ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

Kiat Menjadi Istri Shalihah


(Kiriman dari Ustadz Abdul Hakim Solo)

1. Lelaki gemar diberi perhatian akan hal-hal yang remeh yang berkaitan dengan dirinya. Dia akan senang bila istrinya mengenakan kancing bajunya, mengelap sepatunya, memotong kukunya, dan sebagaiya. Sabda Rasulullah SAW, "Ya Fathimah, barangsiapa wanita meminyakkan rambut dan janggut suaminya serta memotong kumisnya dan mengerat kukunya, maka Allah akan memberikan minuman air dari sungai-sungai di surga, diringankan baginya sakaratul maut, kuburnya akan didapati menjadi taman surga, Allah akan mencatatkannya bebas dari api neraka, dan selamat titian shirat."

2. Pernahkah Anda dipanggil suami ketika Anda memasak? Anda wajib memenuhi panggilannya. Jika perlu, segera matikan api dan tunaikan permintaannya.

3. Kebanyakan lelaki cukup cerewet dengan kebersihan. Mereka akan bosan apabila isterinya menyambutnya dengan rupa yang semrawut, kusut, dan anak-anak yang lusuh dan kumal "bak kapal pecah dan berantakan".

4. Lelaki suka dilayani seperti raja oleh isterinya yang memiliki sifat keibuan. Dia suka isterinya mengelap peluhnya, menyediakan keperluan untuk mandi, dan berdiri ketika ia hendak pergi dan kembali.

5. Lelaki suka dipuji. Jangan lupa hargai setiap barang pemberiannya meskipun tidak bagus atau tidak seberapa nilainya.

6. Lelaki akan bosan jika isterinya melulu menagih janji. Mau makan apa, hendak kemana, dan lain-lain.

7. Ada sebagaian lelaki mengatakan, "Isteri yang menghidangkan makanan tanpa menemaninya makan adalah memberi makan kucing." Anda mesti menemaninya meskipun satu suapan. Thabit Al-Banani berkata, "Terdapat seorang wanita dari Bani Israil yang buta sebelah matanya dan sangat baik pekertinya terhadap suaminya. Apabila dia menghidangkan makanan di hadapan suaminya, dipegangnya pelita sampai suaminya selesai makan. Pada suatu malam pelitanya kehabisan sumbu. Lalu diambil rambutnya untuk dijadikan sumbu. Esok harinya matanya kemballi melihat. Allah memuliakannya karena rasa hormatnya pada suami."

8. Lelaki senang dengan kefasihan isterinya dalam berkata, bijak dalam bertindak, dan menjadi partner dalam diskusi. Dia akan muak terhadap wanita yang banyak omong tetapi tak bermakna.

9. Kebanyakan lelaki beranggapan "Baiti Jannati". Rumahku adalah surgaku dan penenang pikiranku. Jadi wajar jika Anda memelihara suasana rumah dan berperan sebagai bidadari rumah.

10. Kalau Anda menginginkan agar suami berlama-lama di rumah, maka jangan menyambutnya dengan masalah anak dan dapur.

11. Suami (mayoritas) suka kepada istri yang kreatif dalam soal memasak, menghias rumah, dan mengurus dirinya dalam melayani suami.

12. Tempat tidur adalah rahasia suami isteri. Jadikan dia kamar yang eksklusif dan pribadi. Suami tidak suka ruang tidurnya dimasuki orang tanpa izinnya.

13. Pantang bagi suami kalau sedang tidur diganggu. Hal ini akan membuatnya marah. Jauhkan anak-anak darinya ketika dia tidur.

14. Pantang bagi suami kalau isteri menolak hajatnya kecuali jika isterinya sedang sakit. "Apabila suami memanggilnya ke tempat tidur tetapi ditolaknya hingga suaminya marah, maka wanita itu tidur dalam laknat malaikat hingga pagi hari." (HR. Muttafaqun 'Alaihi).

15. Hanya ketaqwaan Anda yang dapat menguasai ego suami dan membantunya membentuk pribadi muslim yang tangguh serta menjadi suami ideal. Lelaki tidak mudah dengan ucapan cinta, tetapi cukup dengan keluhuran Anda dalam berkorban untuk taat dan menyayangi dirirnya, karena lelaki hanya keras pikirannya tetapi sensitif perasaannya.

Wallaahu a'lam.



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

Kiat Menjadi Suami Sholeh



(Kiriman dari Ustadz Abdul Hakim Solo)

Jika ada seorang istri yang sholehah yang selalu memperhatikan, melayani suami dengan segala kebaikan. Ia juga selalu menuruti segala perintah dan memenuhi keinginan sang suami dengan kepatuhan yang sempurna. Menjaga ibadahnya dan selalu mengingatkan suami untuk berlomba mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ia menjadi istri yang manis dan selalu hangat disamping suaminya, serta menjadi teman perjalanan yang menyenangkan. Tidak banyak menuntut dan menerima dengan rasa syukur apapun dan seberapapun rezeki yang didapat suami.

Bukankah tidak ada alasan lagi bagi sang suami untuk tidak membalasnya dengan menjadi suami yang sholeh, penuh perhatian dan kasih sayang. Demikian beberapa kiat untuk menjadi suami yang sukses:

1. Berdandanlah untuk istri anda, selalu bersih dan wangi.Sesering apakah kita tampil didepan istri dengan pakaian ala kadarnya? Sama halnya dengan suami yang menginginkan istrinya kelihatan manis untuknya, setiap istri juga menginginkan suaminya berdandan untuknya.Sebagai contoh, ingat, bahwa Rasulullah saw selalu menggosok giginya terlebih dulu sebelum menemui istrinya setelah bepergian. Beliau juga selalu menyukai senyum yang paling manis.

2. Panggillah istri anda dengan nama yang cantik.Rasulullah saw mempunyai nama panggilan untuk istri-istrinya yang sangat mereka sukai. Panggillah istri anda dengan nama yang paling indah baginya dan hindari menggunakan nama-nama yang menyakitkan perasaan mereka.

3. Jangan memperlakukan seorang istri seperti lalat.Kita tidak pernah menghiraukan seekor lalat di dalam kehidupan kita sehari-hari, tahu-tahu dia menjadi penyakit buat kita. Sama halnya seorang istri yang berbuat baik sepanjang hari, jika tidak pernah mendapat perhatian dari suaminya, maka dia juga akan memperlakukan suaminya bagai sebuah penyakit. Jangan sekali-kali perlakukan dia seperti ini; kenali semua kebaikan yang dia lakukan dan pusatkan perhatian padanya.

4. Jika anda melihat kesalahan dari istri anda, cobalah untuk diam dan tidak berkomentar apa pun!Ini adalah cara Rasulullah saw yang biasa dilakukan saat beliau melihat sesuatu yang tidak pantas dilakukan istri-istrinya (radhiyallahu ‘anhuma). Ini adalah teknik bagi seorang Muslim sebagai kepala rumah tangga.

5. Tersenyum untuk istri anda kapan saja anda melihatnya dan memeluknya sesering mungkin.Senyuman adalah shadaqah dan istri anda termasuk ummat muslim juga. Bayangkan hidup dengannya dengan senyum yang selalu tersungging. Ingatlah, sunnah juga menerangkan bahwa Rasulullah saw selalu mencium istrinya sebelum pergi sholat ke masjid, bahkan saat beliau sedang berpuasa.

6. Berterima-kasihlah untuk semua yang dia lakukan untuk anda.Sekecil apapun yang istri anda lakukan buat anda, jangan sekali-kali menganggapnya sebagai hal sepele. Berterima kasihlah, karena ucapan terima kasih anda sungguh berarti bagi istri anda dan akan terukir indah dihatinya.Ambil contoh, ucapkan terima kasih untuk ketika usai makan malam yang dia sediakan. Juga untuk kebersihan rumah dan selusin pekerjaan yang lainnya.

7. Mintalah padanya untuk menulis sepuluh perbuatan terakhir yang telah anda lakukan untuknya yang membuat dia senang. Kemudian pergi dan lakukan itu kembali.Mungkin agak sulit untuk mengenali apa yang membuat istri anda senang. Anda tidak perlu untuk bermain tebak-tebakkan, tanyakan padanya dan kerjakan secara berulang-ulang selama hidup anda.

8. Jangan mengecilkan keinginannya. Hiburlan dia.Kadang-kadang seorang suami perlu mengabulkan permintaan istrinya. Rasulullah saw memberikan contoh buat kita dalam sebuah kejadian ketika Safiyyah radhiyallahu ‘anha menangis karena dia (Safiyyah) berkata bahwa beliau (Rasulullah) memberikan sebuah unta yang lamban. Rasulullah pun menyapu air matanya, menghiburnya, dan membawakannya sebuah unta yang lain.

9. Penuh humor dan bermain-mainlah dengan istri anda.Lihatlah betapa Rasulullah saw pernah bertanding lari dengan istrinya Aisyah radhiyallahu ‘anha di sebuah padang, dan membiarkan Aisyah memenangkannya. Kapan saat terakhir kita melakukan hal seperti itu?

10. Ingatlah selalu sabda Rasulullah SAW: “Yang terbaik di antara kalian adalah yang memperlakukan keluarganya dengan baik. Dan aku adalah yang terbaik memperlakukan keluargaku.”

Cobalah jadi yang terbaik. Sebagai kata akhir: Jangan pernah lupa berdo'a kepada Allah Azza wa Jalla, agar membuat pernikahan anda bahagia



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

Kesempatan




Ketika pintu pertama tertutup dan tak bisa dibuka lagi, yakinlah masih ada pintu lain yang bisa dimasuki. Memang dibutuhkan perjuangan untuk bisa menemukan kunci yang tepat!

~Ketika harapan belum bisa bersanding dengan kenyataan, yakinlah bahwa saat itu Allah Swt tengah mengajarkan kita tentang arti kesungguhan~

Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

Maaf Tuk Berpisah



“Oh, burungpun bernyanyi melepas segala rindu yang terendam malu di balik qalbu..
Oh, anginpun menari mencari arti, adakah ini fitrah ataukah hiasan nafsu.
Di dalam sunyi ia selalu hadir, di dalam sendiri ia selalu menyindir.
Kadang meronta bersama air mata, seolah tak kuasa menahan duka…”
(Menunggu di Sayup Rindu – Al Maidany)

Kalau disuruh memilih, aku tak ingin kisah ini ada. Tapi, Allah berkehendak lain. Dia menuntunku menjadi seorang tokoh sentral yang harus melakoni kisah ini. Allah memang sudah berjanji, bahwasanya Dia tidak akan menguji hamba-hambaNya di luar batas kemampuan. Pun demikian dengan rasa ini yang aku anggap sebagai ujian dari-Nya. Berawal dari sebuah interaksi yang tak disengaja dengan Kak Edo. Awalnya, kami
saling berdiskusi masalah novel. Kami memang penyuka sastra. Namaku Dira, saat ini aku tengah belajar menjadi seorang novelis. Aku banyak belajar tentang dunia menulis dari Kak Edo.

Setelah tiga bulan berkomunikasi, akhirnya kami bertemu. Sebuah pertemuan yang singkat, karena Kak Edo hanya mengambil novel milikku yang ingin dipinjamnya. Hanya beberapa kalimat yang berhasil ia sampaikan. Dalam posisi saling menunduk, kami tidak bisa mengetahui suasana hati masing-masing. Tapi, aku merasa ada sesuatu yang berbeda setelah pertemuan singkat itu. Terlebih pada diriku.

“Biarlah semua mengalir,
berikanlah kepada ikhtiar
Dan sabar untuk mengejar…”
(Menunggu di Sayup Rindu – Al Maidany)

Mencoba menjaga jarak, ternyata masih ada saja komunikasi yang harus terkuak. Entah saling komentar di status facebook, chatting via YM, dan lain sebagainya. Sempat terselip impian ingin berkolaborasi tulisan dengannya. Hingga suatu ketika, kesempatan itu datang. Sebuah kompetisi cerita mini yang akan dibukukan. Tanpa berkomunikasi sebelumnya, ada nama kami yang sama-sama menjadi nominatornya. Saat pengumuman tiba, aku hanya bisa gigit jari ketika tahu hanya namanya yang lolos. Ada rasa sedih juga karena ternyata kesempatan melahirkan karya bersama belum datang. Harus kuakui, Kak Edo memang penulis yang berbakat. Tulisannya sangat menyentuh hati. Itulah yang membuatku simpati.

“Sabarlah menunggu, janji Allah kan pasti
Hadir tuk datang menjemput hatimu
Sabarlah menanti, usahlah ragu
Kekasih kan datang sesuai dengan iman di hati
Bila di dunia ia tiada, moga di surga ia telah menunggu
Bila di dunia ia tiada, moga di surga ia telah menanti”
(Menunggu di Sayup Rindu – Al Maidany)

Salah! Jika sesuatu yang fitrah ini ternyata hanya hiasan nafsu! Aku tersadar! Allah menegurku lewat “kegagalan” masuknya tulisanku dalam kompetisi itu. Karena ada selipan asa, bahwa aku ingin menyandingkan karyaku dengan karya Kak Edo. Aku menangis dalam samudera penyesalan. Aku tak ingin kisah ini diteruskan. Hingga datanglah hari itu, suatu hari di mana aku bertemu Kak Edo untuk yang kedua kalinya. Kali ini kita berada dalam sebuah acara. Pada acara itu, Kak Edo ingin mengembalikan novel yang dipinjamnya.

Pertemuan kedua yang lebih singkat dari pertemuan sebelumnya. Rasa-rasanya ingin cepat kabur saat harus berhadapan dengan Kak Edo. Sepulang dari acara, aku buka tas berisi novel yang dipinjamnya, ternyata ada sebuah bungkusan lain yang ternyata “hadiah” darinya. Bahagia, tapi terselip perih dalam rintihan yang lirih. Rabb, aku ingin menghentikan rasa ini. Cukup!!! Setelah pertemuan itu, harapku tak ada interaksi lagi dengan Kak Edo.

Di langit senja ini, garis-garis lembayung bagai permadani tak bertepi.
Lambaian tangan itu berselimut kabut dan menjelma menjadi sungai yang mengalir deras menuju muara
Melibas segala keraguan!!!
Aku kembali pulang ke samudera cinta-Nya
~Maaf, kata untuk akhir sebuah kisah~

Maaf ya Kak Edo, jika selama ini aku salah menangkap interaksi kita. Mungkin Kak Edo menganggap ini sebagai interaksi yang biasa, seperti layaknya kakak dan adik. Maaf, jika aku menanggapinya lain.

Kau tahu tentang hatiku yang tak pernah bisa melupakanmu
Kau tahu tentang diriku yang selalu mengenangmu selamanya
Kini kusadari bahwa semua itu
Adalah salah, juga keliru
Akan membuat hati menjadi ternodai
Maafkanlah segala khilaf yang tlah kita terlewati
Tlah membawamu kedalam jalan yang melupakan Tuhan
Kita memang harus berpisah
Tuk menjaga diri
Untuk kembali mengarungi hidup
Dalam ridho Ilahi

Kutahu bahwa dirimu
Mendambakan kasih suci yang sejati
Kuyakin bahwa dirimu
Merindukan kasih sayang yang hakiki

Kini kusadari bahwa semua itu
Adalah salah, juga keliru
Akan membuat hati menjadi ternodai
Dan bila takdirnya kita bersama
Pastilah Allah akan menyatukan kita
(Maaf Tuk Berpisah – Tashiru)

Jakarta, 19 Oktober 2010
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

Ketika Guru Agama Mengajar Matematika


Dahulu kala, di sebuah sekolah ada guru matematika yang jarang masuk mengajar sehingga kelasnya sering kosong, seorang guru agama gndah melihat hal itu dan berpikir bahwa dia mampu mengganti mengajar matematika, masuklah ia ke kelas itu dan mulai mengajar. Murid-murid yang tidak percaya dengan ilmunya malah menanyainya :
Murid : "Pak 2x3 berapa?"
Guru : "Insya Allah 6"
Murid : "Kalau 3x4 berapa?"
Guru : "Insya Allah 12"
Muris : "Lha kalau 4x6 berapa pak?"
Guru : "insya Allah 24"
Murid :"Lho kok jawabnya pakai insya Allah to pak? Coba bapak sebutkan yang jawabannya tidak pakai insya Allah"
Guru : "Baiklah, 1+1 jawabannya 27, itu pasti, nggak pake insya Allah!"
Murid " Lho kok bisa pak?"
Guru : "Iya dong, kalau kalian sholat 1 orang ditambah 1 orang kan jadinya kan berjamaah, jadi pahalanya 27"
Murid :"Lha kalo perkalian di atas kok jawabnya pakai insya allah pak?"
Guru : "Lha iya dong, kalian tanya 2x3 saya jawab insya allah 6, kan jawabannya bisa juga 3000, 3x4 bisa jadi 5000, 4x6 isa jadi 7000"
Murid :"Kok bisa pak?"
Guru : "Lha kalian kalo cetak foto 2x3, 3x4, 4x6 berapa bayarnya?"

(Guyonan Ustadz Bimo dari Ma'had abu Bakar AsSidiq UMS waktu ngisi pengajian tadi malam, sumber : catatan Pak Ahmad Mustaqim, SSn)



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

101010


Hari yang istimewa. Triple Ten euy! Subhanallah walhamdulillah, banyak kisah istimewa pula pada hari ini.

 
From Monas with Love
Kalau biasanya ba’da Subuh sampai jam 06.00 pagi aku ‘berkhalwat’ dengan si T-ONE (nama netbookku), kali ini aku bersiap-siap untuk pergi. Tas punggung “bodypack” aku keluarkan dari almari. Aku isi dengan mushaf, mukena coklat keemasan, sebotol air mineral, snack “egg drops”-nya Monde, sekotak susu Anlene coklat, notes kecil, bolpoin “Faster”, kamera digital, dua bateray “Alkaline” sebagai cadangan, jaket “IHMSI”, dan buku “Dalam Dekapan Ukhuwah” yang rencananya mau kuberikan kepada seorang kakak tingkat yang memesannya beberapa waktu silam. Ada yang kurang! Ya, payung! Payung merah hatiku rusak karena patah saat diterjang angin.

 
Pukul 06.30, aku keluar kost untuk membeli sarapan. Aku mampir sejenak di warung dekat kos. “Mbak, nasinya sudah ada?” Saat mendapat jawaban “sudah” dari pemilik warung, aku lantas berujar. “Ya sudah, nanti mampir lagi. Mau ke indomaret dulu”. Aku pun melangkah ke Indomaret yang terletak lumayan jauh dari kost. Alhamdulillah, masih ada sebuah payung yang tersisa. Sayang warna biru. Aku kan suka warna merah! Hehe, tak apalah, yang penting punya payung! Habis dari Indomaret, aku membeli dua bungkus nasi uduk. Satu untukku, satunya untuk Izzah. Sampai di kost, aku makan berdua dengan Izzah.


Pukul 06.00 aku, Izzah, dan Yuni keluar dari kost menuju kost Adzkiya menjemput dua sahabatku. Akhirnya kami berlima menuju Jalan Otista Raya. Hari sudah semakin siang. Tujuan kami : Patung Kuda Monas. Kami berlima sepakat untuk naik taksi. Hehe, untungnya patungan! Jadi tidak terlalu mahal dan lagi bisa lebih cepat sampai. Sampai di Patung Kuda Monas, sudah nampak ramai. Ada ondel-ondel, barongsai, marawis, dll. Seru! SMS kakak tingkatku yang rencananya mau mengambil pesanannya (buku DDU), ternyata beliau tidak jadi datang karena sakit. Hmm, semoga cepat sembuh!


Maher Zain melantunkan “For the Rest of My Life”-nya dari HP. Pertanda ada telepon yang masuk. Dari Mbak Ratna Unsoed. Beliau juga sudah sampai di tempat itu, hanya saja masih mencari tempat keberadaanku. Aku mengarahkan beliau menuju tempatku. Akhirnya kami bertemu juga. Selama ini kami hanya berkomunikasi lewat SMS. Beliau baru saja hijrah di Jakarta. Awalnya, aku mendapat nomor Mbak Ratna dari seorang kakak tingkat yang juga bekerja di Jakarta. Mbak Ratna ingin cari kost. Alhamdulillah, akhirnya Allah mempertemukan kami di sini. Saat tengah asyik mengobrol dengan Mbak Ratna, tiba-tiba pandangan mataku tertuju pada seorang akhwat berjilbab biru! Beliau berjalan mendekatiku. Allahu akbar! Ukhti Herlina. Alhamdulillah, aku bisa bertemu kembali dengannya. Pertama kali bertemu saat kami mengikuti DM II KAMMI yang diselenggarakan di Solo beberapa tahun silam. Beliau dari UNNES, jurusan Pendidikan Biologi angkatan 2005. Sekarang bekerja di Bank Muammalat cabang Rawamangun, Jakarta Timur. Tidak menyangka, Allah mempertemukan kami di Jakarta. Alhamdulillah, semakin banyak saja sahabat-sahabat perjuanganku di kota ini. Aku juga mendapat kenalan baru, namanya Dek Ita, mahasiswi UNJ angkatan 2010.


Tak lupa aku memperkenalkan Mbak Ratna, Ukhti Herlina, dan Dek Ita kepada keempat sahabatku yang lain. Setelah cukup lama bercakap-cakap, aku berpisah dengan Ukhti Herlina karena beliau harus membersamai temannya. Sempat bertukar nomor HP juga. Rabb, Engkau memang konektor yang luar biasa!


Pukul 08.30 acarapun dimulai. Banyak kesenian khas Jakarta dan modern yang turut meramaikan acara pagi ini. Ondhel-ondhel, Gambang Kromong, Marawis, Marching Band, Barongsai, dll. Ada pula penampilan nasyid “Gondhes” yang sangat menghibur karena lirik nasyidnya tak jauh-jauh dari sindiran untuk para bujang. Hehe... Kami melakukan ‘jalan santai’ dari Monas sampai Bundaran HI. Kebetulan tanggal 10 Oktober 2010 juga ditetapkan sebagai “Hari Jalan Kaki Sedunia”. Meski panas, tapi tak menyurutkan semangat! Pukul 09.30 sampai jualah di Bundaran HI. Foto-foto sejenak dengan ondel-ondel, kemudian pulang. Aku berpisah dengan Mbak Ratna dan Dek Ita karena mereka akan naik busway, sedangkan aku dan yang lain mau naik taksi saja. Pukul 10.00 aku sudah harus sampai di Masjid Amir Hamzah, Taman Ismail Marzuki untuk pertemuan rutin FLP Jakarta.


Alhamdulillah, impianku untuk “long march” dari Monas sampai Bundaran HI akhirnya terwujud juga!


Jalan Cinta Para Penulis
Pukul 10.00, sampai jualah di pintu gerbang TIM. Yuni, Nia, dan Wulan juga ikut turun dan berganti naik Kopaja 502. Izzah tadi sudah izin pulang duluan karena ada agenda lain. Aku masih harus berjalan masuk untuk sampai ke Masjid Mimaza. Alhamdulillah, 10 menit kemudian (jadinya tepat tanggal 10, bulan 10, tahun ‘10, jam 10 lebihnya 10 menit) sampai jua di sana. Bersamaan dengan Kang Taufan E.Prast (kepala suku FLP Jakarta) dan istrinya (Mbak Era). Teman-teman Muda 14 FLP Jakarta sudah banyak yang datang. Hmm, aku langsung bagi oleh-oleh dari Garut! Serbu!!!
Koordinator Muda 14, yakni Kang Ervan juga sudah datang. Akhirnya, pertemuanpun dimulai. Agenda pertemuan kali ini adalah pemilihan kelas untuk bimbingan dua pekanan angkatan Muda. Untuk kelompok fiksi akan dibagi menjadi kelas novel, cerpen, skenario, dll. Sedangkan untuk kelas nonfiksi akan dibagi menjadi kelas tulisan “how to”, inspirasi, artikel, dll. Pengadaan kelas akan disesuaikan dengan jumlah peserta yang berminat mengikutinya. Pada kesempatan kali ini, beberapa penulis senior yang sudah berpengalaman turut sharing informasi terkait dunia kepenulisan yang pernah mereka jalani. Ada Mbak Era, Mbak Dala, Mbak Astri, Mbak Iecha dan Kang Taufan. Setelah acara selesai, eh.. dapat buku gratis dari Mbak Iecha, judulnya “Don’t Touch Me!”. Alhamdulillah, buat tambahan koleksi di perpus Al-Firdaus. Tak lupa minta tanda tangan dari para penulisnya yang kebetulan ada 4 orang yang datang (Mbak Era, Mbak Dala, Mbak Astri, Mbak Iecha).


Pukul 12.00, saat hendak mengambil wudhu di dekat mushola, eh.. ketemu dengan Dhek Ita yang tadi pagi ikut jalan-jalan bareng dari Monas sampai HI. Surprise juga! Ternyata Dhek Ita sedang mengantar temannya yang siang itu ada acara di Masjid Amir Hamzah, TIM. Hmm, sekali lagi aku tuliskan... Allah memang konektor terbaik! Atas kehendak-Nya pula kami dipertemukan kembali.


Saatnya Berburu!!!
Setelah sholat Dhuhur berjamaah, kami (khususnya Muda angkatan 14) berdiskusi bersama. Hmm, diskusi yang seru! Setelah itu, aku dan beberapa rekan-rekan FLP Jakarta (Mawah, Fitri, Mbak Yathi, Mbak Nunung, Mbak Dwi, Mbak Nain, Soson, Arief, Ikal, Azzam, Naufal, dan Sumarlan) makan siang bersama di kantin samping planetarium TIM. Kemudian sebagian dari kami berangkat ke Indonesia Book Fair 2010 di Gelora Bung Karno. Rombongan pertama aku, Mbak Yathi, Fitri, Mbak Nain, dan Azzam. Kami naik Blue Bird. Hehe, patungan! Trus, rombongan kedua Soson, Ikal, Naufal, dan Sumarlan. Mereka naik angkot. Weleh... Sampai di IBF bertemu dengan Mbak Anisa dan Deasy yang memang sudah berangkat duluan naik motor. Setelah sholat Asar, kedua rombongan tadi baru bertemu. Lanjut hunting buku bareng deh! Eh, selain ketemu Upin dan Ipin (badutnya), kami juga ketemu rekan-rekan FLP Jakarta juga (Kang Taufan, Mbak Era, Mbak Iecha, dan Pak Arya).


Hasil hunting buku hari ini : My Wife My Princess, Be Pede Please!, Asmaul Husna untuk Anak, Juz Amma untuk Anak, 75 Celoteh Anak, Serial Lazuardi : Ketika Bumi Menangis, Serial Lazuardi : Langit Merah Saga, Buku Tes CPNS, dan Bright Mom. Mmm, memang sedang pengin nambah koleksi buku tentang anak dan parenting. Sebenarnya pengin beli Riyadhus Shalihin jilid 2, tapi sayang penerbitnya ternyata tidak turut serta dalam IBF kali ini, nunggu Jakarta Islamic Book Fair aja kali ya!


Pukul 17.00, pulang bareng Mbak Nain. Rekan-rekan yang lain juga pulang ke istana masing-masing.
Alhamdulillah, hari yang luar biasa!
Jakarta, 141010_05:55
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

Curhat Jalan Raya : Hampir Saja!


Selasa, 12 Oktober 2010, ba’da Isya aku baru bisa pulang karena ada satu pekerjaan yang harus diselesaikan, yakni rekapitulasi data importir yang jumlahnya ribuan! Alhamdulillah, karena dibantu seorang mahasiswa yang sedang magang., akhirnya selesai juga. Pukul 19.30, aku berjalan keluar kantor sendirian, sudah sepi. Akhirnya ada Kopaja 502 juga, tapi tetap saja aku tidak dapat tempat duduk. Sampai di daerah RSCM, baru ada seorang penumpang yang turun dan tempat duduknya bisa aku pakai. Alhamdulillah…
Tumben malam ini tak ada satupun pengamen yang mengadakan konser di Kopaja ini. Aku sedikit mengantuk. Tapi aku paksa mata ini untuk tetap terbuka. Kopaja 502 ini melaju dengan sangat kencang. Sampai di daerah Gang Kelor.. Bruk!!! Sepertinya Kopaja ini menabrak sesuatu. Benar saja, ada motor yang terserempet di sebelah kiri badan Kopaja. Untung tidak sampai jatuh. Dua orang pengendara sepeda motor itu mengumpat sambil teriak-teriak. Astaghfirullah, kontan semua pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang Gang Kelor berdiri dengan penuh emosi. Mereka turut memaki-maki. Aku panik, kurapalkan doa memohon perlindungan-Nya. Kopaja tetap berjalan, meski massa hampir saja mengamuk. Alhamdulillah, Allah masih menyelamatkan kami karena akhirnya Kopaja yang aku tumpangi tidak jadi diamuk massa.

Rabb, lindungi hamba-Mu ini ya… selalu!
Aamiin…
Hamba-Mu yang lemah,
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

KO


Seperti biasa, ba’da Subuh sampai jam 06.00 pagi adalah waktu yang tepat bagiku untuk menulis. Demikian halnya hari ini (11 Oktober 2010). Akan tetapi, saat pukul 06.00 tatkala diri ini hendak beranjak untuk bersiap berangkat ke kantor tiba-tiba rasa lemas menyerang tubuh. Sempoyongan. Astaghfirullah, badanku juga panas. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak berangkat ke kantor saja. Hari ini ngantornya di RedZone! Aku hubungi pimpinan dan beberapa teman di kantor. Alhamdulillah, dapat izin!

Pukul 07.00, aku keluar kost untuk membeli sarapan. Bubur ayam, dua ribu rupiah, dengan sedikit sambal! Hehe.. murah meriah, tapi sudah cukup kenyang! Makan bubur di depan TV sambil melihat berita terkini dan sedikit diskusi pagi dengan teman-teman kost. Pukul 08.00 kost mulai sepi karena teman-teman sudah berangkat ke kantor masing-masing. Tinggal aku dan ibunya Aisah. Beliau juga nge-kos bareng aku. Beliau menderita stroke ringan dan karena tak ada yang merawatnya, maka Aisah membawanya ke Jakarta dan ngekost bersama kami.

Kehadiran ibu Aisah di kost ini, memberi “warna” tersendiri dalam hidupku. Hari ini Allah memberiku banyak kesempatan untuk lebih dekat dengan beliau. Karena di lain hari, aku hanya bertemu beliau di kala pagi sebelum aku berangkat ke kantor dan jarang menyapa beliau di waktu malam. Karena beliau sudah tidur saat aku pulang dari kantor. Tiap pagi, sebelum berangkat ke kantor, aku selalu mencium tangan beliau. Beliau sudah aku anggap keluarga sendiri. Pagi ini, aku bisa mengawasi aktivitas beliau dan turut menjaganya. Setelah berjemur di teras lantai dua (dekat kamarku), beliau berjalan menuju kamar untuk menunaikan sholat dhuha. Subhanallah, aku kagum dengan beliau. Kekagumanku bertambah karena hari itu beliau juga berpuasa. Setelah sholat Dhuha, beliau tidur.

Meski tidak masuk kantor, tetap tidak boleh malas-malasan! Akhirnya aku memutuskan untuk menginvetaris buku-buku yang belum terdata di perpustakaan “AL FIRDAUS”, kebetulan kemarin (101010) juga habis membeli buku lagi. Pukul 10.00, sholat Dhuha lanjut tilawah. Lagi asyik tilawah, eh... tetangga sebelah menyetel “Menunggu”-nya Ridho Rhoma. Malah ada anak kecil yang menirukannya. Hafal. Ck ck ck... pengaruh media pada anak memang dahsyat ya!

Ba’da sholat Dhuhur dan makan siang, aku melongok ke kamar ibu Aisah. Beliau masih tidur. Aku pun memutuskan untuk tidur siang. Pukul 14.00, aku terbangun. Kulihat ibu Aisah duduk di kursi, masih mengenakan mukena putihnya, dan tengah mengaji. Aku kembali menata buku yang belum selesai. Alhamdulillah, badanku sudah tidak panas lagi. Hanya saja masih sedikit pusing. Saat melintas di depan kamar beliau, beliau memanggilku. “Neng Tika, punya buku yang bagus? Ibu pengin baca. Bukunya Aa’Gym ibu suka” kata beliau terbata-bata.

“Ada, Bu. Tapi punyanya Ustadz Yusuf Mansur” kataku.

“Gak papa deh Neng” kata ibu Aisah lagi

Akhirnya aku mengambilkan buku “Wisata Hati” bersampul merah karangan Ustadz Yusuf Mansur.

Ahh, beliau membuat hatiku terguyur hujan!

Ba’da Asar, setelah tilawah aku menyapu. Ibu Aisah memanggilku.

“Neng, ibu minta tolong ya. Tolong bantu ibu memakai ini.”

Akupun membantu beliau memakaikannya.

Sekuat tenaga aku menahan agar air mata tak jatuh apalagi saat beliau berkata, “Ibu kayak bayi saja ya...”


Rabb...
Meski lagi sakit dan tidak bisa berangkat ke kantor, hari ini Etika banyak belajar! Terutama belajar untuk lebih berbakti pada orang tua! Terima kasih ya Rabb...

(bersambung)


Sekelumit catatan harian Aisya Avicenna

Jakarta, 121010 



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

Untaian Doa

Ya Allah
Tak ada satupun debu yang terbang tanpa izin-Mu
Tak ada satupun daun yang gugur tanpa izin-Mu
Tak ada setetes embun yang jatuh tanpa izin-Mu
Tak ada satu manusiapun yang lahir ke dunia ini tanpa izin-Mu
Tak ada jantung yang berdenyut tanpa izin-Mu
Tak ada paru-paru yang berdegup tanpa kuasa-Mu
Tak ada manusia yang mendapat hidayah tanpa kehendak-Mu

Ya Allah
Engkau yang menggerakkan kami
Engkau yang menggerakkan tangan dan kaki kami
Engkau yang menggerakkan semua jantung
Karena itu ya Allah
Engkau mengetahui
Apabila ada tiga yang keempat adalah Engkau
Apabila ada lima yang keenam adalah Engkau


Ya Allah kami rundukkan kepala kami
Kami berdoa memohon pada Engkau ya Allah
Agar Engkau memberi hidayah kepada kami

Ya Allah
Berilah kebaikan di awal hidup kami
Di tengah hidup kami
Di akhir hidup kami
Ya Allah wafatkan kami dalam keadaan Islam
Dan kumpulkan kami dengan orang –orang yang shaleh

Ya Allah
Kami manusia
Yang hina di hadapan-Mu
Engkau yang mengetahui siapa diri kami
Engkau mengetahui apa yang kami lakukan
Yang tidak diketahui oleh ayah dan ibu
Engkau mengetahui diri kami
Yang tidak diketahui oleh adik dan kakak kami
Engkau mengetahui diri kami
Yang tidak diketahui oleh suami/istri kami
Tapi Engkau ya Allah tahu siapa kami
Tapi Engkau memberi kami kesempatan
Hingga Engkau tutupi semua aib – aib kami


Ya Allah
Kami rundukkan kepala kami
Kami berdoa dengan sepenuh hati
Kami meminta
Agar Engkau memberi kesempatan
Agar hati kami diberi keyakinan seperti Musa
Agar hati kami diberi keyakinan seperti Ibrahim
Agar hati kami diberi keyakinan seperti Nabi Muhammad
Agar hati kami dipenuhi keyakinan akan Engkau ya Allah
Agar kita hanya mengenal-Mu sepenuh hati

Ya Allah beri kami kebaikan di dunia
Beri kami kebaikan di akherat
Engkaulah pemilik segala kebaikan

Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin


17 Oktober 2010 


Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

Benci Jadi Simpati


Oleh : Aisya Avicenna*)

Pacaran? Seperti apa sih rasanya? Duduk berduaan, berboncengan, kemana-mana bersama! Serasa dunia milik berdua, yang lain ngontrak! Mungkin itu ya rasanya pacaran. Tapi sayang, diri ini belum pernah merasakannya! Haha, kuno! Tidak gaul! Tidak laku ya? Hmm, mungkin itu tanggapan orang-orang yang pro pacaran. “Ditembak” cowok memang sudah pernah, tapi aku tolak! Jatuh cinta juga pernah, tapi dirahasiakan saja! Menurutku pacaran hanya buang-buang waktu, mending buat baca buku daripada berduaan tidak bermutu. Begitu opiniku waktu ABG dulu. Alhamdulillah, tekad untuk tidak pacaran terus aku tanamkan dalam diri ini sampai lulus SMA. Bahkan semakin membaja tekad itu setelah membaca buku “Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan” karya Salim A. Fillah. Pacarannya sama suami setelah nikah saja, tekad bulatku!


Oh ya, nama panggilanku Yanda. Setelah melewati masa putih abu-abu, pada tahun 2005 secara resmi aku memasuki dunia baru dengan gelar baru pula. Mahasiswa, itulah gelar baruku. Saat memasuki dunia kampus ini, akupun mulai mengenakan jilbab. Menjadi mahasiswa luar biasa, mahasiswa yang tidak hanya bagus nilai akademisnya tapi juga memiliki softskill yang kompeten. Itulah impianku saat memasuki sebuah kampus negeri di Solo. Untuk mewujudkan impian tersebut, aku aktif dalam dua organisasi. Pertama, aku ikut menjadi pengurus di organisasi mahasiswa tingkat jurusan. Karena organisasi tersebut bersifat akademis, untuk mengimbanginya aku juga masuk organisasi Kerohanian Islam (Rohis) sebagai penopang sisi ruhiyahku. Di Rohis inilah aku mulai mengenal istilah “akhwat”, “ikhwan”, “akhi”, “ukhti”, “anti”, “afwan”, “syukron”, dll. Akhwat. Ya, istilah yang kemudian melekat juga padaku. Semakin membulatkan tekadku untuk terus memperbaiki diri, menjadi muslimah sejati.


Waktu terus bergulir. Sudah banyak kisah yang terukir. Semuanya memang sudah suratan takdir. Tak terasa sudah tiga tahun aku menjadi mahasiswa. Sepak terjang sebagai seorang aktivis dakwah kampus memang telah membuatku menyadari akan makna perjuangan di medan ini. Padatnya aktivitas membuat diri ini lolos dari Virus Merah Jambu (VMJ) atau Cinta Bersemi Sesama Aktivis (CBSA) yang sering merebak di kalangan aktivis dakwah.


Masuk di bulan Ramadhan tahun 2009, pada malam ke-23 aku i’tikaf di masjid kampus. Waktu itu, aku lagi senang mendengarkan nasyid berjudul “Doa Kalbu” yang dinyanyikan oleh Fika Mufla. Pagi harinya, ba’da Subuh aku update status Facebook (FB) menyunting lirik nasyid itu.


Di malam penuh bintang, di atas sajadah yang kubentang Sedu sedan sendiri, mengadu pada Yang Maha Kuasa Betapa naif diriku ini hidup tanpa ingat pada-Mu Urat nadipun tahu aku hampa Di malam penuh bintang, di bawah sinar bulan purnama Kupasrahkan semua keluh dan kesah yang aku rasa Sesak dadaku menangis pilu saat ku urai dosa-dosaku Di hadapan-Mu ku tiada artinya Doa kalbu tak bisa aku bendung deras bak hujan di gurun sahara Hatiku yang gersang terasa oh tenteram.. Hanya Engkau yang tahu siapa aku tetapkanlah seperti malam ini Sucikan diriku selama-lamanya
-bersambung-

Lantas, bagaimana kisah Yanda selanjutnya???


Penasaran, ditunggu aja deh... Soalnya kisah ini tengah dilombakan ^^v



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya