ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

1 Muharram 1432 H



Keutamaan Bulan MuharramBulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan Allah. Empat bulan tersebut adalah, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Allah Ta’ala berfirman yamg artinya:
“Sesungguhnya jumlah bulan di kitabullah (Al Quran) itu ada dua belas bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, empat di antaranya adalah bulan-bulan haram” (QS. At Taubah: 36)
Kata Muharram artinya ‘dilarang’. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengketaan lainnya. Kemudian ketika Islam datang kemuliaan bulan haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi jahiliyah yang lain dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang.
Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, sehingga bulan ini disebut bulan Allah (syahrullah). Beribadah pada bulan haram pahalanya dilipatgandakan dan bermaksiat di bulan ini dosanya dilipatgandakan pula. Pada bulan ini tepatnya pada tanggal 10 Muharram Allah menyelamatkan Nabi Musa as dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Mereka memuliakannya dengan berpuasa. Kemudian Rasulullah SAW menetapkan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai kesyukuran atas pertolongan Allah. Masyarakat Jahiliyah sebelumnya juga berpuasa. Puasa 10 Muharram tadinya hukumnya wajib, kemudian berubah menjadi sunnah setelah turun kewajiban puasa Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda:
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa nabi saw. ketika datang ke Madinah, mendapatkan orang Yahudi berpuasa satu hari, yaitu ‘Asyuraa (10 Muharram). Mereka berkata, “ Ini adalah hari yang agung yaitu hari Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan keluarga Firaun. Maka Nabi Musa as berpuasa sebagai bukti syukur kepada Allah. Rasulullah SAW. berkata, “Saya lebih berhak mengikuti Musa as. dari mereka.” Maka beliau berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa” (HR Bukhari).
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim)
Walaupun ada kesamaan dalam ibadah, khususnya berpuasa, tetapi Rasulullah SAW memerintahkan pada umatnya agar berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yahudi, apalagi oleh orang-orang musyrik. Oleh karena itu beberapa hadits menyarankan agar puasa hari ‘Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari ‘Asyura.
Secara umum, puasa Muharram dapat dilakukan dengan beberapa pilihan. Pertama, berpuasa tiga hari, sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya, yaitu puasa tanggal 9, 10 dan 11 Muharram. Kedua, berpuasa pada hari itu dan satu hari sesudah atau sebelumnya, yaitu puasa tanggal: 9 dan 10, atau 10 dan 11. Ketiga, puasa pada tanggal 10 saja, hal ini karena ketika Rasulullah saw memerintahkan untuk puasa pada hari ‘Asyura para sahabat berkata: “Itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda: “Jika datang tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi beliau meninggal pada tahun tersebut.” (HR. Muslim).
Landasan puasa tanggal 11 Muharram didasarkan pada keumuman dalil keutamaan berpuasa pada bulan Muharram. Di samping itu sebagai bentuk kehati-hatian jika terjadi kesalahan dalam penghitungan awal Muharram.
Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu baik untuk dilakukan.
Demikian juga sebagian umat Islam menjadikan bulan Muharram sebagai bulan anak yatim. Menyantuni dan memelihara anak yatim adalah sesuatu yang sangat mulia dan dapat dilakukan kapan saja. Dan tidak ada landasan yang kuat mengaitkan menyayangi dan menyantuni anak yatim hanya pada bulan Muharram.
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Oleh karena itu salah satu momentum yang sangat penting bagi umat Islam yaitu menjadikan pergantian tahun baru Islam sebagai sarana umat Islam untuk muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan dan rencana ke depan yang lebih baik lagi. Momentum perubahan dan perbaikan menuju kebangkitan Islam sesuai dengan jiwa hijrah Rasulullah saw dan sahabatnya dari Makkah dan Madinah.
Legenda Dan Mitos MuharramDi samping keutamaan bulan Muharram yang sumbernya sangat jelas, baik disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, tetapi banyak juga legenda dan mitos yang terjadi di kalangan umat Islam menyangkut hari ‘Asyura.
Beberapa hal yang masih menjadi keyakinan di kalangan umat Islam adalah legenda bahwa pada hari ‘Asyura Nabi Adam diciptakan, Nabi Nuh as di selamatkan dari banjir besar, Nabi Ibrahim dilahirkan dan Allah Swt menerima taubatnya. Pada hari ‘Asyura Kiamat akan terjadi dan siapa yang mandi pada hari ‘Asyura diyakini tidak akan mudah terkena penyakit. Semua legenda itu sama sekali tidak ada dasarnya dalam Islam. Begitu juga dengan keyakinan bahwa disunnahkan bagi mereka untuk menyiapkan makanan khusus untuk hari ‘Asyura.
Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian hari ‘Asyura dengan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husain saat berperang melawan tentara Suriah. Kematian Husain memang salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Islam. Namun kesucian hari ‘Asyura
tidak bisa dikaitkan dengan peristiwa ini dengan alasan yang sederhana bahwa kesucian hari ‘Asyura sudah ditegakkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW jauh sebelum kelahiran Sayidina Husain. Sebaliknya, adalah kemuliaan bagi Husain yang kematiannya dalam pertempuran itu bersamaan dengan hari ‘Asyura.

Bid’ah di Bulan MuharramSelain legenda dan mitos yang dikait-kaitkan dengan Muharram, masih sangat banyak bid’ah yang jauh dari ajaran Islam. Lebih tepat lagi bahwa bid’ah tersebut merupakan warisan ajaran Hindu dan Budha yang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa yang mengaku dirinya sebagai penganut aliran kepercayaan. Mereka lebih dikenal dengan sebutan Kejawen.
Dari segi sistem penanggalan, memang penanggalan dengan sistem peredaran bulan bukan hanya dipakai oleh umat Islam, tetapi masyarakat Jawa juga menggunakan penanggalan dengan sistem itu. Dan awal bulannya dinamakan Suro. Sebenarnya penamaan bulan Suro, diambil dari ’Asyura yang berarti 10 Muharram. Kemudian sebutan ini menjadi nama bulan pertama bagi penanggalan Jawa.
Beberapa tradisi dan keyakinan yang dilakukan sebagian masyarakat Jawa sudah sangat jelas bid’ah dan syiriknya, seperti Suro diyakini sebagai bulan yang keramat, gawat dan penuh bala. Maka diadakanlah upacara ruwatan dengan mengirim sesajen atau tumbal kelaut. Sebagian yang lain dengan cara bersemedi mensucikan diri bertapa di tempat-tempat sakral (di puncak gunung, tepi laut, makam, gua, pohon tua, dan sebagainya) dan ada juga yang melakukan dengan cara lek-lekan ‘berjaga hingga pagi hari’ di tempat-tempat umum (tugu Yogya, Pantai Parangkusumo, dan sebagainya). Sebagian masyarakat Jawa lainnya juga melakukan cara sendiri yaitu mengelilingi benteng kraton sambil membisu.
Tradisi tidak mengadakan pernikahan, khitanan dan membangun rumah. Masyarakat berkeyakinan apabila melangsungkan acara itu maka akan membawa sial dan malapetaka bagi diri mereka.
Melakukan ritual ibadah tertentu di malam Suro, seperti selamatan atau syukuran, Sholat Asyuro, membaca Do’a Asyuro (dengan keyakinan tidak akan mati pada tahun tersebut) dan ibadah-ibadah lainnya. Semua ibadah tersebut merupakan bid’ah (hal baru dalam agama) dan tidak pernah ada contohnya dari Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam maupun para sahabatnya. Hadist-hadits yang menerangkan tentang Sholat Asyuro adalah palsu sebagaimana disebutkan oleh imam Suyuthi dalam kitab al-La’ali al-Masnu’ah.
Tradisi Ngalap Berkah dilakukan dengan mengunjungi daerah keramat atau melakukan ritual-ritual, seperti mandi di grojogan (dengan harapan dapat membuat awet muda), melakukan kirab kerbau bule (kiyai slamet) di kraton Kasunan Solo, thowaf di tempat-tempat keramat, memandikan benda-benda pusaka, bergadang semalam suntuk dan lain-lainnya. Ini semuanya merupakan kesalahan, sebab suatu hal boleh dipercaya mempunyai berkah dan manfaat jika dilandasi oleh dalil syar’i (Al Qur’an dan hadits) atau ada bukti bukti ilmiah yang menunjukkannya. Semoga Alloh Ta’ala menghindarkan kita dari kesyirikan dan kebid’ahan yang membinasakan.
Menyikapi berbagai macam tradisi, ritual, dan amalan yang jauh dari ajaran Islam, bahkan cenderung mengarah pada bid’ah, takahyul dan syirik, maka marilah kita bertobat kepada Allah dan melaksanakan amalan-amalan sunnah di bulan Muharram seperti puasa. Rasulullah saw. menjelaskan bahwa puasa pada hari ‘Asyura menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah berlalu.
Dari Abu Qatadah ra. Rasululllah ditanya tentang puasa hari ‘asyura, beliau bersabda: “Saya berharap ia bisa menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang telah lewat.” (HR. Muslim).
Kita kini memasuki Tahun Baru Hijriyah, 1 Muharram 1432 H. Untuk itu, dianjurkan agar dalam menyambut tahun baru tersebut kita melakukan perenungan tentang:

1. Syukur atas Usia yang diberikan AllahUmur adalah nikmat yang diberikan Allah pada kita, dan jarang kita syukuri. Sementara kita saat ini masih diberi Allah kesempatan untuk bertaubat, memperbaiki kesalahan yang kita perbuat, menambah amal shaleh sebagai bekal menghadap Allah.

2. Muhasabah (introspeksi diri) dan istighfar.Ini adalah hal yang penting dilakukan setiap muslim. Karena sebuah kepastian bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat itu hanyalah amal shaleh. Pergantian tahun bukan sekedar pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa yang sudah kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok.

3. Mengenang Hijrah Rasulullah SAWPeristiwa hijrah ini seyogyanya kita ambil sebagai sebuah pelajaran berharga dalam kehidupan kita. Betapapun berat menegakkan agama Allah, tetapi seorang muslim tidak layak untuk mengundurkan diri untuk berperan di dalamnya.

-berbagai sumber-

SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYAH, 1 MUHARRAM 1432 H…


Semoga keberkahan dan ridho Allah SWT senantiasa terlimpah pada kita semua… Aamiin…

REDZone, 7 Desember 2010_5.20
Aisya Avicenna 


Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya 

Kado untuk Babe Tercinta



Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, anak perempuan yang sedang bekerja di perantauan, anak perempuan yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, anak perempuan yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya… Akan sering merasa kangen sekali dengan ibunya.
Lalu bagaimana dengan Ayah?
Mungkin karena ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Ayah-lah yang mengingatkan Ibu untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ibu-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang bekerja dan dengan wajah lelah, Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil, Ayah biasanya mengajarimu naik sepeda. Dan setelah Ayah mengganggapmu bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepedamu.
Kemudian Ibu bilang : “Jangan dulu Ayah, jangan dilepas dulu roda bantunya.” Ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah kamu? Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ibu menatapmu iba. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang.” Tahukah kamu, Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi.
Saat kamu sakit pilek, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : “Sudah dibilang! Kamu jangan minum air dingin!” Berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja, kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”. Tahukah kamu, bahwa Ayah melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat luar biasa berharga.
Setelah itu kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu.
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Ibu.
Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya. Bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu!
Ketika kamu harus merantau ke kota lain untuk kuliah dan meninggalkan rumah. Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu. Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat in itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu erat-erat.
Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya, Sayang”. Ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT. Kuat untuk pergi dan menjadi dewasa. Di saat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan biaya hidup sehari-hari, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah.
Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan.
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang.”
Ketika pada saatnya ada seorang laki-laki datang menemuinya. Ayah akan memasang wajah paling cool sedunia.
Sadarkah kamu, kalau hati Ayah merasa cemburu? Sebenarnya ia sangat khawatir karena hal yang sangat ditakuti Ayah akan segera datang. Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Ayah. Tapi toh Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu.
Dan jika laki-laki itu meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya.
Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin. Karena Ayah tahu bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya….
Saat Ayah melihatmu duduk di pelaminan bersama seseorang lelaki yang dianggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia. Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Ayah pergi ke belakang sebentar, dan menangis?
Ayah menangis karena sangat berbahagia, kemudian Ayah berdoa. Dalam lirih doanya kepada Pemilikmu, Ayah berkata:
“Ya Allah, ya Tuhanku ... Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita dewasa yang cantik… Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”
Ayah... Aku mencintaimu...
Kisah di atas layak menjadi bahan renungan buat kita. Bahwa, bagaimanapun juga ayah adalah sosok yang luar biasa berjasa dalam hidup kita.
***
BABE... itulah panggilan sayangku untuk ayah. Pada tanggal 6 Desember 2010 ini, beliau memasuki usia ke-57. Alhamdulillah, tahun ini ada sebuah kejutan kecil dariku untuk beliau... Berikut kisahnya...

16 November 2010
Gema takbir sempurna memecah keheningan sejak muadzin purna mengumandangkan adzan Maghrib kemarin petang. Ada yang istimewa dengan hari ini. Ya, hari ini adalah hari raya Idul Adha. Memang tak semua akan merayakan Idul Adha hari ini. Tapi alhamdulillah, setidaknya perbedaan waktu perayaan itu tidak menjadi pemicu perpecahan. Teringat status ustadz Hatta Syamsuddin, LC :
A: hukumnya apa ustadz, saat yang lain sholat ied, sebagian baru puasa.
B : hukumnya haram saling menyalahkan dan saling merasa benar, padahal sama-sama hasil ijtihad ...
A : syukron ustadz!!!
Nah, semoga perbedaan ini bisa disikapi dengan arif.
Aku dan teman-teman kost mengikuti sholat Idul Adha pada pagi ini. Pukul 05.30, dengan menggunakan taksi, kami bertiga menuju tempat digelarnya sholat Idul yang berlokasi di kawasan Salemba, Jakarta Pusat.
Ah, rasanya berbeda. Untuk pertama kalinya aku merayakan Idul Adha tidak bersama keluarga di Wonogiri. Inilah Idul Adha pertamaku di Jakarta. Sambil terus melafazkan takbir, tak terasa air mata inipun menitik, teringat keluarga di rumah. Kangen.
Pukul 08.00, setelah selesai sholat, aku baru berangkat ke kantor. Alhamdulillah, tadi pagi sudah minta izin ke pimpinan bahwa aku datang terlambat karena sholat Idul Adha dulu.

17 November 2010
Keluarga di Wonogiri baru merayakan Idul Adha hari ini. Wah, benar-benar jadi kangen dan ingin pulang. Biasanya setelah sholat Idul Adha, kami sekeluarga masak sate bersama.

18 November 2010
Saat ini, secara fisik aku memang sehat! Tp secara batin, ada yg "tidak beres" dlm diriku! Sbenarnya aku tahu obatnya : harus meninggalkan jakarta hari ini juga! Semoga semuanya akan segera baik2 saja!
~aku di jakarta, tp tdk dengan batinku! Rabb...mudahkanlah..~
Itulah status facebookku di siang ini. Seharian, aku dan kawan-kawan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri menjalani pemeriksaan kesehatan di RS Fatmawati. Alhamdulillah, secara fisik aku memang sehat. Tensi darah juga normal, padahal biasanya rendah. Berat badan juga naik, jadi 43 kg. Hehe, tetap belum ideal! Tapi setidaknya naik 2 kg karena memang habis sakit beberapa hari yang lalu.
Sekitar pukul 14.00, setelah diperiksa dokter. Aku membuka kembali facebook-ku. Subhanallah, banyak komen yang masuk. Pada intinya mereka menanyakan ada apa denganku.
Saat itu juga, aku menghubungi Nurul (teman kostku). Aku tanyakan padanya apa ia jadi pulang ke Wonogiri. Memang, Nurul merencanakan hari itu akan pulang. Ternyata, ia jadi pulang malam ini. Batinku meradang. Yah, seperti status FB itu. Sejatinya besok om-ku akan menikah dan semua keluarga Babe (panggilan sayang untuk ayahku) akan berkumpul.
Keluar dari ruang pemeriksaan, aku menuju lorong tunggu pasien yang sepi. Aku telepon ibuk. Menanyakan kabar di rumah dan bagaimana rencana besok. Tak lupa aku menceritakan hasil cek kesehatan hari ini. Sebelum mengakhiri pembicaraan, dengan penuh kesungguhan, aku utarakan pada beliau bahwa malam ini aku akan pulang ke Wonogiri. Aku memohon doa pada beliau agar aku bisa mendapat izin dari pimpinan. Akhirnya, aku SMS pimpinanku.
SMS balasan belum kunjung tiba. Semakin gelisah saja. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kost. Sudah menjelang asar. Beberapa saat kemudian, ada SMS dari pimpinan. Alhamdulillah, beliau mengizinkan. Sukses sudah butiran-butiran bening itu membobol benteng pertahanan kelopak mataku saat aku menyusuri lorong-lorong rumah sakit.
Allah Swt memang tak pernah membiarkan hamba-Nya yg satu ini "berduka" terlalu lama... Terima kasih ya Rabb atas kemudahan2 hr ni...
~petualangan hari ini masih berlanjut! Semangat!!! ^^v

Itulah status FB-ku sepanjang perjalanan kembali ke kost. Dari RS Fatmawati aku naik angkot kecil berwarna putih dan turun di terminal Lebak Bulus. Kemudian naik metromini 509 menuju Kampung Rambutan. Setelah itu naik metromini 53 menuju Kampung Melayu.
Selanjutnya adalah membeli tiket. Rencananya, mau nitip Nurul saja. Tapi, ternyata tiba-tiba dia mengatakan kalau tidak jadi pulang. Akhirnya aku memutuskan membeli tiketnya langsung nanti di stasiun saja sehabis Maghrib. Nurul SMS aku lagi, dia menanyakan aku jadi pulang atau tidak dan bagaimana dengan tiketnya. Aku jawab, aku belum bisa beli tiket karena waktu sudah menjelang Maghrib. Apapun yang terjadi, aku harus pulang hari ini. Nanti beli tiketnya langsung di stasiun. Semoga saja masih ada. Mungkin karena ketegasan di SMSku itulah, Nurul akhirnya terpengaruh dan memutuskan kembali ke keputusannya semula. Ia jadi pulang bersamaku.
Ya, begitulah aku. Kalau sudah membuat suatu keputusan, Insya Allah aku tidak akan plin-plan atau goyah selama itu mendatangkan kebaikan.
Habis Maghrib, aku dan Nurul sudah berada di Stasiun Jatinegara. Alhamdulillah¸ tiket menuju Solo sudah di genggaman meski harganya tidak semurah biasanya. Kereta masih akan berangkat pukul 20.27. Waktu tunggu masih lama. Akhirnya, aku dan Nurul memutuskan untuk duduk di emperan dalam stasiun. Memanfaatkan waktu tunggu dengan berdiskusi dengan Nurul tentang sebuah permasalahan yang tengah menderanya.

Malam itu aku membuat sebuah konspirasi dengan ibuk, bahwa hanya ibuk saja yang mengetahui kepulanganku malam ini. Biar menjadi kejutan. Saat tengah SMS-an dengan ibuk, tiba-tiba sudah duduk di sampingku seorang ibu dan dua orang anak kecil.

Ibu itu bertanya kartu seluler apa yang aku gunakan. Beliau ingin menghubungi seseorang. Ibu menceritakan bahwa beliau habis kecopetan dan sekarang terlantar padahal harus pulang ke Lampung. Akhirnya aku pinjamkan HP-ku agar ia bisa menelepon saudaranya.
Innalillahi wa inna ilaihi roji’un...

Mendengar percakapan ibu itu dengan seorang bapak di seberang sana, membuatku terenyuh. Apalagi setelah ibu itu menunjukkan dua surat yang sudah kumal yang ternyata surat itu berisi pernyataan kehilangan dari kepolisian Gresik dan satunya dari Dinas Sosial Gresik yang berisi bahwa ibu dan kedua anak itu terlantar. Dengan segala keterbatasanku, aku mencoba menolong ketiganya keluar dari permasalahan yang tengah mereka alami malam itu. Setelah urusanku dengan ketiganya selesai, tak kuasa diri ini menangis! Betapa tabah ibu itu... Sejatinya beliau ingin ke Lampung untuk menemui anaknya. Anaknya, seorang mahasiswa UGM tingkat akhir yang meninggal terkena ISPA saat menjadi relawan Merapi. Subhanallah...

Rabb, jk mlm ini q menangis, bkn krn q brsedih! Tp q mengiba kpdMu. Mudahknlah pertemuan seorang ibu td dgn anaknya yg kini hanya tinggal jasad tak bernyawa..
~hbs brtemu seorang ibu +2 anak kecil yg terlantar. Hbs kecopetan. Pdhl bliau hrs ke lampung utk brtemu dgn jasad anaknya. Anaknya baru sj meninggal krn ISPA saat mjd relawan di jogja. Lindungi mereka ya Rabb.. Aamiin..~

Seolah-seolah stasiun Jatinegara turut luruh dalam kisah pertemuan kami tadi. Sayup-sayup aku mendengar “IBU”-nya Iwan Fals menyenandung sendu dari salah satu toko yang berjajar di dalam stasiun Jatinegara.

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
(Ibu – Iwan Fals)

19 November 2010

Kereta datang terlambat. Pukul 21.00 kami baru masuk. Tak peduli dengan keterlambatannya... Bismillahi tawakaltu ‘alallah... akhirnya aku mudik!!!
Alhamdulillah, pukul 08.30 pagi sampai jua di Stasiun Balapan Solo. Setelah itu naik ATMO menuju depan RS Moewardi.. Nurul mau ambil uang dulu di ATM. Awalnya mau naik bus saja ke Wonogiri. Akhirnya Ibuk SMS dan menyarankan naik taksi saja biar cepat sampai. Akhirnya , setelah dicapai kesepakatan pembayarannya, aku naik taksi bareng Nurul.

Nantikan kejutanku di batas waktu.. ^^.
~Merangkai bahagia di hari Jumat yg penuh cinta~

Status FB-ku di atas sepertinya tidak menimbulkan kecurigaan. Selama perjalanan, SMS-an sama Ibuk. Lucu banget. Ibuk mengabarkan kondisi rumah. Babe sudah di rumah Simbah. Dhek Nung dan Kang Dodoy sudah bersiap-siap. Aku sempat baca statusnya Kang Dodoy, begini bunyinya...
Ud pake batik . . Seragam 1 keluarga . . Cakep2 dweh . . Sayangna kembar yg 1 ga ikud . . Gpp lah pasti ad saat kumpul bersama lg . .
Miris juga bacanya. Hihi... Belum tau nih Kang Dodoy, kalau adiknya tercinta sedang dalam perjalanan. Di rumah, ibuk mengalihkan perhatian mereka berdua agar tak terburu-buru berangkat. Maksudnya sih, menunggu kedatanganku. Kami berpacu dengan sang waktu. Setiap ganti tempat, aku SMS ibuk. Sudah sampai Sukoharjo. Sudah sampai Nguter. Sudah sampai Selogiri. Sudah sampai Wonokarto. Sudah sampai Agraria. Nurul turun di Agraria. Dan akhirnya, taksi itu sampai di depan rumah. Keluar dari taksi, langsung lari masuk halaman rumah. Terkejutlah Dhek Nung dan Kang Dodoy...

Alhamdulillah, 'konspirasi' dengan ibuk sejak semalam mmbuahkan hasil! Kang dodoy dan my supertwin terkejut luar biasa tatkala diriku sampai di istana KYDEN tercinta! Skrg brngkt k rumah simbah (babe sdh d sana). Dan khadiranku bakal bikin heboh orang sekampung! Hehe... ^^v
~indahnya pernikahan, bisa menyatukan keluarga... besar! :) ~

Pukul 10.00, berangkat dengan Ibuk dan Dhek Nung ke rumah simbah di Nawangan, Giriwoyo. Kang Dodoy naik sepeda. Pukul 11.30 sampai juga di rumah simbah. Dan apa yang terjadi selanjutnya???

Mbah kakung, mbah putri, om, bulik, pakdhe, budhe, dan lain-lain terkejut dengan kehadiranku. Terlebih Babe. Terpancar jelas kegembiraan dari wajah beliau. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa membuat kejutan ini. Aku yakin, jika semalam aku tidak jadi pulang, mungkin aku akan menyesal selamanya. Akhirnya, aku putuskan untuk pulang dan alhamdulillah bisa memahat kebahagiaan yang pastinya akan aku kenang selamanya...

Alhamdulillah, proses pernikahan om-ku (adik bungsu babe) berjalan lancar. Beliau juga sangat bahagia dengan kedatanganku. Sore harinya, bersama Dhek Nung dan Ibuk aku pulang dengan naik bus. Kang Dodoy naik sepeda motor, sedangkan Babe masih ada urusan yang harus diselesaikan dulu sehingga beliau baru sampai rumah pada malam harinya.

Sesampainya di rumah, Babe tidak langsung istirahat. Padahal aku tahu, beliau pasti capek. Ternyata malam itu beliau dapat undangan untuk datang ke rumah salah satu rekan kerjanya. Setelah ganti pakaian, beliau bergegas ke sana. Selang beberapa jam kemudian, beliau pulang ke rumah. Apa yang beliau bawa??? Ternyata di rumah temannya tadi, Babe juga masak sate bersama. Alhamdulillah, akhirnya malam itu kami makan sate kambing buatan babe deh... So nyummy!!!

smalam,jam sgini q msh dduk mnnggu kereta Senja Utama d stasiun Jatinegara. Sungguh, jk smalam q tdk jd pulang, mgkn q akan mnyesal selamanya! alhamdulillah, dgn mntap hati pulang jg akhirnya dan rasanya benar2 bahagia karena bisa mmberi kejutan besar pd keluarga tercinta. alhamdulillah,bs mlukis snyum bhagia utk orang...2 tristimewa dhri istimwa ini
~wonogiri,I'm in love~

Itulah salah satu kado terindah dariku untuk Babe tahun ini. Selain itu, tepat pada hari ini, saat usianya menginjak angka 57, ada sebuah bingkisan dari kami bertiga (aku, Dhek Nung, dan Kang Dodoy). Semoga beliau bahagia menerimanya. Aku mencintaimu, Be! SANGAT.... Terima kasih ya Be, karena engkau dan ibu telah mendidik dan membesarkanku sampai detik ini dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Selamat hari lahir BABE! Semoga sehat selalu, diberi rezeki yang barokah, dan dimudahkan dalam segala urusan.. Kebahagiaan dalam keluarga kita semoga tidak hanya di dunia, tapi juga kekal di surga-Nya kelak. AMIIN YA RABB!

Babe, betapaku sangat MENCINTAIMU.. Ku trus berjanji takkan hianati cintamu.. Ya Allah, sampaikan say sayang ini untuknya... Semoga aku mampu penuhi impian-impiannya. Beri kemudahan Ya Rabb.. Aamiin...

Robbighfirlii waliwaalidayya warhamhuma kamaa robbayani shogiro ...

***
Bunda, kasih sayangmu indah di hatiku
Ayah, senyum manismu indah di mataku
Slalu... terbayang wajahmu di kala kau tatap diriku
Dengan penuh aksih, cinta, dan sayangmu
Setulus hatimu
Semua kasih sayangmu takkan kulupakan
Sgala pengorbananmu akan kuukir
Slalu terbayang wajahmu di kala kau tatap diriku
Dengan penuh kasih, cinta, dan sayangmu
Setulus hatimu.. hanya untukku...
Maafkan selalu kesalahanku
Yang kuperbuat sepanjang hidupku
Terimalah sembah baktiku kepadamu
Duhai ayah bundaku
Ku rindu padamu...
(Ayah Bundaku – Heru Herdiana)

REDZone, 6 Desember 2010_05.07
Aisya Avicenna


Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya  

Jangan Permainkan Ta'aruf



Sabtu, 5 Februari 2010
“Mengapa mendadak dibatalkan, ukh?” sebuah kalimat terpampang di layar ponselnya. Qonita pun membalas SMS itu panjang lebar, sejelas-jelasnya. Sepertinya yang di-SMS belum puas dengan jawaban Qonita.
“Ya sudah, sekarang anti ke rumah saya. Saya sedang dalam perjalanan pulang. Sekitar 10 menit lagi sampai rumah.” SMS lanjutan dari seberang sana.
Sudah pukul setengah sembilan malam. Qonita segera beranjak dari duduknya. Segera mengambil jaket dan keluar dari kosnya. Bergegas. Malam sudah semakin larut. Tapi, ia ingin semua segera selesai. Dengan penuh keberanian, Qonita berjalan melewati gang-gang kecil dan sempat pula melewati kuburan. Tapi, semua itu tak menyurutkan nyalinya.
Sampai di rumah sang pengirim SMS tadi, ia mengetuk pintu. Salamnya dijawab sang pemilik rumah. Pintu rumah dibuka. Senyumpun beradu. Hanya saja senyum itu sempurna menyiratkan tanya.
Dialah murobbiyah Qonita. Seseorang yang membersamainya mengenal Islam lebih dekat. Seseorang yang setiap pekannya mencekoki Qonita dengan ramuan-ramuan penguat ruhiyahnya. Qonita diminta menuju ke lantai 2. Ke kamar murabbiyahnya. Akhirnya kedua pasang mata itu beradu.
“Mengapa?” tanya singkat Murabbiyahnya, Qonita sudah paham maksudnya.
Akhirnya Qonita menjelaskan alasan pembatalan ta’arufnya dengan seorang ikhwan yang telah mengajaknya menyempurnakan setengah dien. Padahal ta’aruf sudah diagendakan. Ahad, 6 Februari 2010. Keesokan harinya.
Malam itu... dengan segenap keberanian, Qonita membatalkan rencana ta’arufnya. Qonita punya dua alasan kuat yang mendasari keberaniannya. Alhamdulillah, murabbiyahnya bisa menerima alasannya. Langsung pada malam itu, sang murabbiyah menghubungi murabbi sang ikhwan. Pihak ikhwan juga bisa menerima.
Apa alasan Qonita???
Insya Allah, jawabannya bisa ditemukan dalam kisah yang akan saya tulis, judulnya : “Pangeran Kunci Surga”.
***
Catatan di bawah ini layak untuk dijadikan renungan dan hikmah dari kisah di atas. Saya ambil dari sumber utama : http://www.voa-islam.com/ yang sudah saya revisi di beberapa bagian. Insya Allah tidak mengubah esensi. Mari merenung...

Untukmu ikhwan...
Muslimah itu mutiara, tidak sembarang orang boleh menyentuhnya, tidak sembarang orang boleh memandangnya. Jika kalian punya keinginan untuk menikahinya, carilah cara yang baik yang dibenarkan Islam. Cari tahu informasi tentang akhwat melalui pihak ketiga yang bisa dipercaya. Jika maksud ta’arufmu untuk menggenapkan separuh agamamu, silakan saja, tapi prosesnya jangan keluar dari koridor Islam.

Untukmu ikhwan...
Relakah jika saudara perempuanmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan, bukan? Jagalah izzah muslimah, mereka adalah saudaramu. Pasanglah tabir pembatas dalam interaksi dengannya. Pahamilah, hati wanita itu lembut dan mudah tersentuh, akan timbul guncangan batin jika jeratan yang kalian tabur tersebut hanya sekedar main-main.

Untukmu ikhwan...
Jagalah hati mereka, jangan banyak memberi harapan atau menabur simpati yang dapat melunturkan keimanan mereka. Mereka adalah wanita-wanita pemalu yang ingin meneladani wanita mulia di awal-awal Islam, biarkan iman mereka bertambah dalam balutan rasa nyaman dan aman dari gangguan JIL alias Jaringan Ikhwan Lebay.

Untukmu ikhwan...
Ini hanya sekedar nasihat, jangan mudah percaya dengan apa yang dipresentasikan orang di dunia maya, karena foto dan kata-kata yang tidak kamu ketahui kejelasan karakter wanita, tidak dapat dijadikan tolak ukur kesalehahan mereka, hendaklah mengutus orang yang amanah yang membantumu mencari data dan informasinya.

Untukmu ikhwan...
Luasnya ilmu yang engkau miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis.

Wahai diriku dan saudariku...
Jaga hijabmu agar tidak runtuh kewibawaanmu. Jangan bangga karena banyaknya ikhwan yang menginginkan taaruf. Karena ta’aruf yang tidak berdasarkan aturan syar’i, sesungguhnya sama saja si ikhwan merendahkanmu. Jika ikhwan itu punya niat yang benar dan serius, tentu akan memakai cara yang Rasulullah ajarkan, dan tidak langsung menembak kalian dengan caranya sendiri.

Wahai diriku dan saudariku..
Terkadang kita harus mengoreksi cara kita berinteraksi dengan mereka, apakah ada yang salah hingga membuat mereka tertarik dengan kita? Terlalu lunakkah sikap kita terhadapnya?

Wahai diriku dan saudariku..
Sadarilah, orang-orang yang engkau kenal di dunia maya tidak semua memberikan informasi yang sebenarnya, waspadalah, karena engkau adalah sebaik-baik wanita yang menggenggam amanah Ilahi. Jangan mudah terpedaya oleh rayuan orang di dunia maya.

Wahai diriku dan saudariku..
Berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram, biarkan apa yang ada pada dirimu menjadi simpanan manis buat suamimu kelak.

Wahai diriku dan saudariku..
Ta’aruf yang sesungguhnya haruslah berdasarkan cara Islam, bukan dengan cara mengumbar rasa sebelum ada akad nikah.
***
Ketika diri mencari sinar
Secebis cahaya menerangi laluan
Ada kalanya langkahku tersasar
Tersungkur di lembah kegelapan

Bagaikan terdengar bisikan rindu
Mengalun kalimah menyapa keinsafan
Kehadiranmu menyentuh kalbu
Menyalakan obor pengharapan

Tika ku kealpaan
Kau bisikkan bicara keinsafan
Kau beri kekuatan, tika aku
Diuji dengan dugaan?
Saat ku kehilangan keyakinan
Kau nyalakan harapan
Saat ku meragukan keampunan Tuhan
Kau katakan rahmat-Nya mengatasi segala

Menitis airmataku keharuan
Kepada sebuah pertemuan
Kehadiranmu mendamaikan
Hati yang dahulu keresahan

Cinta yang semakin kesamaran
Kau gilap cahaya kebahagiaan
Tulus keikhlasan menjadi ikatan
Dengan restu kasih-Mu, oh Tuhan

Titisan air mata menyubur cinta
Dan rindu pun berbunga
Mekar tidak pernah layu
Damainya hati
Yang dulu resah keliru
Cintaku takkan pudar diuji dugaan
Mengharum dalam harapan
Moga kan kesampaian kepada Tuhan
Lantaran diri hamba kerdil dan hina

Syukur sungguh di hati ini
Dikurniakan teman sejati
Menunjuk jalan dekati-Nya
Tika diri dalam kebuntuan

Betapa aku menghargai
Kejujuran yang kau beri
Mengajarku mengenal arti
Cinta hakiki yang abadi

Tiada yang menjadi impian
Selain rahmat kasih-Mu Tuhan
Yang terbias pada ketulusan
Sekeping hati seorang insan
Bernama teman

(Sebuah Pertemuan – UNIC)

REDZone, 5 Desember 2010_06.36
Aisya Avicenna


Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya 

Menikah, Kenapa Takut?



Apabila telah tiba masaku
Untuk segera mengakhiri lajangku
Dengan segenap kemampuan Allah berikan
Insya Allah janjiku segera kutunaikan

Tapi bila kuraba dalam hati
Datang seruntun pertanyaan silih berganti
Adakah semua kulakukan terlalu dini
Berdegup jantung di dada kendalikan diri
(Hasrat Hatiku – Suara Persaudaraan)


Seperti biasa, habis Subuh adalah waktu yang tepat untuk menulis atau online sambil membuka situs-situs apik yang dengannya diri ini bisa meraup hikmah. Seperti pagi ini, hmm... pagi yang istimewa untuk ketiga sahabatku (Umi dan Suryo, Heru dan Nia, serta Bambang dan Zahro). Ya, pagi ini mereka akan melangsungkan pernikahan. So, statusku pagi ini berisi ucapan selamat kepada ketiga mempelai.


Akhirnya aku membuka situw www.dakwatuna.com dan menemukan artikel tulisan DR. Amir Faishol Fath. Aku pernah satu forum bersama beliau saat Tahrib Ramadhan tahun ini di masjid Bank Indonesia. Beliau memberikan tausyah di malam ini. Sip, akhirnya aku baca artikel itu dan aku share di sini.
Sambil mendengarkan nasyid ini..


Saat dua hati berjanji
Tuk arungi hidup di jalan-Nya
Allah kan berkahi mereka
Kala dalam doa kala dalam asa

Menjadilah mentari bening pagi
Terangi bumi terangi hati
Menjadilah keheningan malam
Kala berjuta insan larut dalam doa

Selamat datang kawan
Di duniamu yang baru
Kudoakan semoga bahagia
(Ketika Dua Hari Menyatu – Seismic)

***


Kita hidup di zaman yang mengajarkan pergaulan bebas, menonjolkan aurat, dan mempertontonkan perzinaan. Bila mereka berani kepada Allah dengan melakukan tindakan yang tidak hanya merusak diri, melainkan juga menghancurkan institusi rumah tangga, mengapa kita takut untuk mentaati Allah dengan membangun rumah tangga yang kokoh? Bila kita beralasan ada resiko yang harus dipikul setelah menikah, bukankah perzinaan juga punya segudang resiko? Bahkan resikonya lebih besar. Bukankankah melajang ada juga resikonya?


Hidup, bagaimanapun adalah sebuah risiko. Mati pun risiko. Yang tidak ada risikonya adalah bahwa kita tidak dilahirkan ke dunia. Tetapi kalau kita berpikir bagaimana lari dari resiko, itu pemecahan yang mustahil. Allah tidak pernah mengajarkan kita agar mencari pemecahan yang mustahil. Bila ternyata segala sesuatu ada resikonya, maksiat maupun taat, mengapa kita tidak segera melangkah kepada sikap yang resikonya lebih baik? Sudah barang tentu bahwa resiko pernikahan lebih baik daripada resiko pergaulan bebas (baca: zina). Karenanya Allah mengajarkan pernikahan dan menolak perzinaan.


Saya sering ngobrol, dengan kawaan-kawan yang masih melajang, padahal ia mampu untuk menikah. Setelah saya kejar alasannya, ternyata semua alasan itu tidak berpijak pada fondasi yang kuat: ada yang beralasan untuk mengumpulkan bekal terlebih dahulu, ada yang beralasan untuk mencari ilmu dulu, dan lain sebagainya. Berikut ini kita akan mengulas mengenai mengapa kita harus segera menikah? Sekaligus di celah pembahasan saya akan menjawab atas beberapa alasan yang pernah mereka kemukakan untuk membenarkan sikap.


Menikah itu FitrahAllah Taala menegakkan sunnah-Nya di alam ini atas dasar berpasang-pasangan. Wa min kulli syai’in khalaqnaa zaujain, dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan (Adz-Dzariyaat: 49). Ada siang ada malam, ada laki ada perempuan. Masing-masing memerankan fungsinya sesuai dengan tujuan utama yang telah Allah rencanakan. Tidak ada dari sunnah tersebut yang Allah ubah, kapanpun dan di manapun berada. Walan tajida lisunnatillah tabdilla, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah (Al-Ahzab: 62). Walan tajida lisunnatillah tahwiila, dan kamu tidak akan mendapati perubahan bagi ketetapan kami itu. (Al-Isra: 77)


Dengan melanggar sunnah itu berarti kita telah meletakkan diri pada posisi bahaya. Karena tidak mungkin Allah meletakkan sebuah sunnah tanpa ada kesatuan dan keterkaitan dengan sistem lainnya yang bekerja secara sempurna secara universal.


Manusia dengan kecanggihan ilmu dan peradabannya yang dicapai, tidak akan pernah mampu menggantikan sunnah ini dengan cara lain yang dikarang otaknya sendiri. Mengapa? Sebab, Allah swt telah membekali masing-masing manusia dengan fitrah yang sejalan dengan sunnah tersebut. Melanggar sunnah artinya menentang fitrahnya sendiri.

Bila sikap menentang fitrah ini terus-menerus dilakukan, maka yang akan menanggung resikonya adalah manusia itu sendiri. Secara kasat mata, di antara yang paling tampak dari rahasia sunnah berpasang-pasangan ini adalah untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia dari masa ke masa sampai titik waktu yang telah Allah tentukan. Bila institusi pernikahan dihilangkan, bisa dipastikan bahwa manusia telah musnah sejak ratusan abad yang silam.

Mungkin ada yang nyeletuk, tapi kalau hanya untuk mempertahankan keturunan tidak mesti dengan cara menikah. Dengan pergaulan bebas pun bisa. Anda bisa berkata demikian. Tetapi ada sisi lain dari fitrah yang juga Allah berikan kepada masing-masing manusia, yaitu: cinta dan kasih sayang, mawaddah wa rahmah. Kedua sisi fitrah ini tidak akan pernah mungkin tercapai dengan hanya semata pergaulan bebas. Melainkan harus diikat dengan tali yang Allah ajarkan, yaitu pernikahan. Karena itulah Allah memerintahkan agar kita menikah. Sebab itulah yang paling tepat menurut Allah dalam memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Tentu tidak ada bimbingan yang lebih sempurna dan membahagiakan lebih dari daripada bimbingan Allah.
Allah berfirman fankihuu, dengan kata perintah. Ini menunjukan pentingnya hakikat pernikahan bagi manusia. Jika membahayakan, tidak mungkin Allah perintahkan. Malah yang Allah larang adalah perzinaan. Walaa taqrabuzzina, dan janganlah kamu mendekati zina (Al-Israa: 32). Ini menegaskan bahwa setiap yang mendekatkan kepada perzinaan adalah haram, apalagi melakukannya. Mengapa? Sebab Allah menginginkan agar manusia hidup bahagia, aman, dan sentosa sesuai dengan fitrahnya.


Mendekati zina dengan cara apapun, adalah proses penggerogotan terhadap fitrah. Dan sudah terbukti bahwa pergaulan bebas telah melahirkan banyak bencana. Tidak saja pada hancurnya harga diri sebagai manusia, melainkan juga hancurnya kemanusiaan itu sendiri. Tidak jarang kasus seorang ibu yang membuang janinnya ke selokan, ke tong sampah, bahkan dengan sengaja membunuhnya, hanya karena merasa malu menggendong anaknya dari hasil zina.
Perhatikan bagaimana akibat yang harus diterima ketika institusi pernikahan sebagai fitrah diabaikan. Bisa dibayangkan apa akibat yang akan terjadi jika semua manusia melakukan cara yang sama. Ustadz Fuad Shaleh dalam bukunya liman yuridduz zawaj mengatakan, “Orang yang hidup melajang biasanya sering tidak normal: baik cara berpikir, impian, dan sikapnya. Ia mudah terpedaya oleh syetan, lebih dari mereka yang telah menikah.”


Menikah Itu IbadahDalam surat Ar-Rum: 21, Allah menyebutkan pentingnya mempertahankan hakikat pernikahan dengan sederet bukti-bukti kekuasaan-Nya di alam semesta. Ini menunjukkan bahwa dengan menikah kita telah menegakkan satu sisi dari bukti kekusaan Allah swt. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah saw. lebih menguatkan makna pernikahan sebagai ibadah, “Bila seorang menikah berarti ia telah melengkapi separuh dari agamanya, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah pada paruh yang tersisa.” (HR. Baihaqi, hadits Hasan)


Belum lagi dari sisi ibadah sosial. Dimana sebelum menikah kita lebih sibuk dengan dirinya, tapi setelah menikah kita bisa saling melengkapi, mendidik istri dan anak. Semua itu merupakan lapangan pahala yang tak terhingga. Bahkan dengan menikah, seseorang akan lebih terjaga moralnya dari hal-hal yang mendekati perzinaan. Alquran menyebut orang yang telah menikah dengan istilah muhshan atau muhshanah (orang yang terbentengi). Istilah ini sangat kuat dan menggambarkan bahwa kepribadian orang yang telah menikah lebih terjaga dari dosa daripada mereka yang belum menikah.


Bila ternyata pernikahan menunjukkan bukti kekuasan Allah, membantu tercapainya sifat takwa. dan menjaga diri dari tindakan amoral, maka tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan merupakan salah satu ibadah yang tidak kalah pahalanya dengan ibadah-ibadah lainnya. Jika ternyata Anda setiap hari bisa menegakkan ibadah shalat, dengan tenang tanpa merasa terbebani, mengapa Anda merasa berat dan selalu menunda untuk menegakkan ibadah pernikahan, wong ini ibadah dan itupun juga ibadah.


Pernikahan dan Penghasilan


Namun pernikahan begitu indah kudengar
Membuatku ingin segera melaksanakan
Namun bila kulihat aral melintang pukang
Hatiku selalu maju mundur dibuatnya
(Hasrat Hatiku – Suara Persaudaraan)

Seringkali saya mendapatkan seorang jejaka yang sudah tiba waktu menikah, jika ditanya mengapa tidak menikah, ia menjawab belum mempunyai penghasilan yang cukup. Padahal waktu itu ia sudah bekerja. Bahkan ia mampu membeli motor dan HP. Tidak sedikit dari mereka yang mempunyai mobil. Setiap hari ia harus memengeluarkan biaya yang cukup besar dari penggunakan HP, motor, dan mobil tersebut. Bila setiap orang berpikir demikian apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia?


Saya belum pernah menemukan sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw melarang seorang sahabatnya yang ingin menikah karena tidak punya penghasilan. Bahkan dalam beberapa riwayat yang pernah saya baca, Rasulullah saw bila didatangi seorang sahabatnya yang ingin menikah, ia tidak menanyakan berapa penghasilan yang diperoleh perbulan, melainkan apa yang ia punya untuk dijadikan mahar. Mungkin ia mempunyai cincin besi? Jika tidak, mungkin ada pakaiannya yang lebih? Jika tidak, malah ada yang hanya diajarkan agar membayar maharnya dengan menghafal sebagian surat Al-Quran.


Apa yang tergambar dari kenyatan tersebut adalah bahwa Rasulullah saw. tidak ingin menjadikan pernikahan sebagai masalah, melainkan sebagai pemecah persoalan. Bahwa pernikahan bukan sebuah beban, melainkan tuntutan fitrah yang harus dipenuhi. Seperti kebutuhan Anda terhadap makan, manusia juga butuh untuk menikah. Memang ada sebagian ulama yang tidak menikah sampai akhir hayatnya seperti yang terkumpul dalam buku Al-ulamaul uzzab alladziina aatsarul ilma ‘alaz zawaj. Tetapi, itu bukan untuk diikuti semua orang. Itu adalah perkecualian. Sebab, Rasulullah saw. pernah melarang seorang sahabatnya yang ingin hanya beribadah tanpa menikah, lalu menegaskan bahwa ia juga beribadah tetapi ia juga menikah. Di sini jelas sekali bagaimana Rasulullah saw. selalu menuntun kita agar berjalan dengan fitrah yang telah Allah bekalkan tanpa merasakan beban sedikit pun.


Memang masalah penghasilan hampir selalu menghantui setiap para jejaka muda maupun tua dalam memasuki wilayah pernikahan. Sebab yang terbayang bagi mereka ketika menikah adalah keharusan membangun rumah, memiliki kendaraan, mendidik anak, dan seterusnya di mana itu semua menuntut biaya yang tidak sedikit. Tetapi kenyataannya telah terbukti dalam sejarah hidup manusia sejak ratusan tahun yang lalu bahwa banyak dari mereka yang menikah sambil mencari nafkah. Artinya, tidak dengan memapankan diri secara ekonomi terlebih dahulu. Dan ternyata mereka bisa hidup dan beranak-pinak. Dengan demikian kemapanan ekonomi bukan persyaratan utama bagi sesorang untuk memasuki dunia pernikahan.


Mengapa? Sebab, ada pintu-pintu rezeki yang Allah sediakan setelah pernikahan. Artinya, untuk meraih jatah rezeki tersebut pintu masuknya menikah dulu. Jika tidak, rezki itu tidak akan cair. Inilah pengertian ayat iyyakunu fuqara yughnihimullahu min fadhlihi wallahu waasi’un aliim, jika mereka miskin Allah akan mampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha mengetahui (An-Nur: 32). Ini adalah jaminan langsung dari Allah, agar masalah penghasilan tidak dikaitkan dengan pernikahan. Artinya, masalah rezeki satu hal dan pernikahan hal yang lain lagi.


Abu Bakar Ash-Shidiq ketika menafsirkan ayat itu berkata, “Taatilah Allah dengan menikah. Allah akan memenuhi janjinya dengan memberimu kekayaan yang cukup.” Al-Qurthubi berkata, “Ini adalah janji Allah untuk memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah untuk mencapai ridha Allah, dan menjaga diri dari kemaksiatan.” (lihat Tafsirul Quthubi, Al Jami’ liahkamil Qur’an juz 12 hal. 160, Darul Kutubil Ilmiah, Beirut).
Rasulullah saw. pernah mendorong seorang sahabatnya dengan berkata, “Menikahlah dengan penuh keyakinan kepada Allah dan harapan akan ridhaNya, Allah pasti akan membantu dan memberkahi.” (HR. Thabarni). Dalam hadits lain disebutkan: Tiga hal yang pasti Allah bantu, di antaranya: “Orang menikah untuk menjaga diri dari kemaksiatan.” (HR. Turmudzi dan Nasa’i)
Imam Thawus pernah berkata kepada Ibrahim bin Maysarah, “Menikahlah segera, atau saya akan mengulang perkataan Umar Bin Khattab kepada Abu Zawaid: Tidak ada yang menghalangimu dari pernikahaan kecuali kelemahanmu atau perbuatan maksiat.” (lihat Siyar A’lamun Nubala’ oleh Imam Adz Dzahaby). Ini semua secara makna menguatkan pengertian ayat di atas. Di mana Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang bertakwa kepada Allah dengan membangun pernikahan.


Persoalannya sekarang, mengapa banyak orang berkeluarga yang hidup melarat? Kenyataan ini mungkin membuat banyak jejaka berpikir dua kali untuk menikah. Dalam masalah nasib kita tidak bisa mengeneralisir apa yang terjadi pada sebagian orang. Sebab, masing-masing ada garis nasibnya. Kalau itu pertanyaanya, kita juga bisa bertanya: mengapa Anda bertanya demikian? Bagaimana kalau Anda melihat fakta yang lain lagi bahwa banyak orang yang tadinya melarat dan ternyata setelah menikah hidupnya lebih makmur? Dari sini bahwa pernikahan bukan hambatan, dan kemapanan penghasilan bukan sebuah persyaratan utama.


Yang paling penting adalah kesiapan mental dan kesungguhan untuk memikul tanggung jawab tersebut secara maksimal. Saya yakin bahwa setiap perbuatan ada tanggung jawabnya. Berzina pun bukan berarti setelah itu selesai dan bebas tanggungjawab. Melainkan setelah itu ia harus memikul beban berat akibat kemaksiatan dan perzinaan. Kalau tidak harus mengasuh anak zina, ia harus menanggung dosa zina. Keduanya tanggung jawab yang kalau ditimbang-timbang, tidak kalah beratnya dengan tanggung jawab pernikahan.


Bahkan tanggung jawab menikah jauh lebih ringan, karena masing-masing dari suami istri saling melengkapi dan saling menopang. Ditambah lagi bahwa masing-masing ada jatah rezekinya yang Allah sediakan. Tidak jarang seorang suami yang bisa keluar dari kesulitan ekonomi karena jatah rezeki seorang istri. Bahkan ada sebuah rumah tangga yang jatah rezekinya ditopang oleh anaknya. Perhatikan bagaimana keberkahan pernikahan yang tidak hanya saling menopang dalam mentaati Allah, melainkan juga dalam sisi ekonomi.


Pernikahan dan Menuntut IlmuSeorang kawan pernah mengatakan, ia ingin mencari ilmu terlebih dahulu, baru setelah itu menikah. Anehnya, ia tidak habis-habis mencari ilmu. Hampir semua universitas ia cicipi. Usianya sudah begitu lanjut. Bila ditanya kapan menikah, ia menjawab: saya belum selesai mencari ilmu.


Ada sebuah pepatah diucapkan para ulama dalam hal mencari ilmu: lau anffaqta kullaha lan tashila illa ilaa ba’dhiha, seandainya kau infakkan semua usiamu –untuk mencari ilmu–, kau tidak akan mendapatkannya kecuali hanya sebagiannya. Dunia ilmu sangat luas. Seumur hidup kita tidak akan pernah mampu menelusuri semua ilmu. Sementara menikah adalah tuntutan fitrah. Karenanya, tidak ada aturan dalam Islam agar kita mencari ilmu dulu baru setelah itu menikah.


Banyak para ulama yang menikah juga mencari ilmu. Benar, hubungan mencari ilmu di sini sangat berkait erat dengan penghasilan. Tetapi banyak sarjana yang telah menyelesaikan program studinya bahkan ada yang sudah doktor atau profesor, tetapi masih juga pengangguran dan belum mendapatkan pekerjaan. Artinya, menyelesaikan periode studi juga bukan jaminan untuk mendapatkan penghasilan. Sementara pernikahan selalu mendesak tanpa semuanya itu.


Di dalam Al-Quran maupun Sunnah, tidak ada tuntunan keharusan menunda pernikahan demi mencari ilmu atau mencari harta. Bahkan, banyak ayat dan hadits berupa panggilan untuk segera menikah, terlepas apakah kita sedang mencari ilmu atau belum mempunyai penghasilan.
Berbagai pengalaman membuktikan bahwa menikah tidak menghalangi seorang dalam mencari ilmu. Banyak sarjana yang berhasil dalam mencari ilmu sambil menikah. Begitu juga banyak yang gagal. Artinya, semua itu tergantung kemauan orangnya. Bila ia menikah dan tetap berkemauan tinggi untuk mencari ilmu, ia akan berhasil. Sebaliknya, jika setelah menikah kemauannya mencari ilmu melemah, ia gagal. Pada intinya, pernikahan adalah bagian dari kehidupan yang harus juga mendapatkan porsinya. Perjuangan seseorang akan lebih bermakna ketika ia berjuang juga menegakkan rumah tungga yang Islami.


Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang sangat mengagumkan dalam masalah pernikahan. Beliau menikah dengan sembilan istri. Padahal beliau secara ekonmi bukan seorang raja atau konglomerat. Tetapi semua itu Rasulullah jalani dengan tenang dan tidak membuat tugas-tugas kerasulannya terbengkalai. Suatu indikasi bahwa pernikahan bukan hal yang harus dipermasalahkan, melainkan harus dipenuhi. Artinya, seorang yang cerdas sebenarnya tidak perlu didorong untuk menikah, sebab Allah telah menciptakan gelora fitrah yang luar biasa dalam dirinya. Dan itu tidak bisa dipungkiri. Masing-masing orang lebih tahu dari orang lain mengenai gelora ini. Dan ia sendiri yang menanggung perih dan kegelisahan gelora ini jika ia terus ditahan-tahan.


Untuk memenuhi tuntutan gelora itu, tidak mesti harus selesai study dulu. Itu bisa ia lakukan sambil berjalan. Kalaupun Anda ingin mengambil langkah seperti para ulama yang tidak menikah (uzzab) demi ilmu, silahkan saja. Tetapi apakah kualitas ilmu Anda benar-benar seperti para ulama itu? Jika tidak, Anda telah rugi dua kali: ilmu tidak maksimal, menikah juga tidak. Bila para ulama uzzab karena saking sibuknya dengan ilmu sampai tidak sempat menikah, apakah Anda telah mencapai kesibukan para ulama itu sehingga Anda tidak ada waktu untuk menikah? Dari sini jika benar-benar ingin ikut jejak ulama uzzab, yang diikuti jangan hanya tidak menikahnya, melainkan tingkat pencapaian ilmunya juga. Agar seimbang.


Kesimpulan


Akhirnya aku segera tersadar
Hanya pada Allah lah tempat aku bersandar
Yang akan menguatkan hatiku yang terkapar
Insya Allah azzamku akan terwujud lancar
(Hasrat Hatiku – Suara Persaudaraan)


Sebenarnya pernikahan bukan masalah. Menikah adalah jenjang yang harus dilalui dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Ia adalah sunnatullah yang tidak mungkin diganti dengan cara apapun. Bila Rasulullah menganjurkan agar berpuasa, itu hanyalah solusi sementara, ketika kondisi memang benar-benar tidak memungkinkan. Tetapi dalam kondisi normal, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa dijadikan pijakan untuk menunda pernikahan.


Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban” ke “pernikahan sebagai ibadah”. Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allah”. Sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati.
Perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk mengimbangi mereka. Terlebih Allah menjanjikan kekayaan suatu jaminan yang luar biasa bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya dengan membangun pernikahan. Wallahu a’lam bishshawab.

When two people get marry
To take the life together on the way
Allah shall give them one more bless
When life in love and try
When life in love and pray

Just be the sunshine in the morning day
Give it shine to the world let everyone to see
Just be the quiteness in the night
When many people cry when many people pray

Welcome to the new world my friends
You both have to face all in love
All I could do just pray
And I do I pray

(Ketika Dua Hari Menyatu – Seismic)


Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya 

Indahnya Penantian



Ting... ting... ting...
Ada sepeda... sepedaku roda dua...
Kudapat dari ayah..
Karena rajin bekerja!

Waduw, sepertinya salah lirik nih!
Ulangi!

Ting... ting... ting....

Suara sendok berpadu dengan mangkok menghentikan suara ayam yang tengah merdu berkokok (anggap saja ada ayam yang bertengger di genting kostku pagi itu.)

Wah, abang tukang bubur ayam (selanjutnya disingkat ‘buryam’ ^^v) lewat. Saatnya beli sarapan!

“Bubur, Bang!” teriakku dari beranda lantai 2 saat melihat gerobak dorong buryam itu melintas di depan gerbang kost.

“Ya...” teriak si abang tukang buryam. Pagi-pagi dah teriak-meneriak nih!


Dengan mengenakan kostum batik merah hati (hari itu hari Selasa, hari terakhir di bulan November), aku mengambil mangkok berwarna hijau dari rak piring. Mangkok ini adalah bonus dari pembelian sebungkus detergen. Maklum, sebagai anak kost salah satu cara untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga –seperti alat makan gitu lah- salah satunya dengan membeli detergen yang berbonus mangkok. Hehe ^^v. Aplikasi dari hukum ekonomi!

Secara bergantian kaki kanan dan kiri menuruni anak tangga (kalau turun dari tangga jangan kedua kaki bersamaan ya, lhah... niru-niru gaya vampir dunk! ^^v). Sampai di lantai 1 lanjut membuka pintu yang sekarang formasi kuncinya sudah dimodifikasi sedemikian rupa oleh bapak kost setelah tragedi pembobolan kemarin. Ah, si maling itu masih membuat aku senewen saja kalau pulang malam. Semoga dia tidak berkenan lagi datang ke kostku... aamiin..

Keluar dari kost, aku membuka pintu gerbang dengan lebar 1 meter dan tinggi sekitar 1.5 meter yang terpasang manis di depan kostku. Pintu gerbang besi berwarna seperti jeruk impor dari China ini cara membukanya juga tak kalah canggih. Bapak kost memang kreatif pokoknya!

Keluar dari gerbang, aku belok kanan menuju lokasi ‘parkir’ abang buryam tadi. Subhanallah... Coba tebak, apa yang aku lihat???

1. Abang tukang buryam! (jawaban BENAR)
2. Gerobak dorong buryam! (jawaban BENAR)
3. Ayam bertengger di genteng rumah! (jawaban SALAH... hehe, ngaco aja!)
4. ....

Jawabannya adalah gabungan dari nomor 1 dan 2 ditambah koran! Nah lho, maksudnya waktu itu aku melihat ‘abang tukang buryam’ (jawaban noomor 1) sedang menghadap ‘gerobak dorong buryam’ (jawaban nomor 2) sambil membaca koran. Luar biasa, bukan? Menurutku sih, tak hanya luar biasa tapi SANGAT LUAR BIASA! Pagi itu abang tukang buryam mengajariku memaknai “INDAHNYA PENANTIAN”. Yup, dia menanti kedatanganku (halah...) –eits, lebih tepatnya kedatangan mangkokku untuk diisi buryam dan kedatangan uang 2000-ku sebagai rezekinya pagi ini- dengan membaca koran. Sebuah pelajaran yang sangat berharga buatku pagi ini.



Penantian adalah suatu ujian
Tetapkanlahku selalu dalam harapan
Karena keimanan tak hanya diucapkan
Adalah ketabahan menghadapi cobaan
(Penantian – Dans)
Bagi sebagian orang, menanti (menunggu) adalah pekerjaan yang membosankan. Apalagi kalau yang ditunggu adalah sesuatu yang tidak pasti. Misalnya, kita sudah berjanji dengan seorang teman untuk bertemu pada waktu yang sudah ditentukan. Pada waktu yang telah disepakati tersebut kita pun datang sesuai kesepakatan. Setelah beberapa saat berada di sana, teman kita itu tidak muncul-muncul. Satu jam berlalu, tapi tidak ada tanda kenampakan batang hidungnya. Lantas kita pun mencoba kontak melalui ponselnya. Ternyata hanya bunyi tu-la-lit yang terdengar lantaran ponselnya sedang tidak diaktifkan. Apa yang kita rasakan kemudian?? Sebel?? Bosan??? Atau mungkin khawatir jangan-jangan teman kita itu lupa akan janjinya?

Menurutku, buku adalah salah satu langkah preventif untuk mengurangi kesia-kesiaan waktu penantian. Ilmu bertambah, hati terjaga dari suudzon, mulut bebas dari gerutuan, dan kalau ada camilan bisa sekaligus sebagai upaya peningkatan gizi dan berat badan… ^^v

Sabarkanlahku menanti wujudnya mimpi
Tuluskan kusambut sepenuh jiwa ini
Di dalam asa diri menjemput berkah-Mu
Tibalah izin-Mu atas harapan ini
(Gubahan “Penantian” – Dans)


Dalam kehidupan kita sehari-hari, sebenarnya hidup kita penuh dengan masa penantian. Sebut saja, menanti hasil ujian masuk sekolah/perguruan tinggi, menanti hasil lamaran pekerjaan, menanti hasil tes CPNS (^^…pengalaman pribadi), menanti naskah diterima penerbit (buat para penulis nih), menanti jodoh (jodoh sih sebenarnya bukan dinanti, lha wong sudah ada dalam ketetapan-Nya… tinggal merangkai momentum yang tepat saja untuk bertemu…), dan menanti terwujudnya impian yang lainnya.

Namun, penantian bukanlah sebuah upaya pasif. Penantian merupakan suatu masa yang hadir setelah proses usaha. Penantian adalah tawakkal yang dikedepankan setelah proses ikhtiar. Secara bahasa Matematika (ciee…), PENANTIAN ada “jika dan hanya jika” telah dilakukan ikhtiar (usaha yang optimal). Ada mimpi, namun mesti ada aksi. Menanti tanpa didahului dengan usaha bukanlah sebuah penantian, namun hanya khayalan yang menggantung di jemuran.. eh, di awang-awang!

Rabbi….teguhkanlahku di penantian ini
Berikanlah cahaya terang-Mu selalu
Rabbi…..doa dan upaya hamba-Mu ini
Hanyalah bersandar semata padamu
(Penantian – Dans)


Ya, setelah usaha dijalankan, yang bisa dilakukan kemudian adalah bijak menanti hasil yang akan didapat. Setelah peluh dan keringat terkucur, penat dan lelah merangsek tubuh, tiada yang indah selain “BERSERAH”. Masa penantian tidak boleh menjadi masa yang kosong melompong. Alangkah baiknya bila kita mewarnainya dengan aktivitas-aktivitas yang bernilai. Bisa pula pada masa itu kita merancang beberapa rencana alternatif dengan mengukur probabilitas-probabilitas (statistiknya keluar nih…) yang terjadi semisal pada akhirnya patokan hasil yang kita inginkan belum tercapai. Dalam kamus hidup kita, tulislah bahwa “tidak ada waktu kosong” karena “apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.” (Q.S. Al Insyirah : 7)


Man proposes, God disposes. Manusia hanya bisa berusaha, sedang hasil mutlak urusan Allah semata yang menentukan. Tapi, satu hal yang perlu diingat bahwa yang dinilai oleh Allah bukanlah seberapa besar hasil yang kita peroleh, namun lebih pada seberapa optimal kita menjalani proses. SEPAKAT???

Mematok target dari apa yang kita usahakan adalah sebuah keharusan, namun menerima hasil yang kita peroleh secara ikhlas dan arif juga tidak kalah pentingnya, karena “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” Atau “Bila kamu tidak menyukainya, (maka bersabarlah) karena bisa jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”[hayo… firmanNya di surat dan ayat berapa??? Buka Al Qur’annya ya… ^^]

So, ketika realita yang kita hadapi tidak seperti yang kita idealkan atau kita targetkan, kita harus bisa menerima keadaan itu sewajarnya. Karena bisa jadi Allah sedang menyimpan hikmah berlebih di baliknya yang baru bisa terungkap di kemudian hari.

Rabbi... ridhoilah penantianku ini
Hadirkanlah ketentraman di dalam hari
Rabbi….hanyalah pada-Mu lah doaku ini
Duhai tempat mengadu segala rasa diri
(Penantian – Dans)

Ketika pada saatnya impian kita menjadi nyata, jangan menjadi lupa diri ataupun takabur, sebab semua itu terjadi karena kehendak Allah Swt. BERSYUKURLAH!!!! Sebab penantianmu telah sampai pada ujungnya. Penantianmu telah tiba pada batas waktunya yang indah.

RedZone, 02122010
Untuk sebentuk impian… pada sebuah pilihan… dalam indahnya penantian…
Aisya Avicenna


Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya 

DESEMBER


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur hanya tertuju pada Allah SWT atas limpahan nikmat dan hidayah-Nya sehingga kita masih berada dalam naungan indahnya iman dan islam. Sholawat dan salam senantiasa tercurahlimpahkan kepada teladan agung kita, sosok mulia sepanjang masa, Rasulullah SAW yang senantiasa kita nanti syafa’atnya di yaumul akhir kelak.“[DE]ngan [SE]mangat [M]erangkai karya, terus [BE]rjuang [R]aih cita dan cinta-Nya” menjadi tema saya di bulan Desember ini. Sebentar, biar tambah ‘menghentak’ nulisnya sambil mendengarkan “Sang Pemimpi”-nya Gigi.
Sambut hari baru di depanmu Sang pemimpi siap tuk melangkah Raih tanganku jika kau ragu Bila terjatuh ku 'kan menjaga Kita telah berjanji bersama Taklukkan dunia ini Menghadapi segala tantangan Bersama.. (mengejar mimpi-mimpi) Berteriaklah hai sang pemimpi Kita tak 'kan berhenti di sini Kita telah berjanji bersama Taklukkan dunia ini Menghadapi segala tantangan Bersama.. (mengejar mimpi-mimpi) Bersyukurlah pada Yang Maha Kuasa Hargailah orang-orang yang menyayangimu Dan slalu ada setia di sisimu Siapapun jangan kau pernah sakiti Dalam pencarian jati dirimu Dan semua yang kau impikan Tegarlah sang pemimpi

INILAH AKHIR UNTUK AWAL YANG INDAH!!!

Akhir??? Awal???

1. Desember 2010 : bulan terakhir dalam kalender Masehi tahun 2010, tak lama lagi tahun 2010 akan menghampiri. Sebuah awal yang indah!
2. 6 Desember 2010 : akhir bulan Dzulhijjah 1430 H, tanggal 7 Desember 2010 adalah tahun baru 1 Muharram 1431 H… emm, sebuah awal yang indah!
3. Desember 2010 akan menjadi akhir masa CPNS, insya Allah Januari 2011 sudah diangkat menjadi PNS, Alhamdulillah, sebuah awal yang indah!
4. Insya Allah, 2010 akan menjadi akhir dari tema “Merangkai Karya” dan mulai 1 Januari 2011 adalah saatnya menggunakan tema besar “Membangun Kisah Penuh Makna”. Sebuah awal yang indah!
5. Selain itu semua... saat kita tidur, itulah akhir dari kisah kita hari ini… Saat mata kita kembali terbuka (bangun), itulah sebuah awal yang indah buat kita! Karena Allah masih memberi kita kesempatan untuk berbuat yang TERBAIK!!! Semua tergantung pada kita, MAMPU memanfaatkan kesempatan itu dengan BAIK atau tidak!

It depends on YOURSELF!!!

THIS IS MY DESEMBER!!!

D=Dare to DREAM!!! E=Enlighting Your Mind S=Spirit will never end! E=Encourage your self to do the best! M=Make your family proud of you!! B=Be INSPIRING others! E=End to begin more exciting! R=Remember Allah always give THE BEST!



Sedikit berkisah (boleh ya?? Boleh lah…lha wong yang mau nulis saya! ^^)… Ini bukan kisah nyata tapi bisa jadi kisah nyata kalau memang ada yang mengalaminya… (bukan bermaksud menyinggung lho! Ni lagi berimajinasi…)

Ada seorang penulis pemula yang mendapat WARNING dari ‘gurunya’ (seorang penulis proffesional yang sudah menulis 270-an buku, sepertinya ini memang bermaksud menyinggung seseorang.. peace, kanjeng!) bahwa ia hanya memiliki kesempatan dua minggu lagi untuk merampungkan naskahnya. Sebenarnya penulis pemula tersebut telah memiliki outline tulisan yang cukup bagus dan menurut sang guru layak untuk dibuat buku. Umumnya, membutuhkan waktu cukup lama bagi seorang penulis pemula untuk merampungkan naskah itu. Namun, penulis pemula tadi memasang target dua minggu untuk menuntaskannya. Dan singkat cerita (gak harus nunggu ceritanya dua minggu ya… ^^), ‘calon bukunya’ selesai juga akhirnya! Bahkan melebihi target yang telah dipatoknya. Hanya sekitar satu minggu ia merampungkannya. MANTAP kan???

HOW COULD IT BE??? Bagaimana bisa??? Setelah mewawancarainya (tentunya self interview, lha wong yang buat cerita yang nulis ini :D), ternyata penulis pemula tersebut mempunyai sebuah rahasia. What’s THE SECRET??? Ia tidak terpojokkan dengan batas waktu pengumpulan naskahnya. Ia kemudian membuat gambaran besar di kepalanya. Betapa bahagianya ia saat telah menyelesaikan naskahnya nanti. Orang tua akan bahagia, ‘sang guru’ akan bangga atas keberhasilan ‘anak didik’nya, dan tentunya dirinya akan sangat lega karena akhirnya ia bisa menulis dan menerbitkan buku. Visualisasi gambar tersebut terus ia perbesar dalam alam pikirannya. Sehingga apapun yang merintanginya, entah cibiran atau cemoohan, tak lagi digubrisnya. CUEK IS THE BEST! Pikirannya hanya tertuju pada gambar besar di kepalanya. Pada impian yang hendak ia capai (Barangkali inilah yang disebut oleh om Stephen R.Covey sebagai MEMULAI DARI AKHIR!!! Makasih om atas inspirasinya!!! :D)

Emm..ibarat seorang yang naik gunung (langsung ingat saat “muda” dulu… suka naik gunung… ^^). Bila pikirannya hanya terfokus pada jalan yang ia lalui, yang penuh semak belukar, maka ia pun akan cepat letih dan bosan. Bahkan bisa jadi niatannya untuk menggapai puncak yang awalnya meletup malah meredup! Beda halnya bila pikirannya tertuju pada udara segar, sapaan sang mentari, pemandangan yang indah, dan kepuasan tiada tara saat ia mencapai puncak. Letih dan bosan tak akan mempengaruhinya. Lantaran tujuan telah mampu mengesampingkan berbagai tantangan di sepanjang jalan.

Jangan membayangkan bahwa kita AKAN MERAIH tujuan dan impian itu. Bayangkan bahwa kita TELAH MERAIH tujuan dan impian tersebut. Bayangkan segala kebahagiaan dan kesenangan yang akan kita dapat. Dan kita pun AKAN MENDAPATKANNYA!!!!!!!

Sesungguhnya, jalan mencapai puncak itu berat, tetapi tetap bertahan di puncak jauuuuhh lebih berat, So.. tetep SEMANGADH 37x!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Simbol mendasar dari perubahan adalah bergerak, berilmu tanpa bergerak adalah sia-sia, namun bergerak tanpa rencana adalah ironis. Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi pribadi yang cerdas dalam menempatkan diri. Aamiin...

Perubahan dimulai oleh orang-orang yang cerdas...Dilaksanakan oleh orang-orang yang ikhlas...Dan dimenangkan oleh orang-orang yang pemberani...

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S.Ar Ra’du : 11)

” .... dan jangan kamu berputus asa dari rahmat ALLAH. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat ALLAH, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf : 87)

”Sesungguhnya aku bergantung pada persangkaan hamba-Ku dan Aku akan selalu bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka aku akan mengingatnya dalam diriKu. Kalau Hamba-Ku mendekat sejengkal, Ku sambut ia sehasta. Kalau ia mendekat sehasta, Ku sambut ia sedepa. Kalau Hamba-Ku datang pada-Ku berjalan, maka Ku sambut ia dengan berlari...” (H.R. Imam Bukhari, At-Tirmidzi)

Impian dan cita-cita itu begitu penting. Jangan sekali-kali merasa malu dengan apa yang kita impikan! Sehingga terburu-buru menganggap impian itu tidak mungkin terjangkau dan kemudian menilainya sebagai sesuatu yang tidak mungkin lagi bahkan mengada-ada. Sikap seperti itu sungguh SALAH!!! Sebaliknya, kita harus bisa mengolah impian-impian itu secara cerdas sampai menjadi sebuah wujud yang berkualitas. Menggapai bintang di langit menjadi tugas hidup. Dengan bintang di tangan, kita akan bisa memberikan TERANG bagi lingkungan sekitar kita dan sekaligus sebagai wujud ibadah kita kepada Allah SWT.

Layang-layang dimainkan dengan kepala tegak dan bukan dengan menunduk. Layang-layang diterbangkan, bukan dengan wajah ke arah bawah, tapi dengan menatap ke angkasa. Begitupun kita di dalam hidup. Layang-layang adalah tanda agar kita selalu percaya bahwa OPTIMISME dimulai dengan membangun HARAPAN, bukan dengan BERSEDIH.

Jangan pernah sekalipun menyerah guna mewujudkan impian itu! Jangan sampai muncul pertanyaan di benak kita yang bisa melunturkan semangat kita ”Apakah aku bisa menjadi apa yang aku inginkan?” Tetapi sebaliknya, bersikaplah tegas dan bertekad.........

”AKU HARUS BISA MENJADI APA YANG AKU INGINKAN”



TUJUH KUNCI SUPER AGAR IMPIAN tak hanya SEKEDAR MIMPI!!!
1.Selalu berpikir : “AKU BISA!!!” 2.Tidak pernah berpikir : “AKU GAGAL 3.Punya prinsip : “AKU BERANI" 4.Ubah diri jadi : “AKU KREATIF” 5.Apa yang ada dalam pikiranku : “INILAH AKU” 6.Ubah kekalahan jadi : “INI KEMENANGANKU” 7.Tak sekedar dibayangkan tapi : “AKU LAKUKAN”

KUNCI SUKSES ALA “SUPERTWIN” = IMPIAN BESAR + PUNYA STRATEGI + BERANI MELANGKAH!!!!!

Di akhir untuk awal yang indah ini, kembali saya merenungkan motto hidup saya,

BE MY SELF : ETIKA! BE SMART & VISIONER!!!
ETIKA, SMART, dan VISIONER ini ada kepanjangannya.... hmm, check it out...

E = Encourage urself to do d bez! T = Time always go on… I = Is urself usefull 4 another??? K = Keep istiqomah n bliv that.. A = Allah always give d bez 4 us!!

Solutif… Magnetis… Aktif… Ruhiyah oke… Tangguh!!!

Visi mantap. Inspiratif. Semangat. Ikhlas berjuang. Optimis. Nothing to lose. Excellent. Responsible



Inilah akhir, untuk awal yang indah...
Redzone, 1 Desember 2010_05.00
Aisya Avicenna


Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya 

Ikan Bandeng


Ikan bandeng. Siapa yang tak suka? Dagingnya memang lezat, sayangnya bandeng memiliki tulang dan duri yang susah dipisahkan dari dagingnya. Tersimpan manis dalam ingatan, saat ibu bersusah payah memisahkan tulang dan duri satu per satu dari ikan bandeng saat menyuapi saya waktu kecil dulu. Betapa sangat berhati-hati agar tidak ada satu ruas duri pun yang masuk ke dalam mulut mungil saya. Semoga Allah memberkahi kasih sayang ibu... aamiin...

Salah satu cara mengatasi masalah tulang dan duri itu adalah dengan mengolah bandeng menjadi bandeng presto.Bandeng diolah dengan pressure cooker, alat masak yang bekerja dengan memberikan tekanan tinggi. Tekanan ini telah diatur sedemikian rupa, sehingga tulang dan duri bandeng tersebut menjadi lunak, tetapi dagingnya sendiri tidak rusak.

Hampir mirip dengan ikan bandeng, ada juga “tulang dan duri” dalam diri kita yang membuat hidup kita terkadang tidak menyenangkan. Entah itu bagi diri kita sendiri, orang lain, bahkan Sang Pemilik kita. Mungkin “tulang dan duri” itu berupa kesombongan, kekerasan hati, egois, pola pikir yang keliru, tingkah yang tidak beretika, dan lain sebagainya.

Maka, kerap kali Allah Swt harus mengatasinya dengan “memasukkan” kita untuk sementara waktu ke dalam pressure cooker, yakni situasi hidup yang membuat kita tertekan atau stress. Tentu Allah Swt mengaturnya dalam tekanan yang sesuai dan tidak melebihi kemampuan kita untuk menanggungnya. Tekanan itu akan cukup kuat untuk “melunakkan duri dan tulang” atau membentuk kita, tetapi tidak sampai membuat kita hancur.

Oleh karena itu, apabila saat ini kita dihadapkan pada situasi yang “tertekan”, misal : batas pengumpulan skripsi yang makin dekat, deadline pembayaran hutang, deadline naskah (bagi penulis nih!), isi dompet menipis padahal kebutuhan hidup semakin banyak, dll maka janganlah menyerah! Gunakan kesempatan ini untuk merenung dan mencari apa yang Dia inginkan untuk kita ubah. Jalani semua ini dengan kesabaran dan ketekunan.

Semoga dengan ‘tekanan’ itu, akan mengubah pribadi kita menjadi lebih baik...



Backsong : “Cermin Tak Pernah Berdusta” (Star Five)

Cermin yang biasa kupandangi di setiap hari
Sekali lagi membiaskan bayangan diri
Wajah ini hati ini tempat sgala rasa bermula
Kan indahkah akhir sgala kita
Apakah diriku ini kan bercahaya bersinar di syurga-Mu menatap penuh rindu
Ataukah diriku ini kan hangus legam terbakar dalam nyala di neraka membara
Sungguh berbeda yang nampak dan yang tersembunyi
Hanya kepalsuan menipu topeng belakajiwa ini tubuh ini hati yang merajai diri
Tlah bersalah hamba-Mu melangkah
Cermin tak pernah berdusta yang indah topeng semata
Ya Allah aku malu tlah tertipu
Ampuni hamba sebelum akhir waktu Kemanakah diriku ini berakhir di surga atau di neraka-Mu
Aku takkan mampu
Ampuni hamba sebelum akhir waktu
Selamatkan aku...
Kemanakah diriku... Diriku ini berakhir...
Amin Ya Rabbal 'alamiin...


Saat DEADLINE mendera,
30 November 2010_05:40

Aisya Avicenna


Tulisan ini diposting pada bulan November 2010 di blog sebelumnya 

Ada yang Istimewa di HUT KORPRI ke-39


Senin, 29 November 2010. Selamat HUT KORPRI ke-39, hari ini aku jadi salah satu anggota paduan suara Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan.

Bagaimana kisahku???
Pagi ini berangkat ke kantor lebih pagi dari biasanya. Hmm, pakai seragam KORPRI pula? Ada apa gerangan? Yup, hari ini adalah HUT KORPRI ke-39. Untuk kedua kalinya aku memakai seragam ini. Pukul 06.30 berangkat. Waw, ternyata arus lalu lintas cukup padat merayap. macet. Mungkin banyak yang mau upacara kali ya.

Sampai kantor jam 7 lebih. Terlihat di lapangan, rekan-rekan sudah bersiap. Kali ini aku berkesempatan menjadi anggota regu paduan suara bersama-sama rekan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan.

Wah, ternyata yang akhirnya menjadi dirigen adalah Bu Ika (mantan kepala seksiku waktu di subdit 1 dulu). Upacara dimulai. Bertindak sebagai inspektur upacara adalah Pak Mahendra Siregar (Wakil Menteri Perdagangan) karena Bu Menteri (Mari Elka Pangestu) sedang tidak ada di Indonesia.

Kami menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh semangat meski panas begitu menyengat. Setelah pembacaan sambutan Presiden SBY yang dibacakan Pak Mahendra, kami menyanyikan Mars Korpri.

MARS KORPRI

Satukan irama langkahmu
Bersatu tekad menuju ke depan
Berjuang bahu-membahu
Memberikan tenaga tak segan

Membangun negara yang jaya
Membina bangsa besar sejahtera
Mamakai akal dan daya
Membimbing membangun mengemban

Berdasar Pancasila
Dan Undang-Undang Dasar Empat Lima
Serta dipadukan oleh haluan negara
Kita maju terus

Di bawah Panji Korpri
kita mengabdi tanpa pamrih
Di dalam naungan Tuhan Yang Maha Kuasa
Korpri maju terus

Setelah menyanyikan mars itu, beberapa peserta upacara bersorak gembira, dan seulas senyum Pak Wamen mengembang. Saat penutupan upacara, Pak Wamen sempat memberikan apresiasi pada regu paduan suara dan setelah upacara selesai beliau bersama rombongan pejabat eselon 1 berjalan menuju tempat kami dan meminta kami menyanyikan Mars Korpri sekali lagi. Waw, anggota paduan suara tidak menyangka akan hal ini. Padahal kami hanya latihan dua hari. Kalau aku hanya ikut sekali karena pas hari Kamisnya ada workshop.

Kami pun menyanyi kembali dengan penuh semangat. Sebelum turun dari panggung, kami sempat berfoto bersama. Selanjutnya, kami semua diajak sarapan bersama Pak Wamen di kantin kemendag. So awesome!

TAMBAHAN dari www.depdag.go.id

Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar, hari ini (29/11) di lingkungan Kementerian Perdagangan memimpin Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) ke 39. Tema pada peringatan HUT KORPRI kali ini adalah: Dengan Netralitas dan Profesionalitas KORPRI Mendukung Reformasi Birokrasi dalam Rangka Optimalisasi Pelayanan Publik.

Dihadapan para Pejabat Eselon I, II dan karyawan/wati yang menghadiri upacara, Wakil Mendag membacakan sambutan tertulis Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono selaku Penasehat Nasional KORPRI, mengemukan 5 (lima) pesan :
Pertama
Tuntaskan pelaksanaan reformasi birokrasi, melaksanakan penerapan tata kelola pemerintahan yang baik (good Governance) di semua lini.
Kedua
Tingkatkan kerjasama produktif dengan semua pemangku kepentingan pembangunan. Jajaran birokrasi yang siap merespon berbagai tantangan pembangunan secara konstruktif. Ciptakan terobosan dan inovasi dalam memberikan layanan public terbaik bagi masyarakat. Ketiga
Bekerja lebih keras dan cerdas, sebagai abdi Negara, abdi masyarakat dan abdi pemerintah. Pedomani sumpah jabatan dan Panca Prasetya KORPRI.
Keempat
KORPRI dapat tampil sebagai organisasi profesi yang ikut meningkatkan daya saing bangsa melalui pelayanan birokrasi dan pelayanan public yang berkualitas.
Kelima
Mengedepankan semangat kebersamaan untuk bangsa dan negara. Melanjutkan pemberantasan tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme.

Pada kesempatan tersebut Wakil Mendag dan pejabat Eselon I, II dan panitian HUT KORPRI, menyaksikan lebih dekat penampilan Paduan Suara Karyawan/wati Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, yang turut mengisi upacara


Aisya Avicenna 


Tulisan ini diposting pada bulan November 2010 di blog sebelumnya

Tamu Tak Diundang



Senin, 29 November 2010. Sekitar pukul 00.30 alhamdulillah aku terbangun. Segera bangkit dan mengambil wudhu di kamar mandi lantai 1. Sebelum turun ke lantai 1 sempat berpapasan dengan Bu Hanum (ibu salah satu teman penghuni kos kami). Beliau baru selesai mandi. Hiks, aku kalah bangun duluan dari beliau. Biasanya sehabis mandi beliau sholat tahajud. Beliau sekarang memang kos bersama anaknya karena habis terkena stroke dan memang hanya anak perempuan satu-satunya lah yang bisa merawat (kisah ini sudah pernah saya ceritakan). Lanjut, saat turun ke lantai 1, memang merasa ada ‘sesuatu yang tidak biasa’. Tapi saya enyahkan ‘rasa aneh’ itu.

Setelah wudhu, kembali lagi ke Redzone (kamarku yang terletak di lantai 2). Lanjut sholat tahajud. Saat tengah khusyuk dalam doa, Gemini-ku bergetar. Biasanya kalau bergetar ada 5 pertanda :
1.SMS
2.Telepon
3.BBM
4.YM
5.Notifikasi FB

Aku selesaikan doaku. Kemudian bergeser meraih si Gemini. Sebuah SMS dari salah seorang teman kos. Nurul. Aku buka SMS-nya.

“Bangun! Kayaknya ada maling dibwh, nunggu sepi, Dy udah nyabut kunci bwh kyknya. Ayo kita serbu.”

Aku balas SMS-nya, “Hah? Nyerbunya gimana?”

“Dia lg dbwh jemuran nunggu sepi. Km siap-siap pakai jilbab trus ntar ke bwah kalau sudah aku kasih isyarat.” Balasan SMS Nurul membuatku semakin waspada.

Astaghfirullah. Langsung deg-degan juga. Tegang. Aku langsung memandang sekeliling kamar. Senjata apa ya yang bisa dipakai? Aha, kemoceng! satu-satunya ‘senjata’ yang cukup representatif untuk sekedar dipakai memukul sang maling. Hehe...

“Emang tahumu gimana ciri-ciri kalau itu maling? Waduw, ni yang dah bangun sapa ja ya?” SMS-ku lagi.

Nurul membalas, “Ada suara kresek-kresek. Kuncinya dah kecabut. Aku pikir Nizar. Soale kemarin Nizar pulang malam juga. Ni yang bangun kita berdua saja tik. Km bisa lihat dari atas gak? Tapi hati-hati buka pintunya!”

Nizar itu anaknya bapak Kos yang masih SMA. Hmm, aku memutuskan untuk mengaji saja sambil menunggu isyarat dari Nurul. Alhamdulillah, sudah masuk Q.S. Ar-Rad. Sampai juga di ayatnya yang ke-28. “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tentram.” Subhanallah, serasa Allah mengingatkanku langsung lewat ayat ini. Dan memang menjadi tenang setelah mengaji. Sebenarnya, aku ingin keluar dan melihat kondisi di bawah. Tapi, kalau aku keluar. Pintuku mendecitnya cukup keras, bisa kabur duluan tuh si maling!

Selang berapa lama, tidak ada SMS lagi dari Nurul. Aku telepon dia. Tulalit. Sepertinya tidak ada sinyal di lantai 1. Aku coba lagi. Tersambung! Diangkat Nurul. Aku bertanya bagaimana kondisi di bawah. Kami telepon-teleponan sambil berbisik-bisik! Lucu kalau diingat lagi ^^v.

Nurul SMS lagi, “Ngantuk. Dia sedang gelisah menunggu sepi, lha sibuk menarik kursi.”

Aku balas, “Jangan tidur dulu! Emangnya ada kursi deket jemuran to? Ayo kita timpuk saja!”

Sudah jam 2 lebih. Selesai mengaji, aku menatap netbookku. Mulai menulis. Tiba-tiba, Krek! Seperti ada yang membuka pintu bawah. Dan memang benar. Maling itu mencoba masuk! Nurul berteriak memanggil namaku. Aku langsung berdiri, dan berlari menuju lantai 1 masih dengan mengenakan mukena merah hatiku. Halah.. merah! ^^v. Aku lupa membawa kemoceng yang sejatinya sudah aku persiapkan sebagai senjata. Waduh...

Sampai di bawah, Nurul sudah berdiri di depan pintu. Maling berhasil kabur membawa kunci pintu kos kami. Kata Nurul, si maling adalah seorang laki-laki jangkung dan kurus yang mengenakan jaket dan celana jeans tiga perempat. Dia berhasil melompat pagar pintu kos kami. Mmm, sepertinya harus ekstra hati-hati nih! Pasalnya, dia sudah berhasil mengatahui cara membuka pintu kos yang begitu rumit. Padahal pak kos sudah memasang gerendel pintu yang cukup canggih untuk bisa membuka pintu itu dan hanya anak-anak kos saja yang tahu.
***
Ya Allah, tiada tempat berharap selain kepada-Mu. Penuhilah seluruh harapan kami dengan Kau bimbing kami ke jalan-Mu yang lurus, dengan Kau tuntun kami istiqomah dalam ketaatan dan terjatuh dari kemaksiatn, agar kami bisa meraih limpahan rahmat dan kasih sayang-Mu untuk akhirnya kami bisa berlabuh damai dalam rengkuhan ridho-Mu.. Aamiin..
Jakarta, 29 November 2010
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan November 2010 di blog sebelumnya