
Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Mujahidku, selamat pagi! Apa kabarmu di sana?
Semoga jutaan nikmat yang kau terima pagi ini, kau balas dengan syukurmu yang tak terkira. Begitupun aku yang ada di sini.
Semoga Allah senantiasa memberikan barokah-Nya dalam setiap keadaan kita ya!
Mujahidku...
Di tengah pagi yang masih sepi ini,aku hanya ingin berbagi rasa.
Rasa? Ya, rasa rindu. Aku tengah merindukan takdir kita.
Aku tengah merindukan sebuah pertemuan denganmu.
Entah kapan, hanya Dia yang Maha Tahu.
Aku hanya berharap, semoga Allah senantiasa menjagamu, menjaga kita.
Melindungi kita agar tetap berada di jalan-Nya dalam menjemput ridho-Nya
Aku selalu yakin akan skenario-Nya
Bahwa Dia akan memberiku yang terbaik, salah satunya dirimu!
Mujahidku...
Aku berdoa semoga Allah senantiasa meneguhkanmu dalam keistiqomahan
Menyelamatkanmu dari fitnah dunia
Memudahkan setiap aktivitas dakwahmu
Meskipun aku tak tahu engkau sekarang berada di mana
Sungguh, aku hanya meminta Allah meridhoi apa yang kita lakukan..
Mujahidku..
Sungguh aku tak ingin berspekulasi tentangmu!
Aku memang punya kriteria
Sholeh, bertanggung jawab, dan visioner
Satu lagi... penulis!
Hmm, moga tidak terlalu berlebihan
Toh, itu bukan kriteria mutlak!
Aku memang menginginkanmu seperti itu
Tapi, Allah Maha Tahu yang aku butuhkan
Mujahidku...
Tepat sebelum membuat tulisan ini
Aku pernah membuat surat untuk calon anak kita
Mmm, dibaca saja ya!
Surat itu sedikit memberi gambaran tentang impianku kelak
Bersamamu!
Bersama anak-anak kita!
Mujahidku...
Entah kau di mana
Jujur ingin aku katakan
Aku mencintaimu sebelum mata ini memandang
Aku mengagumimu sebelum telinga ini mendengar
Sebelum hal-hal fisik lainnya merusak ketulusanku atas siapapun kau!
Aku ingin menjaga cinta ini dengan begitu sederhana!
Mujahidku...
Dalam sujud-sujud panjangku, aku meminta kepada Pemilik kita
Aku kucurkan doa agar aku layak menjadi pendampingmu
Siapapun kau, dimanapun kau berada...
Mujahidku...
Sungguh aku hanya ingin menjaga diriku
Aku ingin terus memperbaiki diri ini
Membangun komunikasi yang baik dengan orang tuaku
Agar restu mereka juga terlimpah pada kita
Hingga suatu saat nanti...
Jika Allah berkehendak mempertemukan kita
Aku telah siap mendampingimu
Kita akan berjuang bersama menapaki jalan-Nya
Mujahidku..
Engkau adalah pangeran kunci surgaku
Jika Allah berkenan menjadikanku pendampingmu
Bimbinglah aku untuk terus mendekat pada-Nya
Karena kau adalah imamku
Mujahidku...
Biarkan saat ini kesabaran yang menjadi temanku
Mengisi hari-hari ini sebelum akhirnya kita bertemu
Semoga Allah meridhoi penantian kita
Selamat berjuang, mujahidku!
Doaku selalu menyertaimu...
Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 6 Oktober 2010_05:48
Untuk seseorang yang telah dijanjikan-Nya untukku...
Aisya Avicenna
Backsound : Dans – Penantian ^^v
Penantian adalah suatu ujian
Tetapkanlah ku selalu dalam harapan
Karena keimanan tak hanya diucapkan
Adalah ketabahan menghadapi cobaan….
Sabarkanlahku menanti pasangan hati
Tulus kan kusambut sepenuh jiwa ini
Di dalam asa diri menjemput berkah-Mu
Tibalah izin-Mu atas harapan ini….
Rabbi teguhkanlah ku di penantian ini
Berikanlah cahaya terang-Mu selalu
Rabbi doa dan upaya hamba-Mu ini
Hanyalah bersandar semata kepada-Mu
Tulisan ini
diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat pagi Ananda tersayang.
Selamat berjumpa lagi dengan hari yang baru.
Selamat merangkai karya dengan senantiasa meluruskan niat untuk Allah semata.
Semoga
Ananda senantiasa menjadi pribadi yang pandai bersyukur agar kenikmatan
dan karunia-Nya senantiasa berlimpah. Semoga Ananda menjadi umat
tersayang dari Baginda Rasulullah Saw yang syafa'atnya turut pula
dihadiahkan kepada kita sebagai umatnya. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
Ananda
tersayang, ini surat Bunda yang pertama untuk Ananda. Maafkan Bunda ya,
bukan berarti Bunda tak mau menyempatkan waktu barang sejenak untuk
menuliskannya, tapi memang terasa sulit untuk mengungkapkan isi hati
Bunda lewat kata-kata. Rangkaian kata ini belum cukup mewakili cinta
Bunda pada Ananda. Rangkaian kata ini belum mampu menggambarkan apa yang
membuncah di hati Bunda.
Ananda tercinta, kehadiran Ananda
menjadikan hidup Bunda semakin diliputi perasaan bahagia. Menjadi ibu
adalah karunia dari-Nya yang begitu luar biasa. Membuat hidup Bunda
terasa lengkap karena kehadiran Ananda di tengah keluarga kita. Ya,
keluarga kita yang insya Allah penuh dengan kebahagiaan. Sakinah,
mawadah, warahmah. Bunda bangga karena mempunyai gelar baru sebagai
seorang ibu. Alhamdulillah, senangnya hati Bunda. Panggil ibumu ini
dengan sebutan “Bunda” ya.
Ananda belum mengenal Bunda ya?
Izinkan Bunda memperkenalkan diri dulu ya. Biar Ananda makin sayang
dengan Bunda. Etika Suryandari, itulah nama Bunda yang diberikan oleh
ayah Bunda, kakek Ananda tercinta. Bunda diberi nama "Etika" karena
Bunda diharapkan dapat menjadi orang yang berakhlak baik (beretika),
"Surya" berarti matahari. Bunda diharapkan menjadi pribadi yang
bermanfaat untuk banyak orang layaknya matahari yang banyak menebarkan
manfaat pada semua makhluk. Dan "ndari" berasal dari bahasa Jawa
"ndadari" yang berarti bersinar terang. Bunda diharapkan menjadi cahaya
bagi sekitar, mampu memberi inspirasi pada orang lain. Nama ini adalah
tanggung jawab, Anandaku sayang. Semoga Bunda dapat menjadi seperti apa
yang diharapkan ibu dan ayah Bunda. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
Oh ya,
Bunda sekarang beraktivitas sebagai calon Statistisi di Kementerian
Perdagangan Jakarta. Statistisi? Pasti Ananda belum tahu ya maksudnya.
Statistisi adalah orang yang pekerjaannya berhubungan dengan data.
Banyak berhubungan dengan Matematika juga. Ya, karena Bunda sarjana
Matematika, Sayang. Bunda berharap kelak Ananda juga menyukai pelajaran
Matematika karena kebanyakan anak-anak tidak menyukai pelajaran ini.
Bunda akan membimbing dan mengajari Ananda dengan sepenuh hati! Kita
akan belajar bersama ya Sayang. Meski Bunda bekerja di kantor, Bunda
berjanji tetap akan memprioritaskan urusan keluarga karena Bunda ingin
selalu memberikan yang terbaik pada keluarga.
Selain beraktivitas di
kantor, kini Bunda juga aktif di Forum Lingkar Pena (FLP) Jakarta. Di
komunitas inilah Bunda belajar banyak untuk menjadi seorang penulis.
Hmm, Bunda memang memiliki impian untuk menjadi penulis, Ananda sayang.
Bahkan Bunda memiliki impian untuk menjadikan keluarga kita adalah
keluarga penulis. Suatu saat nanti, Bunda ingin bisa melahirkan karya
kita bersama. Sebuah buku karya Bunda, Ayah, dan juga Ananda.
Subhanallah, alangkah bahagianya jika mimpi itu benar-benar terealisasi.
Semoga saja Allah memberi kemudahan ya Sayang... aamiin..
Saat Bunda
menulis surat ini, Ananda memang belum lahir. Bunda bahkan belum
bertemu Ayah. Bunda akan terus berusaha melakukan yang terbaik untuk
Ananda dengan memilih Ayah yang sholeh, yang bisa menjadi imam kita
kelak. Sudah tertanam dalam diri Bunda bahwa pernikahan Bunda dengan
Ayah nanti bervisi untuk mewujudkan pernikahan sebagai penyempurna agama
yang bukan sekedar untuk mencari bahagia, tapi menuai keberkahan di
dunia dan akhirat, bersama menuju surga-Nya. Ya, kita akan berjuang
bersama menuju surga-Nya. Al-Firdaus, surga tertinggi dambaan setiap
muslim sejati. Ananda adalah kunci surga bagi Bunda. Maka, Bunda akan
terus menjaga kunci itu sebaik-baiknya.
Sebuah konsep keluarga
SMART akan Bunda bangun bersama Ayah Ananda kelak. Semoga kami bisa
membimbing Ananda menjadi mujahid-mujahidah tangguh kebanggaan dien ini,
Islam yang mulia. Ananda ingin tau apa itu keluarga SMART? Inilah
keluarga impian Bunda yang kelak akan Bunda wujudkan bersama Ananda dan
bersama Ayah tentunya.
S : Sakinah, mawadah, warahmah
M : Mengorientasikan semua aktivitas untuk mencari ridho Allah Swt yang dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah Saw
A : Al Qur’an dan Al Hadist sebagai pedoman utama
R : Rumah tangga yang menjadi surga dunia serta sebagai markas dakwah dan tarbiyah.
T : Tanggung jawab dalam menjaga keluarga (buka Q.S. At-Tahrim : 6 ya!)
Ananda tersayang, mari kita wujudkan bersama impian besar ini ya...
Menjadi
seorang ibu memang tak mudah. Tapi Bunda akan terus melakukan yang
terbaik untuk Ananda. Karena Ananda adalah amanah dari-Nya. Amanah yang
luar biasa. Bunda akan membimbing Ananda menjadi generasi Qur’ani,
generasi yang cinta Al-Qur’an. Mari membaca Al Qur'an dengan tartil,
memahami artinya, menghafalnya, dan saling mengingatkan dengan
mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga di suatu masa
nanti saat Bunda menghadap-Nya, Bunda akan memakai mahkota berkilauan.
Ya, itu hadiah dari Ananda pada Bunda sebagai seorang anak yang cinta
Al-Qur’an.
Ananda tercinta, jadilah cahaya bagi Bunda. Pilihlah
kata terbaik, pilihlah sikap terpuji saat berinteraksi dengan Bunda dan
yang lainnya. Karena dengan begitu, Bunda akan semakin bahagia dan
bangga pada Ananda. Karena Bunda inginkan anak-anak Bunda adalah
anak-anak yang sholeh dan sholehah. Surga berada di telapak kaki Ibu.
Semoga Allah Swt juga berkenan meletakkan surga-Nya pada diri Bunda.
Bunda ingin menjadi ibu terbaik untuk Ananda kelak.
Ananda
terkasih, Bunda menyadari bahwa Ananda hanyalah titipan. Ananda bukan
milik Bunda. Ananda juga bukan milik Ayah. Tapi, Ananda milik Allah Swt.
Bunda tidak akan menuntut balas budi Ananda atas pengorbanan Bunda yang
telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan merawat Ananda. Bunda hanya
ingin Ananda berbakti sepenuhnya pada Allah Swt. Menjadi hamba-Nya yang
beriman dan beramal sholeh.
Tak terasa, bagaskara kian meninggi.
Sudah saatnya Bunda mempersiapkan diri untuk merangkai karya. Bunda
akan mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk mencukupi kebutuhan Ananda
kelak. Doakan Bunda ya, semoga setiap rezeki yang Bunda terima adalah
rezeki yang halal dan penuh kebarokahan dari Allah Swt karena Bunda
selalu inginkan yang terbaik untuk Ananda.. Sudah dulu ya, sekian surat
dari Bunda.
Ananda, cinta Bunda tak bertepi.
Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 30 September 2010_06:13
Bunda yang sangat mencintaimu,
Aisya Avicenna
*)Aisya
Avicenna adalah nama pena dari Etika Suryandari, S.Si. Terlahir kembar
pada tanggal 2 Februari 1987. Saat ini ia berprofesi sebagai statistisi
di Kementerian Perdagangan RI. Senang membaca, menulis, mengisi
training, mengoleksi buku, berpetualang, berkontemplasi, dan melakukan
hal-hal yang menantang serta full inspirasi. Tulisannya pernah dimuat di
www.penulislepas.com. Ia tergabung dalam Forum Lingkar Pena (FLP)
Jakarta. Penulis yang berdomisili di Jalan Kebon Nanas Selatan No. 16 RT
006/RW 008, Cipinang, Cempedak Jatinegara, Jakarta Timur 13340 ini bisa
dihubungi di emailnya : akhwat_visioner@yahoo.com, webblog :
http://thickozone.blogspot.com, HP : 085647122037
NB :
tulisan ini diikutkan dalam lomba “Surat untukmu Nak, dari Calon Ibumu”,
dari sumber : http://azkamadihah.wordpress.com/2010/lomba-surat
Tulisan ini
diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

[O]ptimis,
[K]uatkan smangat, [T]eguhkn tekad serta [O]ptimalkan diri dlm
[B]erkarya & mnebar [E]nergi kbaikan utk mraih [R]idho-Nya
~tema Aisya Avicenna di bulan Oktober~
Tulisan ini
diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya

Di suatu sore, seorang anak datang kepada Ayahnya yang sedang membaca koran.
“Ayah, ayah” kata sang anak
“Ada apa?” tanya sang Ayah
“Aku
capek, sangat capek. Aku capek karena aku belajar mati-matian untuk
mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan
mencontek, aku mau mencontek saja! Aku capek, sangat capek. Aku capek
karena harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya
pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek.
Aku capek karena harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa
harus menabung, aku ingin jajan terus!
Aku
capek karena harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku
enak saja berbicara sampai aku sakit hati. Aku capek karena harus
menjaga sikapku untuk menghormati teman-temanku, sedangkan teman-temanku
seenaknya saja bersikap kepada ku. Aku capek Ayah, aku capek menahan
diri. Aku ingin seperti mereka. Mereka terlihat senang, aku ingin
bersikap seperti mereka Ayah!” sang anak mulai menangis.
Kemudian
sang Ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata
”Anakku ayo ikut Ayah, Ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu
sang ayah menarik tangan sang anak. Kemudian mereka menyusuri sebuah
jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang.
Lalu sang anak pun mulai mengeluh ” Ayah mau kemana kita?? Aku tidak
suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk
duri. Badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah karena ada
banyak ilalang… aku benci jalan ini Ayah” sang Ayah hanya diam.
Sampai
akhirnya mereka sampai pada sebuah tempat yang sangat indah, airnya
sangat segar, ada banyak kupu-kupu, bunga-bunga yang cantik, dan
pepohonan yang rindang.
“Wwaaaah… tempat apa ini Ayah? aku suka! aku
suka tempat ini!” sang Ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon
yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Ayah, aku boleh berenang ya?”
“Iya.. airnya tidak dalam kok!”
Beberapa saat kemudian.
“Ayah, aku menemukan kerang berisi permata! Ini buat ibu ya yah!”
Sang ayah hanya tersenyum.
“Kemarilah
anakku, ayo duduk di samping Ayah” ujar sang Ayah, lalu sang anak pun
ikut duduk di samping ayahnya setelah mengeringkan bajunya.
”Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu indah…”
”Tidak tahu Ayah, memangnya kenapa?”
”Itu
karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal
mereka tahu ada tempat yang indah di sini, tetapi mereka tidak bisa
bersabar dalam menyusuri jalan itu”
“Ooh… berarti kita orang yang sabar ya Yah? Alhamdulillah”
“Nah, akhirnya kau mengerti”
”Mengerti apa? aku tidak mengerti”
”Anakku,
butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik,
butuh kesabaran dalam kejujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan
agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi. Bukankah kau
harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur
mengotori sepatumu, kau harus sabar melewati ilalang dan kau pun harus
sabar saat dikelilingi serangga, dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada
tempat yang sangat indah. Bahkan kau berhasil menemukan permata.
Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapat
apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
”Tapi Ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
”Ayah
tahu, oleh karena itu ada Ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap
kuat. Begitu pula hidup, ada Ayah dan Ibu yang akan terus berada di
sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Tapi, ingatlah
anakku… Ayah dan Ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh,
suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri. Maka jangan pernah kau
gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri.. seorang
pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu
ada Allah di sampingnya. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan
menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang.
Maka kau tahu akhirnya kan?”
”Ya Ayah, aku tahu.. aku akan dapat
surga yang lebih indah dari tempat ini. Sekarang aku mengerti. Terima
kasih Ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar”
Sang Ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.
***
Untukmu yang beriman
Allah telah berjanji padamu
Allah akan menolongmu
Allah akan meneguhkan kedudukanmu
Jika kau menolong agamanya...
Sekalipun dengan setetes peluh penuh keikhlasan...
Bahkan air mata atau darah sekalipun!
Dan selemah-lemahnya adalah rintihan hati yang terdzolimi...
Rintihan, bukan umpatan atau rasa kekesalan..
Tapi untaian harapan dan keyakinan, bahwa Allah tak pernah menyiakan..
Sekalipun menjadi yang terasing...
Ya, terasing! Karena di awal kemunculannya, dien Islam ini juga dalam keadaan asing
Dan kelak akan kembali asing sebagaimana awal mulanya
Berjuanglah!
Tiket Syurga itu tak murah!
Mendapatkannya juga tak mudah!
Semoga setiap letih yang dikumpulkan karena-Nya, mampu membayar jaminan Syurga-Nya...
Semoga setiap amalan kita terbalaskan dengan ridho-Nya...
Dan harapan terbesar adalah semoga Allah ridho menjadikan kita penghuni jannah-Nya..
Aamiin Ya Rahman.. Aamiin Ya Rahiim.. Aamiin ya Rabbal 'alamiin...
Karena setiap kita inginkan yang TEPAT dan TERBAIK!!!!
***
“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Q.S. Muhammad:7)
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan : Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka
tetap istioqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka
tiada pula berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni Al Jannah,
mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka
kerjakan.” (Q.S. Al-Ahqaf: 13-14)
Jakarta, 23 September 2010_05:55
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya

Hmm,
judul di atas bermakna ganda ya? (Karena yang menulis ini kebetulan
bernama Etika, ^^v). Tapi yang dimaksud bukan Etika yang menulis ini.
Etika = Suluk = Akhlak… Yadahlah, mari disimak!
Selasa, 22 September 2010
Pagi
ini, sebelum berangkat ke kantor, aku menyempatkan diri untuk melihat
berita pagi ini. Aku terhenyak saat melihatsebuah berita! Dalam berita
itu diceritakan bahwa ada seorang anak yang tinggal di daerah Sumatera
Selatan, ia bernama Reno, baru berumur 2 tahun 3 bulan. Sekilas dari
penampilannya, ia seperti anak kebanyakan. Dalam berita tersebut, wajah
Reno ditutupi (disamarkan). Mengapa???
Saya
beri tahu, tapi jangan kaget! Ternyata Reno kecil adalah seorang perokok
berat! Dalam layar TV sekilas juga terlihat Reno sedang bermain sambil
merokok. Astaghfirullah... Dalam sehari, ia bisa menghabiskan 32 batang!
Bayangkan kawan!!!
Bagaimana sih orang tua Reno mendidik dan
mengasuhnya? Kok bisa sampai separah itu? Pasti ada sesuatu yang tidak
beres! Itulah pertanyaan yang terbersit dalam diri ini saat melihat
berita itu? Dan sepertinya, memang ada yang tidak beres! Ibu dan ayahnya
terkesan cuek! Bahkan hanya menjawab, sudah dibawa ke puskesmas tapi
belum ada perubahan. Uhf... Astaghfirullah!!!
Berita itu pun berlalu.
Diri ini juga harus segera beranjak pergi ke kantor. Seperti biasa,
harus ada buku yang menjadi teman perjalanan. Akhirnya memutuskan untuk
membawa buku “Etika Menjadi Ibu”
yang sengaja dipilih di antara tumpukan buku yang belum sempat disampul
dan diinventaris. Buku saku ini merupakan buku terjemahan dengan judul
aslinya adalah “Sulukul Ukhtii Muslimah Kaummin”.
Buku setebal 43 halaman ini ditulis olehShafa’ Jalal dan diterjemahkan
oleh Nurul Mukhlisin Asyrafuddin, Lc, M.Ag. Buku bersampul pink dengan
gambar bayangan seorang ibu yang menggandeng anak kecilnya ini
diterbitkan oleh Laa Raiba Bima Amanta (elBa), Surabaya.
Buku ini
menerangkan bahwa tanggung jawab seorang muslimah sebagai seorang ibu
terhadap anak dimulai sejak belum menikah hingga anak menjadi dewasa.
Tanggung jawab terhadap anak dimulai dengan memilihkan ayah yang shalih.
Setelah seorang muslimah memilih suami yang sholeh, maka akan
dihadapkan pada beberapa fase selanjutnya.
1. Fase kehamilan, pada
fase ini mulailah ada tambahan tanggung jawab seorang muslimah terutama
untuk menjaga kesehatan janin dalam rahimnya.
2. Fase melahirkan,
pada fase ini kekuatan seorang muslimah akan sangat diuji. Tak hanya
secara fisik, tapi juga mental. Berjuang melawan maut demi kelahiran
sang buah hati. Berusahalah untuk meminta bantuan dokter atau bidan
beranak yang bukan laki-laki. Cari yang wanita saja!
3. Fase setelah
melahirkan, pada fase ini Allah dan Rasul-Nya telah memberikan beberapa
petunjuk sebagai kewajiban awal bagi orang tua, di antaranya :
a. Adzan dan iqamah di telinga sang bayi
b. Tahnik (mengolesi langit mulut bayi) dengan kurma
c.
Memberikan nama yang baik. Bila terjadi perbedaan antara ayah dan ibu
dalam masalah nama, maka memilih nama termasuk tugas suami (ayah sang
bayi)
d. Mencukur rambut kepalanya dan bersedekah dengan perak seukuran berat rambutnya
e. Khitan dan melubangi daun telinga (bagi wanita)
f. Mengaqiqahkannya
g. Menyusuinya dalam waktu dua tahun
4.
Fase anak pertengahan, maksudnya saat buah hati kita memasuki masa
kanak-kanak. Pada masa ini orang tua sangat berperan mendampingi anak
dengan serius memberikan pendidikan bernilai syari’at kepada mereka.
Caranya dengan mengajarkan kalimat “La Ilaaha Ilallah”, memberitahukan
kepadanya tentang perkara halal dan haram, menyuruh anak untuk
beribadah, mendidik mereka dengan adab Islami, mengajarkan mereka
bermuamalah, membiasakan infaq, mengajari dzikir
5. Fase remaja, pada
fase ini peran orang tua juga sangatlah penting karena pada fase ini
kondisi fisik dan emosional anak memang tengah labil. Maka dari itu,
jadilah teman bagi mereka. Jangan suka mendikte, tapi dengarkanlah
mereka.
6. Fase dewasa, pada fase ini peran seorang ibu adalah turut
memilihkan pendamping yang baik agamanya buat anak. Pendampingg yang
sholeh/sholehah, multazimah (taat) dan beriman untuk menyempurnakan
kehidupannya.
Nasihat-nasihat untuk muslimah :
1. Hiasi diri dengan kejujuran dalam perkataan, karena perkataan kita adalah teladan yang akan diikuti oleh anak-anak kita
2. Jadilah muslimah yang amanah, ikhlas, dan taat kepada Allah selalu
3. Jagalah jangan sampai bertengkar dengan suami di hadapan anak-anak
4. Tidak menghukum anak dengan pukulan yang melukai
5. Tidak memberikan hinaan dan makian di hadapan orang lain
Hmm, mari menjadi calon orang tua yang terbaik buat anak-anak kita!
Jakarta, 22 September 2010
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya

Ia mutiara terindah dunia
Bunga terharum sepanjang masa
Ada cahaya di wajahnya
Betapa indah pesonanya
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya
Kelak, ia menjadi bidadari surga
Terindah dari yang ada
Ia adalah wanita shalehah
***
Pagi
ini, sekitar pukul 05.00 aku teringat sebuah cerpen dari seorang
sahabat yang kemarin dikirimkan ke emailku. Dia memintaku untuk
mengkritik cerpen itu. Ada sebuah percakapan dalam cerpen itu yang
paling aku suka.
“Ehhmmm…. Sudah waktunya aku memberikan hadiah kepada ibu. Tapi siapa wanita itu?” ucapku dalam hati.
“Siapapun wanita itu yang penting dia cinta sama Allah dan Nabi-Nya, baik akhlaknya, ra neko-neko”.
Dari
percakapan di atas, terbersit sebuah harapan sederhana tapi sangat
mulia dari seorang ibu yang mendambakan seorang wanita shalehah yang
selayaknya menjadi pilihan terbaik bagi anaknya. Membicarakan tentang
wanita shalehah, seringkali dihubungkan dengan bidadari.
Apa yang
terbayangkan jika mendengar kata “bidadari”? Bidadari yang bermata jeli,
yang sangat indah dan jelita. Percakapan antara Rasulullah Saw dan Ummu
Salamah ra berikut akan memberikan gambaran tentang sifat-sifat
bidadari yang bermata jeli.
Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam
sebuah hadist, dari Ummu Salamah ra. dia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai
Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari
yang bermata jeli’.”
Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau seperti sayap burung nasar.”
Saya berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, ‘Laksana mutiara yang tersimpan baik’.” (Q.S. Al-Waqi’ah : 23)
Beliau
menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman
lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”Saya berkata lagi, “Wahai
Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Di dalam surga-surga itu
ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik’.”
(Q.S.Ar-Rahman : 70)
Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita”
Saya
berkata lagi, Jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Seakan-akan mereka
adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik’.” (Q.S.
Ash-Shaffat : 49)
Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan
kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian
luar, atau yang biasa disebut putih telur.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Penuh cinta lagi sebaya umurnya’.” (Q.S. Al-Waqi’ah : 37)
Beliau
menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada
usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan
Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai
wanita-wanita gadis, penuh cinta, mengasihi dan umurnya sebaya.”
Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Beliau
menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari
yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang
tidak tampak.”
Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau
menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah.
Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain
sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya
kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas.
Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan
tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama
sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali.
Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.”
Saya
berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah
menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia
masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara
laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?”
Beliau menjawab,
“Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih
siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata,
‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya
tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’. Wahai
Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan,
dunia dan akhirat.
Sungguh indah perkataan Rasulullah Saw yang
menggambarkan tentang bidadari bermata jeli. Namun betapa lebih indah
lagi di kala beliau mengatakan bahwa wanita dunia yang taat kepada Allah
lebih utama dibandingkan seorang bidadari. Ya, bidadari saudariku.
Sungguh
betapa mulianya seorang muslimah yang totalitas islamnya. Mereka yang
senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya, senantiasa menjaga keimanan dan
ketaqwaannya kepada Allah. Sungguh, betapa indah gambaran Allah kepada
wanita shalehah, yang menjaga kehormatan diri dan suaminya. Yang tatkala
cobaan dan ujian menimpa, hanya kesabaran dan keikhlasan yang ia
tunjukkan. Di saat gemerlap dunia kian dahsyat menerpa, ia tetap teguh
mempertahankan keimanannya.
Sebaik-baik perhiasan ialah wanita
shalehah. Dan wanita shalehah adalah mereka yang menerapkan islam secara
menyeluruh di dalam dirinya, sehingga kelak ia menjadi penyejuk mata
bagi orang-orang di sekitarnya. Senantiasa merasakan kebaikan di manapun
ia berada. Bahkan seorang “Aidh Al-Qarni menggambarkan wanita sebagai
batu-batu indah seperti zamrud, berlian, intan, permata, dan sebagainya
di dalam bukunya yang berjudul “Menjadi wanita paling bahagia”.
Subhanallah.
Tak ada kemuliaan lain ketika Allah menyebutkan di dalam Al-Qur’an
surat An-Nisa ayat 34, bahwa wanita shalehah adalah yang tunduk kepada
Allah dan menaati suaminya, yang sangat menjaga di saat ia tak hadir
sebagaimana yang diajarkan oleh Allah.
Dan bidadari pun cemburu
kepada mereka karena keimanan dan kemuliaannya. Bagaimana caranya agar
menjadi wanita shalehah? Tentu saja dengan melakukan apa yang
diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Senantiasa
meningkatkan kualitas diri dan menularkannya kepada orang lain. Wanita
dunia yang shalehah kelak akan menjadi bidadari-bidadari surga yang
begitu indah.
Duhai saudariku muslimah, maukah engkau menjadi wanita
yang lebih utama dibanding bidadari? Allah meletakkan cahaya di atas
wajahmu dan memuliakanmu di surge. Menjadikanmu bidadari-bidadari surga.
Maka, mari terus belajar dan meningkatkan kualitas diri, agar Allah ridha!
Referensi : http://multazimah.blogsome.com (dengan beberapa perubahan)
***
Jakarta, 16 September 2010
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya
Plan and action to be a good muslimah, honest statistician, inspirative writer, great trainer, and brave adventurer!!!
~”Plan to be” is the way to plan what we have to action~
Tulisan ini
diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya

Aku tahu, aku hanya seorang wanita yang tugasnya menunggu sang pangeran dalam penantian.
Kata mereka, kau yang berhak memilih dan kami, perempuan, hanya bisa menolak atau menerima lamaran.
Tapi,
bolehkah kali ini aku yang memilih? Memintamu untuk menjadi yang
terindah di hatiku? Kau tinggal bilang ya, atau tidak. mudah kan?
Ah,
mungkin benar, dunia sudah terbalik atau bisa juga ini hanya rasa
khawatirku takut kalau Allah tidak menyisakan satu mujahid-Nya untukku!
Hahaha…dasar aneh! Bukankah Allah sudah berfirman bahwa Dia menciptakan makhlukNya dengan berpasang-pasangan?
Tapi,
aku juga ingin tahu rasanya berbunga ketika lamaranku diterima atau
kecewa saat pinanganku ditolak mungkin dengan begitu, aku bisa berbagi
dengan kaumku bagaimana sih sakitnya ditolak? Agar para akhwat tak
gampang mengucap kata “tidak” dengan alasan yang sengaja dibuat-buat :
masih ingin melanjutkan studilah belum cukup umurlah belum siap
mentallah kurang cocoklah! dan entah apa lagi…
Tapi, bagaimana
cara meminangmu ya? Apa aku harus mengajukan proposal lebih dulu? Atau
langsung datang ke istanamu dan memohon agar kau sudi menerimaku menjadi
permaisurimu? itukah yang kau mau?
“Huh, dasar tidak tahu malu!” tiba-tiba terdengar teriakan dari jauh “Wahai akhwat, DI MANA IZZAHMU?”
IZZAH?
kalian bertanya tentang IZZAH?Apakah izzah ada pada diri seorang akhwat
yang malu mengungkap perasaannya kemudian memendam cinta dan mengotori
hati dengan terus memikirkannya?
Apakah izzah ada pada diri
seorang akhwat yang menyuburkan virus cinta di hatinya dan membaginya
pada semua ikhwan yang dikaguminya dalam masa penantiannya?
Apakah
izzah ada pada diri seorang akhwat yang menanti sang pangeran, namun
ketika ia datang si akhwat menolak dengan alasan tidak jelas?
Di sanakah izzah bersemayam?
Ataukah izzah ada pada diri seorang Khadijah yang berterus terang meminta Muhammad untuk menjadi nakhoda dalam bahtera cintanya?
Ataukah
izzah ada pada diri para bidadari yang berebut ingin melayani Zulebid
yang rela meninggalkan istri tercinta di hari pertama pernikahannya demi
meraih syahid?
Sungguh, kisah cinta yang agung dan suci bukan
cintacinta picisan yang ingin diraih tapi jauh lebih tinggi! cinta di
atas segala cinta yang tak kan habis cintaNya, Allah!
Di sana ada
kejujuran, keterbukaan, kepercayaan, ketulusan, keimanan, dan ketaqwaan
berbeda dari kisah Romeo dan Juliet atau Layla dan Majnun yang berakhir
tragis dengan mati membawa cinta tak sampai... malang nian!
mungkin
iya, aku tak seberani Bunda Khadijah aku pun bukan bidadari yang tak
dianugerahi rasa malu karena ia memang diciptakan dan ditugaskan untuk
melayanimu
Tapi, jika aku boleh memilih izinkan aku meminangmu
sebagai kekasih bukan untuk saat ini karena mungkin waktuku tak cukup
untuk menanti
tapi, nanti…
Setelah kumati…
~sebuah catatan yang bertengger manis di folder "inspirasi" dalam file lamaku~
**
SEBUAH PERENUNGAN
**
pengin buat buku tentang tema di atas, tapi masih bingung cari kontributor!
hmm.... siapa ya yang sudah berpengalaman atau punya ilmunya???
bisa dibagi dengan saya..
Yang sedang merenung dan mencari inspirasi,
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya

H-1
menjelang keberangkatan ke Jakarta, aku menyempatkan untuk
menyelesaikan membaca novel karya Mbak Afifah Afra yang berjudul
Rabithah Cinta. Berikut ini review-nya.
So inspiring!!!
***
Judul : Rabithah Cinta
Penulis: Afifah Afra
Penerbit : Mizan
Tanggal terbit : November - 2008
Jumlah Halaman : 336
Bagi
penggemar novel dengan alur mendebarkan dan sesekali menyesakkan dada
dengan haru maka Rabithah Cinta adalah jawabnya. Syakilla, seorang
akhwat yang mendambakan suami seperti seorang petani [kenapa? baca
aja!]. Akhirnya ia menikah dengan Riyan, seorang dokter [kenapa bukan
petani? Makanya, baca!!]. Riyan punya cita-cita mulia, menanam pahala di
bumi Papua. Syakilla yang lagi bersinar di karirnya enggan menuruti
permintaan suaminya, tapi setelah sekian lama akhirnya mau juga
berangkat ke Papua.
Bagaimana rasanya hidup di
daerah asing dan terpencil yang segala sesuatunya serba terbatas?
Itulah yang dialami Syakilla, muslimah yang harus memendam semua
impiannya saat harus mengikuti suami tercinta dinas ke Papua. Syakilla
harus rela mengabdikan hidup dan cintanya di pedalaman Papua. Hari-hari
awal dilalui tetap dengan bahagia hingga suatu ketika ada badai yang
datang melanda biduk rumah tangganya.
Napas cinta Syakilla serasa
tercekat ketika Riyan yang sedang bertugas tiba-tiba disandera
gerombolan pemberontak RI yakni Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dalam
penyanderaannya, Riyan sempat bertemu dengan seorang wanita yang
ternyata menaruh hati padanya, bahkan membuatnya kagum karena berani
menyatakan keislamannya di hadapan Riyan. Cintanya pun diuji.
Syakilla
tak menyerah. Ia menanti dalam doa dan kesabaran yang luar biasa. Bagi
Syakilla, penantian merupakan bagian dari kesabaran, bukti dari
ketulusan dan kesetiaan. Semua itu demi cintanya kepada sang kekasih,
Mas Riyan, suami tercinta. Ia ingin membuktikan ketulusan hatinya
terhadap suami tercinta bahwa apapun yang terjadi ia tetap akan menanti
rabithah cintanya itu.
Kegalauan hatinya bertambah ketika di tengah
penantian panjang itu seorang dokter lainnya dikirim pula ke tempat ia
berada menggantikan sang suami yang belum juga ada kabarnya. Ia tak
berdiam diri dan yakin bahwa suaminya masih hidup. Segala ikhtiar
ditempuhnya untuk memastikan sang suami masih hidup. Lama ia menanti
hingga akhirnya dokter pengganti itu datang yang tak lain adalah
Andrean, mantan kekasihnya pada masa silam.
Bagaimana ujung dari penantian Syakilla?
Bagaimana nasib Riyan?
Hmm, baca aja ya!!!
***
Jakarta, 16 September 2010
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya

KYDEN mengucapkan: SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431 H.
SPIRIT KYDEN : "MERAH MARUN"!!
"[M]enuntun k[E] a[RAH] [M]ata [A]ngin bahagia: sebuah metamo[R]fosa kehid[U]pa[N]"
Tulisan ini
diposting pada bulan September 2010 di blog sebelumnya