 |
Miss Pink & Miss Red sedang TOTALITAS menikmati ONGOL-ONGOL |
Sabtu, 29 Januari 2011 saat silaturahim ke rumah Kang
Arul (Penulis 292 buku sekaligus direktur MENULIS YUK KOMUNIKATA)
bersama Mbak Ria dan Mbak Rurie.. kami disuguhi makanan khas betawi yang
langka.. ONGOL-ONGOL namanya... Makasih buat Kang Arul dan Uni Via yang
sudah rela datang pagi buta ke pasar hanya untuk mencari ongol-ongol..
^^v
Saat tengah asyik makan ongol-ongol, pandanganku beredar ke sekeliling
ruangan. Akhirnya menatap sebuah cover novel yang ternyata karya perdana
Kang Arul. Hmm, kata Kang Arul karya inilah yang menjadi 'comblang'
dirinya dengan Uni Via. Ya begitulah, dua penulis keren (sama-sama
anggota FLP) yang berjodoh. Happy ending ever after... Nah,
setelah membaca judul novel itu.. tercetuslah ide untuk menuliskan buku
sebagai 'kebalikan' dari judul novel itu. Apa bukunya? Hmm, masih
dirahasiakan. Insya Allah akan dikerjakan dengan TOTALITAS!!!
Yup, hari ini kami belajar banyak tentang TOTALITAS.. Oh ya, sebelum
sampai di rumah Kang Arul tadi, aku dan Mbak Ria sempat mampir untuk
beli snack buat Dinda dan Ken (si kecil). Kebetulan Dinda kemarin habis
ultah. Iseng saja Mbak Ria membeli snack berwarna pink. Awalnya, sempat
mengambil snack yang bungkusnya coklat, tapi aku cegah. "Kalau mau
totalitas, pink semua donk!" Akhirnya Mbak Ria membeli snack berbungkus
pink semua, sedangkan aku membeli yang berwarna merah. Bener-bener deh!
TOTALITAS!!!
Saat di rumah Kang Arul, selesainya makan siang dengan rica-rica ayam
buatan Uni Via (istri Kang Arul yang juga penulis), kami mencuci piring
(plus main air ^^).. TOTALITAS pokoknya.. Wah, seru deh! Setelah itu
kami bertiga 'diculik' untuk mengikuti sekolah menulis yang diadakan FLP
Ciputat.. Berasa jadi tamu kehormatan (padahal 'tamu tak diundang').
Sekitar pukul 15.00, saat Kang Arul masih asyik cuap-cuap di depan
taman-teman FLP Ciputat, kami bertiga berpamitan. Melihat ada penjual
empek-empek di tikungan jalan, kami sempat mampir dan mencicipinya di
bawah pohon.. ^^v
Kami pun pulang ke 'istana' masing-masing dengan membawa PR yang harus segera diselesaikan dengan TOTALITAS!!!
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.
Aku Ingin Hidup Secerah Mentari
Yang Menyinar Di Taman Hatiku
Aku Ingin Seriang Kicauan Burung
Yang Terdengar Di Jendela Kehidupan
Aku Ingin Segala Galanya damai
Penuh Mesra Membuah Ceria
Aku Ingin Menghapus Duka Dan Lara
Melerai Rindu Di Dalam Dada
Sedamai Pantai Yang Memutih
Sebersih Titisan Embunan Pagi
Dan Ukhuwah Kini Pasti Berputik
Menghiasi Taman Kasih Yang Harmoni
Seharum Kasturi Seindah Pelangi
Segalanya Bermula Di Hati Di Sini...
~Saujana~
Terkadang kita butuh terluka untuk tetap tegar, butuh derita untuk
mengerti makna hidup, butuh dihina untuk menjadi kuat, butuh hati yang
hancur untuk mengerti cara bangkit kembali. Yang pasti, kita butuh Allah
untuk menjadikan segalanya indah pada waktunya...
~Jagalah hamba Ya Rabb...aamiin...~
*siap2 pulang, sambil mendengarkan "JENDELA HATI" (Saujana)~
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.
Alhamdulillah, pada tanggal 24 Januari 2011.. buku antologi yang ada
cerpenku di dalamnya sampai juga di tangan.. terima kasih kepada
Penerbit Nulis Buku! ^^v
 |
Aisya Avicenna dan "Be Strong, Indonesia #14"
Kumpulan Cerpen “BE STRONG INDONESIA” ini ditulis bersama rekan-rekan yang tergabung dalam #writersforindonesia
Berisi :
1. Tanggal 11 Bulan Juni, penulis Winda Joeanita
2. Matahari Setelah Hujan, penulis: Ninit Yunita
3. Membuka Luka Lama’, penulis: Arif Zunaidi
4. Pelangi, Penulis: Hindraswari Enggar
5. Senja Dalam Senyuman, Penulis: Agustina Wulandari
6. Cinta Adinda, penulis: Aisya Avicenna
7. ‘Hidup dan Daging Rendang’, penulis: Irhayati Harun
8. Jalan simpang dua, penulis: Yudiono
9. Nusantara, penulis: Andrika Permatasari
10. Semesta Maya, penulis: Feby Indirani
11. Senyum Kecil dari Sang Cahaya, penulis: Theresa Levana
12. Rumah Ini, penulis: echaimutenan
13. Ada Malaikat Pencabut Nyawa, penulis: Ade HK
14. Saat Mencintai Dunia Maya, penulis: Syarifah Bachrum
15. Ketika Jauh, penulis: Triana Dewi
16. Surat Untuk Surya, penulis: Papyruz
Hasil penjualan dari kumpulan cerpen ini akan didonasikan seluruhnya
(100%) untuk korban bencana alam di Indonesia, yang akan disalurkan
melalui lembaga terpercaya.
Buat teman-teman yang berminat membeli kumpulan cerpen ini sekaligus
memberikan donasi bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan, silakan
SMS ke : 08999344753. Harga : Rp 45.000,-
Format SMS: Nama_Alamat lengkap_Jumlah Pesanan kirim ke 08999344753
Bisa pesan dulu, soal pembayaran… nanti bisa menyusul… (saya konfirmasi via SMS)
Beli buku sekaligus beramal? Yuk, mari…
Be Strong Indonesia!!!
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya. |

Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba -
hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan
mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala
sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka
tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai
Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al
Anbiyaa' 26-28)
Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan
dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa
yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam
pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah,
ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib
I/37)
2. Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu
Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang
diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam
keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah,
ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)
3. Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam
Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya
bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf
terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih
Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah
kekosongan di dalm shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu
bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits
ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib
I/272)
5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca
Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa
Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi
'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena
barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia
akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Imam
Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian
selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama
ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah
dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir
menshahihkan hadits ini)
7. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara
berjama'ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat
shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang
sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat
pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu
shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga
shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada
malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana
kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan
mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan
mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'"
(Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang
didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra.,
bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk
saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya
adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat
yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya
dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan
engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang - orang yang berinfak. Imam Bukhari dan Imam Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya
kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya
berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan
lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'"
(Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani,
meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang -
orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11. Orang yang menjenguk orang sakit. Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali
bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang
mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat
untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja
hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no.
754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")
12. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Diriwayatkan
oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan
keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian.
Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam
lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang
mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
Maraji' (sumber) :
Disarikan dari Buku Orang - orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl
Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.
Ahad, 23 Januari 2011 kembali Aisya melakukan ‘single adventure’. Hmm,
memang sih.. Aisya tuh hobby berpetualang alias jalan-jalan, tapi bukan
sekedar jalan-jalan lho!
Setelah urusan rumah tangga selesai (halah..^^), pukul 09.30 Aisya
berangkat menuju Masjid Al-Ihsaniyah, Kampung Melayu untuk mengikuti
kuliah dhuha. Kuliah ini memang rutin diadakan dua pekan sekali. Sebuah
majelis ilmu yang pesertanya khusus muslimah yang tinggal di kawasan
Jakarta Timur. Kebanyakan sih ibu-ibu juga, sehingga banyak dari mereka
yang juga turut serta membawa sang buah hati. Tak ayal jika banyak
balita yang sliweran di dalam masjid, suara tangis dan gelak tawa
anak-anak, sampai ada muslimah kecil yang mendekati Aisya dan ‘merebut’
snacknya waktu Aisya tengah asyik mencatat. Lucu juga sih... suasana
jadi lebih ‘hidup’.
Kali ini pemateri adalah seorang ustadz yang subhanallah... gaya bicara
ustadz tersebut sangat mirip dengan seorang ustadz yang kerap mengisi
Kajian Sabtu Pagi di Masjid Nurul Huda UNS (mantan kampus Aisya), Ustadz
Abdul Hakim. Suara dan cara penyampaian beliau yang humoris, sangat
mirip! Wah, jadi terkenang dengan masa-masa di kampus nih! Materi kuliah
dhuha ini akan Aisya tulis dalam note terpisah.
Pukul 11.00, kuliah dhuha selesai. Aisya melanjutkan ekspedisinya.
Tujuan selanjutnya adalah toko buku muslim “Al-I’thishom” yang terletak
di kawasan kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Untuk pertama
kalinya Aisya pergi ke sana sendirian. Ah, apa salahnya dicoba! Semoga
tidak tersesat. Aisya ke sana dengan niatan membeli kado walimah untuk
sahabatnya yang hari ini melangsungkan ‘hari jadinya’. Sayang, Aisya
tidak bisa menghadirinya sehingga ia bertekad menebus ketidakhadirannya
dengan sebuah kado spesial.
Aisya menuju shelter busway Kampung Melayu, kemudian naik busway jurusan
Matraman. Transit di shelter Matraman I kemudian naik busway jurusan
Pulo Gadung, turun di shelter UNJ dan akhirnya sampai juga di toko buku
Al-I’thisom. Segera searching buku yang mau dijadikan kado dan
alhamdulillah menemukannya. Selain buku buat kado itu, Aisya juga
membeli dua buah buku (60 Sirah Sahabat Rasulullah Saw, Kontribusi
Muslimah dalam Mihwar Daulah serta majalah Tarbawi edisi terbaru).
Awalnya Aisya juga sempat mau membeli “Agar Telapak Kakimu Menginjak
Surga” (buku muslimah untuk ibu rumah tangga gitu deh, tapi nggak jadi
karena ‘melebihi budget’). Saat sudah sampai di meja kasir dan dihitung
jumlahnya, Aisya mencari uang di dalam tasnya. Seingatnya ada di kantong
kecil dalam tasnya. Memang sengaja tidak dimasukkan ke dompet karena
dipisah. Nihil. Uang beberapa ratus ribu itu tak ada di tempat yang
diekspektasikan Aisya. Ia geledah tasnya. Masya Allah, kemungkinan besar
uang yang sejatinya memang diperuntukkan untuk membeli buku itu
sepertinya ketinggalan di tas yang satunya. Sebelum berangkat tadi,
Aisya memang sempat berganti tas dan sepertinya uang itu ketinggalan di
dalamnya.
Aisya langsung bertanya kepada sang ummahat (baca : ibu) penjaga toko,
di mana ATM terdekat. Sang ibu menjawab bahwa ada ATM di dalam kampus
UNJ yang berarti Aisya harus berjalan cukup jauh dan menyeberang jalan.
Tak apalah, Aisya kembali teringat pada azzamnya, apapun yang terjadi
hari ini harus membeli kado untuk sahabatnya. Adzan berkumandang,
kebetulan hari itu Aisya berhalangan dan kondisi inilah yang menyebabkan
fisik Aisya sedang tidak stabil hari itu. Aisya berjalan kaki menuju
ATM, sempat kaget juga karena gerbang masuk ke kampus digembok.
Alhamdulillah, ada celah yang terbuka dan bisa dimasuki tubuh mungil
Aisya (^^). Setelah mengambil uang, Aisya kembali ke toko buku dan
langsung membayarnya. Tak lupa Aisya meminta maaf pada ibu penjaga toko
yang sangat ramah itu.
Cukup berat juga ‘belanjaan’ Aisya siang itu. Dua
dari empat buku yang dibelinya tadi memang cukup tebal. Saat sudah
berjalan puluhan meter, Aisya bermaksud membaca struk pembeliannya untuk
melihat buku-buku yang dibelinya tadi dapat diskon berapa persen. Akan
tetapi, terkejutlah ia karena ada satu buku yang tidak dibelinya tapi
ada di dalam kantong plastik. Wah, sudah berjalan cukup jauh! Meski
dengan kondisi fisik yang payah (benar-benar lemas), Aisya kembali ke
toko buku dan mengembalikan buku yang bukan menjadi haknya itu.
Alhamdulillah, Allah berkenan memberi petunjuk kalau ada ‘buku asing’
yang tidak sengaja masuk ke dalam kantong plastiknya saat Aisya masih
berada di sekitar lokasi toko. Coba kalau Aisya tahunya saat sudah
sampai di kost, bakal butuh waktu dan tenaga lagi untuk
mengembalikannya.
Pukul 13.00 Aisya sampai di kosnya. Ia segera makan siang dan
beristirahat sejenak. Pukul 13.30, ia melanjutkan ekspedisinya. Sebelum
ke Gramedia Matraman, Aisya berniat memfotocopy buku sahabatnya yang
hari ini mau dikembalikan. Alhamdulillah, ada fotocopy-an yang buka.
Tumben fotocopy-an itu buka di hari Ahad. Aisya merasa beruntung!
Akhirnya Aisya ‘menitahkan’ penjaga fotocopy untuk mengcopy beberapa
halaman yang Aisya tandai. Waktu terus berjalan, sudah jam 14.00 padahal
launching novel “Ranah 3 Warna” akan dimulai pukul 14.30. Mas penjaga
fotocopy ternyata kurang cekatan dalam menjalankan tugasnya. Sabar,
sabar, sabar... Shabrun Jamil... Aisya mengafirmasi dirinya! Akhirnya,
pukul 14.20, selesai juga! Alhamdulillah...
Aisya segera naik angkot 18 menuju terminal Kampung Melayu, dilanjutkan
naik Kopaja 502 menuju Gramedia Matraman. Aisya sempat membaca di dalam
Kopaja 502. Kali ini dia membaca tentang hewan-hewan istimewa dalam
sejarah Nabi dan Rasul. Akhir-akhir ini Aisya memang tengah suka membaca
buku-buku sejarah. Pukul 14.30 lebih Aisya sampai di toko buku terbesar
di Asia Tenggara itu. Aisya merasa beruntung karena tempat tinggalnya
di Jakarta ini sangat dekat dengan tempat-tempat favoritnya, termasuk
toko buku!
Beranda depan Gramedia Matraman kok ramai gitu ya? Ada musik yang
menghentak, mungkin ada pementasan band gitu, pikir Aisya. Saat
melongok-longok di kerumunan, eh.. ternyata ada banner “Ranah 3 Warna”.
Wah, berarti lokasi launchingnya di beranda ini. Tumben! Aisya segera
menuju meja yang menjual novel itu. Aisya membeli dua, yang satu buat
kado milad saudari kembarnya (Keisya). Langsung Aisya buka dan mulai
membaca, karena acara ternyata belum dimulai...
Wah, Aisya tidak
mendapat tempat duduk karena pengunjung yang datang sudah banyak. Kursi
ditata melingkar dan tidak dibuat berjajar seperti saat launching buku
pada umumnya. Jadi ada sisa ruang kosong di depan panggung. Kondisi
Aisya masih lemas, tapi sengaja dikuat-kuatkan! Aisya membaca novel
barunya sambil berdiri diiringi lagu “The Winner”-nya band Platinoem
yang ternyata dalam video klipnya ada penulis novel “Negeri 5 Menara”
ini. Lagunya sangat bersemangat dan inspiratif. Sampai akhirnya Uda
Ahmad Fuadi (sang penulis) menerobos kerumunan, melewati tempat Aisya
berdiri dan acara pun dimulai.
Acara diawali dengan doa yang dibawakan oleh sahabat Uda Fuadi (Aisya
lupa namanya, yang jelas beliau adalah “Atang” Shahibul Menara dalam
“Negeri 5 Menara”). Doa yang cukup menggetarkan hati. Selanjutnya
sambutan oleh Direktur Gramedia. Subhanallah, kesempatan langka nih bisa
bertatap muka dengan sang direktur. Beliau menyampaikan apresiasi atas
terbitnya novel kedua dari trilogi “Negeri 5 Menara” ini. Beliau juga
bertutur bahwa penjualan novel “Negeri 5 Menara” adalah penjualan yang
sangat bombastis dalam 37 tahun terakhir ini. Alhamdulillah, sudah
sembilan kali cetak ulang dengan oplah di atas 155.000 eksemplar dalam
satu tahun. Sungguh pencapaian yang luar biasa!
Seminggu yang lalu bertemu Uda Fuadi dalam acara Studium General FLP
Jakarta angkatan 15, kali ini bertemu beliau lagi dalam kondisi yang
jauh lebih luar biasa. Salut! Beliau adalah kakak tingkat Aisya di FLP
Jakarta. Aisya angkatan 14, sedangkan beliau angkatan 13. Beliau memang
salah satu penulis favorit Aisya!.
Akhirnya Uda Fuadi tampil di panggung. Melihat ada ruang kosong di
depannya dan banyak yang berdiri, Uda Fuadi meminta kami yang berdiri
untuk memanfaatkan ruang kosong itu. Alhamdulillah, awalnya Aisya duduk
di baris kedua, tapi kembali keberuntungan berpihak padanya, ada seorang
penonton yang tiba-tiba berdiri dan pergi. Akhirnya Aisya bisa duduk di
depan, jadi lebih dekat dengan Uda Fuadi. Dengan bantuan HP-nya Aisya
merekam semua yang disampaikan Uda Fuadi. Di sela pemaparannya, beliau
juga menampilkan video-video yang sangat inspiratif tentang “Negeri 5
Menara” dan “Ranah 3 Warna”.
Pada kesempatan kali ini Uda Fuadi bertutur bahwa “Novel ini hanyalah
alat”. Tujuan beliau menuliskan ini adalah untuk berbagi. Sebaik-baik
manusia adalah manusia yang bermanfaat dan setiap manusia mempunyai cara
tersendiri untuk menjadi bermanfaat. MENULIS, itulah pilihan Uda Fuadi
untuk menyebarkan manfaat. Setiap kita bisa menjadi bermanfaat, dengan
cara kita masing-masing. Uda Fuadi juga tak lupa mengucapkan terima
kasih kepada para pembaca. "Tulisan sebagus apapun, jika tidak ada yang
membacanya, maka tulisan tersebut tidak akan ada artinya," begitu kata
Uda Fuadi.
Kata Uda Fuadi, Negeri 5 Menara akan dibuat film dan insya Allah akan
ditayangkan di akhir 2011, pertengahan tahun akan ada casting. Beliau
juga mengulas tentang konsep "Man Jadda Wajada". Lebihkan usaha dari
orang lain. Saat orang lain belajar satu jam, maka tambahkan setengah
jam! Kebaikan yang dilebihkan. Usaha yang lebih maka hasilnya juga
lebih. Pelari terhebat dunia, berhasil lari 100 meter dalam waktu 9,8
detik. Juara 100 meter putra Jawa Timur 11 detik. Selisih juara dunia
dan juara lokal hanya 2 detik! So, lebihkan usaha dari orang lain. Ranah
3 Warna berkisah tentang kelanjutan kisah Alif setelah lulus dari
Pondok Madani. Konsep Ranah 3 Warna menceritakan tentang hikayat impian
kita yang harus dibela habis-habisan. ALL OUT! Salah satu modalnya
adalah SABAR sehingga pada buku kedua ini "mantra"nya "MAN SHABARA
ZHAFIRA", siapa yang bersabar akan beruntung.. Salah satu yang istimewa
dari novel ini adalah mengambil konsep 3 setting tempat dan menggunakan
beberapa bahasa (Minang, Inggris, Arab,dan Perancis).
Alif berusaha habis-habisan. Ternyata “Man Jadda Wajada” tidak cukup
untuk mewujudkan impian Alif. Di saat hampir menyerah, Alif teringat
mantra “Man Shabara Zhafira”. Di antara kerja keras dan doa tidak selalu
langsung mendapatkannya. Ada jaraknya. Dan untuk menempuh jarak itu
dibutuhkan kesabaran. Orang yang sabar biasanya dikasih hadiah oleh
Allah. Tapi sabarnya adalah sabar yang aktif!
Sebelum sesi tanya jawab ada kejutan dari seorang pembaca. Bapak Luki
namanya, beliau adalah salah seorang teman seangkatan Uda Fuadi. Beliau
memberikan foto Uda Fuadi waktu di Bandung tahun 1992. Beliau menjadi
penerima tanda tangan yang pertama. Jauh-jauh dari Indramayu, akhirnya
menjadi penerima tanda tangan pertama. Sabar dan beruntung! “Syukron,
akhi” begitu kata Uda Fuadi saat berpisah dengan Pak Mahfud.
Memasuki sesi tanya jawab. Sayang sekali, meski sudah duduk di depan dan
mengacungkan tangan, tapi Aisya tak mendapat kesempatan untuk bertanya.
1. Pertanyaan pertama dari pembaca berbaju biru : Mengapa ada angka 5, 3, dan 1?
Uda Fuadi menjawab filosofi dari trilogi tersebut.
- Negeri 5 Menara : sekolah SLTA di pesantren. Angka 5 cocok dengan 5 menara impian Shahibul Menara
- Ranah 3 Warna : Masa waktu mahasiswa, ada aat UTS, UAS, fotocopy
catatan, dll. Alif berjuang mati-matian untuk mewujudkan impiannya ke
luar negeri. Perantau yang susah payah, sepatu jarang diganti.
- Dan yang terakhir, ada angka 1 : tentang masa bekerja dan tentang apa
sih tujuan hidup. Kita punya 1 misi dalam hidup : mengabdi! Kita sering
sibuk dengan indahnya dunia. Padahal semuanya hanya satu. Yang terakhir
ini belum ada judulnya.
2. Pertanyaan kedua dari mbak-mbak berbaju merah : Apakah kisah dalam
Negeri 5 Menara benar-benar kisah nyata? Apakah tokoh Togar dalam Ranah
2 Warna benar-benar ada?
Uda Fuadi menjawab bahwa "terinspirasi" itu tidak semuanya dari kisah
nyata. Ibarat rumah, kisah nyata itu sebagai pondasi utamanya, sedangkan
jendela pintu dll sebagai kisah pelengkap, ada yang ditambahi dan
dikurangi. Dalam Ranah 3 Warna, ada tokoh Togar sebagai tokoh yang
sangat menginspirasi Alif untuk menulis. Ternyata tokoh itu memang
benar-benar ada
3. Pertanyaan ketiga tentang konsep belajar sabar dan ikhlas.
Kata Uda Fuadi, belajar ikhlas didapat beliau saat nyantri di Gontor.
Semua guru di sana tidak digaji. Mereka totalitas mengajar, ikhlas
berbagi ilmu, gaji dari Tuhan saja. Para guru itu mengajar
habis-habisan. Ikhlas itu artinya bersih, tidak peduli dengan yang lain.
Bagaimana bisa ikhlas? Tanyakan pada diri sendiri : "What is the
meaning of your life?" Ketika ketemu misinya, tahu konsep hidup, maka
kita akan bisa menemukan ikhlas itu. Sabar itu setelah usaha, bukan
sebelum usaha. Ikhlas, punya impian dan cita-cita, man jadda wajada.
Tawakal itu adalah sabar yang aktif!
4. Pertanyaan keempat : Bagaimana cara menumbuhkan semangat belajar yang
terus-menerus, seperti Alif dan bagaimana cara memahamkan orang tua
tentang impian kita yang kadang bertentangan dengan kemauan orang tua?
Menurut Uda Fuadi, Alif itu tidak rajin. Tapi ia tekun dan selalu
berusaha. Alif sama dengan manusia pada umumnya, ada kalanya ia
mempunyai rasa malas. Bahkan di buku kedua ini banyak menuturkan tentang
jatuh bangun Alif dalam menggapai impiannya. Yang tidak wajar, kita
malas tapi tidak mau mengakui. Kata Reynald Kasali, kalau kita lagi
‘down’ jadilah seperti bola tenis. Saat jatuh, ia memantul. Saat
jatuhnya keras, maka mantulnya juga akan lebih tinggi. Tidak seperti
donat. Yang jatuh, malah lembek dan menempel lantai. Saat Alif sedang
down, ia mengingat masa lalunya yang penuh keceriaan, mengingat
teman-temannya yang penuh semangat. Maka, carilah teman-teman yang
semangat.
Tentang komunikasi dengan orang tua, memang apa yang baik menurut orang
tua memang belum tentu baik menurut kita. Sampaikan dengan baik, atau
bisa juga dengan menyampaikannya lewat orang terdekat kita bisa paman,
kakek, dll. Doa ibu itu luar biasa. Kalau ibu saya tidak mendoakan saya
habis-habisan, mungkin saya juga tidak akan seperti sekarang.
Sampailah di penghujung acara. Acara ditutup dengan sosialisasi
“Komunitas Menara” oleh Uda Fuadi. Komunitas Menara yang mengusung
slogan “Mari Ikhlas Berbagi” saat ini sudah berhasil mendirikan PAUD di
Padang, dan sedang bersiap mendirikan PAUD di Bintaro. Pembelian buku
ini dijadikan donasi juga, jadinya tidak hanya sekedar membaca novel
tapi juga berinvestasi akhirat.
Acara dilanjutkan dengan penandatangan buku (Signing Book) dan foto
bareng Uda Fuadi. Semua pembaca yang akan meminta tanda tangan berjajar
dan dijaga oleh para security. Aisya berada di deret kedua. Kembali ia
beruntung (Ah, memang benar.. “Man Shabara Zhafira”..) tiba-tiba ia
terdorong ke depan dan akhirnya berada di baris pertama dan menjadi
penonton kelima yang mendapat tanda tangan dan foto bersama Uda Fuadi.
Saat berada di samping Uda Fuadi, Aisya sempat berujar kalau sempat
bertemu dengan beliau seminggu yang lalu. Malah jadi ngobrol nih!
Sebelum berpisah, Uda Fuadi sempat menitipkan salam untuk Keisya,
saudari kembar Aisya.
Turun dari panggung, Aisya menunggui rekan-rekan FLP Jakarta yang masih
antri (Ada Kang Arya, Mbak Ria, Mbak Nisa, dan Mbak Eka). Mereka heran
juga karena Aisya hari ini memakai kostum coklat, tidak merah seperti
biasanya. Hehe... Saat sedang asyik menunggu, tiba-tiba Aisya dikejutkan
dengan kehadiran Mbak Suri. “Wah, cari-cari yang berkostum merah kok
nggak ada ya.. feeling aja tadi jalan ke sini. Eh, ketemu juga. Tumben
pakai baju coklat!” Iya ya.. memang Aisya identik dengan warna MERAH!
Akhirnya Aisya bertransaksi buku dengan Mbak Suri, saling mengembalikan
buku yang dipinjam. Mbak Ria cs akhirnya selesai juga dan bergabung
dengan kami. Heboh jadinya! Langsung foto bareng. Seru!
Setelah puas bertegur sapa, Mbak Ria cs ke mushola, Kang Arya pulang.
Aisya dan Mbak Suri ke lantai 2 untuk mencari novel “Rindu Purnama”.
Alhamdulillah, baru beberapa langkah menjejakkan kaki di lantai 2, Aisya
menemukan novel itu. Beruntung! Novel inspiratif ini ditulis oleh dua
penulis favorit Aisya yang kebetulan seminggu yang lalu Aisya bertemu
mereka, Tasaro Gk dan Ahmad Fuadi.
Sampai di beranda depan, antrian pembaca yang berniat minta tanda tangan
sudah mulai berkurang. Aisya punya ide untuk mengantri lagi dan minta
tanda tangan di novel “Rindu Purnama”-nya. Sekaligus minta kata motivasi
di novelnya karena tadi lupa meminta. Mbak Suri juga memintakan kata
motivasi di novel “Ranah 3 Warna”-nya Keisya. Sampai di atas panggung,
Uda Fuadi mengenali Aisya. Aisya sempat ngobrol lagi dan meminta maaf
juga karena minta tanda tangan dua kali. Tapi, Uda Fuadi tetap asyik
diajak ngobrol. “Dream, Fight Ikhlas” itulah tiga kata super yang
dituliskan beliau. “Saling mendoakan, ya!” kalimat yang beliau sampaikan
sebelum kami berpisah.
Menjelang Maghrib, Aisya dan Mbak Suri menuju mushola. Saat sedang
menunggu Mbak Suri sholat Maghrib, Aisya membaca novel “Ranah 3 Warna”.
Tiba-tiba ia teringat, tadi pagi Kang Taufan E. Prast dan beberapa rekan
FLP Jakarta menitipkan salam untuk Uda Fuadi. Astaghfirullah, Aisya
lupa menyampaikannya. Dalam ‘kegelisahannya’, Aisya berdoa dalam hati
“Ya Allah, jika Engkau berkenan.. berikan hamba kesempatan untuk bertemu
kembali dengan Uda Fuadi di tempat ini untuk menyampaikan amanah yang
tadi lupa hamba sampaikan.”
Setelah sholat, Aisya dan Mbak Suri menunggu Mbak Ria , Mbak Nisa, dan
Mbak Eka yang baru mau sholat. Saat sedang bertukar pikiran dengan Mbak
Suri, tiba-tiba ada batita yang menarik tangan Aisya. Aisya geli juga
karena cowok kecil plus keren itu tiba-tiba menarik tangan Aisya,
seperti mengajak Aisya mengikutinya. Mama si kecil juga tertawa geli.
Sampai di pintu luar, batita imut itu melepaskan pegangan tangannya.
Aisya jongkok dan memegang gemas si kecil. Lucu banget! Namanya Gani..
Pengin diculik saja, hehe...
Aisya kembali mendekati Mbak Suri. Mereka duduk di dekat panggung yang
sudah dibereskan. Bersabar menanti Mbak Ria cs yang masih sholat. Eh,
ternyata masih ada Uni Yayi (istri Uda Fuadi) di situ. Aisya kembali
melantunkan doanya agar ia bisa bertemu kembali dengan Uda Fuadi. Allahu
Akbar... Alhamdulillah, selang berapa alam, keluarlah Uda Fuadi dari
dalam Gramedia. Allah mengabulkan doa Aisya! Sabar memang dekat dengan
keberuntungan! Akhirnya, Aisya kembali bercakap-cakap dengan Uda Fuadi
dan menyampaikan amanah dari Kang Tef. Malahan Aisya berkesempatan foto
bersama Uni Yayi dan Uda Fuadi. What a wonderfull day!
Setelah itu kami kembali ke dekat pintu masuk Gramedia Matraman.
Menunggu Mbak Ria yang tak kunjung tiba. Eh, Uda Fuadi dan rombongan
lewat di depan kami. Beliau menyapa, “Kok belum pada pulang?” Kami pun
menjawab serempak, “Sedang menunggu Uni Ria Padusi Manih!”. Uda Fuadi
tersenyum dan berpamitan serta berulang kali mengucapkan terima kasih.
Eh, sampai-sampai beliau sempat kebablasan jalannya dan ketinggalan
rombongan! Hehe...
Akhirnya, Mbak Ria datang juga. Sayang banget dia nggak sempat ikutan
foto bareng dengan Uda Fuadi dan Uni Yayi. Kami langsung keluar Gramed
untuk makan malam. Awalnya Mbak Nisa mau ikut juga, tapi karena Mbak Eka
memutuskan untuk langsung pulang, Mbak Nisa akhirnya ikut pulang karena
rumah mereka memang searah. Akhirnya hanya tinggal Aisya, Mbak Suri,
dan Mbak Ria. Tercetuslah “Dara 3 Warna”! Hehe, kebetulan kostum yang
kami kenakan juga berbeda warnanya. Kami memutuskan makan di Es Teler 77
yang ada di lantai dasar Gramedia Matraman. Mbak Suri memesan bakso,
Mbak Ria memesan mie ayam, sedangkan Aisya memesan nasi goreng Mungil
(porsi anak). Ealah, lha kok piring dan gelas buat Aisya juga dari
plastik. Buat anak-anak sih! Hehe, konyol! Tapi alhamdulillah, porsinya
pas dengan porsi Aisya... ^^v
Setelah makan, kami menyeberang jalan . Sampai di seberang, kami
berpisah. Kebetulan rumah Mbak Suri tidak jauh dari Gramedia. Aisya naik
angkot 01 bareng Mbak Ria karena searah.
Alhamdulillah, hari ini sangat indah... terima kasih Ya Allah, atas banyak nikmat yang Engkau berikan hari ini...
Semangat 2011 : MEMBANGUN KISAH PENUH MAKNA!!!
Jakarta, 24 Januari 2011_05:51
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.
Ketika kita merasa cukup dengan apa yang kita miliki saat ini.. maka Allah akan mencukupkan kita dengan apa yang kita butuhkan..
~Aisya Avicenna~
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.
Ada rasa letih yang teramat sangat
Rasa lelah yang berat
Merasuki jiwa yang penat
Dalam gejolak hidup yang pekat
Purnama menghias malam
Ku coba mengurai penat
Di hadapan Sang Penguasa alam
Ku memohon dengan sangat
Butiran air berjatuhan tak terkira
Tenggelam dalam alunan rasa
Berharap ampunan menyapa
Menghapus dosa yang menganga
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman,
"Berimanlah kamu kepada Tuhanmu";
Maka kamipun beriman.
Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami
Hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan...
wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami
dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami
di hari kiamat.
"Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." (QS.Ali-Imran (3): 193-194)
Akupun terdiam dalam sepi
Sesepi malam yang sunyi
Dengan butiran deras air mata
Membasahi jiwa yang nestapa
Saat statusku : T_T, Jakarta 19 Januari 2011
Saat kezaliman merajalela & mata keadilan telah buta, satu-satunya
kekuatan yang dimiliki oleh orang-orang lemah dan terzalimi adalah do'a.
Di tangan mereka, do'a lebih tajam dari pedang dan lebih hebat dari
pasukan bersenjata..
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.
Senja yang dingin. Kau menghidangkan
secangkir teh dan beberapa toples camilan kemudian menemaniku
menyelesaikan tulisan duet kita.
Anekdot
~Aisya Avicenna~
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.

Judul Asli : Masyahir an-Nisa’ al-Muslimat
Penyusun : Ali bin Nayif Asy-Syuhud
Penerbit naskah berbahasa Arab : www.Saaid.Net disetujui oleh Wizarah al-I’lam (Departemen Penerangan)
Penerjemah : Irwan Raihan
Judul Terjemahan : Kisah Shahabiyah; Mawar-Mawar Padang Pasir
Penerbit : Afra Publishing
Terbit : April 2009
Tebal : 280 halaman
Harga : Rp 55.000,-
***
Buku ini menceritakan kisah muslimah terkemuka sepanjang sejarah Islam.
Di dalamnya terkandung kisah menakjubkan dari kehidupan mereka yang
patut dijadikan teladan oleh setiap wanita beriman. Buku ini mengurai 62
kisah shahabiyah yang luar biasa, di antaranya:
1.Sang Ibunda (Hawa’)
2.Ibu Ananda yang Hendak Disembelih (Hajar)
3.Wanita yang Berhijrah (Sarah)
4.Perempuan yang Bertawakal (Ibu Musa as.)
5.Istri yang Ahli Firasat dan Pemalu (Istri Musa as.)
6.Permaisuri yang Beriman (Asiyah binti Muzahim)
7.Masyithah
8.Istri yang Memiliki Komitmen (Istri Ayyub as.)
9.Sang Ratu (bilqis)
10.Ibu yang Masih Gadis (Maryam)
11.Penghulu Wanita Qquraisy (Khadijah binti Khuwailid)
12.Wanita yang Behijrah, Janda dari Pria yang Berhijrah (Saudah binti Zam’ah)
13.Ummul Mukminin yang Tercinta (Aisyah binti Abu Bakar)
14.Pemegang Rahasia Rasulullah saw. (Hafshah binti Umar)
15.Ibunda Orang Miskin (Zainab binti Khuzaimah)
16.Teman yang Cerdas dan Konsultan Handal (Ummu Salamah)
17.Wanita Mulia (Zainab binti Jahsy)
18.Sang Pembebas Seratus Budak (Juwairiyah binti Harits)
19.Cucu Para Nabi (Shafiyyah binti Huyayy)
20.Ummul Mukminin yang Bertakwa (Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan)
21.Wanita yang Bercita-Cita (Maimunah binti Harits)
22.Ummu Ibrahim dari Mesir (Mariyah Al-Qibthiyyah)
23.Sang Pemilik Kalung (Zainab binti Rasulullah saw.)
24.Wanita yang Berhijrah Dua Kali (Ruqayyah binti Rasulullah saw.)
25.Yang Kedua dari Dua Cahaya (Ummu Kultsum binti Rasulullah saw.)
26.Bunga yang Harum (Fathimah az-Zahra’ binti Rasulullah saw.)
27.Ibu Susuan (Halimah as-Sa’diyyah)
28.Bibi Rasulullah (Shafiyyah binti Abdul Muththalib)
29.Sang Penolong (Arwa binti Abdul Muththalib)
30.Sang Pelindung (Ummu Hani’)
31.Ibunda Keimanan (Fathimah binti Asad)
32.Ibunda al-Habib saw. (Ummu Aiman)
33.Syahidah Pertama dalam Islam (Sumayyah binti Khayyath)
34.Wanita dari Kalangan Bidadari Bermata Jelita (Ummu Ruman, Istri Abu Bakar)
35.Sang Pemilik Dua Sabuk (Asma’ binti Abu Bakar)
36.Adinda Al-Faruq (Fathimah binti Khathab)
37.Tentara Wanita, Ibunda Seluruh Tentara Islam (Nusaibah binti Ka’ab)
38.Wanita yang Sabar, Maharnya adalah Islam (Ummu Sulaim binti Milhan)
39.Penjelajah Samudera (Ummu Haram binti Milhan)
40.Orator Wanita (Asma’ binti Yazid)
41.Sang Pemilik Kemah (Ummu Ma’bad)
42.Wanita yang Benar dan Dibenarkan (Ummu Dzarr)
43.Gadis yang Berhijrah (Ummu Kultsum binti Uqbah)
44.Pemilik Warisan (Ummu Kujjah)
45.Wanita yang Berkurban (Laila binti Abu Hatsmah)
46.Syahidah yang Masih Hidup (Ummu Waraqah)
47.Sang Pemilik Kebun (Atikah binti Zaid)
48.Wanita Dermawan Putri Sang Dermawan (Safanah binti Hatim Ath-Tha’i)
49.Wanita Penyair Ibunda Syuhada (Al-Khansa’)
50.Perempuan di Bawah Naungan (Hindun binti Utbah)
51.Sang Pembunuh Tujuh Orang (Ummu Hakim)
52.Perempuan Penghuni Surga (Ummu Zufar)
53.Saudara Perempuan Nabi saw. (Syaima’)
54.Wanita yang Menjaga Kehormatan Dirinya (Musaikah at-Taibah)
55.Dokter dan Terapis Wanita (asy-Syifa’ binti Abdullah)
56.Pemberi Nasihat (Hujaimah binti Huyyay, Ummu Darda’)
57.Wanita yang Teguh Hati (Nailah binti Farafishah)
58.Pemilik kafan (Hafshah binti Sirin)
59.Wanita yang Baik (Ummu Amarah binti Sufyan)
60.Wanita Ahli Ibadah (Rabi’ah al-Adawiyyah)
61.Nafisah si Pemilik Ilmu (Nafisah binti Hasan)
62.Ahli Al-Quran (Zubaidah, Istri ar-Rasyid)
Penjabaran kisah dalam buku ini sangat runtut meski ada beberapa kata
yang kurang bisa dipahami, karena memang buku ini adalah buku
terjemahan. Terlepas dari kekurangannya tersebut, buku ini layak untuk
dibaca para muslimah pada khususnya sehingga bisa menjadi inspirasi
dalam kehidupannya mengingat pada era globalisasi seperti sekarang ini,
banyak dari kaum muslimah yang cenderung memfigurkan tokoh-tokoh yang
malah jauh dari nilai Islam. Sehingga sangat disayangkan jika para
muslimah malah melupakan sejarah dan kurang meneladani wanita-wanita
luar biasa (baca : shahabiyah) yang beberapa kisahnya terangkum dalam
buku ini.
Selamat membaca!
REDZone, 18 Januari 2011_04:26
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.
by Bambang Trim on Saturday, January 15, 2011 at 6:22am

Ada penulis pena terlena
: setiap saat asyik berkarya
Selalu lupa pada pembaca
Merasa karya enak dibaca
Ada penulis pena perdana
: suatu saat menghasilkan karya
Setelah itu tak terdengar nama
Karya pertama dan satu-satunya
Ada penulis pena terpana
: setiap saat asyik bertanya
Mengumpulkan karya sejumlah penulis ternama
Tapi hanya terbuai angan belaka
Ada penulis pena merana
: setiap saat mengeluh menderita
Beridealisme tanpa rencana
Menulis tak dihargai semestinya
Ada penulis pena durjana
: setiap saat mencari celah
Plagiat karya berpuluh jumlah
Naskah orang dibubuhi namanya
Ada penulis pena berdana
: takdir kadang tertolak naskahnya
Terpikat penerbitan swakelola
Menerbitkan sendiri siapa sangka
Ada penulis pena kelana
: setiap saat entah pergi kemana
Backpacker sebutan mengena
Menulis di mana saja dan apa saja
Ada penulis pena bahana
: setiap saat menajamkan karya
Tidak berkompromi dengan kualitas rendah
Menulis naskah mengejutkan dunia
Ada penulis pena bermakna
: setiap saat merenungi cinta
Mengikat makna amat sempurna
Karyanya mulia bertenaga
Engkau penulis yang mana?
Aku penulis pena bukan apa-apa, Na.
untuk para "pendekar penulis" dan Na
:: Bambang Trim
Colomadu, 16 Januari 2011
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.