
“Assalamu’alaikum. Ri, Wiwik opname di rumah sakit ya? Kok aku nggak
dikasih tahu sih? Wah, sepertinya ada yang perlu dievaluasi dengan
ukhuwah kita. Tega ya kamu nggak ngasih tahu aku, padahal kita kan
sahabat dekat."
Kurang lebih begitulah SMS-ku pada seorang sahabat beberapa bulan yang
lalu. Masih teringat dalam ingatan, waktu itu sampai di kost jam 20.00
lebih. Sampai di kost ada adik kost yang berujar kalau dia habis dari
rumah sakit menengok Wiwik. Ternyata Wiwik dirawat di Rumah Sakit sejak
kemarin karena kena Demam Berdarah. Wah, langsung teringat Nuri sahabat
baikku yang juga sekantor dengan Wiwik dan satu kost sama aku. Mengapa
Nuri tidak memberi tahu aku? Padahal kemarin aku juga menanyakan kondisi
Wiwik. Tapi ia jawab, baik-baik saja kok! Awalnya kesal juga sih, tapi
akhirnya ada ide terbersit. Hmm, saatnya manajemen konflik dipraktikkan!
(baca : mau ngerjain Nuri.com)
Akhirnya malam itu juga aku SMS Nuri seperti di atas. Lamaaa, belum
segera ada jawaban dari Nuri sampai akhirnya Nuri membalas. SMS
balasannya berisi permintaan maaf. Hmm, nggak enak juga sih sebenarnya.
Tapi, tidak ada salahnya menciptakan sedikit konflik dalam persahabatan
kami. Aku hanya ingin merasakan, bagaimana kalau ada konflik di antara
kami karena selama ini hubungan kami baik-baik saja.
Keesokan harinya, aku dan Nuri masih saling diam. Hingga sore harinya
kami bertemu di rumah sakit saat menjenguk Wiwik. Nuri sudah tiba di
rumah sakit lebih dulu dari aku karena habis Maghrib aku baru pulang
dari kantor. Saat bertiga inilah, kami kembali cair. Nuri bahkan sengaja
menungguku sampai di rumah sakit agar bisa pulang ke kost bersama.
Sepulang dari rumah sakit, kami sudah kembali seperti biasa. Seolah tak
ada konflik di antara kami. Ahh, indahnya persahabatan ini. ^^v
Tentang manajemen konflik, aku jadi teringat materi saat Diklat
Prajabatan setahun yang lalu tentang “Membangun Kerjasama Tim”. Saat
diklat itu, aku dikenal teman-teman sebagai salah seorang peserta yang
sering membuat singkatan-singkatan atau rumus-rumus dalam setiap materi.
Ehem! Termasuk dalam materi ini. Waktu itu aku juga mendapat kesempatan
mempresentasikan materi ini di depan teman-teman. Salah satu point yang
aku sampaikan adalah tentang cara menghadapi konflik, terlebih dalam
sebuah tim. Konflik memang bisa terjadi dalam diri sendiri. Tapi yang
aku bahas ini adalah konflik dalam tim.
Tim di sini banyak contohnya, misal dalam lingkungan kerja, dalam dunia
kepenulisan (pengalaman pribadi nih!), dalam rumah tangga (suami-istri),
dalam persahabatan, dalam olahraga, dll. Wajar adanya jika dalam satu
tim sering terjadi perbedaan pendapat atau hal lainnya yang memicu
lahirnya konflik. Konflik harus dihadapi, bukan dihindari karena kalau
konflik dalam tim tidak segera diselesaikan maka akan menyebabkan
perpecahan dalam tim tersebut. Konflik dapat dihadapi dengan “SENYUM”.
[S]adari dan akui adanya konflik.
Tanpa ada pengakuan dan kesadaran akan adanya konflik, maka masalah
tidak akan terpecahkan. Tim yang efektif akan menyadari adanya konflik
sejak dini sehingga tidak akan menjadi penghalang kinerja tim. Oleh
karena itu dibutuhkan kepekaan dalam berinteraksi.
[E]valuasi kinerja tim dan identifikasi konflik
Lakukan evaluasi kinerja dan lakukan identifikasi akar masalah dari timbulnya konflik, apakah dari personal atau sistem.
[N]etral terhadap semua pendapat.
Lakukan sumbang saran. Libatkan semua tim untuk mengungkapkan pendapat
dengan bersikap netral pada pendapat-pendaoat tersebut dan pada orang
yang mengemukakannya.
[Y]akin bahwa konflik akan cepat selesai jika diselesaikan bersama.
Selesaikan konflik secara bersama, bisa dengan diskusi bersama secara terbuka.
[U]ntuk menemukan solusi, buat kesepakatan
Personel tim bekerja sama dan saling berlapang dada dalam mengambil
setiap keputusan sebagai solusi konflik tersebut agar tidak melahirkan
konflik baru.
[M]engkaji solusi
Mengkaji solusi sangat diperlukan untuk mengetahui efektivitas solusi
yang diberikan tersebut. Kalau sekiranya solusi sebelumnya kurang tepat,
bisa dilakukan kaji ulang untuk menemukan solusi lain yang lebih baik.
Semoga rumus “SENYUM” di atas bisa menjadi alternatif solusi dalam
menghadapi konflik. Tidak ada salahnya jika kita menciptakan adanya
konflik jika memang diniatkan sebagai sarana pembelajaran. Jujur,
setelah ‘keusilan’-ku yang sempat melahirkan ‘pertengkaran kecil’ di
atas, aku dan Nuri semakin akrab saja. Bisa dicoba! Tapi hati-hati juga
ya... ^^v
Sedih bila kuingat pertengkaran itu
Membuat jarak antara kita
Resah tiada menentu hilang canda tawamu
Tak ingin aku begini tak ingin begini
Sobat rangkaian masa yang tlah terlewat
Buat batinku menangis
Mungkin karena egoku mungkin karena egomu
Maaf aku buat begini maaf aku begini
Bila ingat kembali janji persahabatan kita
Tak kan mau berpisah karena ini
Pertengkaran kecil kemarin cukup jadi lembaran hikmah
Karena aku ingin tetap sahabatmu
(Backsong : Pertengkaran Kecil_Edcoustic)
Jakarta, 070411_06:13
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Beberapa hari yang lalu, saat sedang merapikan berkas-berkas pribadi,
aku menemukan selembar kertas yang membuatku tersenyum. Aku baca di
pojok kanan bawah kertas itu bertuliskan “Kebun Raya Bogor, 16 Maret
2010 jam 11.00, Diklat Prajab Golongan III Angkatan II.” Inilah semua
tulisan di kertas itu.
ETIKA SURYANDARI.
Menurut kamu, saya bagaimana?
- Pintar
- Imajinasi kreatif
- Inovatif
- Pintar
- Rajin
- Kalem
- Diem
- Kreatif
- Smart
- Jelek
- Pinter
- Kreatif
- Pinter
- Gak tau
- Religius
- Beretika sekali
- Matematika banget
- Sopan
- Tekun
- Soleha
- Pinter
- Pinter
- Pinter banget
- Pintar dan wawasannya luas
- Pinter, banyak wawasan
- Matematik banget
Sekitar 24 orang memberikan penilaian tentangku setelah beberapa hari
kami bergabung dalam rangkaian kegiatan Diklat Prajab Golongan III
Angkatan II di Pusdiklat Kementerian Perdagangan, Sawangan Depok.
Harusnya semua berjumlah 33 orang. Akan tetapi, beberapa dari kami tidak
bisa mengikuti acara refreshing ke Kebun Raya Bogor hari itu. Masih
teringat jelas, Mas Hiras cengar-cengir gara-gara semua teman ia tulis
“jelek”. Dasar!!! ^^v. Terus Mas Ramiaji, Mas Rendi, dan Mas Billy yang
juga jadi sasaran olokan teman-teman waktu kita duduk melingkar beralas
koran saat itu. Sebelum acara sarasehan tersebut, kami sempat
berkompetisi dalam dua lomba yang sudah disiapkan Mas Bowo dan Mas
Ramiaji selaku sie acara. Kedua lomba itu adalah memindahkan karet
gelang secara berantai dengan menggunakan sedotan di mulut dan lomba
menyeberang cepat dengan menggunakan dua lembar koran. Setelah dari
Kebun Raya Bogor, kami mampir ke pabrik tas khas Bogor di Tajur.
Sekedar menyegarkan memori kembali ke masa setahun yang lalu. Aku
mencoba menuliskan kembali jadwal diklat kami. Hmm, semacam catatan
harian waktu itu. Setiap hari kami harus mengenakan seragam putih-hitam
pada hari Senin sampai Kamis dan batik pada hari Jumat. Kami juga harus
membuat resume setiap selesai mendapatkan materi. Kadang dikerjakan
sampai malam, sering juga dikerjakan saat pelajaran tengah berlangsung
^^v. Semuanya mendapatkan kesempatan untuk maju di depan kelas,
mempresentasikan resumenya.
Senin, 8 Maret 2010
Setelah semalam sebelumnya kami check-in di Pusdiklat, pagi ini kami
harus menghadapi placement test bahasa Inggris. Setelah 1 jam
berlangsung, kami istirahat sejenak di ruang makan, kemudian dilanjutkan
dengan pengarahan program dan pengarahan akademis yang dipandu oleh
Bapak Ridwan Rajab dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI. Jam
12.00-13.00 kami mendapat materi tentang Kesehatan Mental dari Bapak
Junaidy. Sore harinya adalah sesi yang paling aku suka, yakni materi
motivasi “Soft Competency” yang disampaikan Bu Tammy Utanty. Meski waktu
itu aku duduk paling pojok, tapi aku sangat tertarik dan bersemangat
mengikuti materi ini.
Selasa, 9 Maret 2010
Hari kedua ini kami mengenakan pakaian olahraga. Materi hari ini adalah
tentang dinamika kelompok. Kami nge-game dengan dipandu Bu Siti Yamtinah
dan Bu Wah, seru! Kita juga diberi lembar isian bergambar bintang dan
di kelima sudut bintangnya kami diminta menulis : dua tokoh idola, dua
keberhasilan, dua kegagalan, tiga kata yang menggambarkan diri, dan dua
cita-cita. Masih ingatkan kawan apa yang kalian tulis? (Hmm, kalau aku
masih inget karena masih kusimpan ^^v).
Rabu, 10 Maret 2010
Materi ketiga sudah cukup berbobot, yakni “Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI” yang dipandu oleh Bapak Remedy Silalahi.
Kamis, 11 Maret 2010
Pagi buta kami berhadapan dengan salah satu anggota POLRI. Hmm, hari ini
kami akan latihan baris-berbaris. Aku lupa siapa nama instrukturnya
(ada yang masih ingat???). Setelah makan pagi, kami mendapat materi
tentang “Budaya Kerja Organisasi Pemerintah” dengan pemateri Ibu Haryati
Hudayah. Sorenya kami mendapat materi Bahasa Inggris dari Bapak
Syarifuddin Nurdin.
Jumat, 12 Maret 2010
Setelah senam dengan instruktur yang autis (menjiplak kata-kata Bowo,
karena sang instruktur gerakannya cepet banget), kami sarapan. Kemudian
mendapatkan materi “Etika Organisasi Pemerintah” dari Bapak Arifin Heru
Sasongko. Kalau biasanya kami selesai pukul 17.00, hari ini ada yang
special karena setelah Maghrib, Pak Sekjen akan datang. Pada kesempatan
ini Pak Sekjen banyak memberi kami motivasi dalam meniti karir di
Kementerian Perdagangan kelak. Kami diminta menuliskan impian-impian
kami kelak. Jadi ingat saat Mas Ivan bilang kalau ia ingin menjadi
Sekjen kelak. Aamiin... ^^v
Sabtu, 13 Maret 2010
Setelah mendapat pelatihan baris-berbaris, kami mendapatkan materi
“Wawasan Kebangsaan dalam Kerangka NKRI” oleh Bapak Mudjadid Dulwathan.
Sorenya dapat materi bahasa Inggris lagi.
Senin, 15 Maret 2010
Hari ini Pak Dulimin membersamai kami dalam materi “Manajemen Kepegawaian Negara” dan sorenya baru materi bahasa Inggris.
Selasa, 16 Maret 2010
Hari ini tanggal merah. Kami sepakat untuk liburan ke Bogor tepatnya di
Kebun Raya Bogor. Seru juga. Hmm, kisahnya panjang kalau diceritakan,
sebagian sudah aku ceritakan di atas. Pokoknya hari ini kami
bahagiaaaaaa banget!
Rabu, 17 maret 2010
Hari ini kami mendapat materi tentang “Manajemen Perkantoran Modern” oleh Ibu Susilawati Sukmadji dan Ibu Amah Suryamah
Kamis, 18 Maret 2010
Ehem! Pada aksi baris-berbaris hari ini aku berkesempatan menjadi komandan pleton (danton) euy! Siaaaaap graak!!! Hehe...
Hari ini di kelas kami dapat materi “Komunikasi yang Efektif” dari Bapak Hendriana. Sorenya baru dapat materi bahasa Inggris.
Jumat, 19 Maret 2010
Setelah senam pagi dan sarapan, kami masuk kelas dan menerima materi
“Membangun Kerjasama Tim” bersama Ibu Siti Yamtinah dan Ibu Amah
Suryamah. Kedua ibu yang sangat bersemangat ini cukup menarik dalam
menyampaikan materi.
Sabtu, 20 Maret 2010
Hari ini adalah hari terakhir kami mendapatkan materi utama dalam Diklat
Prajabatan. Materi terakhir yang diberikan adalah “Pelayanan Prima”
yang dipandu oleh Ibu Heny Hadiparmono dan Bapak Hadi Adji Susanto.
Senin, 21 Maret 2010
Ahad kemarin kebanyakan dari kami memilih bertahan di asrama karena hari
ini pukul 08.00 kami UJIAN! Wah, soalnya studi kasus. Cukup seru sih!
Siangnya kami mendapat materi tentang “ATASE/ITPC Departemen Perdagangan”, dilanjutkan post test bahasa Inggris sore harinya.
Malam harinya kami mengadakan “PROM NIGHT”. Pesta perpisahan. Pada acara
malam ini ada pemilihan peserta TER. Jujur, saya lupa siapa saja yang
terpilih. Ada yang mau membantu mengingat? Tapi yang tidak terlupa
adalah aba-aba dari Mas Sugeng saat jadi komandan di kelas. Hehe...
Lucu! Selain itu adalah Mas Meymey yang dinobatkan menjadi maskot
angkatan kita. Malam itu kami sharing, nge-game, foto-foto, dll. Super
seru pokoknya!
Selasa, 23 Maret 2011
Hari terakhir baris-berbaris dengan POLRI, dilanjutkan evaluasi dari
panitia dan acara terakhir adalah penutupan. Pada penutupan ini, kami
diminta menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Syukur. Awalnya kami
kesulitan mencari dirigen, akhirnya terpilihlah Bowo yang memimpin kami
menyanyi. Keren euy! Penutupan disampaikan secara resmi oleh Pak Sekjen
Kemendag. Kami mendengarkan dengan hikmat. Aku sempat terkejut waktu Pak
Sekjen menyampaikan rumus CHAMPION-ku. Ya, rumus CHAMPION ini memang
sempat aku tulis dalam sebuah resume-ku yang dibaca Pak Sekjen. Wah,
bahagianya.....
CHAMPION
C = Ciptakan semangat, motivasi, dan etos kerja yang tangguh
H = Hidupkanlah integritas dan profesionalisme dalam diri
A = Atur dan manfaatkan waktu dengan efektif dan efisien
M = Mengabdi sepenuh hati sebagai abdi negara dan abdi masyarakat
P = Pelihara komitmen dan konsistensi pada visi, misi, dan tujuan organisasi
I = Interaksi positif dengan memiliki etika dan norma kepada semua elemen
O = Optimalisasi kerja dengan dedikasi dan loyalitas yang tinggi
N = Niatkan untuk selalu berubah menjadi lebih baik, mulai dari diri sendiri, dari yang terkecil, dan dari saat ini.
S = Sukses untuk kita semua!!!
Pada akhir acara, terpilihlah tiga peserta terbaik yakni Mas Ramiaji,
Mas Imam, dan Mas Usman. Selamat ya! Tapi, semuanya adalah JUARA! WE ARE
THE CHAMPIONS! Secara ya kita tuh kompak banget dan kompetisinya juga
fair banget. Semua saling menopang. Semua saling bekerja sama. Ahh, luar
biasa!!!
I've paid my dues
Time after time
I've done my sentence
But committed no crime
And bad mistakes
I've made a few
and I've had my share of sand
Kicked in my face
But I've come through
And I need to go on and on and on and on
We are the champions - my friends
And we'll keep on fightin' till the end
We are the champions
We are the champions
No time for losers
'Cause we are the champions of the world
I've taken my bows
And my curtain calls
You've brought me fame and fortune
And everything that goes with it
I thank you all
But it's been no bed of roses no pleasure cruise
and I consider it a challenge before the whole human race
That I ain't gonna lose
And I need to go on and on and on and on
We are the champions - my friends
And we'll keep on fightin' till the end
We are the champions
We are the champions
No time for losers
'Cause we are the champions of the world
***
Dan hari ini kawan, kita bersama mengucapkan janji/sumpah PNS. Sekedar mengingatkan isinya :
Demi Allah, saya berjanji
Bahwa saya akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah
Bahwa saya, akan mentaati segala peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada saya
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab
Bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan Negara,
Pemerintah, dan martabat Pegawai Negeri, serta akan senantiasa
mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan saya sendiri,
seorang atau golongan
Bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasiakan
Bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan Negara.
***
Semoga janji di atas bukan hanya sekedar janji. Tapi benar-benar
terpatri dalam hati dan teraplikasi dalam setiap aktivitas kita. Semoga
Allah memberikan kemudahan bagi kita semua. Amin...
Jakarta, 060411_20:42
Aisya Avicenna (alias Etika Suryandari)
writer@www.aisyaavicenna.com
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Semuanya berawal dari kedua mata
ketika aku hanya berani mencuri pandang
wajahmu di sana
dengan pakaian rapat tak kau biarkan auratmu terbuka
karena memang tak selayaknya bisa dipandang oleh sembarang mata
maka seiring perjalanan masa
kumulai beranikan diri tuk bertanya
tuk selanjutnya berbagi cerita
telah kukatakan kepadamu semenjak awal mula
bahwa aku adalah lelaki ibuku sepanjang masa
sebagai wujud bakti sebagaimana rasul telah bersabda “ibumu, ibumu, ibumu!” begitulah dalam sebuah hadits yang pernah kubaca
“lalu ayahmu!” sebagai kelanjutan ucapan dari lidah yang mulia
sebuah jawaban darimu membuatku begitu lega
kau berkata bahwa lebih baik memiliki suami yang berbakti daripada yang durhaka
kau berkata bahwa lebih baik memiliki suami yang dermawan daripada yang bakhil harta
dan kaupun berharap bahwa pendampingmu kelak bisa membuatmu bahagia
kau pernah berkata ingin segera menikah sebagai suatu rencana
bila kelak Allah mempertemukanmu dengan jodoh pilihan-Nya
agar mampu menjaga kemurnian dan kesucian niatmu dalam mewujudkan berbagai cita
serta menjadikanmu lebih kuat kala cobaan dan ujian datang menerpa
karena akan ada seseorang yang insyaAllah akan mendampingi senantiasa
namun harus kau tahu adalah bahwa aku lelaki biasa
segala kelebihan dan kelemahan pastilah kupunya
senanglah hati ketika mengetahui dirimu rutin dalam sebuah tarbiyah
tidak seperti aku yang hanya pernah masuk madrasah
mulai ibtidaiyah, tsanawiyah namun tidak kulanjut ke aliyah
namun sekarang aku sudah lulus kuliah
saat ini pun aku sudah memiliki ma’isyah
teman-temanku berkata, baha sudah waktunya bagiku mencari aisyah
mungkin dengan simpanan yang ad cukuplah untuk sebuah walimah
tentu saja yang sederhana dan bukan yang meriah
dan aku pun belum sanggup untuk menyediakanmu sebuah rumah
karena itu kuberpikir untuk mengontrak dulu sajalah
suatu ketika kau bertanya tentang poligami
kujawab bahwa itu adalah ketentuan Ilahi
tentu saja aku menyetujui
lantas kau bertanya apakah aku akan melakukannya suatu saas nant
kujawab apa mungkin bila adil sebagai syarat utama tak mampu kumiliki
engkau tersenyum di mulut atau mungkin sampai ke hati
sambil mengakui bahwa dirimu belum bisa menerima bila hal itu terjadi
dan dirimu juga tak bisa menyamai saudah binti zam’ah istri sang nabi
yang tulus ikhlas kepada aisyah dalam berbagi
suatu ketika giliran aku bertanya tentang kemampuanmu bertilawah
kau menjawab bisa walau tak mau dibandingkan dengan para qoriah
karena kau merasa masih banyak berbuat salah
dalam mengucap hukum tajwid dan huruf-huruf hijaiyah
insyaAllah kita akan bersama-sama belajar bila kelak akan menikah
utnuk mewujudkan keinginanmu agar bisa menerangi setiap ruang rumah
dengan alunan suara Al-quran yang merupakan ayat-ayat qauliyah
dari situ mungkin kita bisa membaca ayat-ayat kauniyah
untuk memastikan keyakinanku untuk menikah
kau pun mengundangku ke tempat temanmu seorang murabbiyah
dan tak lupa kau undang aku tuk datang ke rumah
sebagai awal perkenalan dengan bunda dan ayah
dan sebuah titik temu tercapailah
istikharah mencari jawaban tuk menggapai alhub fillah wa lillah
dalam doa kubersimpuh pasrah
memohon datangnya jawaban kepada Sang Pemberi hidayah
bila jawaban itu masih menggantung di langit
maka turunkanlah
bila jawaban itu masih terpendam di perut bumi
maka keluarkanlah
bila jawaban itu sulit kuraih
maka mudahkanlah
bila jawaban itu masih jauh
maka dekatkanlah
Hidup terlalu luas untuk dijalani bersendiri, Hanya Dia Maha ESa ..
Yang kau Mahu.. Inilah DUNIAKU DALAM UNTAIAN KATA.
melayang sudah rasa rindu di awan putih..
Tegak kembali sebelum Rebah Bersemadi..
namun dalam hati ini Aku seakan tidak mengerti,
mungkin ada sunyi yang belum terbebaskan,
atau ada rindu yang belum terlepaskan atau kerana ia semakin malam yang kelam.
Aku tenggelam..Jangan Biarkan aku sendiri Ya Allah
Untukmu calon Imamku,
yang tiada siapa mengenali termasuklah diri ini,
dirimu masih rahasia Penciptamu..
rahasia yang telah ditentukan untukku,
yang perlu ku singkap dengan segunung taubat
dan sepenuh kesungguhan sujudku,
cuma jambatan istikharah jua yang bisa merungkai rahasiaku ini,.
"Ya Allah, aku memohon petunjuk kebaikan kepada-Mu dengan ilmu-Mu.
Aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu. Ya Allah,
seandainya Engkau tahu bahwa pilihan ini baik untukku dalam agamaku,
kehidupanku dan jalan hidupku,
jadikanlah untukku dan mudahkanlah bagiku dan berkatilah aku di dalam pilihan ini.
Namunjika Engkau tahu bahwa pilihan ini buruk untukku,
agamaku dan jalan hidupku, jauhkan aku darinya dan jauhkan pilihan itu dariku.
Tetapkanlah bagiku kebaikan dimana pun kebaikan itu berada dan redhailah aku dengan kebaikan itu".
Sumber : http://ceritaduniahati.blogspot.com
***
Bersaksi cinta di atas cinta
Dalam alunan tasbih ku ini
Menerka hati yang tersembunyi
Berteman dimalam sunyi penuh do'a
Sebut nama Mu terukir merdu
Tertulis dalam sajadah cinta
Tetapkan pilihan sebagai teman
Kekal abadi hingga akhir zaman
Istikharah cinta memanggilku
Memohon petunjukmu
satu nama teman setia
Naluriku berkata
Di penantian luahan rasa
Teguh satu pilihan
Pemenuh separuh nafasku
Dalam mahabbah rindu
di istikharah cinta..
~Istikharah Cinta_Sigma~
Renungan Senja Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
 |
Geje ^^v |
Setelah aksi Sinta Jojo dan Udin Sedunia yang menyemarakkan Youtube
beberapa waktu yang lalu, pekan ini Youtube kembali dihebohkan dengan
aksi seorang Briptu dari Gorontalo. "Polisi Gorontalo Menggila", begitu
judul video berdurasi enam menit 30 detik yang diunggah ke situs
Youtube. Video ini memperlihatkan seorang anggota polisi yang sedang
menyanyikan lagu India dengan cara lypsinc alias gerak bibir dengan
menyesuaikan lirik lagu. Video ini cukup membuat saya tertawa plus
menghilangkan sedikit 'ketegangan pikiran' setelah seharian kemarin
menyelesaikan bahan presentasi dan kuesioner untuk sebuah acara
sosialisasi kebijakan impor di luar kota pekan depan. Benar-benar lucu
dan menghibur!!!
Dalam adegan video tersebut polisi itu menari dengan lincah, namun tidak
mendapat tanggapan dari dua rekannya yang berjaga di pos yang sama.
Satu petugas lain memang sempat melihat ke arahnya dan tersenyum, tapi
lantas cuek. Sementara, satu lainnya, benar-benar tak peduli, ia asyik
memainkan ponselnya. Saya baru tahu pagi ini kalau yang beraksi tersebut
bernama Norman Kamaru, anggota Satuan Brigade Mobil (Brimob) Kepolisian
Daerah Gorontalo berpangkat Brigadir Polisi Satu (Briptu). Kelucuan
beliau mendendangkan "Chaiyya, Chaiyya" yang dinyanyikan Shahrukh Khan
di film Dil Se pada tahun 1998 dalam video ini memang bisa memunculkan
kontroversi. Meski masyarakat banyak yang menyukainya, tapi tidak
menutup kemungkinan aksi tersebut bisa berbuah sanksi dari atasan karena
seorang polisi itu idealnya adalah pribadi yang tegas dan berwibawa di
setiap penampilan. Entahlah, kita tunggu saja bagaimana kelanjutan kisah
Briptu Norman Kamaru ini. Semoga happy ending ^^v.
Kalau menurut saya, tidak menjadi masalah sih. Bahkan menjadi inspirasi
bagi saya untuk tetap CERIA di tempat kerja. Kita ambil sisi positifnya
saja. Tidak bisa dipungkiri bahwa rasa jenuh bisa menyerang saat di
tempat kerja. Jujur, saya pun mengalaminya. Tapi, kita harus pandai
menyiasati dan segera menghilangkan kejenuhan itu. Biasanya kalau jenuh,
saya mendengarkan nasyid, menulis blog, membaca situs inspiratif,
diskusi via YM dengan teman, FB-an (alhamdulillah, kalau di kantor boleh
FB-an asal tidak mengganggu pekerjaan), atau melihat video lucu di
atas. Ehem!
Apapun pekerjaan kita, kalau diniatkan untuk ibadah insya Allah akan
berbalas barokah. Bukankah hanya ridha Allah yang kita cari dalam setiap
aktivitas? Meski kadang stress melanda karena banyaknya pekerjaan yang
harus diselesaikan, tapi sikapilah dengan sebaik-baiknya. Jargon saya
sih, tetap CERIA di tempat kerja!
[C]ukuplah Allah yang menjadi tujuan
[E]tos kerja tinggi jadi tumpuan
[R]ezeki yang halal, cari sepenuh hati!
[I]khlaslah, jauhkan pamrih...
[A]llah yang akan membalas semuanya!
Semangat bekerja!!!
Jakarta, 050411_11:08
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Saya teringat saat masih semester 8 tahun 2009 lalu. Pada semester
terakhir ini, saya hanya mengambil 6 SKS untuk skripsi. Jadi, ada banyak
waktu luang. Alhamdulillah, pas banget ada kesempatan mengikuti program
Kuliah Kewirausahaan Lanjut (KKL) yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi.
Akhirnya saya mendaftar. Ada seleksinya juga lho! Tes tertulis,
psikotes, dan wawancara. Hmm, penyelenggara bermaksud menguji kompetensi
para calon ‘pengusaha muda’ kebanggaan UNS ini. Ehem…!
Alhamdulillah, saya lolos seleksi. Saat KKL dimulai, kami dibagi menjadi
beberapa kelompok. Saya satu kelompok dengan seorang mahasiswi dari
Fakultas Hukum dan seorang mahasiswi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Waktu itu kami ditantang untuk memulai suatu bisnis. Atas
ide saya, akhirnya kami sepakat KANOME adalah nama usaha kami (KANOME
kependekan dari etiKA, NOvi, MEga). Bisnis kami berupa penjualan
brownies kukus dan kripik tempe aneka rasa. Alhamdulillah, sebelum lulus
saya sempat merasakan manis pahitnya menjadi seorang entrepreneur.
Benar-benar manis untuk dikenang. Semanis brownies yang kami buat dengan
tangan kami sendiri… Hmm..!!!
Sebelum action, kami diberi motivasi-motivasi menjadi entrepreneur yang
andal oleh seorang trainer. Nah, saat sedang memperhatikan materi,
tiba-tiba beliau mengeluarkan selembar uang Rp 50.000,-. Uang itu
diangkatnya tinggi-tinggi. Beliau hanya tersenyum, tanpa mengeluarkan
instruksi apapun. Akhirnya, seorang teman yang duduk di depanku gegas
berdiri dan menyambar uang itu.
Sang trainer tersenyum. Peserta yang lain, termasuk saya mulai sadar
dengan yang baru saja terjadi. Hari itu kami belajar, bahwa kami harus
peka terhadap kesempatan yang ada di hadapan. Karena sebuah kesempatan
itu datangnya tidak terduga. Kesempatan terkadang datang hanya sekali di
dalam kehidupan kita. Saat itu ada yang bersemangat menyambut
kesempatan yang datang padanya. Ada yang malu-malu menyambutnya. Ada
yang tidak percaya diri, akhirnya tidak mendapatkan sama sekali.
Kesempatan itu lewat begitu saja.
"Hidup ini perlombaan. Jika kau tidak cepat, seseorang akan
mengalahkanmu dan melaju kencang meninggalkanmu!" Begitu kata Viru
Shastrabhuddi (Virus) dalam film 3 idiots yang kemarin saya tonton untuk
keempat kalinya. Sebuah anekdot:
Tok! Tok!
“Ya, siapa di sana?”
“Ini Saya, kesempatan.”
“Jangan bohong deh. Kesempatan tidak pernah mengetuk dua kali.”
Hmm… Oleh karena itu, saat kesempatan hadir yang dibutuhkan adalah suatu
tindakan. Terkadang kita harus mengambil tindakan yang cepat. Jika
tidak, maka kita akan tertinggal di belakang bahkan tidak akan
mendapatkan apa-apa. Take every one chance you got every single time in
your life, cause you’ll never know when or where it comes again.
Allah Swt. memiliki rencana sendiri untuk setiap hamba-Nya. Kita tidak
akan pernah tahu mana kesempatan yang terbaik untuk kita. Yakini dan
lakukan yang terbaik atas setiap kesempatan yang kita rasa baik. Bisa
jadi itulah kesempatan terbaik yang diberikan Allah Swt. untuk kita.
Yakinlah akan kekuasaan Allah Swt yang selalu memberikan yang terbaik
untuk kita. Tak kalah penting, yakinkan diri sendiri bahwa kita mampu
meraih impian kita.
Sore yang indah…
Saat kesempatan itu datang…
Jakarta, 040411_16:57
Backsongnya “Give Me Some Sunshine”-nya 3 idiots
Saari umar hum
Mar mar ke jee liye
Ek pal to ab humein jeene do
Jeene do
...Na na na….Na na na….Na na na….Na na nana na….
Give me some sunshine
Give me some rain
Give me another chance
I wanna grow up once again
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com
sumber foto : http://www.zazzle.com/opportunities
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
 |
Dua tahun yang lalu, saat liburan ke Magelang |
“Yah, Nanda boleh nikah tahun ini ya?” tanya Nanda pada Ayahnya awal tahun 2010 lalu lewat SMS.
“Mmm, memangnya sudah punya calon?” Ayah membalas SMS-nya
“Ada yang baru mau kenalan dengan Nanda, Yah. Namanya Azzam Mumtaza.
Nanda baru kenal dari biodata yang dikasih guru ngaji Nanda sore ini.
Nanda boleh nikah tahun ini, Yah?” tanya Nanda kemudian.
“Kalau memang kamu sudah siap, Ayah hanya bisa merestui.” Balasan SMS Ayah membuat Nanda sangat bahagia.
Selang beberapa hari kemudian, Asri, adik bungsu Nanda SMS mengabarkan
kalau Ayah mereka sakit. “Kak, Ayah sakit. Entahlah, akhir-akhir ini
sepertinya Ayah kehilangan nafsu makannya. Beliau juga sering melamun.”
Nanda terkejut. Ia segera menekan 12 digit tombol di ponselnya, menghubungi sang Ayah.
“Assalamu’alaikum...” Nanda cemas.
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh...” jawab suara di seberang sana.
“Ayah sakit ya? Sakit apa, Yah? Ayah jangan kecapekan dong...” Nanda menghamburkan semua tanyanya.
“Ayah nggak apa-apa, Nak... Cuma capek saja. “ jelas Ayah dengan nada lemah.
“Jaga kesehatan ya, Yah... Nanda jadi kepikiran nih,” tutur Nanda.
“Iya, Nak. Eh, Nanda benar sudah siap nikah tahun ini? Nak, selesaikan
dulu masa diklatmu. Tahun depan saja. Kan kamu sudah jadi pegawai tetap.
Lagipula kakak sulungmu belum menikah.” Rentetan kata dari Ayah
tersebut membuat Nanda terkesiap.
“Yah... sepertinya Ayah masih belum meridhai Nanda menikah tahun ini.
Bismillah, baiklah Yah. Nanda akan turuti keinginan Ayah. Nanda tidak
ingin membuat Ayah kecewa. Tapi tahun depan Nanda boleh nikah ya, Yah?”
tanya Nanda penuh harap.
“Insya Allah, saat itu mungkin Ayah sudah benar-benar siap melepasmu, Nak!” jawab Ayah.
***
Kisah di atas terinspirasi setelah membaca sebuah artikel yang saya baca di majalah Tarbawi edisi special tentang Ayah.
Ayah dan putrinya, bisa diibaratkan dengan seorang lelaki dengan bunga
mawar di kebunnya. Seseorang yang menanam bunga mawar, merawatnya dalam
waktu yang tak singkat, dan menemaninya dalam setiap fase
pertumbuhannya, tidak akan mungkin begitu saja memberikan bunga itu pada
orang yang baru saja melihatnya, kemudian ingin memetiknya. Pemilik
mawar itu pasti ingin memastikan apakah mawar tersebut akan dirawat
lebih baik atau minimal sama dengan sebelum diberikannya kepada si
pemetik tadi.
Sang pemilik mawar pasti ingin agar bunganya senantiasa harum dan tak
ternoda oleh apapun! Ia inginkan mawarnya tetap indah dan terawat saat
ia tak lagi ada di kebunnya. Jikapun pada saatnya nanti mawarnya
berpindah ke sebuah vas bunga yang tak seindah dan seluas kebunnya, ia
hanya ingin sang pemilik vas itu memetik bunga mawarnya dengan penuh
hormat. Sang pemilik mawar mungkin merasa cemas jika bunga kesayangannya
itu tidak mendapatkan cinta dan perlindungan seperti saat ia
merawatnya.
Hmm, begitu pun dengan Ayah. Ayah mungkin merasa cemas bahwa dalam
pandangannya, sepertinya belum ada lelaki yang dapat mencintai putrinya
seperti dirinya! Ayah hanya perlu waktu untuk mengizinkan seseorang yang
tepat untuk mendapatkan putrinya dengan cara terhormat.
Seringnya, saat putrinya meminta sesuatu pada Ayah. Ayah pasti tak kuasa
mengatakan “tidak”. Dia memilih diam atau mengangguk sebagai tanda demi
melihat senyum manis putrinya. Meski dalam hatinya, seringnya tidak
selaras dengan apa yang dia katakan. Diam-diam dia akan berusaha
mewujudkan keinginan sang putri. Entah dengan bekerja lebih keras dari
hari biasanya atau usaha lain. Meski saat keinginan sang putri begitu
berat baginya. Seperti dalam contoh kisah di atas. Awalnya Ayah akan
mengiyakan, meski pada akhirnya Ayah tidak mengabulkan permintaan
putrinya dengan cara yang halus dan di saat yang tepat. Ah, ayah memang
punya cara sendiri dalam menunjukkan cintanya. Ia pasti inginkan yang
terbaik untuk putrinya.
“Nak, jangan cengeng meski kamu seorang perempuan, jadilah selalu
bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak,
laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah. Tapi
jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu,” pesan Ayah pada putri
kesayangannya.
030411_20:19
Saat hari ini belajar ikhlas melepaskan suatu benda yang disayangi...
Hmm, tapi itu semua aku lakukan untuk mewujudkan impian Ayah... Ayah,
aku mencintaimu.. Memang, tak bisa menyamai cintamu padaku sedari dulu,
tapi aku berjanji akan lebih sering mengungkapkan cintaku padamu...
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Hari kedua di bulan April. Pagi ini, pukul 05.30 saya sudah siap dengan
kostum merah marun. Jam segitu saya sudah keluar kos untuk cari sarapan.
Meski jalan agak jauh, akhirnya menemukan juga warteg yang buka sepagi
itu. Sayur daun singkong, telur mata sapi, dan nasi porsi separo menjadi
menu sarapan saya.Setelah menikmati sarapan, pukul 06.00 saya keluar
kos, naik Kopaja 502 dan menuju Stasiun Gondangdia. Sekitar setengah jam
perjalanan, sampailah saya di daerah Gondangdia. Turun dari Kopaja 502,
saya berjalan menuju Stasiun Gondangdia yang ternyata lokasinya masih
cukup jauh. Hmm, saya memang baru pertama kali ke stasiun tersebut.
Kalau dihitung-hitung, mungkin sudah hampir setahun tidak naik KRL.
Saya sempat bingung saat memasuki areal Stasiun Gondangdia. Di mana
loketnya? Saya terus berjalan menyusuri pedagang kaki lima dan jajaran
warteg hingga akhirnya saya menemukan tangga menuju lantai dua yang
menurut kata hati saya, loket pembelian karcis ada di sana. Ternyata
memang benar. Cukup dengan uang Rp 1.500,00 karcis kereta ekonomi
jurusan Depok pun sudah di genggaman. Saya telepon Mbak Uli, teman
kantor yang akan menjadi sahabat berpetualang ke Fakultas Ekonomi UI
Depok hari ini. Dia sudah berada di lantai 3. Saya sempat kebingungan
lagi waktu mau masuk peron yang akan dilewati kereta jurusan Depok,
karena papan petunjuknya kurang begitu jelas. Meski sempat singgah di
peron yang salah, akhirnya bisa ketemu Mbak Uli di peron yang akan
dilewati kereta yang akan kami tumpangi. Ngos-ngosan juga karena naik
turun tangga. Sekitar pukul 07.15, kereta ekonomi itu akhirnya datang.
Alhamdulillah, kami dapat tempat duduk.
“Gorengan.. gorengan! Kaca mata... kaca mata! M3 3000, Axiz 3000!
Gesper.. Gesper! Gemblong.. kacang... lontong! Mizon... Mizon...!” Hmm,
suasana kereta ekonomi yang cukup berisik, tapi menjadi harmoni
kehidupan yang saya suka. Saya belajar banyak dari mereka. Dengan
segenap keterbatasan modal (mungkin), tapi mereka berjuang keras untuk
survive di ibukota. Pemandangan menyentuh lainnya adalah saat dua orang
pengamen memasuki gerbong tempat saya duduk. Saya yakin mereka adalah
sepasang suami istri. Sudah renta. Sang istri mengenakan kerudung putih
berwarna usang. Sedang di belakangnya, sang suami berjalan memegang
pundak sang istri sambil mendendangkan sebuah lagu Melayu yang pernah
dinyanyikan Arai pada Zakiah Nurmala dalam film “Sang Pemimpi”. Saya
menikmati alunan merdu itu. Tapi saya terkesiap setelah mereka berada di
dekat saya.
Kedua pasang mata itu.... Ya, mereka buta! Ya Allah... cukupkanlah
rezeki mereka karena hanya Engkau yang kuasa mencukupkan kehidupan
hamba-Mu. Pikiran dan hati saya berkecamuk. Bagaimana kehidupan
sehari-hari mereka? Bagaimana dengan anak-anak mereka? Bagaimana cara
mereka turun dari kereta ya? Rumah mereka di mana? Saya jadi teringat
kedua orang tua di rumah. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur karena
kedua orang tua saya sehat wal’afiat. Tidak ada cacat. Ya Allah... Ya
Allah... Ya Allah...
Selang berapa lama, saat kedua pengamen itu berlalu dari gerbong,
terdengar lagi lagu dangdut dari kejauhan. Sumber suara dari gerbong
sebelah kanan. Melintaslah di depan saya, seorang anak kecil berusia
sekitar 5 tahun (perkiraan saya) yang berbadan tambun,
menggerak-gerakkan badannya mengikuti irama lagu. Ekspresi wajah anak
itu datar. Sungguh, tak ada keceriaan. Saya menangkap tatapan mata
kosong saat kedua matanya beradu dengan kedua mata saya. Di belakangnya,
sang ibu menenteng tape karaoke yang ia pakai sebagai perlengkapan aksi
mereka. Ya Allah... bagaimana masa depan anak kecil itu? Adakah Engkau
selipkan kebahagiaan untuknya kelak? Saya yakin Engkau telah siapkan
yang terbaik untuknya, karena Engkau Maha Pengasih... Engkau Maha
Penyayang...
Pengamen satu berlalu, datang pengamen yang lain. Masih dengan lagu
dangdut. Memang benar seperti sebuah lagu yang pernah dinyanyikan
Project Pop yang berjudul “Dangdut is The Music of My Country”. Dangdut
menjadi ‘lagu wajib’ pengamen di kereta sepertinya. Kali ini saya lebih
terkesiap. Seperti apa yang menyanyi? Sumber suara semakin dekat, tapi
kok pemilik suaranya tak kunjung terlihat. Maha Besar Allah, ternyata
pengamen kali ini (maaf) kakinya buntung. Dia mengenakan sandal bukan di
kedua kakinya, tapi di kedua tangannya. Michrophone yang ia gunakan
untuk menyanyi, diikat di lehernya. Dia berjalan mengesot di lantai.
Hujan turun deras! Tapi di hati saya. Ya Rabbi...
Saya belajar banyak dari mereka. Betapa dengan segala keterbatasan,
mereka masih tegar dalam berjuang. Bagaimana dengan saya? Bagaimana
dengan kita? Mari kita renungkan bersama. Semoga kita bisa berbenah
menjadi pribadi yang lebih baik lagi, menjadi pribadi yang pandai
bersyukur, serta menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.
~Sebuah kontemplasi malam, 020411_21:46
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
“Katanya bentar lagi nikah ya? Barakallah ya…”
Sebuah SMS masuk ke ponselku siang ini. Dari seorang sahabat. Hmm,
semoga menjadi SMS terakhir yang menanyakan hal yang sama. Subhanallah,
benar-benar pekan ini menjadi pekan penuh teror pertanyaan serupa. Apa
di luar sana sedang beredar kabar di atas sih? Entahlah, husnudzon saya
semoga menjadi doa dan segera terijabah. Aamiin…
Apa karena pekan ini saya sempat off dari FB dan dikaitkan dengan hal
itu ya? Wallahu ‘alam. Jujur saya katakan, saya off dari FB kemarin
karena saya sedang fokus mempersiapkan biodata dan proposal. Eits, bukan
biodata dan proposal untuk ‘mega proyek kehidupan’ itu lho, tapi
biodata dan proposal untuk pengajuan keikutsertaan seleksi beasiswa S2.
Daripada ditanya, “Kapan nikah?”, saya lebih suka ditanya “Sudah menulis
berapa halaman hari ini?”, “Sudah hapal berapa ayat hari ini?”, “Kapan
rencana naik haji?”. Bukan apa-apa, hanya merasa tidak enak saja kala
ditanya perkara sensitif seperti itu. Bisa bikin hati bergolak. Padahal
menjaga hati itu bukan perkara yang mudah. Makanya, jika ditanya masalah
itu pasti saya jawab dengan senyum atau kata-kata yang selalu menjadi
afirmasi dan motivasi saya. Rangkaian kata ini saya susun saat
berkontemplasi di suatu pagi. Berikut rangkaian kata itu.
Tak perlu lagi bertanya “SIAPA?” karena Allah SWT telah memahatkan nama terbaik untuk ditulis di pusara hati ini.
Tak perlu lagi bertanya “KAPAN?” karena Allah SWT sudah menetapkan bahwa semua akan indah pada waktunya.
Tak perlu lagi bertanya “MENGAPA?” karena Allah SWT ingin menjaga diri ini dan Rasulullah inginkan sunnahnya diteladani.
Tak perlu lagi bertanya “APA?” karena Allah SWT sudah menerangkan bahwa
hidup akan tenang dan agama akan lebih sempurna karenanya.
Tak perlu lagi bertanya “DI MANA?” karena Allah SWT sudah memilihkan tempat terindah untuk sebuah pertemuan yang diridhoi-Nya.
Tak perlu lagi bertanya “BAGAIMANA?” karena Allah SWT sudah
memberitahukan jalan yang seharusnya dilalui untuk mengikrarkan janji
suci.
***
“Mbak Thicko nikah dulu saja, baru S2!” kata seorang adik tingkat saya
beberapa hari yang lalu. Hmm, menjadi bahan renungan bagi saya. Mencari
ilmu dan menikah tak harus dipilih salah satu dan mengabaikan yang lain.
Karena keduanya sama-sama mulia. Tak mungkin Allah memerintahkan hal
yang mulia namun saling berbenturan antara satu dengan yang lain. Insya
Allah mencari ilmu dan melaksanakan pernikahan bisa saling beriringan,
bahkan bisa saling melancarkan satu sama lain. Menuntut ilmu bisa
menjadi lebih bersemangat dengan adanya kekasih halal yang mendampingi.
Menikah pun terasa nikmat terasa dengan aktivitas intens dalam menuntut
ilmu. Begitu pikir saya. Jadi, mau nikah dulu baru S2 atau S2 dulu baru
nikah, itu sama-sama pilihan yang baik. Tinggal bagaimana memilih,
memutuskan, kemudian menjalaninya.
Saya mencoba senantiasa bertekad untuk istiqomah dalam menempatkan cinta
pada Allah SWT sebagai cinta tertinggi yang tak terbandingi. Hati
memang mudah terbolak-balik. Sangat rentan dan rawan. Masalah pendamping
hidup, saya serahkan sepenuhnya pada-Nya. Karena Dia Maha Mengetahui
yang tepat dan terbaik untuk saya. Bukan berarti selama ini saya tidak
mengusahakan untuk mencapai impian saya itu, tapi memang sengaja tidak
saya publish. Biarlah hanya saya dan Allah saja yang tahu sudah sejauh
mana saya memperjuangkan impian ini. Biarlah hanya Allah saja yang
menilai, karena hanya Dialah yang sangat tahu akan kesiapan saya.
Menikah? Ini adalah sunnah Rosul, sebuah kebaikan dan ibadah yang layak
untuk diperjuangkan. Jalan menuju kebaikan memang tidak sepenuhnya
mudah, akan selalu ada ujian berbentuk hambatan atau rintangan.
Tapi,justru di sinilah jalan yang sedang ditempuh jadi begitu terasa.
Berkesan untuk dikenang di masa akan datang. Soal jodoh memang itu
rahasia Allah. Skenario-Nya selalu nomor satu, TEPAT dan TERBAIK!
Penantian adalah suatu ujian
Tetapkanlah ku selalu dalam harapan
Karena keimanan tak hanya diucapkan
Adalah ketabahan menghadapi cobaan….
Sabarkanlahku menanti pasangan hati
Tulus kan kusambut sepenuh jiwa ini
Di dalam asa diri menjemput berkah-Mu
Tibalah izin-Mu atas harapan ini….
Rabbi teguhkanlah ku di penantian ini
Berikanlah cahaya terang-Mu selalu
Rabbi doa dan upaya hamba-Mu ini
Hanyalah bersandar semata kepada-Mu
(Dans-Penantian)
Kalau ingin membangun rumah yang kokoh, kuatkanlah pondasinya agar rumah
itu tak mudah roboh! Mungkin saat ini adalah saat untuk menanti dan
mengisi penantian ini dengan terus memperbaiki diri dan lebih bisa
menjaga hati, sebelum sang belahan jiwa datang menghampiri dan
mengikrarkan janji suci.
***
Ya Allah...sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu seluruh kebaikan yang
ada untuk bisa melakukan segala kebaikan itu dan meninggalkan segala
kemunkaran…
Ya Allah... terimalah taubat hamba, ampunilah hamba dan kasihanilah hamba…
Ya Allah... hamba memohon kepada-Mu untuk mampu mencintai-Mu, mencintai
orang-orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amal yang mengantarkan
hamba untuk bisa mencintai-Mu...
Aamiin Yaa Rabb…
Sebuah kontemplasi, 010411_14:38
Aisya Avicenna
NB : “Catatan Aisya” insya Allah akan hadir setiap hari (semoga tidak
ada halangan terutama untuk online, kalau tidak diposting hari itu juga
mungkin akan dirapel esok harinyam yang penting nulis tiap hari minimal 1
halaman). Menjadi komitmen saya di bulan ini untuk WAJIB menulis setiap
hari dengan tema bebas atau bercerita tentang sesuatu yang saya alami.
Semoga bisa menjadi semangat saya untuk terus produktif menulis!
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Aku tak mau takut
Dengan ketakutan yang kusketsa sendiri
Aku tak mau resah
Dengan keresahan yang kubuat sendiri
Aku tak mau bimbang
Dengan kebimbangan yang kurangkai sendiri
Aku tak mau lemah
Dengan kelemahan yang kuciptakan sendiri
Aku tak mau bingung
Dengan kebingungan yang kuhadirkan sendiri
Kunci itu sudah ada di tanganku…
Saatnya memilih : MENUTUP pintu itu atau MASUK melewati pintu yang sudah terbuka lebar…
Aku harus berkata TIDAK pada rasa TAKUT, RESAH, BIMBANG, LEMAH, dan BINGUNG!
Please, don’t disturb me again!!
Sebuah kontemplasi.
Seringkali keraguan datang menggelayuti hati menyebabkan seseorang tak
berani bertindak atau mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu. Dan
hal itu pula yang menyebabkannya terhambat dan mungkin pula terlambat
dalam mendapatkan hal yang dituju. Ini bukan hanya masalah ketakutan dan
keraguan untuk memilih atau menentukan sikap. Ini juga mengenai
ketidaksiapan mengalami kegagalan atau kekalahan.
Tak asing lagi bahwa setiap diri kita pasti menginginkan hal yang
terbaik yang akan diperoleh. Oleh sebab itu, memiliki segala macam
kriteria dalam memilih sesuatu menjadi suatu kewajaran. Kalaupun tidak
akan sempurna, setidaknya kriteria-kriteria tersebut mewakili upaya
untuk mencapai kesempurnaan. Maka, setiap ketidaksempurnaan yang
ditemui, seharusnya pun diterima dengan wajar.
Pernahkah kita menjadi seorang yang perfeksionis? (SERING=>itu
jawaban jujur dari saya pribadi lho. Banyak yang bilang (hasil polling
tanggal 020209 dan beberapa isian kuesioner tentang saya) saya tuh
orangnya idealis bin perfeksionis… ^^v, bisa jadi inilah kelemahan saya…
tapi bisa juga inilah sifat yang menjadi kelebihan saya… Absolutely,
I’m not a perfect person..). Perfeksionis, merencanakan segala sesuatu
dengan rapi, teliti, penuh aturan seakan takut sesuatu yang akan
dilakukan tersebut tidak berhasil atau memperoleh hasil yang jelek.
Perencanaan sebenarnya adalah sebuah upaya untuk membantu hal-hal yang
akan dilakukan supaya mencapai hasil yang baik, sesuai dengan tujuan
semula, sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Perencanaan
sebenarnya adalah salah satu alat ukur terhadap sebuah aktivitas.
Keberhasilan maupun kegagalan adalah sebuah hasil yang penting untuk
diketahui, namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana PROSES
aktivitas tersebut dilalui.
Bagaimanakah niat yang ada di hati ketika aktivitas tersebut dijalankan?
Hikmah apa yang telah didapat dalam menjalankan aktivitas tersebut?
Seringkali, keberhasilan yang diperoleh meninggalkan bekas yang
membahagiakan. Disebut-sebut. Dibangga-banggakan, dan lama sekali baru
terlupakan. Namun, bila yang ditemui adalah sebuah kegagalan.. entah apa
reaksi yang terjadi. Dan bekasnya? Bisa jadi ingin dihapus dari ingatan
segera. Padahal di baliknya, terdapat suatu hal yang demikian berharga.
Kadang kita lupa, betapa kegagalan dapat menjadi sebuah pelajaran yang
tak ternilai.
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi keberanian
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi semangat
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi inspirasi
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi kekuatan
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi keceriaan
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi prestasi
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi kemenangan
---DIAM---
---MERENUNG---
---SELESAI---
__^_^__
~Saat pekerjaan di kantor sudah selesai... Alhamdulillah, bisa merenung
sejenak sebelum pulang... Hari ini, hari terakhir di bulan Maret. Esok
sudah April, dan di bulan April inilah akan banyak kisah yang akan
terangkai (atas izin Allah).. Deadline beberapa naskah, try out TOEFL
dan TPA di UI Depok, pengumuman tahap I beasiswa S2, sebuah misi besar
di akhir April (kunamakan "Misi Amplop Coklat"), dan misi-misi yang
lain. Mohon doanya kawan! Semoga senantiasa teriring dengan niat yang
lurus, doa yang bagus, ikhtiar terus, dan tawakal tak pernah putus!
KEBAIKAN JANGAN DITUNDA!!!
Rangkailah hidup menjadi cerita tentang cinta dan cita-cita.
CINTA! Ya, tentang cinta pada Sang Pencipta dan semua yg mencinta dan dicintai-Nya!
CITA-CITA! Ya, tentang cita-cita yg bukan sekedar kata, tapi visi dan aksi nyata!
~idealisme adalah penggerak motivasi~
Insya Allah, tema bulan APRIL ini adalah :
[A]ku yakin [P]asti bisa [R]aih [I]mpian dan mjd pribadi yang [L]ebih baik!!!
Masih di kantor dengan backsong "Ku Bisa"-nya Haris Isa
Suatu hari ku ingin mencoba satu kali lagi
Wujudkan mimpi yang dulu sempat memudar terhenti
Kutahu aku akan susah payah lagi
Mungkin inilah untuk yang terakhir kali
Reff:
Sungguh aku, masih mau
Meneruskan liku yang pernah ku daki tuk gapai mentari
Bila memang, tak untukku
Setidaknya aku pun telah mencoba sedaya jiwa raga
Ku bisa, ku bisa
Tanpa pengorbanan tiada kemenangan
Ku yakin Tuhan merencanakan
Satu kemenangan yang lebih indah di depan sana
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.

Sendiri menyepi..
Tenggelam dalam renungan
Ada apa aku seakan kujauh dari ketenangan
perlahan kucari, mengapa diriku hampa…
mungkin ada salah, mungkin ku tersesat,
mungkin dan mungkin lagi…
Oh Tuhan aku merasa
sendiri menyepi
ingin ku menangis, menyesali diri, mengapa terjadi
sampai kapan ku begini
resah tak bertepi
kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala
benderang di hidupku..
Perlahan kucari, mengapa diriku hampa
mungkin ada salah mungkin ku tersesat,
mungkin dan mungkin lagi
Oh Tuhan aku merasa..
sendiri menyepi…
Ingin ku menangis, menyesali diri, mengapa terjadi
sampai kapan ku begini
resah tak bertepi
kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala
Oh Tuhan aku merasaaaaaaaa……
seeeeendiri….aku merasa sendiri..
sampai kapan begini
resah tiada bertepi…Ooohh..
Kuingin cahya-Mu
benderang di hidupku..
****
Mau pulang, tapi sudah jam segini. Pasti macet! Akhirnya bertahan dulu
di kantor dan saatnya menulis sambil mendengar nasyid "Sendiri
Menyepi"-nya Edcoustic.. Mengungkapkan isi hati saja deh...
Hari ini kembali dalam lautan tafakkur
Batinku menyepi sendiri di sini
Dalam kegelisahan hati yang menyeruak
Di tengah keresahan jiwa yang tiba-tiba datang menyerang
Mencoba mengais hikmah di antara secercah harapan
Sembari meluruskan niat, ku lakukan semua ini semata karena-Nya
Semoga bisa menyelam dan tenggelam dalam lautan cinta milik-Nya…
Kulelah menggumamkan sejuta tanya
Karena jawaban yang tak kunjung jua kutemui
Tapi janji itu akan tetap terus terpatri
Meski halangan dan rintangan menghadang…
Walau pertahanan ini hampir goyah…
Aku ingin tetap meneruskan perjuangan ini…
Untaian dzikir terus mengalir…
Lantunan doa terus mengalun…
Kupasrahkan semuanya pada-Mu
Kau yang berhak menilai dan menentukan…
Bimbing dan kuatkan aku ya Rabb
Kumohon……
Tuhan....Tak ada tempat mengadu yang terbaik selain diri-Mu....
Besar harapanku untuk terus bertahan di jalan ini
Kutahu jalan-Mu tak serta merta lurus membentang,
Penuh duri dan belukar sana sini.
Tapi, yakinkan aku bahwa Engkau slalu ada untuk menjaga dan menolongku.
Kuakui hanya firman-Mu yang slalu bisa membawa ketenangan dihati...
Aku termenung. Puisi di atas menggambarkan betapa
rapuhnya diriku. Semoga kerapuhan ini tidak berlangsung lama. Karena
aku ingin segera bangkit dari lamunan panjangku...
"Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu aku
tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang
pedih?"{yaitu} kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di
jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagi kamu
jika kamu mengetahui. Niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan
memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga 'Adn. Itulah
kemenangan yang agung.
Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai {yaitu} pertolongan
dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita
gembira kepada orang-orang mukmin". (QS. As-Saff: 10-13).
"Kalian adalah UMAT yang TERBAIK yang diLAHIRkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah" (QS. Al-Imran:110)
Yang sedang tenggelam dalam renungan,
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.