesalan atas kekhilafan diri sekaligus
sebagai bentuk kesyukuran atas kasih sayang-Nya.
"Tak semua orang mengalami apa yang kau alami. Inilah cara Allah
membuatmu semakin kuat menjejak bumi". Begitulah komentar seorang
sahabat saya saat kisah yang saya alami tersebut saya ceritakan padanya.
Hmm, benar juga! Kan Allah sudah memberi garansi pada setiap hambaNya
bahwa Dia tidak akan menimpakan sesuatu di luar batas kemampuan sang
hamba.
Nah, ketika saya harus melakoni kisah tersebut, berarti saya pun harus
yakin bahwa saya bisa melewatinya. Bisa jadi ini juga sebagai bagian
dari UJIAN yang Allah berikan agar saya NAIK KELAS. Aamiin Yaa Rabb...
Tapi di balik "kisah luar biasa" ini, pada dua bulan terakhir ini saya
pun diberikan banyak kisah yang juga sangat menyenangkan. Beberapa
impian menjadi kenyataan. Tapi afwan, belum sempat diposting di blog.
Masih sibuk dengan kuliah + ujian... Sebenarnya inipun tidak pantas
untuk dijadikan dalih, mmm... mungkin sebaiknya memang kembali membenahi
manajemen waktunya sehingga bisa tetap produktif untuk menulis meski
kesibukan kuliah lebih mendominasi. So, koreksi diri! Muhasabah! Lakukan
perbaikan!
Renungan pagi
Bandung, 21 Juli 2011
Aisya Avicenna
Asal Penamaan
Nama Sya’ban diambil dari kata: sya’bun, yang artinya kelompok atau
golongan. Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan ini masyarakat jahiliyah
berpencar mencari air. Ada juga yang mengatakan, mereka berpencar
menjadi beberapa kelompok untuk melakukan peperangan. (Lisanul ‘Arab ).
Al-Munawi mengatakan: “Bulan rajab menurut masyarakat jahiliyah adalah
bulan mulia, sehingga mereka tidak melakukan peperangan. Ketika masuk
bulan sya’ban, bereka berpencar ke berbagai peperangan.” (at-Tauqif
a’laa Muhimmatit Ta’arif, hal. 431)
Hadits Shahih Seputar Sya’ban
1. Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan: Terkadang Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakana,
‘Beliau tidak pernah tidak puasa’. Dan terkadang beliau tidak puasa
terus hingga kami katakan, ‘Beliau tidak melakukan puasa’. Dan saya
tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan
penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau
berpuasa yang lebih sering dari pada ketika di bulan Sya’ban. (HR. Al
Bukhari & Mulim)
2. A’isyah mengatakan: Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban.
Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh. (HR. Al Bukhari
& Mulim)
3. A’isyah mengatakan: Saya pernah memiliki hutanng puasa Ramadhan. Dan
saya tidak mampu melunasinya kecuali di bulan Sya’ban. (HR. Al Bukhari
& Mulim)
4. A’isyah mengatakan: Bulan yang paling disukai Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk melaksanakan puasa adalah bulan Sya’ban,
kemudian beliau lanjutkan dengan puasa Ramadhan. (HR. Ahmad, Abu Daud,
An Nasa’i dan sanadnya dishahihkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
5. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Jika sudah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah
berpuasa.” (HR. Abu Daud, At Turmudzi, Ibn Majah, dan dishahihkan Al
Albani)
6. Ummu Salamah radhiallahu ‘anha mengatakan: Saya belum pernah melihat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut
selain di bulan Sya’ban dan Ramadhan. (HR. An Nasa’i, Abu Daud, At
Turmudzi dan dishahihkan Al Albani)
7. Dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya: Wahai Rasulullah, saya belum
pernah melihat anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana anda berpuasa
di bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ini
adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan
Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta
alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi
berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al
Albani)
8. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa
sehari atau dua hari. Kecuali orang yang sudah terbiasa puasa sunnah,
maka silahkan dia melaksanakannya.” (HR. Al Bukhari & Muslim)
9. Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan
Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluqnya, kecuali orang musyrik dan
orang yang bermusuhan” (HR. Ibn Majah, At Thabrani, dan dishahihkan Al
Albani)
Hadits Dhaif Seputar Sya’ban
1. Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya: Puasa sunnah apakah yang paling utama setelah Ramadhan?
Beliau bersabda: “Sya’ban, dalam rangka mengagungkan Ramadhan…” (HR. At
Turmudzi dari jalur Shadaqah bin Musa. Perawi ini disebutkan oleh Ad
Dzahabi dalam Ad Dhu’afa, beliau mengatakan: Para ulama mendhaifkannya.
Hadits ini juga didhaifkan Al Albani dalam Al Irwa.)
2. Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengtakan: Suatu malam, saya
kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya cari keluar,
ternyata beliau di Baqi’….Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah tabaraka
wa ta’ala turun pada malam pertengahan bulan Sya’ban ke langit dunia.
Kemudian Dia mengampuni dosa yang lebih banyak dari pada jumlah bulu
kambingnya suku Kalb.” (HR. Ahmad, At Turmudzi, dan didhaifkan Imam Al
Bukhari & Syaikh Al Albani)
3. Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Jika masuk malam pertengahan bulan Sya’ban maka
shalat-lah di siang harinya. Karena Allah turun ke langit dunia ketika
matahari terbenam. Dia berfirman: Mana orang yang meminta ampunan, pasti
Aku ampuni, siapa yang minta rizki, pasti Aku beri rizki, siapa….
sampai terbit fajar.” (HR. Ibn Majah. Di dalam sanadnya terdapat Ibn Abi
Subrah. Ibn Hajar mengatakan: Para ulama menuduh beliau sebagai pemalsu
hadits. Hadits ini juga didhaifkan Syaikh Al Albani)
4. Hadits: Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan
Ramadhan adalah bulan umatku. (Riwayat Abu Bakr An Naqasy. Al Hafidz
Abul Fadhl Muhammad bin Nashir mengatakan: An Naqasy adalah pemalsu
hadits, pendusta. Ibnul Jauzi, As Shaghani, dan As Suyuthi menyebut
hadits ini dengan hadits maudlu’)
5. Hadits: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil: Hai Ali, siapa
yang shalat seratus rakaat di malam pertengahan bulan Sya’ban, di setiap
rakaat membaca Al Fatihah dan surat Al Ikhlas sepuluh kali. Siapa saja
yang melaksanakan shalat ini, pasti Allah akan penuhi kebutuhannya yang
dia inginkan ketika malam itu…. (Hadits palsu, sebagaimana keterangan
Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/127 – 128, As Suyuthi dalam Al-Lali’
Al Mashnu’ah, 2/57 – 59, dan ulama pakar hadits lainnya )
6. Hadits: Siapa yang melaksanakan shalat pada pertengahan bulan Sya’ban
dua belas rakaat, di setiap rakaat dia membaca surat Al Ikhlas tiga
kali maka sebelum selesai shalat, dia akan melihat tempatnya di surga.
(Hadits palsu, disebutkan Ibnul Jauzi dalam Al Maudhu’at, 2/129 Ibnul
Qoyim dalam Manarul Munif, hal. 99, dan dinyatakan palsu oleh pakar
hadits lainnya)
Amalan Sunnah di Bulan Sya’ban
Pertama, memperbanyak puasa sunnah selama bulan Sya’ban
Ada banyak dalil yang menunjukkan dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan sya’ban. Diantara hadits tersebut adalah:
Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan: Terkadang Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakana,
‘Beliau tidak pernah tidak puasa’. Dan terkadang beliau tidak puasa
terus hingga kami katakan, ‘Beliau tidak melakukan puasa’. Dan saya
tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan
penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau
berpuasa yang lebih sering dari pada ketika di bulan Sya’ban. (HR. Al
Bukhari & Mulim)
A’isyah juga mengatakan: Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban.
Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh. (HR. Al Bukhari
& Muslim)
Hadits-hadits di atas merupakan dalil keutamaan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, melebihi puasa di bulan lainnya.
Ulama berselisih pendapat tentang hikmah dianjurkannya memperbanyak
puasa di bulan Sya’ban, mengingat adanya banyak riwayat tentang puasa
ini. Pendapat yang paling kuat adalah keterangan yang sesuai dengan
hadits dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya: Wahai Rasulullah, saya
belum pernah melihat anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana anda
berpuasa di bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara
Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju
Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam
kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh
Al Albani)
Kedua, memperbanyak ibadah di malam nishfu Sya’ban
Ulama berselisish pendapat tentang status keutamaan malam nishfu
Sya’ban. Setidaknya ada dua pendapat yang saling bertolak belakang dalam
masalah ini. Berikut keterangannya:
Pendapat pertama, tidak ada keuatamaan khusus untuk malam nishfu
Sya’ban. Statusnya sama dengan malam-malam biasa lainnya. Mereka
menyatakan bahwa semua dalil yang menyebutkan keutamaan malam nishfu
Sya’ban adalah hadits lemah. Al Hafidz Abu Syamah mengatakan: Al Hafidz
Abul Khithab bin Dihyah – dalam kitabnya tentang bulan Sya’ban –
mengatakan: “Para ulama ahli hadits dan kritik perawi mengatakan: Tidak
terdapat satupun hadits shahih yang menyebutkan keutamaan malam nishfu
Sya’ban.” (Al Ba’its ‘ala Inkaril Bida’, hal. 33).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz juga mengingkari adanya keutamaan bulan
Sya’ban dan nishfu Saya’ban. Beliau mengatakan: “Terdapat beberapa
hadits dhaif tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban, yang tidak boleh
dijadikan landasan. Adapun hadits yang menyebutkan keutamaan shalat di
malam nishfu Sya’ban, semuanya statusnya palsu, sebagaimana keterangan
para ulama (pakar hadits).” (At Tahdzir min Al Bida’, hal. 11)
Pendapat kedua, ada keutamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban.
Pendapat ini berdasarkan hadits shahih dari Abu Musa Al Asy’ari
radhiallahu ‘anhu, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia
mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang
bermusuhan” (HR. Ibn Majah, At Thabrani, dan dishahihkan Al Albani).
Setelah menyebutkan beberapa waktu yang utama, Syaikhul Islam
mengatakan: ….Pendapat yang dipegangi mayoritas ulama dan kebanyakan
ulama dalam madzhab hambali adalah meyakini adanya keutamaan malam
nishfu Sya’ban. Ini juga sesuai keterangan Imam Ahmad. Mengingat adanya
banyak hadits yang terkait masalah ini, serta dibenarkan oleh berbagai
riwayat dari para sahabat dan tabi’in…(Majmu’ Fatawa, 23/123)
Ibn Rajab mengatakan: Terkait malam nishfu Sya’ban, dulu para tabi’in
penduduk Syam, seperti Khalid bin Ma’dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan
beberapa tabi’in lainnya, mereka memuliakannya dan bersungguh-sungguh
dalam beribadah di malam itu…(Lathaiful Ma’arif, hal. 247).
Kesimpulan:
Dari keterangan di atas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan:
1. Nishfu Sya’ban termasuk malam yang memiliki keutamaan. Hal ini
berdasarkan hadits yang telah disebutkan. Meskipun sebagian ulama
menyebut hadits ini hadits yang dhaif, namun insyaAllah yang lebih kuat
adalah penilaiannya Syaikh Al Albani bahwa hadits tersebut statusnya
shahih.
2. Tidak ditemukan satupun riwayat yang menganjurkan amalan tertentu
ketika nishfu Sya’ban. Baik berupa puasa atau shalat. Hadits di atas
hanya menunjukkan bahwa Allah mengampuni semua hamba-Nya di malam nishfu
sya’ban, kecuali dua jenis manusia yang disebutkan dalam hadits
tersebut.
3. Ulama berselisih pendapat tentang apakah dianjurkan menghidupkan
malam nishfu Sya’ban dengan banyak beribadah. Sebagian ulama
menganjurkan, seperti sikap beberapa ulama Tabi’in yang
bersungguh-sungguh dalam ibadah. Sebagian yang lain menganggap bahwa
mengkhususkan malam nishfu Sya’ban untuk beribadah adalah bid’ah.
4. Ulama yang membolehkan memperbanyak amal di malam nishfu Sya’ban,
mereka menegaskan bahwa tidak boleh mengadakan acara khusus, atau ibadah
tertentu, baik secara berjamaah maupun sendirian di malam ini. Karena
tidak ada amalan sunnah khusus di malam nishfu Sya’ban. Sehingga,
menurut pendapat ini, seseorang dibolehkan memperbanyak ibadah secara
mutlak, apapun bentuk ibadahnya.
Amalan Bid’ah di Bulan Sya’ban
Ada banyak bid’ah yang digelar ketika bulan Sya’ban. Umumnya kegiatan
bid’ah ini didasari hadits-hadits dhaif yang banyak tersebar di
masyarakat. Terutama terkait dengan amalan nishfu sya’ban. Berikut
adalah beberapa kegiatan bid’ah yang sering dilakukan di bulan Sya’ban:
Pertama, Shalat sunnah berjamaah atau mengadakan kegiatan ibadah khusus di malam nishfu sya’ban
Terdapat hadits shahih yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban,
namun tidak ditemukan satupun hadits shahih yang menyebutkan amalan
tertentu di bulan Sya’ban. Oleh karena itu, para ulama menegaskan
terlarangnya mengkhususkan malam nishfu Sya’ban untuk melaksanakan
ibadah tertentu.
Kedua, Shalat Alfiyah
Manusia pertama yang membuat bid’ah shalat Alfiyah di malam nishfu
Sya’ban adalah seseorang yang bernama Ibn Abil Hamra’, yang berasal dari
daerah Nablis, Palestina. Dia datang ke Baitul Maqdis pada tahun 448 H.
Dia memiliki suara bacaan Al Qur’an yang sangat merdu. Ketika malam
nishfu Sya’ban, dia shalat dan diikuti oleh seseorang di belakangnya
sebagai makmum. Kemudian makmum bertambah tiga, empat,..hingga sampai
selesai shalat jumlah mereka sudah menjadi jamaah yang sangat banyak.
Kemudian di tahun berikutnya, dia melaksanakan shalat yang sama bersama
jamaah yang sangat banyak. Kemudian tersebar di berbagai masjid, hingga
dilaksanakan di rumah-rumah, akhirnya jadilah seperti amalan sunnah. (At
Tahdzir Minal Bida’, karya At Turthusyi, hal. 121 – 122).
Tata caranya:
Shalat ini dinamakan shalat alfiyah, karena dalam tata caranya terdapat
bacaan surat Al Ikhlas sebanyak seribu kali. Di baca dalam seratus
rakaat. Tiap rakaat membaca surat Al Ikhlas sebanyak 10 kali. (Al Bida’
Al Hauliyah, hal. 149)
Semua ulama sepakat bahwa shalat Alfiyah hukumnya bid’ah.
Ketiga, Tradisi Ruwahan-sadranan (selamatan bulan di Sya’ban)
Tradisi ini banyak tersebar di daerah jawa. Mereka menjadikan bulan ini
sebagai bulan khusus untuk berziarah kubur dan melakukan selamatan untuk
masyarakat kampung. Pada hakekatnya tradisi ini merupakan warisan agama
hindu-animisme-dinamisme. Sehingga bisa kita tegaskan hukumnya
terlarang, karena kita dilarang untuk melestarikan adat orang kafir.
Atau, setidaknya tradisi ini termasuk perbuatan bid’ah yang sesat.
***
Artikel muslimah.or.id
Penulis: Ust. Ammi Nur Baits
Sebelum
sakinah, mawaddah, warrahmah, yang penting saya sholihah dan istiqomah
dulu...yang lebih penting lagi semuanya didasarkan pada mardhotillah
selalu.. ^^v
Hari, Tanggal : Sabtu, 18 Juni 2011
Waktu : Pukul 12.30 - 15.00
Tempat : Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia
Pembicara : Ustadz Bachtiar Nasir
***
Kalimat Ikhlas
"Laailaaha illallaah wahdahuu laa syariikalah lahulmulk walahulhamd wahuwa ala kulli syai'in qadiir."
"Tiada sesembahan (ilaah) yang 'haq' untuk disembah selain Allah. Dia
sendiri, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya semua kerajaan kekuasaan,
milik-Nya pula semua puja dan puji. Dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu."
Ikhlas Inti Berislam
"... Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. AL-Kahfi [18] : 110)
Amal Ikhlas (Niat)
Artinya : memurnikan semua tujuan dan kepentingan ketaatan hanya untuk Allah semata.
Ikhlas dalam Segala Hal
1. IKHLAS MENASIHATI
- Tujuan menasihati hanya untuk mengembalikan sesama hamba kepada Allah
- Harapann menasihati hanya menginginkan balasan ridha Allah semata
- Meyakini bahwa hanya Allah saja Yang Maha Membolak-balikkan Hati jika ingin nasihat itu memberikan dentuman/efek yang besar.
- Nasihat yang ikhlas, walau hanya satu atau dua kata, maka akan berpengaruh besar pada jiwa
2. IKHLAS MENUNTUT ILMU
- "Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang semestinya digunakan untuk
mencari ridha Allah, tetapi dia tidak mempelajarinya kecuali untuk
meraih harta dari dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga di
akhirat" (HR. Abu Daud)
- Jangan semata-mata mencari dunia. Siapapun yang ingin berjuang bersama, carilah ridho Allah dan bersatulah dalam perjuangan.
3. IKHLAS DALAM BERDOA
- "Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah,
sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa orang yang qalbunya lali dan
lena dari Allah." (HR. Tirmidzi dan Hakim)
- Jangan sedikitpun ada keraguan saat berdoa.
- Minta yang besar sekalian! Kalau minta surga, sekalian saja minta surga Firdaus. Jangan minta yang kecil dari Yang Maha Besar.
- Jangan mendikte Allah!
- Mintalah pada Allah yang Allah suka! Jangan meminta yang kamu suka, karena akan membuat kamu celaka.
- Umumnya doa-doa itu bersifat makro, bukan mikro.
- Balasan berlipat-lipat adalah bukti Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang
- Saat ini adalah "zaman ibadah transaksional". Kita beribadah untuk
mengharap balasan dunia. Contoh : melaksanakan sholat dengan mengharap
rezekinya semakin berlipat ganda, bukan mengharap ridho Allah atas
ibadahnya.
4. IKHLAS DALAM BEKERJA
- Berangkat dengan niat mengharap rezeki Allah semata
- Tidak bekerja di tempat dan cara kerja yang haram
- Hasilnya merasa cukup dengan pemberian Allah saja agar tidak tergoda oleh penghasilan yang haram.
- Cukup itu berapa? Yakni berapa kali kau berkata syukur
- Puas itu bagaimana rasanya? Yakni seberapa puas kamu bersyukur
- Kaya itu kapan sih? Sekarang jika kau bersyukur, maka sekarang juga kau sudah kaya.
- Kerjakan apa yang menjadi tugas kita, jangan banyak menuntut kepada Allah.
- "Jika aku sudah dimampukan Allah untuk berdoa, maka itu berarti Allah sudah menyiapkan jawaban doaku" (Umar bin Khatab ra.)
- Ikhlas itu bukan rela. Ikhlas = murni karena Allah
- Bangganya seorang muslima adalah bukan saat bisa berdzikir di dalam
mobil mewah, tapi saat mampu bersedekah dengan mobil mewah.
- Umroh berulang-ulang memang baik, tapi akan lebih baik lagi jika mampu
bersedekah sebanyak nilai umrohnya, mampu memberi makan orang miskin
sebanyak nilai umrohnya. Jangan cuma pergi umroh hanya untuk melihat
Ka'bah saja.
5. IKHLAS DALAM BERJUANG DAN BERDAKWAH
- "Barangsiapa yang berjuang demi tegaknya kalimat Allah (Laa Ilaaha
Illallaah) berarti dia sedanga dalam jalan Allah (fi sabilillah)."
- Contohnya Nabi Ibrahim as yang sendirian tanpa pasukan dan senjata
saat menghadapi Namrud. Akan tetapi, beliau tetap teguh dengan Islam,
akhirnya Allah pun menolongnya.
6. IKHLAS DALAM GHIRAH
- Ghirah adalah bagian dari iman.
- Kecemburuan dan ketaatan didasari oleh iman bukan sekedar harga diri apalagi emosi.
- Jagalah kehormatan agama kita agar tidak dinistakan!
- Para ibu boleh cemburu pada suami tapi bukan karena dunia atau harga diri, semua dtegakkan karena Laa ilaaha ilallaah...
- "Nak, ilmumu gagal kalau kau tidak semakin taat kepada Allah."
(nasihat yang jarang diberikan orang tua kepada anaknya. Buat anak kita
bangga kalau dia taat pada Allah saja. Buat anak kita bergengsi jika
hanya menjalankan sunnah Rasulullah, bukan gengsi karena mengikuti tren
masa kini.
Syirik dan Riya' Menghancurkan Ikhlas
- Orang yang perbuatannya dicampur syirik maka akan sia-sia amalannya.
SYIRIK
- "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
yang sebelummu : 'Jika kamu mempersekutukan (Tuhan) niscaya akan
hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.' "
(QS. Az-Zumar [39] : 65)
RIYA' (PAMER KEBAIKAN)
- "Sesungguhnya yang paling aku takutkan pada kalian adalah syirik
kecil, 'Para sahabat berkata, Apa syirik kecil itu ya Rasulullah? Beliau
menjawab, "Riya' " (HR. Ahmad)
- Riya' adalah syirik tersembunyi yang menghancurkan pahala kebaikan
- Riya' adalah bagian dari hawa nafsu, pelaku riya' menuntut bagian nafsunya di dunia
Ikhlas Amat Berat bagi Hawa Nafsu
- "Semua yang baik bagi ruh umumnya tak disukai jasad, dan umumnya yang membahayakan ruh disukai oleh jasad." (Ibnu Qayyim)
- "Hal terberat bagi hawa nafsu adalah ikhlas karena dalam ikhlas tak ada bagian untuk hawa nafsu." (Sahl bin Abdullah)
- "Yang paling berharga di dunia adalah keikhlasan. Betapa aku berusaha
keras menghilangkan riya' dari hatiku, tapi seolah-olah ia selalu tumbuh
dalam aneka bentuk yang selalu berbeda." (Ar-Razy)
Semoga bermanfaat...
Aisya Avicenna

Assalamu’alaykum Warohamtullahi Wabarakatuh…
“Sesungguhnya yang benar-benar milik kalian wahai anak Adam adalah apa yang kalian sedekahkan (wakafkan)” (HR. Muslim)
Setahap demi setahap Lembaga Bimbingan Al-Qur’an (LBQ) Al-Utsmani terus
mengadakan perbaikan dan pembangunan gedung demi meningkatkan fasilitas
belajar-mengajar. Saat ini LBQ Al-Utsmani berencana membebaskan tanah
dan bangunan yang terletak di Jalan Munggang No. 6 Balekambang, Kramat
Jati, Jakarta Timur yang nantinya juga akan dijadikan Pesantren Tahfizh
Al-Qur’an Al-Utsmani.
Lewat catatan singkat ini saya mengajak antum wa antunna untuk
menyisihkan sebagian rezekinya guna membantu terealisasinya rencana
ini.
Bagi antum wa antunna yang berkenan, silakan transfer ke : Share
Muamalat No. Rekening 9186171199 an Etika Suryandari (nomor rekening ini
sengaja saya kosongkan saldonya). Untuk konfirmasi, silakan SMS/telp
saya di 08999344753
Jazakumullah khairan katsiran..
Hanya Allah yang mampu membalas amal ibadah antum wa antunna sekalian…
Sekian dari saya…
Wassalamu’alaykum Warohamtullahi Wabarakatuh…
Etika Suryandari
(anggota Senat Mahasiswa LBQ Al-Utsmani)
NB : Teman-teman yang berkenan transfer, harap sebelum tanggal 24 Juni
2011 ya! Karena hari itu adalah hari terakhir saya masuk di LBQ
Al-Utsmani. Insya Allah hari itu juga akan saya serahkan donasi yang
terkumpul. Sekedar info, tanggal 25 Juni 2011 saya akan hijrah ke
Bandung untuk studi lanjut di sana sampai Agustus 2012, sehingga akan
cuti dulu di LBQ Al-Utsmani. Afwan jiddan sebelumnya jika waktu
pengumpulannya singkat. Harapannya sih, biar pada menyegerakan kebaikan.
Semoga rezekinya semakin full barokah… Aamiin ya Rabb…

Ketika pintu pertama tertutup dan tak bisa dibuka lagi, yakinlah
masih ada pintu lain yang bisa dimasuki. Memang dibutuhkan perjuangan
untuk bisa menemukan kunci yang tepat!
~Ketika harapan belum bisa bersanding dengan kenyataan, yakinlah
bahwa saat itu Allah Swt tengah mengajarkan kita tentang arti
kesungguhan~
***
"Maaf Mbak, sudah penuh!"
"Waduh Neng, di sini nggak bisa bulanan, harus tahunan..""Wah, tinggal satu kamar... Nggak bisa berdua..."
Begitulah penolakan demi penolakan yang kami (saya dan Mbak Dy) alami saat mencari kos di daerah ITB kemarin.
Saya mencoba berbagi kisah saya kemarin ya. Sabtu, 11 Juni 2011
bertepatan dengan hari kelahiran ibu saya. Selepas Subuh saya sudah
keluar kos dengan satu tujuan. Stasiun Gambir! Sempat menelepon ibu
untuk mengucapkan selamat dan minta doanya karena hari ini mau
berpetualang ke Bandung. Sempat juga menelepon Mbak Dy untuk meyakinkan
bahwa dia sudah bangun (hehe) dan siap beli tiket di Gambir (berhubung
kosnya dekat Gambir). Berhubung keretanya berangkat jam 05:45 dari
Gambir, saya pun naik taksi dari Jalan Otista Raya.
"Kereta jam berapa, Mbak?" tanya sopir taksinya.
"Jam enam kurang seperempat, Pak!"
"Wah, mepet nih!"
Meski pernyataan pak sopir sempat bikin saya gusar dan tegang, saya
mencoba menenangkan diri. Saya yakin, insya Allah sampai di tempat
sebelum kereta datang. Taksi melaju berpacu dengan waktu hingga akhirnya
sampai di depan stasiun Gambir. Alhamdulillah... Belum terlambat.
Ternyata Mbak Dy masih antri di loket. Tanpa sepengetahuannya, saya
mengantri di belakangnya.
"Mau ke mana, Mbak?" sifat iseng saya keluar (Mbak Dy masih serius menghadap ke depan)
"Ke Bandung!" jawabnya sambil memutar kepala searah jarum jam.
Ngik, waktu menoleh.. Tahulah dia bahwa saya sudah berdiri di belakangnya.
Kami pun membeli tiket bisnis kereta Argo Parahyangan. Kami duduk di
gerbong 3 kursi 5 C dan D. Pukul 05.45 kereta pun bergerak meninggalkan
stasiun. Oh ya, sebelumnya kami sempat melihat ada seorang Bapak yang
tiba-tiba duduk di kursi depan kami dan mendekati seorang mahasiswi
(sepertinya) yang tengah duduk sendirian. Bapak itu bermaksud meminjam
HP sang Mbak karena katanya baterainya rusak. Tanpa bermaksud su'udzon,
saya dan Mbak Dy waspada dan menguping pembicaraan di depan kami. Karena
sebelumnya Mbak Dy mendapat pesan dari Mel (rekan kerjanya) agar lebih
berhati-hati di stasiun karena beberapa waktu yang lalu Mel sempat juga
didatangi seorang laki-laki necis yang sepertinya berniat
menghipnotisnya.
Sepertinya si Mbak juga curiga, terbukti dia mengatakan kalau pulsanya
habis. Bapak itu terus mengulang penjelasannya bahwa ia bermaksud
menelepon istrinya agar menjemputnya di stasiun Cimahi. Katanya si Bapak
rematiknya kambuh. Akhirnya si Mbak memberikan HPnya ke si Bapak. Si
Bapak pun menelepon istrinya dengan setengah berteriak (suaranya kencang
sekali). Isinya beliau minta dijemput di stasiun. Pada sesi ini kami
semakin waspada. Karena bisa dimungkinkan si Bapak lari sambil membawa
HP si Mbak. Haha, dasar parno! Kalau memang seperti itu, saya sudah
ancang-ancang lari mengejar si Bapak. Hehe! Dasar!
Tapi, ke-parno-an kami tidak terjadi. Si Bapak mengembalikan HP itu,
berterima kasih, kemudian kembali ke tempat duduknya. Uhf..
Alhamdulillah... astaghfirullah... Maafkan kami ya Allah... Kami hanya
bermaksud untuk waspada, bukan berburuk sangka...
Pukul 06.45, kereta bergerak meninggalkan Jakarta. Bismillahi tawakaltu
'alallah... Inilah perjalanan pertama saya ke Bandung naik kereta. Ahh,
saya yakin! Selalu ada yang istimewa di setiap pengalaman pertama. Dalam
perjalanan, selain ngemil dan bercengkerama bersama Mbak Dy, saya
sempat membaca bukunya Ustadz Burhan Sodiq yang berjudul "Merengkuh
Berkah Ramadan". Subhanallah... Pertemukan kami dengan bulan mulia itu.
Insya Allah, Ramadhan kali ini menjadi Ramadhan yang berbeda karena saat
Ramadhan itu kami tengah mengikuti perkuliahan matrikulasi di ITB
Ganesha. Semoga full barokah... Aamiin...
Alhamdulillah, sekitar pukul 09.00 kereta sudah merapat di stasiun
Bandung. Setelah beli tiket ke Jakarta nanti jam 16.00 dengan kereta
Argo Parahyangan juga, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ITB
Ganesha dengan naik angkot warna ungu jurusan Cisitu. Sepi, itulah kesan
pertama kami saat menginjakkan kaki di daerah tersebut. Hehe... Saya
baru dua kali ke Bandung!
Kami duduk di samping pak sopir.. Hihi, maksudnya sekalian survey tempat
asyik buat cari oleh-oleh. Halah! Padahal baru datang! Akhirnya tahu
juga kalau di depan stasiun Bandung ada Kartika Sari dan foodcourt. Sip,
bakal dikunjungi nanti sore sebelum pulang!
Sampailah jua di gerbang belakang ITB Ganesha. Langsung masuk gerbang
yangg sedikit terbuka dan mulai mencari letak Gedung Labtekno III yang
rencananya akan digunakan untuk ruang kuliah matrikulasi kami nantinya.
Seru juga waktu nyari ni gedung sampai akhirnya ketemu juga meski belum
bisa masuk karena ruangannya dikunci. Keluar dari gedung, berniat untuk
mencari kos. Akhirnya tanya ke pak Satpam dimana lokasi kos yang dekat
dengan kampus. Pak satpam yang berlogat sunda itu pun segera meraih
bolpoin di sakunya dan mengambil secarik kertas di depan mejanya
kemudian menggambar peta daerah Cisitu. Peta "setengah buta" sih. Hehe!
Pak Satpam menerangkan kepada kami dengan serius dan sungguh-sungguh.
Kami hanya manggut-manggut sambil nyengir padahal sama sekali "blank"
dengan tempat yang disebutkan Pak Satpam. Hmm, meski begitu ya masih
cukup mengerti lah.
Setelah berpamitan kepada Pak Satpam, kami pun melanjutkan perjalanan
lewat gerbang belakang. Lapar! Akhirnya kami mampir sebuah warteg dan
membeli makanan khas Sunda. Uniknya ada telor dadar serupa jala. Setelah
makan, kami bermaksud menuju cisitu lama. Menurut si akang yang punya
warung, cisitu lama cukup dekat dan bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Saya dan Mbak Dy pun berjalan kaki menuju cisitu lama sambil menggelar
peta kecil yang digambar Pak Satpam tadi. Berpetualang!!!
Wuih, ternyata lumayan jauh juga. Sempat bingung juga dengan gambar peta
karya Pak Satpam tadi. Lha kok malah nyasar ke cisitu baru. Ya sudah,
akhirnya kami masuk gang di cisitu baru. Tanya ke beberapa kos, ternyata
kebanyakan sudah penuh. Kami pun sepakat mencari ke daerah plesiran dan
taman sari (depan ITB, dekat kebun binatang). Dari cisitu baru, kami
naik angkot ungu kemudian ganti angkot lagi menuju plesiran. Masuklah
kami di Jalan Plesiran. Wuih, langsung menemukan kost yang membutuhkan
penghuni. Mbak Dy mencoba memencet bel. Ada yang membuka. Hmm, kata si
Mbak penghuni itu, bapak kosnya tidak di rumah tersebut dan kami diminta
menghubungi nomor teleponnya. Singkat cerita, saya dan Mbak Dy mulai
tidak sreg dengan kos itu karena penghuninya ketus.
Akhirnya kami,
menyusuri jalan lagi. Wah, beragam pemilik kos kami temui. Sempat kami
merasa sreg dengan sebuah kos dan ibu kosnya. Sayang, kos itu sudah
penuh. Akhirnya kami berpindah ke Jalan Taman Hewan. Kami mencari dan
terus mencari, sampai lewat pintu masuk kebun binatang. Hmm, sebenarnya
kami kurang sreg juga dengan lingkungannya yang padat dan sedikit kotor.
Saya sempat menghubungi adik tingkat SMA saya yang juga kos di daerah
Plesiran. Hmm, ternyata dia sudah ngekos dengan suaminya. Dan katanya
memang untuk masa sekarang rada sulit mencari kos yang bulanan.
Sampai ke pelosok jalan, kami belum menemukan kos yang kami cari. Waktu
sudah Dhuhur, saya mengusulkan ke Mbak Dy sebaiknya kami sholat dulu di
Masjid Salman ITB. Kami pun menuju ke sana. Sempat beli cimol. Maklum,
laper! Sempat nyasar dulu, sampai akhirnya tiba juga di Masjid Salman.
Alhamdulillah.... Ngadem!!!
Selesai sholat, saya mendapat informasi dari Mbak Ajeng (salah satu
kenalan saya di ITB). Ada beberapa kost muslimah yang beliau infokan
kosong. Tapi statusnya masih kurang jelas. Di lain tempat, rombongan
Mbak Silvi (Mbak Frida, Mas Andung, Mas Afif) juga tengah mencari kos.
Kami saling bertukar informasi. ternyata sama-sama belum dapat. Kami
juga sempat mampir di salah satu sekretariat Salman yang di dalamnya ada
dua orang muslimah. Kami mengetuk pintu. Mbaknya keluar dan dengan
ramahnya bertanya ,"Ada yang bisa saya bantu, Teh?". Saya pun bertanya
di mana kami bisa mendapatkan informasi terkait kos putri. Ternyata dia
kurang tahu juga. Hmm, keluar dari kawasan sekre Salman tadi, Mbak Dy
malah menyeletuk ingin belajar bahasa Arab! Wah, saya juga! Tapi kan
kami di sini kan cuma dua bulan. Semoga niat baik kami sudah tercatat
dan semoga bisa terealisasi.
Kami meninggalkan Masjid Salman ITB dengan semangat dan harapan baru
semoga segera mendapatkan kos yang kami cari. Kali ini kami berencana
mencari di Cisitu Lama. Keluar dari Salman, kami mampir beli minum dulu
kemudian berjalan menuju Jalan Taman Sari untuk naik angkot. Sepanjang
jalan, kami mengamati pamflet-pamflet yang terpajang di pohon.
Aha! Ada satu pamflet yang cukup menarik! Ada kamar kosong, 400
rb/bulan, untuk muslimah, ada dapur, dah free listrik + air, hanya
sekali angkot kalau ke ITB. Saya pun menghubungi nomor yang tertera di
pamflet itu. Wah, masih ada kamar kosong! Tapi sayang, cuma tinggal
sekamar dan tidak boleh sekamar berdua! Lemes deh! Perjalanan berlanjut,
kembali menemukan pamflet dan menghubungi nomornya. Kali ini seorang
bapak yang menerima. Wah, masih banyak kamar kosong! Sumringah deh! Tapi
langsung lemes lagi gara-gara tahu harganya! Rp 1.500.000,-/bulan
dengan fasilitas seperti hotel bintang 5. Gubrak!
Ya sudah, akhirnya kami berjalan menuju jalan raya untuk naik angkot. Di
kanan kiri jalan banyak kuda cakep yang 'parkir'. Hehe... Sempat
dikagetkan juga dengan keberadaan seekor kuda yang tiba-tiba kepalanya
menoleh ke arah saya! Hmm...
Kami kembali naik angkot ungu menuju Cisitu Lama. Cuma kami berdua yang
jadi penumpang. Dari pak sopir, kami mendapat informasi kos. Kami pun
diberhentikan dengan hormat di Cisitu Lama gang I. Kata Pak Sopir, dari
Gang I sampai Gang VIII ada banyak kos. Sip, pencarian dimulai
kembali!!!
Berawal dari jalan kecil sebelum gang I kami mengawali pencarian. Tanya
sana-sini. Masuk dari 1 kos ke kos lain. Sayang, belum ketemu juga.
Puluhan kos kami gali informasinya. Kebanyakan masih penuh, baru
diperbaiki, tidak menerima bulanan, dan satu hal... Kebanyakan yang
bulanan adalah kos laki-laki! Memang benar sih, ITB didominasi
laki-laki. Total mungkin ada 50-an rumah kos (kurang dan lebihnya saya
mohon maaf nggak menghitung secara detail soalnya!) yang sudah kami
kunjungi hari ini. Man shabara zhafira (Siapa yang bersabar akan
beruntung)! Jangan berputus asa dari rahmat Allah! Jangan menyerah, Tik!
Tetap semangat! Itulah kata-kata motivasi yang saya letupkan dalam hati
untuk mengafirmasi diri.
Sampai akhirnya, saat waktu hampir menunjukkan pukul 15.00 (kereta kami
pukul 16.30) kami menemukan sebuah kos muslimah. Kami ketuk pintunya,
mengucapkan salam, dan keluarlah seorang ibu berjilbab. Kami menanyakan
apakah masih ada kamar kosong. Ternyata... Penuh!!! Sang ibu akhirnya
mengajak kami mengunjungi sebuah rumah berpagar merah. Ada seorang ibu
paruh baya yang keluar dari rumah itu. Alhamdulillah, ada sebuah kamar
kosong! Kata ibunya, memang buat kos tapi tahunan! Akhirnya saya lobi
untuk dua bulan ke depan. Alhamdulillah, ibunya setuju. Toh kami di sana
juga cuma sampai tanggal 20 Agustus (sebelum tahun ajaran baru).
Sang ibu hanya tinggal bersama suaminya. Mereka berdua ternyata atlet
bangsa yang luar biasa. Atlet lempar lembing dan satunya saya lupa!
Mereka berdua telah menyumbangkan banyak medali buat bangsa ini.
Terbukti dengan banyaknya medali yang dipajang dan beragam foto mereka
berdua di berbagai belahan dunia. Ah, saya kagum! Apalagi di usia senja
mereka, masih menjadi ketua RT!
Kami diberi kebebasan menggunakan dapur (horeeee! Bisa masak!), kulkas,
air, sofa, dll. Alhamdulillah, kosnya juga dekat masjid. Namanya masjid
Ar-Rahim. Minimal kami bisa menggunakannya selama Ramadhan (meski
sekali-kali kami pun ingin menjadikan Masjid Salman ITB sebagai tempat
beraktivitas selama Ramadhan nanti). Setelah membayar DP, kami bermaksud
balik ke Jakarta. Subhanallah, si ibu memberi kami sekotak black forest
sebagai bekal perjalanan. Maklum, hari itu pas mau diadakan rapat RW di
rumah beliau. Wah, kejatuhan durian runtuh nih! Setelah keluar dari
rumah tersebut, ternyata kosnya juga dekat dengan jalan raya untuk naik
angkot, dekat counter, fotocopy, laundry, rental. Sip deh!
Pukul 15:45 kami sampai di Kartika Sari depan stasiun Bandung. Saat itu
kami juga mendapat kabar kalau Mbak Silvi cs juga sudah dapat kost.
Sayang, mereka juga ada tawaran kos buat kami di saat kami sudah
menemukan! Ya sudahlah... insya Allah, semoga masing-masing mendapatkan
yang terbaik. Setelah beli oleh-oleh, saya dan Mbak Dy menuju foodcourt
untuk membeli mie kocok! Hihi, krupuknya berwarna pink! Hanya 10 menit
makannya. Pukul 16.10, kami jalan menuju stasiun. Alhamdulillah, sampai
juga di dalam kereta. Bismillahi tawakaltu 'alallah... Akhirnya pukul
16.30 kereta Argo Parahyangan itu meninggalkan Bandung dan menuju
Jakarta...
Alhamdulillah... Petualangan hari ini sungguh luar biasa. Insya Allah,
hari-hari ke depan masih banyak lagi petualangan yang harus kami jalani
di kota Kembang ini. Hmm, semoga senantiasa diberi kemudahan dan full
barokah dari Allah. Terlebih nanti tepat saat bulan Ramadhan. Biarlah
semua yang kami alami menjadi pelajaran berharga dalam hidup. Menjadi
bekal yang mendewasakan kami dan menjadi inspirasi yang mengingatkan
kami sebagai kesyukuran atas segala nikmat-Nya. Yakin saja, di balik
setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Jangan berputus asa dari rahmat
Allah dan yakin bahwa pertolongan Allah sangat dekat dan hadirnya kerap
tak terduga. Semangat Sukses (S2)!!!
Jakarta, 120611
Aisya Avicenna
 |
Bersama Panitia |
"Melihat Indonesia dengan Senyum" (Behind The Scene)
Jumat, 20 Mei 2011 bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional... Hehe..
Saat itu saya mengenakan seragam KORPRI karena harus upacara. Halah,
sebenarnya bagian ini tak perlu diceritakan. Tapi ya ikhlaskan diri
untuk membacanya. Kan saya yang bercerita. Habis Maghrib saya masih
berada di kantor karena memang ada pekerjaan yang harus diselesaikan.
Saat pekerjaan sudah selesai, saya tidak langsung pulang karena
diperkirakan kondisi jalan masih sangat macet. Akhirnya saya buka blog
dan FB. Nah, saat online di FB itulah seorang sahabat lama bernama Hasan
Zuhri menanyakan apakah saya pernah nonton film inspiratif. Tentu saja
saya pernah melihatnya. Lantas saya tanyakan, film apa yang dimaksud?
Hasan menjawab, "Alangkah Lucunya Negeri Ini". Oh, kalau film itu saya
belum melihatnya! Hasan pun kembali bertanya, apakah ada rekomendasi
film lain? Karena dia akan mengadakan acara bedah film untuk adik-adik
remaja masjid binaannya. Hmm, saya balik tanya mengapa memilih film
"Alangkah Lucunya Negeri Ini"? Saya pun menambah pertanyaan lain,
mengapa tidak bedah buku saja. Hasan kembali memberi tanggapan,
sepertinya ia tertarik untuk bedah buku juga. Karena sudah waktu Isya,
saya pamit pada Hasan (meski chat belum selesai) sambil memberikan nomor
HP saya.
Waktu itu, yang ada dalam pikiran adalah saya hanya sebagai pemberi
masukan atas acara yang akan digelar Hasan. Hingga dua hari kemudian,
ada nomor asing menghubungi saya. Ternyata Hasan. Dia kembali membuka
ruang diskusi tentang acaranya sekaligus menanyakan apakah ada buku yang
pernah saya tulis yang kira-kira bisa disesuaikan dengan film "Alangkah
Lucunya Negeri Ini". Saya jawab saja, sepertinya buku "OMG!Ternyata Aku
Terlahir Sukses" cukup relevan. Akhirnya saat itu juga Hasan menodong
saya untuk membedah buku itu sekaligus membedah filmnya. Wah, saya belum
pernah melihat filmnya! Alasan saya agak keberatan jika harus membedah
filmnya juga. Hasan menyeletuk, kan masih ada waktu untuk melihat
filmnya dulu. Hmm, akhirnya saya menyanggupi. Padahal acaranya tanggal
29 Mei 2011.
Saya segera menghubungi HUMAS FLP Jakarta (Mbak Dina Sedunia) dan Kang
Taufan terkait acara ini. Alhamdulillah, respon mereka positif. Sempat
juga menghubungi Mbak Iecha terkait konfirmasi acara karena Mbak Dina
sempat mengusulkan sebaiknya diadakan pelatihan menulis (FLP Goes to
School) sekalian karena memang FLP Jakarta mendapat alokasi waktu juga
untuk perkenalan dan acara lain sekiranya ada. Sebelumnya saya juga
mengusulkan pada Hasan untuk mengadakan pelatihan menulis sekalian, tapi
Hasan mengutarakan kalau peserta masih awam untuk menulis. Dahulu
pernah diadakan lomba menulis cerpen, tapi hanya lima orang yang ikut.
Sinergis dengan pendapat Mbak Iecha, akhirnya untuk acara tanggal 29 Mei
2011 sekedar memberikan motivasi menulis saja untuk peserta, bukan
pelatihan. Dan memang Hasan juga menyarankan insya Allah, jika banyak
peserta yang berminat, akan diadakan acara pelatihan menulis tersendiri
untuk mereka di hari lain dengan persiapan acara yang lebih matang.
Oh ya, pada hari Selasa, 23 Mei 2011 saya berencana membeli film
"Alangkah Lucunya Negeri Ini" dan buku "OMG! Ternyata Aku Terlahir
Sukses" di Gramedia. Oleh karena itu, strategi pun disusun. Makan siang
sebelum sholat Dhuhur. Setelah sholat, langsung naik bajaj menuju
Gramedia Matraman. Lumayan jauh juga sih. Tapi, kalau tidak segera beli,
bakal tertunda terus. Apalagi kalau pulang kantor sudah tidak
memungkinkan untuk mampir ke Gramedia karena macet dan capek.
Sampai di Gramedia langsung menuju lantai 3, tempat buku OMG!
Alhamdulillah, buku itu masih terpajang manis di rak. Saat menuju kasir,
lewat bagian novel eh malah ketemu novel terbaru sekaligus novel
terakhirnya almarhumah Nurul F. Huda yang akan dilaunching hari kamis
ini, judulnya “Hingga Detak Jantungku Berhenti”. Akhirnya beli buku itu
juga. Setelah itu lanjut ke lantai 2 untuk membeli film. Awalnya,
penjaganya bilang kalau film itu belum ada. Masak sih? Kan film itu
sudah cukup lama. Akhirnya, aku bertanya pada penjaga toko yang lain. Ia
pun memberi tahu kalau filmnya masih ada. Pikir saya harganya sekitar
Rp 50.000,- tapi ternyata harganya Rp 29.000,-. Saya pun membeli film
itu. Jam 13.30 harus sampai kantor. Setelah buku dan film sudah didapat,
saya pun keluar Gramedia. Awalnya hendak naik bajaj, tapi setelah
dipikir-pikir, naik Kopaja 502 saja. Hemat ongkos! Alhamdulillah, sampai
di kantor tepat waktu meski ngos-ngosan. Tapi puas banget! Siap
melanjutkan pekerjaan!
Rencana awal, malam harinya akan nonton film. Tapi ternyata hari ini
tepar. Baru Rabu malam saya bisa melihat film itu. Itupun sempat
ketiduran. Hehe… Lucu pokoknya!
Singkat cerita, jumat malam saya terserang flu. Sabtu saya tepar.
Bedrest. Tidak kemana-mana. Demam + flu berat + pusing! Padahal acaranya
besok. Sore harinya Hasan sempat telepon untuk fiksasi acara. Hmm,
Bismillah… insya Allah sembuh!!!
Ahad, 29 Mei 2011 alhamdulillah, pagi ini kondisi tubuh jauh lebih baik
dari kemarin. Sudah tidak pusing lagi. Sebelum berangkat ke tempat acara
hari ini, Mbak Dina sempat memastikan kondisiku. Dia juga mengabari
kalau Mbak Iecha tidak jadi datang karena ada acara. Hmm, sempat kaget
juga karena tidak sesuai rencana awal. Pagi ini juga sempat mendownload
videonya Kang Arul yang direncanakan akan ditayangkan saat acara.
Sekitar pukul 10.00 aku keluar kost. Rencana awal mau naik busway sesuai
arahan Hasan, tapi akhirnya naik bus 921 ke Blok M. Mana duduknya
membelakangi sopir. Hihi… Dalam perjalanan, sempat baca tulisannya Pak
Bambang Trim. Sampai di Blok M, ganti Kopaja 509 arah Kampung Rambutan.
Awalnya sempat salah naik angkot lain. Tapi setelah memastikan kalau
Kopaja 509 itu lewat Cilandak, akhirnya naik kopaja tersebut.
Wah, sudah jam 11.00 tapi belum sampai lokasi. Sempat cemas juga kalau
terlambat karena direncanakan acara akan dimulai pukul 12.30. Mana saya
sudah menjanjikan bawain film aslinya. Hihi, panitia punyanya yang
copian soalnya (informasi valid dari Hasan).
Kopaja 509 sudah memasuki kawasan Cilandak. Saya tanya ke sopirnya apa
lewat Elnusa, ternyata tidak. Akhirnya saya turun dari Kopaja dan naik
taksi menuju Elnusa. Ternyata jalannya harus memutar. Hehe… seru juga
sih karena berpacu dengan waktu. Akhirnya, sampai juga di depan masjid
Baitul Hikmah Elnusa. Langsung menghubungi Mbak Dina, ternyata dia
sedang makan siang dengan Mawah dan Soson. Saya mendatangi mereka dan
turut memesan makanan. Sempat telepon Hasan dulu memberitahukan posisi
saya sudah di depan Masjid Baitul Hikmah.
Setelah itu, menikmati makan siang bersama Soson, Mbak Dina, dan Mawah.
Setelah sholat Dhuhur, kami pun segera menggelar stand FLP Jakarta di
teras masjid setelah ber-“say hello” dengan panitia. Panitia juga
menyediakan stand untuk “SUKA BUKU” (distributor buku “OMG! Ternyata Aku
Terlahir Sukses!”) yang hari itu diwakili dua orang karyawannya.
***
"Melihat Indonesia dengan Senyum" (The Show!)
Pukul 12.30 film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” mulai diputar dan sekitar
pukul 13.00 sempat dipending dulu untuk acara seremonial. Pembukaan
oleh MC, pembacaan tilawah dan sari tilawah, sambutan ketua panitia, dan
sambutan pengelola (Hasan). Setelah Hasan memberikan sambutan, acara
nonton film dilanjutkan. Subhanallah, seperti yang telah diberitahu
Hasan bahwa pesertanya berusia remaja (seumuran SMP-SMA) yang juga
merupakan remaja masjid Baitul Hikmah Elnusa. Lha ternyata yang datang
tidak hanya remajanya. Tapi ada juga bapak-ibu guru TKIT Baitul Hikmah
dan beberapa pengunjung yang kala itu sedang istirahat di masjid. “Saya
tadi habis sholat ke sini. Tertarik lihat filmnya, Mbak!” tanya seorang
ibu yang duduk di sebelah saya.
Sekitar pukul 14.00, Mbak Haniyah selaku moderator mulai beraksi. Film
kembali dipending. Mbak Haniyah memperkenalkan saya dan Mbak Dina selaku
pembedah buku dan film. Duet maut pun terjadi. Seru juga sih. Untuk
pertama kalinya duet sama Mbak Dina. Meski awalnya rada grogi juga
karena yang dihadapi bukan hanya para remaja, tapi juga bapak-bapak dan
ibu-ibu, akhirnya kami bisa mentralisir suasana. Terlebih kalau Mbak
Dina mulai mengeluarkan jurus narsisnya (memuji diri sendiri sampai
akut!). Di sela-sela membahas buku dan film, kami juga membagi-bagikan
doorprize. Seru deh pokoknya!
Kami juga sempat menayangkan videonya Kang Arul (sang guru kami) yang
sering kami sebut dalam pembahasan buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir
Sukses!”. Hanya satu video yang kami putarkan yakni tentang motivasi
menulis. Setelah itu, saya melakukan simulasi “BINTANG KESUKSESAN”. Pada
simulasi ini, saya membagikan selembar kertas bergambar bintang yang
kelima sisinya bertuliskan :
1.TOKOH IDOLA SAYA
2.DUA KESUKSESAN SAYA
3.DUA KEGAGALAN SAYA
4.EMPAT KATA YANG MENGGAMBARKAN DIRI SAYA
5.DUA CITA-CITA SAYA
“BINTANG KESUKSESAN” ini cukup banyak menggambarkan isi dari buku “OMG!
Ternyata Aku Terlahir Sukses!”. Pun demikian bisa disinkronkan dengan
film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”. Dua orang peserta (ikhwan-akhwat)
maju untuk membacakan apa yang telah mereka tulis. Saat menjelang Asar,
acara dipending dulu. Setelah Asar, acara dilanjutkan kembali. Giliran
Hasan yang bagi-bagi doorprize dari El Nusa. Pertanyaan pertama tentang
siapa yang suka menulis diary. Di antara ketiga orang yang mengangkat
tangan, saya salah satunya. Kemudian ditanya kapan terakhir kali
menulisnya. Alhamdulillah, saya berhasil mendapatkan doorprize berupa
buku diary juga. Hehe, baru kali ini sepanjang sejarah mengisi acara..
eh, pembicaranya juga kebagian doorprize… Doorprize yang dibagi Hasan,
mulai dari buku diary, Al-Qur’an, sampai peta Palestina.. Keren dah!
Setelah doorprize dari Hasan habis, acara dilanjutkan dengan “Selayang
Pandang FLP Jakarta”. Kali ini Mbak Dina dan saya kembali mengisi acara
dengan sharing tentang FLP Jakarta, sambil bagi-bagi doorprize tentunya.
Setelah acara “promosi” FLP selesai, peserta juga diberi kesempatan
bertanya tentang FLP dan dunia kepenulisan. Jawaban dari saya dan Mbak
Dina tentunya jawaban real yang berasal dari pengalaman kami selama
gabung di FLP.
Setelah itu, kami menonton film lagi sampai tamat. Seru juga. Kami
tertawa bersama, bercanda.. ahhh, indahnya ukhuwah! Sebelum menutup
acara, panitia menyerahkan kenang-kenangan kepada kami. Uhuy!
***
"Melihat Indonesia dengan Senyum" (Setelah Acara)
Pukul 17.00 acara selesai. Setelah peserta bubar, Hasan mengomandani
kami untuk melakukan evaluasi acara bersama panitia. Sempat foto
bersama, dan tentunya saya mendadak jadi artis gara-gara adik-adik pada
minta tanda tangan di buku “OMG!Ternyata Aku Terlahir Sukses!” Hoho…
Setelah pamitan dengan pihak panitia yang diwakili Hasan, kami mulai
menutup lapak (stand) FLP Jakarta. Sebelumnya, foto-foto dulu. Teteup!
Foto bareng juga dengan perwakilan dari SUKA BUKU (distributor “OMG!
Ternyata Aku Terlahir Sukses!”. Setelah itu, kami sholat Maghrib dulu,
setelah itu berencana untuk makan malam bersama. Sayangnya, Mbak Rini
sudah dijemput, dia nggak jadi ikut makan. Akhirnya, kami (Saya, Mbak
Dina, Mbak Ade, Soson, dan Mawah) berjalan keluar kompleks Masjid Baitul
Hikmah untuk mencari makan malam. Wuih, sepanjang perjalanan ternyata
kami tidak menemukan satu warung pun. Akhirnya disepakati untuk beli
makan di CITOS (Cilandak Town Square) yang katanya lokasi tidak terlalu
jauh. Kita berjalan kaki ke arah barat. Lhoh, kok nggak sampai-sampai
sih! Akhirnya, kami tanya pada seorang Bapak perihal lokasi CITOS. Hihi,
ternyata si Bapak juga mau ke sana. Tambah anggota baru nih dalam
rombongan jurit malam itu. Wuiiih… setelah mendaki gunung, lewati lembah
(lebay!) plus diiringi nyanyiannya Mawah yang menyayat hati.. akhirnya
kami sampai juga di CITOS. Langsung cari tempat makan yang asyik then
SELAMAT MAKAN!!!!!!!
Setelah makan, langsung balik ke istana masing-masing.
What a wonderfull day!
Maaf ya reportasenya telat. Semoga berkenan
Aisya Avicenna
 |
Duduk bersanding dengan Mbak Helvy dan Bunda Pipiet... Hihi... ^^v |
Masih ingat tema saya di bulan MEI? Bagi yang lupa, saya ingatkan lagi
ya. Pada bulan ini saya mengangkat tema : [M]elangkah pasti, optimalkan
[E]nergi, tuk raih [I]mpian yang menawan. Alhamdulillah, dua impian yang
menawan bisa terwujud dalam sebuah event di bulan Mei ini sesuai dengan
tema tersebut. Bagaimana bisa? Begini ceritanya.
Kamis, 26 Mei 2011 akan digelar acara launching buku terakhir karya
almarhumah Nurul F. Huda di Ruang HB Jassin, Taman Ismail Marzuki. Saya
mengetahui informasi acara itu setelah diundang oleh salah seorang teman
di FLP Jakarta yang bernama Ikal di FB. Saat mengetahui kalau acara
akan diselenggarakan jam 15.30, langsung agak kecewa. Pasalnya, masih
jam kerja. Kemungkinan untuk datang semakin kecil. Mengingat pekerjaan
di kantor juga lagi banyak-banyaknya, semakin mengurangi prosentase
kesempatan itu. Terlebih saat ini saya menjadi "single fighter" karena
tiga partner kerja saya pada cuti. Jadi, saya juga menghandle tugas
mereka. Jadinya, dalam pekan ini sampai dua pekan mendatang, saya akan
bekerja secara nomaden di tiga komputer yang berbeda. Tapi, ada semangat
membara untuk bisa menghadirinya terlebih saat tahu lokasi (TIM) dekat
dengan kantor saya.HARUS BISA DATANG! HARUS BISA DATANG! Akhirnya
menyusun strategi terutama tentang bagaimana caranya agar pekerjaan hari
itu bisa selesai dengan cepat.
Hari Kamis pun tiba. Menjelang siang, kerjaan masih banyak. Tapi
alhamdulillah, meski baru bisa keluar kantor sekitar jam 16.00, akhirnya
dengan naik KOpaja 502, sampai juga di TIM meski terlambat. Saat masuk
ruangan, langsung disambut dengan gegap gempita oleh Mbak Dina Sedunia
dan Mbak Ria Syakrey sehingga membuat beberapa orang menoleh dan menatap
saya. Wah, dikira ada artis datang! Hihihi...
Setelah duduk, baru sadar kalau ternyata tadi yang menoleh adalah Mbak
Izzatul Jannah, Mbak Helvy Tiana Rosa, dan Bunda Pipiet Senja. Saya
duduk di belakang mereka dan sempat menyapa serta cipika-cipiki dengan
Mbak Izzatul Jannah. Subhanallah walhamdulillah, impian saya untuk
bertemu dengan Mbak Helvy dan Bunda Pipiet Senja akhirnya terwujud juga!
Tak menyangka! Hmm, semakin bersyukur... Inilah salah satu hikmah atas
hijrah saya ke kota Jakarta ini.
Mbak Rahmadiyanti (Mbak Dee) sedang memandu acara. Sesaat kemudian Mbak
Dee meminta Bunda Pipiet untuk maju ke depan. Bunda Pipiet tak mampu
membendung air matanya saat beliau bercerita tentang almarhumah Nurul F.
Huda. Bunda Pipiet bertutur tentang bagaimana kisah kebersamaannya
dengan Mbak Nurul. Setelah Bunda Pipiet, Mas Yanuar juga diminta maju ke
depan dan membaca puisi tentang kematian.
Satu persatu penulis yang hadir digiring maju untuk berkisah. Termasuk
sang Ketua FLP Jakarta (Kang Tep) yang saat itu datang berbarengan
dengan Bang Boim Lebon dan Mas Fahri Aziza. Ahh, mereka pun tak mampu
menyembunyikan kesedihan. Meski acara menjadi bernuansa haru, tapi
akhirnya kembali ceria penuh canda saat Bang Boim Lebon mengambil alih
acara dengan lelang buku. Buku pertama yang dilelang adalah buku
terakhir Mbak Nurul yang berjudul "Hingga Jantungku Berhenti Berdetak".
Lelang cukup seru. Dari harga awal Rp 40.000,- akhirnya buku terjual Rp
1.000.000,-! Subhanallah... Ada bukunya Bang Boim juga yang dilelang
judulnya "Kekonyolan dalam Rumah Tangga". Paling lucu waktu Bang Boim
melelang buku "The Last Empress" yang ia pelesetkan menjadi "The Last
Pampers". Gubrakz!!! Puluhan buku habis terlelang sebelum adzan Maghrib
tiba. Oh ya, Mbak Helvy juga melelang kalung ungu kesayangannya. Tapi,
beliau sendiri yang berhasil memenangkan lelang atas kalungnya.
Adzan Maghrib pun berkumandang. Sebelum menuju masjid TIM, saya dan
beberapa teman FLP (Ikal, Mbak Elen, dan Mbak Ria) sempat menyapa dan
foto bersama Mbak Helvy, Bunda Pipiet serta Mbak Dee. Oh ya, Mbak Dina
Sedunia sudah balik lagi ke kampusnya untuk mengajar jam 18.00 tadi.
Setelah itu kami menuju masjid Amir Hamzah. Hmm, banyak kenangan bersama
teman-teman FLP Jakarta di masjid ini. Subhanallah, masjid ini sudah
banyak berubah. Lebih keren!
Setelah sholat Maghrib, saya bersama Mbak Ria dan Mbak Elen kembali ke
tempat acara. Sampai di ruangan, Mbak Helvy tengah membaca puisi yang
kata beliau merupakan salah satu puisi yang sangat disukai Mbak Nurul.
Setelah itu, satu persatu turut sumbang suara untuk membaca puisi. Mas
Nahar Rasjidi, Mas Fahri, dan Bang Boim pun beraksi. Mas Nahar dan Mas
Fahri begitu semangat dalam membaca puisi. Paling gokil ya Bang Boim,
malah berpuisi atas puisi "Perahu Kertas" yang seharusnya dibaca.
Di penghujung acara, Mbak Dee mengumumkan hasil lelang yang akhirnya
digenapkan Mbak Helvy menjadi Rp 5.000.000,-. Alhamdulillah...Secara
simbolis (simbolnya berupa selembar kertas tulisannya Mbak Dee yang
berisi daftar hasil lelang ^^), hasil lelang diserahkan Mbak Dee kepada
Bunda Pipiet Senja. Insya Allah, semua hasil lelang didedikasikan untuk
anak-anak almarhumah juga untuk membantu pelunasan biaya rumah sakit
beliau.
Acara diakhiri dengan doa bersama dipimpin Mas Yanuar. Kemudian
dilanjutkan foto -foto. Subhanallah, hari yang indah... Semoga full
barokah... Semangat kebersamaan dan semangat berbagi inilah yang
menjadikan FLP begitu luar biasa. Semangat itu pulalah yang juga dimiliki Mbak Nurul F. Huda.
Semoga karya-karya beliau menjadi amal jariyah pemberat timbangan
kebaikannya di akherat kelak. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi
ketabahan dan kesabaran yang luar biasa. Dan semoga kami yang masih
harus melanjutkan hidup di dunia, senantiasa diberi kemudahan untuk
meneruskan perjuangan beliau. Semangat merangkai karya!
Jakarta, 28 Mei 2011_19:24
Aisya Avicenna