Ya Allah Maha Pengasih tunjukkan jalan bagiku
Agar kami tak sesat dalam rimba raya-Mu, Ya Allah..
Ya Allah Maha Pemurah berikan kami cahya-Mu
Agar kami tak jatuh dalam lembah azab-Mu, Ya Allah...
Kami hanyalah manusia yg penuh noda dan dosa
Ampuni kami semua dalam belaian sayang-Mu
Setulus doa dariku
Senikmat iman di kalbu
Agar kami tetap tegar
Dalam cobaan yang datang
Ya Allah...
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Melihat ke atas: Memperoleh semangat untuk maju
Melihat ke bawah: Bersyukur atas semua yg ada
Melihat ke samping: Semangat kebersamaan
Melihat ke belakang: Sebagai pengalaman berharga
Melihat ke dalam: Untuk introspeksi diri
Melihat ke depan: Untuk menjadi lebih baik!
~Melihat ke dompet.. Hmm, baru ingat kalau ini tanggal tua! ^^~
Status di atas aku posting di FB pada hari Selasa, 26 April 2011 dan
langsung mengundang banyak jempol dan komenter. Teman-teman baru tahu
kalau aku tuh tipikal orang yang humoris. Hehe...
Melihat ke atas: Memperoleh semangat untuk maju
Melihat ke bawah: Bersyukur atas semua yg ada
Melihat ke samping: Semangat kebersamaan
Melihat ke belakang: Sebagai pengalaman berharga
Melihat ke dalam: Untuk introspeksi diri
Melihat ke depan: Untuk menjadi lebih baik!
~Melihat ke dompet.. alhamdulillah.. terima rapelan gaji! ^^v~
Nah, kalau status ini aku posting hari Rabu, 27 APril 2011 dan tetap
mengundang jempoldan komentar. Komentar yang masuk kebanyakan minta
traktiran. Hadehh...
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Ringkasan ini tidak tersedia. Harap
klik di sini untuk melihat postingan.
Alhamdulillah, hari ini dapat pengumuman tahap I beasiswa S2 dari kantor.
Insya Allah tes selanjutnya tanggal 13-14 Mei 2011.
Mohon doanya kawan-kawan!
Semangat!!!
Gitu aja deh catatannya coz speechless banget karena pagi tadi aku
sempat merasa sedih karena "kehilangan" sesuatu, tapi Allah ternyata
menggantinya dengan begitu cepat. Sebuah kejutan saat aku membuka email
dan membaca pengumuman itu.
Ya Allah, hamba yakin masih banyak kejutan luar biasa yang Engkau
rahasiakan... Dengan begitu membuatku belajar untuk terus berjuang,
bersyukur, dan bersabar dalam menemukan rahasia-rahasia itu!
~Terima kasih atas kejutan sekaligus kesempatan yang Engkau beri hari ni, Ya Rahman.. Aku luruh dalam mahabbah pada-MU...~
250411
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Niat memang memiliki posisi sangat istimewa dalam ajaran Islam. Kali
ini, kita membicarakan niat terkait dengan salah satu tahapan kehidupan
yang selalu menyenangkan untuk dilewati oleh setiap orang, yaitu
pernikahan. Apa yang ditulis di bawah ini cukup menjadi afirmasi positif
sebagai upaya untuk meluruskan niat kita baik sebelum, saat, maupun
setelah menikah.
1. Saya menikah dengan niat untuk menjalankan perintah Allah dan mencari ridho-Nya.
2. Saya menikah dengan niat untuk menjalankan sunnah Rasulullah SAW.
3. Saya menikah dengan niat untuk menjaga mata dari pandangan yang haram.
4. Saya menikah dengan niat untuk mendapatkan keturunan yang dapat memperbanyak jumlah umat Islam.
5. Saya menikah dengan niat untuk meraih kecintaan Allah dengan berusaha
mendapatkan keturunan yang bisa melanjutkan generasi umat manusia.
6. Saya menikah dengan niat untuk meraih kecintaan Nabi Muhammad SAW
demi memperbanyak umatnya yang berkualitas hingga kelak di hari kiamat
Rasulullah SAW bangga dengan hal tersebut. Dalam hadits disebutkan,
"Menikahlah dan perbanyaklah keturunan! Sebab aku akan membanggakan
kalian di hadapan umat-umat lain kelak di hari kiamat."
7. Saya menikah dengan niat untuk menjaga kehormatan suami dan memenuhi
kebutuhannya, serta berniat untuk mampu mengelola nafkah dan mengurus
anak-anak.
8. Saya menikah dengan niat untuk menjaga diri dari setan, menghilangkan
kerinduan dan kecenderungan syahwat yang negatif, menjaga kemaluan dari
perbuatan hina, menjaga pandangan, dan mengusir rasa was-was.
9. Saya menikah dengan niat untuk menyenangkan dan membahagiakan diri
dengan cara duduk bersama pasangan atau memandang serta yang lainnya,
agar bisa bertambah giat dan lebih tenang dalam beribadah.
10. Saya menikah dengan niat untuk mengurangi kesibukan hati dalam
mengatur rumah, mengerjakan pekerjaan dapur, menyapu dan membersihkan
perabotan, serta mendapatkan kemudahan hidup.
11. Saya menikah dengan niat untuk melatih diri dalam hal bertanggung
jawab sebagai seorang istri, berusaha memenuhi kebutuhan suami, sabar
dalam menjalani kehidupan rumah tangga, berusaha memperbaiki akhlaq
anak-anak, membimbing anak-anak kepada kebaikan dan menjadikan mereka
generasi Qur'ani.
12. Saya menikah dengan niat untuk memperoleh keberkahan dari do'a yang
dipanjatkan seorang anak shalih setelah saya wafat kelak, sekaligus
berharap pertolongan dan syafa'at dari anak-anak tersebut jika mereka
meninggal ketika masih kecil.
13. Saya menikah dengan niat seperti yang telah diniatkan oleh para
hamba Allah yang shalih dan para ulama yang mengamalkan ilmunya.
14. Saya menikah dengan niat pada semua niat tersebut dan niat lainnya
dari semua yang saya curahkan, saya ucapkan, dan saya kerjakan, dalam
urusan pernikahan ini, karena Allah.
Silakan ditambahkan sendiri ya!! ^^v
Yaa Allah, berikan taufiq kepadaku seperti halnya Engkau memberi taufiq
kepada mereka, dan tolonglah aku seperti halnya Engkau telah menolong
mereka.
Semoga ALLAH memberi taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua..Amiin..
Khususnya bagi yang berniat untuk menikah, saran saya : SEGERA PRINT
TULISAN INI, TEMPEL DI DINDING KAMAR! UCAPKANLAH BERKALI-KALI DAN TERUS
AZZAMKAN DALAM HATI! Semoga bisa membantu untuk menjaga kelurusan niat
tersebut.
Jakarta, 240411
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Hari, Tanggal : Sabtu, 23 April 2011
Pukul : 08.00-12.00
Tempat : Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jakarta Pusat
Pembicara : Ustadz Bachtiar Nasir, LC
***
Materi dari ustadz baru dimulai pukul 09.00. Surprise juga saat sebelum
materi, ada kesempatan untuk belajar tahsin dulu. Kami dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil dalam halaqoh-halaqoh. Subhanallah, aku masuk
dalam kelompok yang sebagian besar ibu-ibu. Ada yang nenek-nenek juga.
Kami belajar bersama seorang ustadz. Ibu-ibu begitu bersemangat,
meskipun berulang kali sering salah dalam membaca. Ustadznya juga sangat
sabar. Keren deh!
Moderator mengawali acara dengan berbagi kisah tentang seorang laki-laki
dari Bani Israil yang membunuh 99 orang dan ingin bertaubat. Akhirnya
ia mendatangi seorang rahib dan bertanya apakah taubatnya bisa diterima.
Sang rahib berujar bahwa taubatnya tidak akan diterima. Akhirnya
laki-laki itu membunuh sang rahib. Seratus nyawa akhirnya melayang atas
perbuatannya. Ia benar-benar ingin bertauubat. Akhirnya ia bertanya
apakah ada orang alim yang bisa ia tanyai. Akhirnya, bertemulah ia
dengan seorang alim/ahli hikmah. Ia pun bertanya apakah taubatnya bisa
diterima. Sang ahli hikmah menjawab, “Mengapa tidak? Allah Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Pergilah ke kota itu, di sana orang mentauhidkan
Allah. Tinggalkan kampungmu yang penuh maksiat!”
Laki-laki pembunuh itu menuruti kata sangg ahli hikmah. Demi mewujudkan
keinginan besarnya untuk bertaubat, laki-laki pembunuh itu bergegas
hijrah ke kota yang dimaksud sang ahli hikmah. Ternyata ia meninggal
dalam perjalanan. Malaikat pencatat amal kebaikan dan malaikat pencatat
amal keburukan ‘berselisih’ apakah laki-laki pembunuh itu masuk surga
ataukah neraka. Akhirnya diukurlah langkahnya dan ternyata langkah kaki
laki-laki pembunuh itu lebih dekat menuju kota tempat tujuannya
bertaubat. Akhirnya ia masuk surga.
Ilmu itu cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan pada orang yang suka bermaksiat.
Sebuah kisah tentang Abu Nawas yang menurut temannya, Abu Nawas pernah
bercerita bahwa ia bermimpi duduk di taman surga. Setelah di tanya,
mengapa Abu Nawas bisa berada di surga, Abu Nawas menjawab bahwa ia
masuk surga karena membuat syair tentang taubat yang ia simpan di bawah
kasurnya. Syair itu berbunyi demikian.
Ilaahi Lastu Lil Firdausi Ahlaa
Walaa Aqwaa `Alan Naaril Jahiimi
Fahablii Taubatan Waghfir Dzunuubii
Fainnaka Ghoofirudz Dzambil `Adzhiimi
Dzunuubii Mitslu A`daadir Rimaali
Fahabli Taubatay Yaadzal Jalaali
Wa `Umrii Naaqishun Fii Kulli Yaumi
Wa Dzambii Zaidun Kaifak Timaali
Ilaahii `Abdukal `Aashii Ataaka
Muqirrom Bidz Dzunuubi Waqod Da`aaka
Wain Taghfir Fa-Anta Lidzaaka Ahlun
Fain Tathrud Faman Arju Siwaaka
Ya Tuhanku, aku tak layak menjadi ahli syurga-Mu
Namun, aku tidak mampu menahan panasnya siksa api neraka
Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku
Sesungguhnya hanya Engkau Maha Pengampun dosa-dosa besar
Dosa-dosaku seperti jumlah debu pasir dipantai
Maka terimalah taubatku Wahai Pemilik Keagungan
Dan sisa umurku berkurang setiap hari
Dan dosa-dosaku bertambah, bagaimana aku menanggungnya
Ya Tuhanku, hamba-Mu yang berdosa ini datang kepada-Mu
Mengakui dosa-dosaku dan telah memohon pada-Mu
Seandainya Engkau mengampuni
Memang Engkaulah Pemilik Ampunan
Dan seandainya Engkau menolak taubatku
Kepada siapa lagi aku memohon ampunan selain hanya kepada-Mu
Acara selanjutnya adalah materi dari Ustadz Bachtiar Nasir.
Beberapa point yang sempat saya catat dari apa yang beliau sampaikan:
1.Bertaubat tidak cukup dengan meninggalkan yang dilarang tapi juga
melaksanakan perintah. Kekeliruan saat ini, bertaubat hanya dipahami
dengan meninggalkan maksiat saja.
2.Taubat ada dua, yakni taubat yang wajib (taubat dengan meninggalkan
yang dilarang tapi juga melaksanakan perintah) dan taubat yang sunnah (
Taubat dengan menjalankan sunnah Rasul dan menjauhkan diri dari yang
dimakruhkan Rasulullah Saw.)
3.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Adam as
Hikmah kisahnya:
a.Akibat dari dosa yang dilakukan Adam, maka Allah menyingkapkan keburukannya (Q.S. Thaha : 21)
b.Adam dan Hawa terusir dari surga (Q.S. 7 : 24)
c.Allah Swt mencela mereka (Q.S. 7 : 22)
4.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Nuh as
a.Nuh adalah bapak manusia setelah Adam dan kemudian disusul Ibrahim.
b.Pada masa Nuh, ada 5 orang shalih yang sangat dermawan kemudian
didewakan secara berlebih-lebihan oleh umat Nuh dengan dibuatnya patung
mereka saat mereka telah wafat. Inilah yang menjadi contoh syirik
pertama kali di muka bumi.
c.Nuh merupakan hamba Allah yang banyak bersyukur dalam keadaan apapun.
So, kunci hidup berbahagia dalam beragama adalah berdzikir dan bersykur
(Q.S. 2 : 152). Bukan dzikir di lisan saja, tapi juga di dalam qalbu.
Merasakan dan menyaksikan keagungan-Nya di alam raya. Orang yang sering
berdzikir, akan mampu banyak bersyukur.
d.Dzikir kalbu :
-Mampu merasakan keagungan nama dan sifat-Nya
-Mampu merasakan kebesaran Allah di jagad raya
e.Wujud syukur :
-Lisan
-Memberi mahabah (daya cinta) dan inabah (efek dari mahabah) pada Allah
-Perbuatan, kuncinya : taat
f.MAHABAH
-Cinta yang tidak berbalas ridho dari Allah bisa disebabkan karena
cintanya tidak dibarengi dengan ketaatan kepada Allah. Itulah cinta yang
sia-sia.
-Ikhlaskan memurnikan ibadah karena Allah semata
g.INABAH
-Ketika kita merasa lebih pintar dari orang lain, itu sombong namanya.
-Hidup ini di antara 2 misteri, yakni ikhtiar insani dan takdir Ilahi.
-Orang yang cerdas dalam menjalankan hidup adalah orang yang mampu menjalani hidup di antara ikhtiar insani dan takdir Ilahi.
-Taufiq adalah pertemuan antara kehendak Allah dan manusia.
h.Tidak harus menunggu berdosa baru bertaubat. Nabi Nuh as selalu menjadikan taubat sebagai gaya hidupnya
i.Alam bawah sadar manusia senang dengan pengulangan.
j.Formula dahsyat sebelum tidur :
-Memaafkan orang lain
-Bertaubat
-Berdzikir
-Mendengarkan murottal sebagai pengantar dan teman tidur
k.Doa Nabi Nuh (Q.S 11 : 45)
l.Nuh berhasil membentengi diri sendiri, tapi tidak berhasil membentengi anaknya (Q. S. Al-A’raf : 59)
5.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Yunus as
Q.S. 21 : 87
Ia taubat di dalam perut ikan
6.Belajar dari kisah taubatnya Nabi Ayub as
Ayub adalah hamba paling sabar. Ia tidak minta sembuh pada Allah. Ia
selalu yakin bahwa segala sesuatu yang datang dari Allah, pasti baik
untuknya.
Jakarta, 230411
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Pukul 03.00, aku terbangun. Lagi-lagi tanpa alarm. Alhamdulillah.
Setelah sholat malam, aku sempat murojaah 3 hadist yang harus aku
setorkan pagi ini. Pukul 03.30 aku buka kulkas, ambil telur dan beberapa
cabai, terus menuju lantai 1. Saatnya memasak!!! Beberapa waktu
kemudian, akhirnya jadi juga masakan lezat ala chef Aisya Avicenna.
Sempat dikreasi saat menghidangkan. Halah! "Nasi Goreng Chicken Stick”
itu akhirnya aku lahap bersama seorang sahabat. Selesai sarapan, aku
bersiap-siap hendak “kuliah pagi".
Sekitar pukul 05.30, aku sudah berdiri di Jalan Otista Raya untuk
menunggu mikrolet 53 yang hendak aku tumpangi. Sambil menunggu, aku
manfaatkan untuk muroja’ah hafalan hadistku. Hari ini ada 3 hadist lagi
yang harus disetorkan. Tiba-tiba ada sepeda motor berhenti di depanku.
Kaget! Rasa kaget itu sirna sudah tatkala tahu siapa pengendaranya.
Beliau adalah salaha satu mahasiswi LBQ Al-Utsmani juga, tapi levelnya
di atasku. Dia mengajakku naik motornya. Uhuy! Alhamdulillah...
Sepanjang perjalanan, aku masih sibuk dengan hafalanku.
Sampai di kampus, ternyata aku tetap menjadi mahasiswi yang datang
paling awal di kelasku. Hehe... Pukul 06.15 kelas dimulai dan
alhamdulillahh hari ini berhasil setor hafalan 3 hadist. Pukul 08.00
kelas berakhir. Sebelum pulang, aku sempatkan ke kantor LBQ Al-Utsmani
dulu untuk membayar SPP. Setelah itu melanjutkan agenda berikutnya yakni
“imunisasi pekanan”. Hmm, ada yang special hari ini. Semangat! Setelah
“imunisasi pekanan” aku “diculik” salah satu saudariku untuk
mengantarkannya ke toko “RAIHAN” di dekat UNJ.
Pukul 13.30 aku tiba di kost untuk makan siang. Setelah itu, aku menuju
stasiun Tebet untuk naik kereta ke Depok. Saat di kereta aku sempat
cemas karena tidak begitu tahu jalurnya dan belum begitu familier dengan
stasiun Lenteng Agung, tempat aku turun. Di dalam kereta ekonomi AC
itu, aku berdiri. Tiba-tiba aku melihat toko buku Leksika dari jendela.
Wah, sepertinya terlewat nih stasiunnya. Akhirnya aku turun di stasiun
berikutnya. Saat hendak keluar, aku tanya ke bapak penjaga tiket apakah
stasiun Lenteng Agung sudah terlewat. Ternyata oh ternyata, tempatku
berpijak saat itu adalah stasiun Lenteng Agung. Hehe... Subhanallah,
walhamdulillah!
Setelah keluar dari stasiun, aku berganti angkot kecil warna biru
jurusan Pasa Minggu dan akhirnya sampai juga di toko buku Leksika.
Berhubung masih pukul 14.35, aku pun melihat-lihat buku dulu. Sempat
menamatkan sebuah buku di sana yang berjudul “Shalat Istikharah”.
Menjelang Asar, aku ke mushola. Aku sholat Asar berjamaah dengan seorang
laki-laki yang logatnya Jawa banget!
Setelah sholat, aku ke lantai 4 yang menjadi tempat acara launching buku
“PARA GURU KEHIDUPAN”. Saat mengisi absensi, aku bertanya pada
panitianya siapa sih penanggung jawab proyek ini. “Mas Epri Tsaqib. Itu
Mbak, orangnya ada di depan,” kata seorang muslimah berjilbab lebar yang
mengaku sebagai asisten Mas Epri (yang ternyata adalah istrinya! Baru
tahu di akhir acara! ^^v). Selain itu, baru aku ketahui bahwa laki-laki
yang tadi menjadi imam sholat Asar itu bernama Muhammad Trimanto, ketua
FLP Depok yang juga salah satu penulis dalam buku antologi “PARA GURU
KEHIDUPAN”. Sebelum acara dimulai, kami sempat kenalan, tukar tanda
tangan dan kartu nama serta bercakap-cakap dengan beberapa penulis yang
juga urun karya di antologi tersebut.
Acara dimulai dengan pembukaan dan doa bersama yang dipimpin oleh Mas
Epri tsaqib. Selanjutnya pada sesi ice breaking, tampillah Mas Niko cs
yang menyanyikan lagu tentang bumi karena bertepatan hari itu adalah
hari Bumi. Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan naskah oleh Mbak
Achi TM yang bercerita tentang pengalaman pribadinya bersama ayahanda
tercinta sebelum beliau wafat. Impian Mbak Achi melalui dorongan
semangat dan ketegasan sang Ayah membuatnya kini semakin percaya diri
menapaki setiap langkahnya di dunia kepenulisan.
Selanjutnya ada penampilan Teater Pusat Bumi yang dibawakan Nadia Sarah
Adzani bersama 2 orang rekannya. Nadia juga salah satu penulis dalam
buku tersebut. Kemudian, pembacaan naskah oleh Mbak Lya Herlianti. Ia
tak kuasa membendung air matanya saat membacakan naskahnya yang
berjudul "Sang Pembuka Hati." Ia bercerita mengenai pengalaman
pribadinya dengan Jossete, sahabatnya di Belanda yang menyadarkannya
akan cinta yang telah lama hilang.
Demikian juga dengan Mbak Wiwiek ketika membacakan kisahnya tentang Ibu
yang selalu menjadi peneduh ketika masalah demi masalah datang
menghampiri, audiens pun ikut merasakan betapa damainya memiliki seorang
ibu yang begitu mencintai putrinya.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan penyerahan buku “PARA GURU
KEHIDUPAN” secara simbolis lanjut foto bersama. Seru! Apalagi waktu Mas
Epri Tsaqib foto bersama istrinya. Kedua naskah mereka tergabung juga
dalam buku ini. Wah, so inspiring! Suami istri yang kompak. Hmm, jadi
teringat salah satu impianku adalah menulis bersama suamiku kelak.
Hehe.. semoga terwujud. Aamiin...
Berikutnya adalah pembacaan naskah oleh Wahyu Widianingrum yang membuat
hadirin tergelak dan senyum-senyum saat mendengar kisah yang
dituturkannya. Pada penghujung acara, Mbak Achi TM tampil kembali
bersama Mas Niko dan Niki dari Rumah Pena dengan membacakan puisi karya
Mas Epri Tsaqib.
Acara launching diakhiri dengan Book Signing para penulisnya.
Dengan lahirnya buku ini semoga dapat mendatangkan manfaat yang besar
bagi kita semua dan menjadi ladang amal kebaikan khususnya bagi para
penulisnya. Aamiin...
Jakarta, 220411
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Mengapa saya menggunakan kata “Kartini” pada judul catatan ini? Alasan
pertama karena Kartini itu wanita luar biasa dan kali ini saya akan
menceritakan seorang wanita luar biasa yang cukup berpengaruh bagi saya.
Alasan kedua karena catatan ini merupakan Catatan Aisya edisi ke-21
yang saya tulis tanggal 21 April 2011 bertepatan dengan peringatan hari
Kartini. Hmm… ya begitulah!
***
Bila Izrail datang memanggil
Jasad terbujur di pembaringan
Seluruh tubuh akan menggigil
Seluruh badan kan kedinginan
Lagu itu lagi! Ya, setiap kali si ibu itu beraksi, lagu tersebut yang
dinyanyikan. Hanya bermodal suara, tanpa alat musik yang melatarinya,
ibu itu membawakan setiap lagu yang dinyanyikannya. Lagu di ataslah yang
sering dinyanyikan sebelum lagu lainnya. Ibu berjilbab yang berprofesi
sebagai pengamen itu sudah puluhan kali “manggung” di Kopaja 502 yang
aku tumpangi. Hampir setiap “pentas”, beliau membawakan lagu itu.
Benar-benar mengingatkan diri ini, harapannya pesan yang tersurat dan
tersirat dalam lagu yang ia bawakan juga sampai ke penumpang yang lain.
Kadang merinding juga saat ibu itu menyanyikannya.
Sayang, pagi tadi saya hanya melihat ibu itu di pinggir jalan. Awalnya
si ibu akan naik Kopaja 502 yang saya tumpangi. Tapi, jarak beliau dan
berhentinya Kopaja terlalu jauh dan lagi penumpangnya juga membludak.
Akhirnya beliau tidak jadi naik Kopaja 502 tersebut. Ada rasa kecewa
juga, karena pagi ini saya tidak mendengarkan lagu pengingat mati itu.
Ibu itu biasa beraksi di sepanjang jalan dari kawasan Kampung Melayu
sampai Matraman. Ah, saya bertekad suatu saat ingin menemui ibu itu.
Saya penasaran dengan latar belakang kehidupannya. Mungkin saya pun akan
bertanya mengapa lagu pengingat mati itu yang terus ia nyanyikan.
Semoga ada kesempatan.
Berbicara tentang kematian, banyak sarana yang bisa mengingatkan kita
pada kematian. Coba tanyakan pada diri kita, seberapa banyak kita
mengingat mati dalam hidup kita. Hanya kita sendiri yang bisa
menjawabnya. Jika kenyataannya kita masih sangat sedikit dalam mengingat
mati di tengah kesibukan dan semua urusan duniawi kita, maka segeralah
ubah hal tersebut. Kita tidak pernah tahu kapan kematian mendatangi
kita. Mengingat mati akan membuat kita seakan punya rem untuk
menghindari perbuatan dosa. Mengingat mati juga merupakan satu cara yang
sangat efektif untuk mengendalikan hawa nafsu. Perhatikan sabda
Rasulullah SAW berikut ini: “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang
melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)
Ya Allah yang Maha Menghidupkan dan yang Maha Mematikan, wafatkanlah
kami dalam keadaan husnul khatimah. Dan kami berlindung kepada-Mu dari
keadaan suul khatimah.
Semoga Allah Swt menutup akhir hayat kita dengan husnul khatimah dan menerima semua amal shalih kita. Aamiin Yaa Rabb…
"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati..."(QS.Ali Imran:185).
Jakarta, 210411_13:06
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Para Guru Kehidupan senantiasa ada dan hadir di sekitar kita. Mungkin ia
adalah sosok yang sederhana, mungkin ia adalah sesuatu yang tidak
pernah kita duga
hadir dan melintas begitu saja dalam kehidupan kita atau mungkin juga ia
adalah sebuah momen yang tak terlupakan dalam kehidupan kita yang
sangat singkat ini
Dari mereka kita senantiasa bisa belajar dan mengambil manfaat yang akan
sangat berguna untuk bekal kita mengarungi episode perjalanan hidup ini
selanjutnya.
Insya Allah ada tulisan saya dalam buku antologi ini. Siapakah Guru
Kehidupan saya? Penasaran??? Insya Allah buku ini akan dilaunching pada
hari Jumat, 22 April 2011. Bagi teman-teman yang ingin memiliki buku
inspiratif ini bisa menghubungi saya.. Cukup dengan harga Rp 40.000,-...
Jangan lewatkan kesempatan ini ya!
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang
mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang
yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa
hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia
perlakukan tuhannya. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada izin
untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang
Allah berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan Allah atasmu.
Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap
ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudhu di dingin malam, lapar
perut karena shaum atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.
Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam
hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka
baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh,
alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.
As-shiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH,
jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau
hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan
mereka," ucapnya lirih.
Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan
dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada
orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian
menyebut-nyebutnya kepada khalayak. Ada orang beramal sedikit dan
mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak
pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan banyak orang
karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan ambisi
pribadinya, atau tidak mau kalah atau tertinggal di belakang para
pejuang. Mereka telah menukar kerja dan kata.
Dimana kau letakkan dirimu? Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara
dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut, sampai
sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di
depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Telah berapa hari engkau hidup
dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi
saat obyek ma'siat menggodamu dan engkau menikmatinya? Malu kepada Allah
dan hati nurani tak ada lagi.
Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia
berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani bertambah tinggi. Rasa
malu kepada Allah, dimana kau kubur dia?
Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka
lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung.
228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP ; SMU 25%
mengaku telah berzina dan hampir separuhnya setuju remaja berhubungan
seks di luar nikah asal jangan perkosaan, walaupun pada saatnya mereka
memperkosa.
Dan masyarakat memanjakan mereka, karena "mereka masih d ibawah usia."
Mungkin engkau mulai berfikir, "Jamaklah, bila aku main mata dengan
aktifis perempuan --bila engkau laki-laki atau sebaliknya (akhi dan
ukhti)-- dicelah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat
atau bertelepon dengan menambah waktu sekedar melepas kejenuhan dengan
canda jarak jauh." Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana
getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan
segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat?"
Saat engkau mau muntah melihat laki-laki berpakaian perempuan, karena
kau sangat percaya kepada ustadzmu yang mengatakan, "Jika Allah melaknat
laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa
tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?" Ataukah taqwa
berlaku saat berkumpul bersama dan yang paling tinggi berteriak "Ini
tidak islami" berarti ia paling islami, lalu sesudah itu urusan
kesendirian tingga llah antara engkau dengan lamunanmu, tak ada Allah
disana?
Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justru
engkau sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut
lawan jenismu yang muda dan segar. Kau yang tak mampu melawan berontak
hatimu untuk tidak makan berdiri di tengah suatu resepsi mewah.
Berbisiklah syaithanmu: "Jika kau duduk di lantai atau di kursi malam
ini citra da'wah akan ternoda." Seakan engkau-lah pemilik da'wah ini.
Lupakah kau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka
pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter. Begitu jauhnya
inhiraf di kalangan awam, tak lain karena para elitenya telah salah
melangkah lebih dulu. Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"-nya
membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa
menit sebelumnya ia setubuhi, lalu dengan enteng mengatakan, "Itu
maharku, Allah waliku dan malaikat itu saksiku," dan sesudah itu
segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah? Siapa yang akan
memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda
artis penyanyi lalu mengatakan, "Ini anakku, karena kedudukan guru
dalam Islam seperti ayah, bahkan lebih dekat lagi."
Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar
diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua
kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang
sama? Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan
seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam organisasinya? Kau
andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang
maksiat masyarakat awam? Bukankah ini mengkomersilkan kekurangan
masyarakat? Koruptor macam apa engkau ini? Semoga ini tak terjadi pada
dirimu, karena kafilah yang pernah berlalu tak sunyi dari peruntuh
bangunan yang dibina dengan susah payah.
Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka.
Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada
Amerika dan Zionis dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk makanan
mereka, semata-mata karena nuansa "westernnya." Engkau akan menjadi
faqih pedebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan
perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan
Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.
Mahatma Ghandi memimpin perjuangan kemerdekaan India dengan kain tenunan
bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia
menoleh kekanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia
tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur
disana. Bila ia minta bangsanya mendongakkan kepala dengan bangga, maka
300 juta bangsa India akan tegak, walaupun tulang punggung mereka tak
kuat lagi berdiri karena lapar dan kurang gizi.
Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi
ummat dengan pameran mobil dan rumah mewah serta hidup di tengah
gemerlap kehidupan selebritis. Saat fatwa digenderangkan, ummat tak lagi
punya kemauan untuk mendengar. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan
uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil
penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku?"
*Dicopas dari notenya Kang Ahmad Lamuna
Jakarta 20 April 2011
Saat hati hampir "pingsan",
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.