ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

Menanti Sang Mujahid


Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Mujahidku, selamat pagi! Apa kabarmu di sana?
Semoga jutaan nikmat yang kau terima pagi ini, kau balas dengan syukurmu yang tak terkira. Begitupun aku yang ada di sini.
Semoga Allah senantiasa memberikan barokah-Nya dalam setiap keadaan kita ya!

Mujahidku...
Di tengah pagi yang masih sepi ini,aku hanya ingin berbagi rasa.
Rasa? Ya, rasa rindu. Aku tengah merindukan takdir kita.
Aku tengah merindukan sebuah pertemuan denganmu.
Entah kapan, hanya Dia yang Maha Tahu.
Aku hanya berharap, semoga Allah senantiasa menjagamu, menjaga kita.
Melindungi kita agar tetap berada di jalan-Nya dalam menjemput ridho-Nya
Aku selalu yakin akan skenario-Nya
Bahwa Dia akan memberiku yang terbaik, salah satunya dirimu!

Mujahidku...
Aku berdoa semoga Allah senantiasa meneguhkanmu dalam keistiqomahan
Menyelamatkanmu dari fitnah dunia
Memudahkan setiap aktivitas dakwahmu
Meskipun aku tak tahu engkau sekarang berada di mana
Sungguh, aku hanya meminta Allah meridhoi apa yang kita lakukan..

Mujahidku..
Sungguh aku tak ingin berspekulasi tentangmu!
Aku memang punya kriteria
Sholeh, bertanggung jawab, dan visioner
Satu lagi... penulis!
Hmm, moga tidak terlalu berlebihan
Toh, itu bukan kriteria mutlak!
Aku memang menginginkanmu seperti itu
Tapi, Allah Maha Tahu yang aku butuhkan

Mujahidku...
Tepat sebelum membuat tulisan ini
Aku pernah membuat surat untuk calon anak kita
Mmm, dibaca saja ya!
Surat itu sedikit memberi gambaran tentang impianku kelak
Bersamamu!
Bersama anak-anak kita!

Mujahidku...
Entah kau di mana
Jujur ingin aku katakan
Aku mencintaimu sebelum mata ini memandang
Aku mengagumimu sebelum telinga ini mendengar
Sebelum hal-hal fisik lainnya merusak ketulusanku atas siapapun kau!
Aku ingin menjaga cinta ini dengan begitu sederhana!

Mujahidku...
Dalam sujud-sujud panjangku, aku meminta kepada Pemilik kita
Aku kucurkan doa agar aku layak menjadi pendampingmu
Siapapun kau, dimanapun kau berada...

Mujahidku...
Sungguh aku hanya ingin menjaga diriku
Aku ingin terus memperbaiki diri ini
Membangun komunikasi yang baik dengan orang tuaku
Agar restu mereka juga terlimpah pada kita
Hingga suatu saat nanti...
Jika Allah berkehendak mempertemukan kita
Aku telah siap mendampingimu
Kita akan berjuang bersama menapaki jalan-Nya

Mujahidku..
Engkau adalah pangeran kunci surgaku
Jika Allah berkenan menjadikanku pendampingmu
Bimbinglah aku untuk terus mendekat pada-Nya
Karena kau adalah imamku

Mujahidku...
Biarkan saat ini kesabaran yang menjadi temanku
Mengisi hari-hari ini sebelum akhirnya kita bertemu
Semoga Allah meridhoi penantian kita
Selamat berjuang, mujahidku!
Doaku selalu menyertaimu...

Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 6 Oktober 2010_05:48
Untuk seseorang yang telah dijanjikan-Nya untukku...
Aisya Avicenna

Backsound : Dans – Penantian ^^v

Penantian adalah suatu ujian
Tetapkanlah ku selalu dalam harapan
Karena keimanan tak hanya diucapkan
Adalah ketabahan menghadapi cobaan….
Sabarkanlahku menanti pasangan hati
Tulus kan kusambut sepenuh jiwa ini
Di dalam asa diri menjemput berkah-Mu
Tibalah izin-Mu atas harapan ini….
Rabbi teguhkanlah ku di penantian ini
Berikanlah cahaya terang-Mu selalu
Rabbi doa dan upaya hamba-Mu ini
Hanyalah bersandar semata kepada-Mu



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

Ananda, Cinta Bunda Tak Bertepi


Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat pagi Ananda tersayang.
Selamat berjumpa lagi dengan hari yang baru.
Selamat merangkai karya dengan senantiasa meluruskan niat untuk Allah semata.

Semoga Ananda senantiasa menjadi pribadi yang pandai bersyukur agar kenikmatan dan karunia-Nya senantiasa berlimpah. Semoga Ananda menjadi umat tersayang dari Baginda Rasulullah Saw yang syafa'atnya turut pula dihadiahkan kepada kita sebagai umatnya. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.

Ananda tersayang, ini surat Bunda yang pertama untuk Ananda. Maafkan Bunda ya, bukan berarti Bunda tak mau menyempatkan waktu barang sejenak untuk menuliskannya, tapi memang terasa sulit untuk mengungkapkan isi hati Bunda lewat kata-kata. Rangkaian kata ini belum cukup mewakili cinta Bunda pada Ananda. Rangkaian kata ini belum mampu menggambarkan apa yang membuncah di hati Bunda.

Ananda tercinta, kehadiran Ananda menjadikan hidup Bunda semakin diliputi perasaan bahagia. Menjadi ibu adalah karunia dari-Nya yang begitu luar biasa. Membuat hidup Bunda terasa lengkap karena kehadiran Ananda di tengah keluarga kita. Ya, keluarga kita yang insya Allah penuh dengan kebahagiaan. Sakinah, mawadah, warahmah. Bunda bangga karena mempunyai gelar baru sebagai seorang ibu. Alhamdulillah, senangnya hati Bunda. Panggil ibumu ini dengan sebutan “Bunda” ya.

Ananda belum mengenal Bunda ya? Izinkan Bunda memperkenalkan diri dulu ya. Biar Ananda makin sayang dengan Bunda. Etika Suryandari, itulah nama Bunda yang diberikan oleh ayah Bunda, kakek Ananda tercinta. Bunda diberi nama "Etika" karena Bunda diharapkan dapat menjadi orang yang berakhlak baik (beretika), "Surya" berarti matahari. Bunda diharapkan menjadi pribadi yang bermanfaat untuk banyak orang layaknya matahari yang banyak menebarkan manfaat pada semua makhluk. Dan "ndari" berasal dari bahasa Jawa "ndadari" yang berarti bersinar terang. Bunda diharapkan menjadi cahaya bagi sekitar, mampu memberi inspirasi pada orang lain. Nama ini adalah tanggung jawab, Anandaku sayang. Semoga Bunda dapat menjadi seperti apa yang diharapkan ibu dan ayah Bunda. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
Oh ya, Bunda sekarang beraktivitas sebagai calon Statistisi di Kementerian Perdagangan Jakarta. Statistisi? Pasti Ananda belum tahu ya maksudnya. Statistisi adalah orang yang pekerjaannya berhubungan dengan data. Banyak berhubungan dengan Matematika juga. Ya, karena Bunda sarjana Matematika, Sayang. Bunda berharap kelak Ananda juga menyukai pelajaran Matematika karena kebanyakan anak-anak tidak menyukai pelajaran ini. Bunda akan membimbing dan mengajari Ananda dengan sepenuh hati! Kita akan belajar bersama ya Sayang. Meski Bunda bekerja di kantor, Bunda berjanji tetap akan memprioritaskan urusan keluarga karena Bunda ingin selalu memberikan yang terbaik pada keluarga.
Selain beraktivitas di kantor, kini Bunda juga aktif di Forum Lingkar Pena (FLP) Jakarta. Di komunitas inilah Bunda belajar banyak untuk menjadi seorang penulis. Hmm, Bunda memang memiliki impian untuk menjadi penulis, Ananda sayang. Bahkan Bunda memiliki impian untuk menjadikan keluarga kita adalah keluarga penulis. Suatu saat nanti, Bunda ingin bisa melahirkan karya kita bersama. Sebuah buku karya Bunda, Ayah, dan juga Ananda. Subhanallah, alangkah bahagianya jika mimpi itu benar-benar terealisasi. Semoga saja Allah memberi kemudahan ya Sayang... aamiin..
Saat Bunda menulis surat ini, Ananda memang belum lahir. Bunda bahkan belum bertemu Ayah. Bunda akan terus berusaha melakukan yang terbaik untuk Ananda dengan memilih Ayah yang sholeh, yang bisa menjadi imam kita kelak. Sudah tertanam dalam diri Bunda bahwa pernikahan Bunda dengan Ayah nanti bervisi untuk mewujudkan pernikahan sebagai penyempurna agama yang bukan sekedar untuk mencari bahagia, tapi menuai keberkahan di dunia dan akhirat, bersama menuju surga-Nya. Ya, kita akan berjuang bersama menuju surga-Nya. Al-Firdaus, surga tertinggi dambaan setiap muslim sejati. Ananda adalah kunci surga bagi Bunda. Maka, Bunda akan terus menjaga kunci itu sebaik-baiknya.

Sebuah konsep keluarga SMART akan Bunda bangun bersama Ayah Ananda kelak. Semoga kami bisa membimbing Ananda menjadi mujahid-mujahidah tangguh kebanggaan dien ini, Islam yang mulia. Ananda ingin tau apa itu keluarga SMART? Inilah keluarga impian Bunda yang kelak akan Bunda wujudkan bersama Ananda dan bersama Ayah tentunya.
S : Sakinah, mawadah, warahmah
M : Mengorientasikan semua aktivitas untuk mencari ridho Allah Swt yang dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah Saw
A : Al Qur’an dan Al Hadist sebagai pedoman utama
R : Rumah tangga yang menjadi surga dunia serta sebagai markas dakwah dan tarbiyah.
T : Tanggung jawab dalam menjaga keluarga (buka Q.S. At-Tahrim : 6 ya!)
Ananda tersayang, mari kita wujudkan bersama impian besar ini ya...

Menjadi seorang ibu memang tak mudah. Tapi Bunda akan terus melakukan yang terbaik untuk Ananda. Karena Ananda adalah amanah dari-Nya. Amanah yang luar biasa. Bunda akan membimbing Ananda menjadi generasi Qur’ani, generasi yang cinta Al-Qur’an. Mari membaca Al Qur'an dengan tartil, memahami artinya, menghafalnya, dan saling mengingatkan dengan mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga di suatu masa nanti saat Bunda menghadap-Nya, Bunda akan memakai mahkota berkilauan. Ya, itu hadiah dari Ananda pada Bunda sebagai seorang anak yang cinta Al-Qur’an.

Ananda tercinta, jadilah cahaya bagi Bunda. Pilihlah kata terbaik, pilihlah sikap terpuji saat berinteraksi dengan Bunda dan yang lainnya. Karena dengan begitu, Bunda akan semakin bahagia dan bangga pada Ananda. Karena Bunda inginkan anak-anak Bunda adalah anak-anak yang sholeh dan sholehah. Surga berada di telapak kaki Ibu. Semoga Allah Swt juga berkenan meletakkan surga-Nya pada diri Bunda. Bunda ingin menjadi ibu terbaik untuk Ananda kelak.

Ananda terkasih, Bunda menyadari bahwa Ananda hanyalah titipan. Ananda bukan milik Bunda. Ananda juga bukan milik Ayah. Tapi, Ananda milik Allah Swt. Bunda tidak akan menuntut balas budi Ananda atas pengorbanan Bunda yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan merawat Ananda. Bunda hanya ingin Ananda berbakti sepenuhnya pada Allah Swt. Menjadi hamba-Nya yang beriman dan beramal sholeh.

Tak terasa, bagaskara kian meninggi. Sudah saatnya Bunda mempersiapkan diri untuk merangkai karya. Bunda akan mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk mencukupi kebutuhan Ananda kelak. Doakan Bunda ya, semoga setiap rezeki yang Bunda terima adalah rezeki yang halal dan penuh kebarokahan dari Allah Swt karena Bunda selalu inginkan yang terbaik untuk Ananda.. Sudah dulu ya, sekian surat dari Bunda.

Ananda, cinta Bunda tak bertepi.

Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 30 September 2010_06:13
Bunda yang sangat mencintaimu,
Aisya Avicenna


*)Aisya Avicenna adalah nama pena dari Etika Suryandari, S.Si. Terlahir kembar pada tanggal 2 Februari 1987. Saat ini ia berprofesi sebagai statistisi di Kementerian Perdagangan RI. Senang membaca, menulis, mengisi training, mengoleksi buku, berpetualang, berkontemplasi, dan melakukan hal-hal yang menantang serta full inspirasi. Tulisannya pernah dimuat di www.penulislepas.com. Ia tergabung dalam Forum Lingkar Pena (FLP) Jakarta. Penulis yang berdomisili di Jalan Kebon Nanas Selatan No. 16 RT 006/RW 008, Cipinang, Cempedak Jatinegara, Jakarta Timur 13340 ini bisa dihubungi di emailnya : akhwat_visioner@yahoo.com, webblog : http://thickozone.blogspot.com, HP : 085647122037


NB : tulisan ini diikutkan dalam lomba “Surat untukmu Nak, dari Calon Ibumu”, dari sumber : http://azkamadihah.wordpress.com/2010/lomba-surat



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

Oktober


‎[O]ptimis, [K]uatkan smangat, [T]eguhkn tekad serta [O]ptimalkan diri dlm [B]erkarya & mnebar [E]nergi kbaikan utk mraih [R]idho-Nya

~tema Aisya Avicenna di bulan Oktober~



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

Permata yang Dicari



Di suatu sore, seorang anak datang kepada Ayahnya yang sedang membaca koran.
“Ayah, ayah” kata sang anak
“Ada apa?” tanya sang Ayah
“Aku capek, sangat capek. Aku capek karena aku belajar mati-matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan mencontek, aku mau mencontek saja! Aku capek, sangat capek. Aku capek karena harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek. Aku capek karena harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung, aku ingin jajan terus!
Aku capek karena harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati. Aku capek karena harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-temanku, sedangkan teman-temanku seenaknya saja bersikap kepada ku. Aku capek Ayah, aku capek menahan diri. Aku ingin seperti mereka. Mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka Ayah!” sang anak mulai menangis.

Kemudian sang Ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ”Anakku ayo ikut Ayah, Ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak. Kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang. Lalu sang anak pun mulai mengeluh ” Ayah mau kemana kita?? Aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. Badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah karena ada banyak ilalang… aku benci jalan ini Ayah” sang Ayah hanya diam.
Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah tempat yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu-kupu, bunga-bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang.
“Wwaaaah… tempat apa ini Ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang Ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Ayah, aku boleh berenang ya?”
“Iya.. airnya tidak dalam kok!”
Beberapa saat kemudian.
“Ayah, aku menemukan kerang berisi permata! Ini buat ibu ya yah!”
Sang ayah hanya tersenyum.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping Ayah” ujar sang Ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya setelah mengeringkan bajunya.
”Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu indah…”
”Tidak tahu Ayah, memangnya kenapa?”
”Itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tahu ada tempat yang indah di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”
“Ooh… berarti kita orang yang sabar ya Yah? Alhamdulillah”
“Nah, akhirnya kau mengerti”
”Mengerti apa? aku tidak mengerti”
”Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kejujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi. Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melewati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga, dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada tempat yang sangat indah. Bahkan kau berhasil menemukan permata. Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
”Tapi Ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
”Ayah tahu, oleh karena itu ada Ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat. Begitu pula hidup, ada Ayah dan Ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Tapi, ingatlah anakku… Ayah dan Ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri. Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri.. seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang. Maka kau tahu akhirnya kan?”
”Ya Ayah, aku tahu.. aku akan dapat surga yang lebih indah dari tempat ini. Sekarang aku mengerti. Terima kasih Ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar”
Sang Ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.
***
Untukmu yang beriman
Allah telah berjanji padamu
Allah akan menolongmu
Allah akan meneguhkan kedudukanmu
Jika kau menolong agamanya...
Sekalipun dengan setetes peluh penuh keikhlasan...
Bahkan air mata atau darah sekalipun!
Dan selemah-lemahnya adalah rintihan hati yang terdzolimi...
Rintihan, bukan umpatan atau rasa kekesalan..
Tapi untaian harapan dan keyakinan, bahwa Allah tak pernah menyiakan..
Sekalipun menjadi yang terasing...
Ya, terasing! Karena di awal kemunculannya, dien Islam ini juga dalam keadaan asing
Dan kelak akan kembali asing sebagaimana awal mulanya
Berjuanglah!
Tiket Syurga itu tak murah!
Mendapatkannya juga tak mudah!
Semoga setiap letih yang dikumpulkan karena-Nya, mampu membayar jaminan Syurga-Nya...
Semoga setiap amalan kita terbalaskan dengan ridho-Nya...
Dan harapan terbesar adalah semoga Allah ridho menjadikan kita penghuni jannah-Nya..
Aamiin Ya Rahman.. Aamiin Ya Rahiim.. Aamiin ya Rabbal 'alamiin...
Karena setiap kita inginkan yang TEPAT dan TERBAIK!!!!
***
“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Q.S. Muhammad:7)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka tetap istioqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni Al Jannah, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Al-Ahqaf: 13-14)

Jakarta, 23 September 2010_05:55
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya

Etika Menjadi Ibu


Hmm, judul di atas bermakna ganda ya? (Karena yang menulis ini kebetulan bernama Etika, ^^v). Tapi yang dimaksud bukan Etika yang menulis ini. Etika = Suluk = Akhlak… Yadahlah, mari disimak!

 
Selasa, 22 September 2010
Pagi ini, sebelum berangkat ke kantor, aku menyempatkan diri untuk melihat berita pagi ini. Aku terhenyak saat melihatsebuah berita! Dalam berita itu diceritakan bahwa ada seorang anak yang tinggal di daerah Sumatera Selatan, ia bernama Reno, baru berumur 2 tahun 3 bulan. Sekilas dari penampilannya, ia seperti anak kebanyakan. Dalam berita tersebut, wajah Reno ditutupi (disamarkan). Mengapa??? 

 
Saya beri tahu, tapi jangan kaget! Ternyata Reno kecil adalah seorang perokok berat! Dalam layar TV sekilas juga terlihat Reno sedang bermain sambil merokok. Astaghfirullah... Dalam sehari, ia bisa menghabiskan 32 batang! Bayangkan kawan!!!
Bagaimana sih orang tua Reno mendidik dan mengasuhnya? Kok bisa sampai separah itu? Pasti ada sesuatu yang tidak beres! Itulah pertanyaan yang terbersit dalam diri ini saat melihat berita itu? Dan sepertinya, memang ada yang tidak beres! Ibu dan ayahnya terkesan cuek! Bahkan hanya menjawab, sudah dibawa ke puskesmas tapi belum ada perubahan. Uhf... Astaghfirullah!!!


Berita itu pun berlalu. Diri ini juga harus segera beranjak pergi ke kantor. Seperti biasa, harus ada buku yang menjadi teman perjalanan. Akhirnya memutuskan untuk membawa buku “Etika Menjadi Ibu” yang sengaja dipilih di antara tumpukan buku yang belum sempat disampul dan diinventaris. Buku saku ini merupakan buku terjemahan dengan judul aslinya adalah “Sulukul Ukhtii Muslimah Kaummin”. Buku setebal 43 halaman ini ditulis olehShafa’ Jalal dan diterjemahkan oleh Nurul Mukhlisin Asyrafuddin, Lc, M.Ag. Buku bersampul pink dengan gambar bayangan seorang ibu yang menggandeng anak kecilnya ini diterbitkan oleh Laa Raiba Bima Amanta (elBa), Surabaya.


Buku ini menerangkan bahwa tanggung jawab seorang muslimah sebagai seorang ibu terhadap anak dimulai sejak belum menikah hingga anak menjadi dewasa. Tanggung jawab terhadap anak dimulai dengan memilihkan ayah yang shalih. Setelah seorang muslimah memilih suami yang sholeh, maka akan dihadapkan pada beberapa fase selanjutnya.


1. Fase kehamilan, pada fase ini mulailah ada tambahan tanggung jawab seorang muslimah terutama untuk menjaga kesehatan janin dalam rahimnya.


2. Fase melahirkan, pada fase ini kekuatan seorang muslimah akan sangat diuji. Tak hanya secara fisik, tapi juga mental. Berjuang melawan maut demi kelahiran sang buah hati. Berusahalah untuk meminta bantuan dokter atau bidan beranak yang bukan laki-laki. Cari yang wanita saja!


3. Fase setelah melahirkan, pada fase ini Allah dan Rasul-Nya telah memberikan beberapa petunjuk sebagai kewajiban awal bagi orang tua, di antaranya :
a. Adzan dan iqamah di telinga sang bayi
b. Tahnik (mengolesi langit mulut bayi) dengan kurma
c. Memberikan nama yang baik. Bila terjadi perbedaan antara ayah dan ibu dalam masalah nama, maka memilih nama termasuk tugas suami (ayah sang bayi)
d. Mencukur rambut kepalanya dan bersedekah dengan perak seukuran berat rambutnya
e. Khitan dan melubangi daun telinga (bagi wanita)
f. Mengaqiqahkannya
g. Menyusuinya dalam waktu dua tahun


4. Fase anak pertengahan, maksudnya saat buah hati kita memasuki masa kanak-kanak. Pada masa ini orang tua sangat berperan mendampingi anak dengan serius memberikan pendidikan bernilai syari’at kepada mereka. Caranya dengan mengajarkan kalimat “La Ilaaha Ilallah”, memberitahukan kepadanya tentang perkara halal dan haram, menyuruh anak untuk beribadah, mendidik mereka dengan adab Islami, mengajarkan mereka bermuamalah, membiasakan infaq, mengajari dzikir
5. Fase remaja, pada fase ini peran orang tua juga sangatlah penting karena pada fase ini kondisi fisik dan emosional anak memang tengah labil. Maka dari itu, jadilah teman bagi mereka. Jangan suka mendikte, tapi dengarkanlah mereka.
6. Fase dewasa, pada fase ini peran seorang ibu adalah turut memilihkan pendamping yang baik agamanya buat anak. Pendampingg yang sholeh/sholehah, multazimah (taat) dan beriman untuk menyempurnakan kehidupannya.


Nasihat-nasihat untuk muslimah :
1. Hiasi diri dengan kejujuran dalam perkataan, karena perkataan kita adalah teladan yang akan diikuti oleh anak-anak kita
2. Jadilah muslimah yang amanah, ikhlas, dan taat kepada Allah selalu
3. Jagalah jangan sampai bertengkar dengan suami di hadapan anak-anak
4. Tidak menghukum anak dengan pukulan yang melukai
5. Tidak memberikan hinaan dan makian di hadapan orang lain
Hmm, mari menjadi calon orang tua yang terbaik buat anak-anak kita!

Jakarta, 22 September 2010
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya

Bidadari Surga Terindah


Ia mutiara terindah dunia
Bunga terharum sepanjang masa
Ada cahaya di wajahnya
Betapa indah pesonanya
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya
Kelak, ia menjadi bidadari surga
Terindah dari yang ada
Ia adalah wanita shalehah
***
Pagi ini, sekitar pukul 05.00 aku teringat sebuah cerpen dari seorang sahabat yang kemarin dikirimkan ke emailku. Dia memintaku untuk mengkritik cerpen itu. Ada sebuah percakapan dalam cerpen itu yang paling aku suka.
“Ehhmmm…. Sudah waktunya aku memberikan hadiah kepada ibu. Tapi siapa wanita itu?” ucapku dalam hati.
“Siapapun wanita itu yang penting dia cinta sama Allah dan Nabi-Nya, baik akhlaknya, ra neko-neko”.
Dari percakapan di atas, terbersit sebuah harapan sederhana tapi sangat mulia dari seorang ibu yang mendambakan seorang wanita shalehah yang selayaknya menjadi pilihan terbaik bagi anaknya. Membicarakan tentang wanita shalehah, seringkali dihubungkan dengan bidadari.
Apa yang terbayangkan jika mendengar kata “bidadari”? Bidadari yang bermata jeli, yang sangat indah dan jelita. Percakapan antara Rasulullah Saw dan Ummu Salamah ra berikut akan memberikan gambaran tentang sifat-sifat bidadari yang bermata jeli.
Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam sebuah hadist, dari Ummu Salamah ra. dia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli’.”
Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau seperti sayap burung nasar.”
Saya berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, ‘Laksana mutiara yang tersimpan baik’.” (Q.S. Al-Waqi’ah : 23)
Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik’.” (Q.S.Ar-Rahman : 70)
Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita”
Saya berkata lagi, Jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik’.” (Q.S. Ash-Shaffat : 49)
Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Penuh cinta lagi sebaya umurnya’.” (Q.S. Al-Waqi’ah : 37)
Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, mengasihi dan umurnya sebaya.”
Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”
Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.”
Saya berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?”
Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.

Sungguh indah perkataan Rasulullah Saw yang menggambarkan tentang bidadari bermata jeli. Namun betapa lebih indah lagi di kala beliau mengatakan bahwa wanita dunia yang taat kepada Allah lebih utama dibandingkan seorang bidadari. Ya, bidadari saudariku.
Sungguh betapa mulianya seorang muslimah yang totalitas islamnya. Mereka yang senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya, senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Sungguh, betapa indah gambaran Allah kepada wanita shalehah, yang menjaga kehormatan diri dan suaminya. Yang tatkala cobaan dan ujian menimpa, hanya kesabaran dan keikhlasan yang ia tunjukkan. Di saat gemerlap dunia kian dahsyat menerpa, ia tetap teguh mempertahankan keimanannya.
Sebaik-baik perhiasan ialah wanita shalehah. Dan wanita shalehah adalah mereka yang menerapkan islam secara menyeluruh di dalam dirinya, sehingga kelak ia menjadi penyejuk mata bagi orang-orang di sekitarnya. Senantiasa merasakan kebaikan di manapun ia berada. Bahkan seorang “Aidh Al-Qarni menggambarkan wanita sebagai batu-batu indah seperti zamrud, berlian, intan, permata, dan sebagainya di dalam bukunya yang berjudul “Menjadi wanita paling bahagia”.
Subhanallah. Tak ada kemuliaan lain ketika Allah menyebutkan di dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34, bahwa wanita shalehah adalah yang tunduk kepada Allah dan menaati suaminya, yang sangat menjaga di saat ia tak hadir sebagaimana yang diajarkan oleh Allah.
Dan bidadari pun cemburu kepada mereka karena keimanan dan kemuliaannya. Bagaimana caranya agar menjadi wanita shalehah? Tentu saja dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Senantiasa meningkatkan kualitas diri dan menularkannya kepada orang lain. Wanita dunia yang shalehah kelak akan menjadi bidadari-bidadari surga yang begitu indah.
Duhai saudariku muslimah, maukah engkau menjadi wanita yang lebih utama dibanding bidadari? Allah meletakkan cahaya di atas wajahmu dan memuliakanmu di surge. Menjadikanmu bidadari-bidadari surga.
Maka, mari terus belajar dan meningkatkan kualitas diri, agar Allah ridha!
Referensi : http://multazimah.blogsome.com (dengan beberapa perubahan)
***
Jakarta, 16 September 2010
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya

Plan and Action



Plan and action to be a good muslimah, honest statistician, inspirative writer, great trainer, and brave adventurer!!!

~”Plan to be” is the way to plan what we have to action~



Tulisan ini diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya

Meminang Sang Pangeran


Aku tahu, aku hanya seorang wanita yang tugasnya menunggu sang pangeran dalam penantian.

Kata mereka, kau yang berhak memilih dan kami, perempuan, hanya bisa menolak atau menerima lamaran.

Tapi, bolehkah kali ini aku yang memilih? Memintamu untuk menjadi yang terindah di hatiku? Kau tinggal bilang ya, atau tidak. mudah kan?

Ah, mungkin benar, dunia sudah terbalik atau bisa juga ini hanya rasa khawatirku takut kalau Allah tidak menyisakan satu mujahid-Nya untukku!

Hahaha…dasar aneh! Bukankah Allah sudah berfirman bahwa Dia menciptakan makhlukNya dengan berpasang-pasangan?

Tapi, aku juga ingin tahu rasanya berbunga ketika lamaranku diterima atau kecewa saat pinanganku ditolak mungkin dengan begitu, aku bisa berbagi dengan kaumku bagaimana sih sakitnya ditolak? Agar para akhwat tak gampang mengucap kata “tidak” dengan alasan yang sengaja dibuat-buat : masih ingin melanjutkan studilah belum cukup umurlah belum siap mentallah kurang cocoklah! dan entah apa lagi…

Tapi, bagaimana cara meminangmu ya? Apa aku harus mengajukan proposal lebih dulu? Atau langsung datang ke istanamu dan memohon agar kau sudi menerimaku menjadi permaisurimu? itukah yang kau mau?

“Huh, dasar tidak tahu malu!” tiba-tiba terdengar teriakan dari jauh “Wahai akhwat, DI MANA IZZAHMU?”

IZZAH? kalian bertanya tentang IZZAH?Apakah izzah ada pada diri seorang akhwat yang malu mengungkap perasaannya kemudian memendam cinta dan mengotori hati dengan terus memikirkannya?

Apakah izzah ada pada diri seorang akhwat yang menyuburkan virus cinta di hatinya dan membaginya pada semua ikhwan yang dikaguminya dalam masa penantiannya?

Apakah izzah ada pada diri seorang akhwat yang menanti sang pangeran, namun ketika ia datang si akhwat menolak dengan alasan tidak jelas?

Di sanakah izzah bersemayam?

Ataukah izzah ada pada diri seorang Khadijah yang berterus terang meminta Muhammad untuk menjadi nakhoda dalam bahtera cintanya?

Ataukah izzah ada pada diri para bidadari yang berebut ingin melayani Zulebid yang rela meninggalkan istri tercinta di hari pertama pernikahannya demi meraih syahid?

Sungguh, kisah cinta yang agung dan suci bukan cintacinta picisan yang ingin diraih tapi jauh lebih tinggi! cinta di atas segala cinta yang tak kan habis cintaNya, Allah!

Di sana ada kejujuran, keterbukaan, kepercayaan, ketulusan, keimanan, dan ketaqwaan berbeda dari kisah Romeo dan Juliet atau Layla dan Majnun yang berakhir tragis dengan mati membawa cinta tak sampai... malang nian!

mungkin iya, aku tak seberani Bunda Khadijah aku pun bukan bidadari yang tak dianugerahi rasa malu karena ia memang diciptakan dan ditugaskan untuk melayanimu

Tapi, jika aku boleh memilih izinkan aku meminangmu sebagai kekasih bukan untuk saat ini karena mungkin waktuku tak cukup untuk menanti

tapi, nanti…

Setelah kumati…

~sebuah catatan yang bertengger manis di folder "inspirasi" dalam file lamaku~

**

SEBUAH PERENUNGAN

**

pengin buat buku tentang tema di atas, tapi masih bingung cari kontributor!

hmm.... siapa ya yang sudah berpengalaman atau punya ilmunya???

bisa dibagi dengan saya..

Yang sedang merenung dan mencari inspirasi,

Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya

Rabithah Cinta


H-1 menjelang keberangkatan ke Jakarta, aku menyempatkan untuk menyelesaikan membaca novel karya Mbak Afifah Afra yang berjudul Rabithah Cinta. Berikut ini review-nya.
So inspiring!!!


***
Judul : Rabithah Cinta
Penulis: Afifah Afra
Penerbit : Mizan
Tanggal terbit : November - 2008
Jumlah Halaman : 336


Bagi penggemar novel dengan alur mendebarkan dan sesekali menyesakkan dada dengan haru maka Rabithah Cinta adalah jawabnya. Syakilla, seorang akhwat yang mendambakan suami seperti seorang petani [kenapa? baca aja!]. Akhirnya ia menikah dengan Riyan, seorang dokter [kenapa bukan petani? Makanya, baca!!]. Riyan punya cita-cita mulia, menanam pahala di bumi Papua. Syakilla yang lagi bersinar di karirnya enggan menuruti permintaan suaminya, tapi setelah sekian lama akhirnya mau juga berangkat ke Papua.


Bagaimana rasanya hidup di daerah asing dan terpencil yang segala sesuatunya serba terbatas? Itulah yang dialami Syakilla, muslimah yang harus memendam semua impiannya saat harus mengikuti suami tercinta dinas ke Papua. Syakilla harus rela mengabdikan hidup dan cintanya di pedalaman Papua. Hari-hari awal dilalui tetap dengan bahagia hingga suatu ketika ada badai yang datang melanda biduk rumah tangganya.


Napas cinta Syakilla serasa tercekat ketika Riyan yang sedang bertugas tiba-tiba disandera gerombolan pemberontak RI yakni Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dalam penyanderaannya, Riyan sempat bertemu dengan seorang wanita yang ternyata menaruh hati padanya, bahkan membuatnya kagum karena berani menyatakan keislamannya di hadapan Riyan. Cintanya pun diuji.


Syakilla tak menyerah. Ia menanti dalam doa dan kesabaran yang luar biasa. Bagi Syakilla, penantian merupakan bagian dari kesabaran, bukti dari ketulusan dan kesetiaan. Semua itu demi cintanya kepada sang kekasih, Mas Riyan, suami tercinta. Ia ingin membuktikan ketulusan hatinya terhadap suami tercinta bahwa apapun yang terjadi ia tetap akan menanti rabithah cintanya itu.


Kegalauan hatinya bertambah ketika di tengah penantian panjang itu seorang dokter lainnya dikirim pula ke tempat ia berada menggantikan sang suami yang belum juga ada kabarnya. Ia tak berdiam diri dan yakin bahwa suaminya masih hidup. Segala ikhtiar ditempuhnya untuk memastikan sang suami masih hidup. Lama ia menanti hingga akhirnya dokter pengganti itu datang yang tak lain adalah Andrean, mantan kekasihnya pada masa silam.


Bagaimana ujung dari penantian Syakilla?
Bagaimana nasib Riyan?
Hmm, baca aja ya!!!
***
Jakarta, 16 September 2010
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya

KYDEN : MY LOVELY FAMILY



KYDEN mengucapkan: SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431 H.

SPIRIT KYDEN : "MERAH MARUN"!!

"[M]enuntun k[E] a[RAH] [M]ata [A]ngin bahagia: sebuah metamo[R]fosa kehid[U]pa[N]"



Tulisan ini diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya