ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.
Tampilkan postingan dengan label Resensi Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Resensi Buku. Tampilkan semua postingan

Be An Extraordinary Activist!



RESENSI BUKU

Judul Resensi : Be An Extraordinary Activist!
Judul Buku : Suplemen Dahsyat untuk Ikhwan dan Akhwat
Penulis : Salman Azka dan Alif Mudda
Penerbit : Qudsi Media
Terbit : Maret 2010
Tebal : 127 halaman
Harga : Rp 18.000,00

Menjadi aktivis dakwah tertarbiyah adalah suatu pilihan yang mulia. Tarbiyah mengarahkan kita untuk tergerak menjadi insan yang siap berjuang berbalut keikhlasan. Kecakapan dalam melihat masalah dan kebijaksanaan untuk memberi jalan keluar pada setiap problematika yang mendera umat merupakan kekuatan yang harus dimiliki oleh setiap aktivis dakwah, baik ikhwan maupun akhwat.
Hadirnya buku ini di tengah-tengah aktivis dakwah menjadi suplemen dahsyat penggugah jiwa, pemberi motivasi pada aktivis agar senantiasa bersemangat dan istiqomah dalam setiap gerak dakwahnya. Buku ini berisi 60 motivasi-motivasi dahsyat untuk memperkuat keimanan, menjaga niat dalam berdakwah, menghadapi masalah dakwah, mempererat tali silaturahim, cara menangani virus merah jambu yang kerap menjangkiti kalangan aktivis, dan motivasi untuk membangun rumah tangga.
Menurut saya, buku yang ditulis oleh dua aktivis dakwah dari Kota Gudeg yang ternyata kembar ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya :
1. Uraiannya singkat, padat, tapi mengena dan relevan dengan realitas aktivitas dakwah di kalangan ikhwan dan akhwat
2. Ukuran buku kecil sehingga sangat praktis dan enak dibaca
3. Disertai tips-tips sederhana yang luar biasa
Tak ada gading yang tak retak. Buku ini pun demikian. Beberapa kekurangan cukup banyak saya temui di dalam buku ini. Meski hanya bersifat redaksional, akan tetapi perlu diperhatikan untuk perbaikan penulisan buku-buku karya penulis selanjutnya. Beberapa kekurangan yang saya maksudkan di atas antara lain :
1. Kurang konsisten dalam penyebutan pembaca : kadang ‘ikhwah’, ‘teman’, ‘sobat’, ‘Friends’, ‘sobat muda Robbani’. Menurut saya, lebih baik satu sebutan saja, misal : ‘saudaraku’ atau ‘sahabatku’, bisa juga ‘sobat ikhwan dan akhwat’
2. Konsinstensi penggunaan kata da’wah atau dakwah.
3. Terdapat beberapa kesalahan:
a. Kata depan : ‘didalamnya’, ‘disaat’, ‘dibaliknya’, ‘ditengah’, ‘dihadapan’, ‘disetiap’, ‘disinilah’, ‘ditengah-tengah’, ‘disekeliling’, ‘disekitar’, ‘dikalangan’, ‘disanalah’, ‘dimata’, ‘di pegang’, ‘ditempat’ (penulisan kata depan ‘di’ seharusnya dipisah)
b. EYD : ‘difahami’, ‘sub-tema’, ‘fondasi’, ‘sekadar’, ‘Gaptek’, ‘menganalisa’, ‘out put’, ‘or-ang’, ‘relaks’, ‘meng-kader’, ‘apa pun’, ‘di Rahmati’, ‘konsekwensi’
c. Salah cetak : ‘jelak’, ‘jahiliah’, ‘Abu bakar’, ‘memesona’, ‘ibada’, ‘memerhatikan’, ‘senin-kamis’, ‘keabadiaan’, ‘kehinangan’, dilaterbelakangi, ‘analisa’, ‘sebab musabab’, ‘kayakinan’, ‘memperemudah’, ‘pendangannya’, ‘kepamahan’, ‘pilihanya’, ‘memercayainya’, ‘keraguaan’, ‘kelumbutan’, ‘oleh karen’, ‘memengaruhi’, ‘memerdulikan’, ‘kegabahan’
d. Penggunaan huruf besar pada penulisan judul
4. Penulisan judul yang kurang efektif :
a. Pada bab pertama berjudul : ‘Sesungguhnya menjaga keutuhan iman adalah fondasi untuk melewati semua masalah’. Akan lebih enak jika judulnya : ‘Utuhnya Iman = Pondasi Selesaikan Masalah”
b. Pada bab ke-30 berjudul : ‘Persahabatan adalah fitrah manusia, begitu juga persahabatan antara ikhwan dan akhwat’. Menurut saya, akan lebih efektif jika judulnya : ‘Persahabatan Ikhwan-Akhwat itu Fitrah’

Terlepas dari kekurangan dalam buku ini yang hanya bersifat redaksional, konten buku ini sangat mengena dan relevan dengan kondisi aktivitas dakwah kita. Penulis sudah berusaha memberikan yang terbaik bagi para pembaca. Semoga kehadiran buku ini benar-benar mampu memberikan suplemen dahsyat untuk ikhwan dan akhwat sehingga makin produktif dan tetap istiqomah dalam mengemban amanah dakwah.
***
Jakarta, 31 Mei 2010
Aisya Avicenna


Tulisan ini diposting pada bulan Mei 2010 di blog sebelumnya

Aku Merindukanmu, Mujahid Cinta

April 12, 2010




Wahai orang yang menyepi dengan kemaksiatan kepada Allah di waktu malam.
Di Lauhul Mahfudz segala kejahatan di tulis dengan pena
Dengan kemaksiatan engkau menyepi, sedangkan Allah melihatmu...
Engkau tidak dapat menyembunyikan dosa-dosamu dariNya.
Apakah engkau merasa aman terhadap siksaan dariNya?
Bahagialah yang diwaktu malam matanya tak terpejam. Malalui malam dengan risau karena cinta pada penguasa alam.
Dalam kerinduan ia berdiri menatap bintang sedang mata Allah tak pernah lengah memandang...
Wallahi... Betapa nikmat hidup beriman itu...
***
Yaa… itulah rentetan kata inspiratif dalam cover belakang buku karya Al-Faruq Ibn Zainuddin yang berjudul “Aku Merindukanmu, Mujahid Cinta”.
Segala puji bagi Allah Sang Pencipta kita. Shalawat dan salam tercurah pada Baginda Nabi Muhammad SAW, penghulu para nabi dan rasul.
Kecintaan terhadap sesuatu akan bermanfaat jika didasarkan dan disandarkan kepada Allah. Hati ini terasa tenang, karena kita yakin bahwa Allah senantiasa memberikan yang terbaik unyuk hambaNya. Walaupun jarak memisahkan, cinta yang tersandar oleh kekuasaan Allah, takkan mampu menjadi penghalang. Namun, jika kita melihat dunia saat ini, adakah pasangan insan yang memiliki cinta seperti itu???
Jawabnya : YA. Bagi mereka yang beriman dan takut kepada Allah sajalah yang mendapatkan karunia itu. Mereka itu dicintai Allah…
Nabi Musa as bertanya kepada Allah :
“ Ya Rabbi, bagaimanakah saya dapat mengetahui orang yang Engkau cintai dan orang yang Engkau benci?”
Jawab Allah :
“Hai Musa, jika aku cinta pada hamba maka aku beri padanya dua tanda.”
Musa bertanya :
“Apakah keduanya itu?”
Jawab Allah :
“Aku ringankan ia berdzikir kepadaKu supaya Aku berdzikir padanya di alam langit dan bumi, dan Aku pelihara dari yang haram dan murkaKu supaya tidak terkena murka dan siksaKu. Hai Musa, dan sebaliknya jika Aku benci pada hamba. Aku beri dua tanda. Aku lupakan dia dari dzikirKu dan Aku biarkan ia dengan hawa nafsunya supaya terjerumus dalam haram dan murkaKu sehingga layak menerima siksa dan balasanKu.”
Subhanallah, Allah sungguh Maha Mulia. Percakapannya dengan Nabi Musa as sungguh tidak mengandung makna yang membuat kita tak segera menjadi hamba yang Ia cintai. Kata-kata “aku ringankan ia berdzikir…” sama sekali berupa kepastian, kemutlakan yang akan diberikan kepada hamba yang benar-benar selalu ingat padaNya. Lantas, kemana sajakah kita saat ini? Apakah tak sempat lagi kita mengingatNya? Apakah kita lebih asyik memikirkan orang yang kita cintai yang belum pasti akan menghadiahkan sebuah kenikmatan yang tak sebanding dengan dunia ini kala kita senantiasa mengingatNya? Surga namanya, wahai Saudaraku…
Kisah di bawah ini sebagai teladan bahwa memang seharusnya kita mencintai ALLAH di atas segalanya.. karena balasan dariNya akan jauh lebih istimewa….
SELAMAT TERINSPIRASI!!!!
***
Aku Merindukanmu, Mujahid Cinta
Sebagai seorang pengantin, wanita lebih cantik dibanding seorang gadis
Sebagai seorang ibu, wanita lebih cantik dibanding seorang pengantin
Sebagai seorang istri dan ibu, ia adalah kata-kata terindah di semua musim
Dan dia tumbuh menjadi lebih cantik bertahun-tahun kemudian
Alkisah, di Madinah tinggallah seorang pemuda bernama Zulebid. Ia dikenal sebagai pemuda yang baik di kalangan para sahabat, Ia termasuk orang yang rajin dan taat dalam beribadah. Dari sudut ekonomi dan financial, ia pun tergolong berkecukupan. Sebagai seorang yang telah dianggap mampu, ia hendak menjalankan sunah Rasul yaitu menikah.
Beberapa kali ia meminang gadis di kota itu, namun selalu ditolak oleh pihak orang tua atau gadis dengan berbagai alas an. Akhirnya, pada suatu pagi, ia menumpahkan kegalauan tersebut kepada sahabat yang dekat dengan Rasulullah SAW.
“Coba engkau temui langsung baginda Nabi, semoga engkau mendapatkan jalan keluar yang terbaik,” nasihat sahabat itu.
Zulebid kemudian mengutarakan isi hatinya kepada Nabi. Sambil tersenyum, beliau berkata :
“Maukah engkau saya nikahkan dengan putri si Fulan?”
“Seandainya itu adalah saran darimu, saya terima. Ya Rasulullah, putri si Fulan itu terkenal akan kecantikan dan keshalihannya, dan hingga kini ayahnya selalu menolak lamaran dari siapapun.”
“Katakanlah aku yang mengutusmu,” sahut Baginda Nabi.
“Baiklah Ya Rasulullah”
Dan Zulebid segera bergegas bersiap dan pergi ke rumah si Fulan. Sesampai di rumah si Fulan, Zulebid disambut sendiri oleh Fulan.
Ada keperluan apakah hingga saudara datang ke rumah saya? tanya Fulan.
“Rasulullah SAW yang mengutus saya ke sini, saya hendak meminang putrimu si A,” jawab Zulebid sedikit gugup.
“Wahai anak muda, tunggulah sebentar, akan saya tanyakan dulu kepada putriku.”
Fulan menemui putrinya dan bertanya, “Bagaimana pendapatmu wahai putriku?”
Putrinya pun menjawab,
“Ayah, jika memang ia datang karena diutus oleh Rasulullah SAW, maka terimalah lamarannya, dan aku akan ikhlas menjadi istrinya.”
Akhirnya pagi itu juga, pernikahan diselenggarakan dengan sederhana. Zulebid kemudian memboyong istrinya ke rumahnya.
Sambil memandangi wajah istrinya, ia berkata,
“Duhai Anda yang diwajahnya terlukiskan kecantikan bidadari, apakah ini yang engkau idamkan selama ini? Bahagiakah engkau dengan memilihku sebagai suamimu?”
Istrinya menjawab,
“Engkau adalah lelaki pilihan Rasul yang datang meminangku. Tentu Allah telah menakdirkan yang terbaik darimu untukku. Tak ada kebahagiaan selain menanti tibanya malam yang dinantikan para pengantin.”
Zulebid tersenum. Dipandanginya wajah indah itu ketika kemudian terdengar pintu rumah diketuk. Segera ia bangkit dan membuka pintu. Seorang laki-laki mengabarkan bahwa ada panggilan untuk berkumpul di masjid, panggilan berjihad dalam perang.
Zulebid masuk kembali dan menemui istrinya.
“Duhai istriku yang senyumannya menancap hingga ke relung batinku, demikian besar tumbuhnya cintaku kepadamu, namun panggilan Allah untuk berjihad melebihi semua kecintaanku itu. Aku mohon keridhaanmu sebelum keberangkatanku ke medan perang. Kiranya Allah mengetahui semua arah jalan hidup kita ini.”
Istrinya menyahut,
“Pergilah suamiku, betapa besar pula tumbuhnya kecintaanku kepadamu, namun hak Yang Maha Adil lebih besar kepemilikanNya terhadapmu. Doa dan ridhaku menyertaimu.”
Zulebid lalu bersiap dan bergabung bersama tentara muslim menuju ke medan perang. Gagah berani ia mengayunkan pedangnya, berkelebat, dan berdesing hingga beberapa orang musuh pun tewas di tangannya. Ia bertarung merangsek terus maju sambil senantiasa mengumandangkan kalimat Tauhid… ketika sebuah anak panah dari arah depan tak sempat dihindarinya. Menancap tepat di dadanya. Zulebid terjatuh, berusaha menghindari anak panah lainnya yang berterbangan di udara. Ia merasa dadanya mulai sesak, nafasnya tak beraturan, pedangnya pun mulai terkulai terlepas dari tangannya. Sambil bersandar di antara tumpukan korban, ia merasa panggilan Allah sudah begitu dekat. Terbayang wajah kedua orang tuanya yang begitu dikasihinya.
Teringat akan masa kecilnya bersama-sama saudaranya. Berlari-larian bersama teman sepermainannya. Berganti bayangan wajah Rasulullah SAW yang begitu dihormati, dijunjung dan dikaguminya. Hingga akhirnya bayangan rupawan istrinya. Istrinya yang baru dinikahinya pagi tadi. Senyum yang begitu manis menyertainya tatkala berpamitan. Wajah cantik itu demikian sejuk memandangnya sambil mendoakannya. Detik demi detik, syahadat pun terucapkan dari bibir Zulebid. Perlahan-lahan matanya mulai terpejam, senyum menghiasinya… Zulebid pergi menghadap Illahi, gugur sebagai syuhada.
Senja datang
Angin mendesau, sepi…
Pasir-pasir beterbangan..
Berputar-putar…
Rasulullah SAW dan para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang . Di antara para mujahid tersebut terdapatlah tubuh Zulebid yang tengah bersandar di tumpukan mayat musuh. Akhirnya dikuburkanlah jenazah Zulebid di suatu tempat. Berdampingan dengan para syuhada lain.
Tanpa dimandikan…
Tanpa dikafankan…
Tanah terakhir ditutupkan ke atas makam Zulebid. Rasulullah tersungkut di samping pusara tersebut. Para sahabat terdiam membisu. Sejenak kemudian terdengar suara Rasulullah SAWseperti menahan isak tangis. Air mata berlinang dari pelupuk mata beliau. Lalu beberapa waktu kemudian beliau seolah-olah menengadah ke atas sambil tersenyum. Wajah beliau berubah menjadi cerah. Belum hilang keheranan sahabat, tiba-tiba Rasulullah SAW menolehkan pandangannya ke samping seraya menutupkan tangan menghalangi arah pandangan mata beliau.
Akhirnya keadaan kembali seperti semula. Para sahabat lalu bertanya-tanya, ada apa dengan Rasulullah SAW.
“Wahai Rasulullah, mengapa di pusara Zulebid engkau menangis?”
“Aku menangis karena mengingat Zulebid. Oo… Zulebid pagi tadi engkau datang kepadaku minta restuku untuk menikah dan engkaupun menikah hari ini juga. Ini hari bahagia. Seharusnya saat ini engkau sedang menantikan malam yang ditunggu oleh para pengantin.”
“Lalu mengapa engkau menengadah dan tersenyum?”tanya sahabat lagi.
“Aku menengadah karena kulihat beberapa bidadari turun dari langit dan udara menjadi wangi semerbak. Aku tersenyum karena mereka datang hendak menjemput Zulebid.” Jawab Rasulullah SAW.
“Lalu mengapa kemudian engkau memalingkan pandangan dan menoleh ke samping?” tanya mereka lagi.
“Aku mengalihkan pandangan menghindar karena sebelumnya kulihat, saking banyaknya bidadari yang menjemput Zulebid, beberapa di antaranya berebut memegangi tangan dan kaki Zulebid. Hingga dari salah satu gaun dari bidadari tersebut ada yang sedikit tersingkap betisnya…”
Di rumah, istri Zulebid menanti sang suami yang tak kunjung kembali. Akhirnya, ia mendengar kabar suaminya telah menghadap sang Illahi Rabbi.
Malam menjelang… terlelap ia, sejenak berada dalam keadaan setengah mimpi yang nyata. Lama-lama ia seperti melihat Zulebid datang dari kejauhan. Tersenyum, namun wajahnya menyiratkan kesedihan pula.
Terdengar Zulebid berkata,
“Istriku, aku baik-baim saja. Aku menunggumu di sini. Engkaulah bidadari sejatiku. Semua bidadari di sini apabila aku menyebut namamu akan menggumamkan cemburu padamu… dan kubiarkan engkau yang tercantik di hatiku.”
Istri Zulebid terdiam. Istri yang membuat mata Zulebid tak mampu jatuh cinta pada bidadari sekalipun..
Matanya basah…
Ada sesuatu yang menggenang di sana
Seperti tak lepas ia mengingat acara pernikahan tadi pagi…
Dan bayangan suaminya yang baru saja hadir…
Ia menggerakkan bibirnya…
“Suamiku, aku mencintaimu… dan dengan semua ketentuan Allah ini bagi kita.. aku ikhlas…”
Dan,
Akan kemanakah kumbang terbang
Pada siapa rindu mendendam
Kekasih yang terkasih
Pencinta dan yang dicinta
Semua berurai air mata
Sedih, ataukah bahagia???
***
Ditulis kembali oleh Aisya Avicenna dengan sedikit perubahan 
Jakarta, 120410

(Tulisan ini diposting pada bulan April 2010 di blog sebelumnya)
Aisya Avicenna

Agar Ngampus Tak Sekedar Status

RESENSI BUKU
Judul : Agar Ngampus Tak Sekadar Status
Penulis : Rabi’ah al-Adawiyah dan Hatta Syamsuddin
Penerbit : Indiva Publishing
Tahun Terbit : 2008
Tebal : 216 halaman

Manusia dibekali Allah SWT dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Pada dasarnya manusia mempunyai banyak potensi kecerdasan, hanya saja tidak semua manusia mampu mengelola potensinya tersebut dan menjadikannya sebagai bekal untuk sukses. Sukses adalah suatu pilihan. Banyak jalan untuk menuju kesuksesan. Salah satu jalan kesuksesan bisa ditempuh melalui dunia kampus dengan menyandang predikat sebagai mahasiswa. Dalam buku ini disajikan banyak pencerahan sebagai bekal untuk mengarungi dunia kampus mulai dari pemilihan fakultas di universitas yang sesuai dengan tipe kecerdasan dan minat bakat kita serta berbagai strategi sukses lolos ujian seleksi masuk Perguruan Tinggi.


Selain itu, di buku yang tidak begitu tebal ini juga diuraikan tentang tips memilih tempat kos. Memilih kos, bagi mahasiswa dari luar kota (rantau) menjadi suatu hal yang sangat penting karena kos akan sangat mempengaruhi dirinya. Memilih kos tidak hanya sekedar bagus harga dan fasilitasnya, tapi juga bagus kondisi lingkungan dan penghuninya. Kos juga menjadi media yang efektif untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki karakter yang beragam. Kos tidak hanya sebagai rumah kedua yang digunakan untuk makan dan tidur, tapi juga sebagai tempat untuk mengasah dan membentuk pola pikir, kedewasaan, dan perilaku kita.


Buku ini juga membahas berbagai masalah yang sering dialami mahasiswa ketika mengawali kiprahnya di dunia kampus. Ketika sudah menjadi mahasiswa baru, biasanya digelar acara OSPEK. Akan tetapi, mahasiswa baru sering menilai bahwa OSPEK identik dengan kekerasan dan perploncoan. Memang, OSPEK seperti itu masih didapati di beberapa kampus, tapi banyak juga kampus yang mulai meninggalkan OSPEK seperti itu yang hanya terkesan sebagai ajang balas dendam dan senioritas. OSPEK yang edukatif, sarat muatan intelektual dan kreativitas tentunya akan lebih banyak mendatangkan manfaat.


HIDUP MAHASISWA!!! Dua kata sarat makna yang sering diteriakkan dengan semangat bergelora. Seorang mahasiswa mempunyai kedudukan yang istimewa dalam masyarakat terutama perannya sebagai agent of change (agen perubahan). Oleh karena itu, dibutuhkan mahasiswa yang tidak hanya berkutat di kampus, kos, dan kantin tanpa berkontribusi nyata, tapi mahasiswa yang unggul dalam berbagai bidang, baik bidang akademis maupun nonakademis, mahasiswa yang mempunyai nilai Indeks Prestasi (IP) tinggi dibarengi dengan keunggulan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain, mahasiswa yang berhasil mengembangkan soft skill-nya, serta mahasiswa yang mampu memposisikan dirinya sebagai problem solver (penyelesai masalah), bukan trouble maker (pembuat masalah).


Pada buku ini juga dituliskan bahwa ada yang harus berubah ketika kita berada di sebuah institusi pendidikan paling tinggi (Perguruan Tinggi). Salah satu hal yang harus kita ubah adalah makna belajar. Kita dihadapkan pada dua pilihan, yaitu menjadi pembelajar ataukah menjadi pengumpul nilai. Seorang pembelajar akan sangat menghargai setiap hal yang didengar, dirasa, dan dipikirkan. Pembelajar tidak pernah merasa dirinya sudah “pandai”. Sebaliknya, seorang pengumpul nilai akan merasa “puas” jika berhasil mendapat nilai A atau B tidak peduli apakah untuk memperolehnya harus dengan kecurangan sekalipun. Nilai yang bagus tapi dengan proses yang tidak halal memberikan dampak yang tidak baik saat terjun di masyarakat, karena itu sebagai mahasiswa jangan hanya memburu nilai yang bagus. Segala sesuatu jangan hanya dilihat dari hasilnya tetapi lihatlah dari prosesnya.


Kampus tidak pernah sepi dari para aktivisnya. Orang-orang yang dalam perkembangannya menjadi mahasiswa memiliki ketertarikan untuk “berbuat lebih” dari sekedar memajukan diri sendiri lewat Indeks Prestasi (IP). Aktivis kampus, secara sederhana dapat diwakilkan pada orang-orang yang secara langsung atau tidak langsung menceburkan dirinya pada organisasi-organisasi di kampusnya, baik internal (UKM, BEM, Dewan Mahasiswa, dll) dan eksternal (pergerakan mahasiswa, ormas, dan organisasi di luar kampus). Aktif di kampus akan mendatangkan banyak manfaat, antara lain dapat menambah teman, mencari pengalaman, sarana optimalisasi masa studi, tempat untuk mempertahankan idealisme serta mengubah cara berpikir, dan lain sebagainya. Dalam buku ini juga disertakan berbagai tips dalam memilih aktivitas di kampus yang sesuai dengan minat bakat kita. Selain itu, dalam buku ini juga terdapat tips dan trik kuliah di luar negeri juga daftar perguruan tinggi favorit. Dengan membaca buku ini, pembaca akan mendapat gambaran tentang keuntungan dan kelemahan kuliah di luar negeri serta cara agar bisa kuliah di luar negeri.


Buku ini sangat cocok dibaca oleh mereka yang akan maupun sedang kuliah di Perguruan Tinggi. Sayangnya, penulis buku ini kurang menggunakan bahasa tulisan yang komunikatif sehingga terkesan resmi dan kaku. Kupasan masalah yang hanya disajikan sekilas membuat pembaca tidak puas dan penasaran. Terlepas dari semua kekurangan yang ada dalam buku ini, penulisnya sudah berusaha memberikan yang terbaik bagi para pembaca. Semoga kehadiran buku ini mendatangkan manfaat besar bagi kita semua.

28 September 2008
Etika Suryandari
NB : Untuk Ustadz Hatta Syamsuddin, ini resensi saya... minta feedback ya! Tadz, bikin sayembara lagi dengan hadiah Buku "Muhammad is The Inspiring Romance"... nanti saya buat resensinya :D [berarti saya yg dapat bukunya ^^]



(Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2009 di blog sebelumnya)
Aisya Avicenna
 

Hafalan Shalat Delisa

Sebuah novel apik karya Tere Liye yang sangat menginspirasi…
Novel setebal 248 halaman ini mengisahkan perjuangan seorang anak kecil berusia 6 tahun yang berusaha menghafalkan bacaan shalat. Delisa, nama anak itu.
Kisah dalam novel ini diawali dengan cerita tentang kehidupan keluarga Delisa. Delisa tinggal bersama Abi, Ummi, Kak Fatimah, Kak Zahra, dan Kak Aisyah. Abi Delisa bekerja di luar negeri dan kembali tiga bulan sekali. Setiap hari Senin, sang Abi menelepon keluarga yang sakinah tersebut.
Kebahagiaan mewarnai hari-hari Delisa. Tiap hari dia terus berusaha menghafalkan bacaan shalatnya meski harus melayani keusilan kak Aisyah yang memang sering mengganggunya…


Delisa bahagia meski jauh dari Abinya. Ada Tiur dan Umam-teman sepermainannya, ada Ustadz Rahman-guru mengajinya, ada Ibu Guru Nur-guru SDnya, dll. Delisa begitu bahagia... Lebih bahagia lagi ketika suatu hari, Delisa diajak Ummi-nya ke pasar untuk berbelanja. Ummi membelikan sebuah kalung untuk Delisa, dengan liontin berhuruf D. D untuk Delisa. Ummi baru mau memberikan kalung itu jika Delisa sudah menghafal bacaan shalatnya. Akhirnya Delisa-pun semakin bersemangat menghafalkan. Tak terbayangkan betapa bahagianya dia ketika suatu hari nanti kalung berliontin D akan melingkari lehernya saat dia sudah cakap menghafal bacaan shalat.


Tanggal 26 Desember 2004. Tsunami merenggut semua kebahagiaan Delisa tepat di saat dia hampir menyelesaikan bacaan shalatnya…Ummi, Kak Fatimah, Kak Zahra, Kak Aisyah, Tiur, Ibu Guru Nur… menjadi korban amukan air bah berlumpur itu.. Akan tetapi, Ummi Delisa belum diketemukan rimbanya… Delisa hanyut.. tapi Allah maha Kuasa atas kehendak-Nya. Delisa mampu bertahan 6 hari dalam jepitan dahan pohon. Abinya juga berhasil menemukan Delisa saat Delisa tengah dirawat. 


Bagaimana kisah Delisa selanjutnya?
Apakah Delisa bertemu dengan Umminya?
Apakah Delisa berhasil menghafalkan bacaan shalatnya?
Apakah Delisa berhasil mendapatkan kalung berliontin huruf D itu??
Penasaran?? Makanya buruan baca buku yang sangat MENGHARUKAN ini… 


Banyak hikmah dan renungan untuk muhasabah yang bisa dipetik dari novel ini… 

Engkaulah alasan semua kehidupan ini. Engkaulah penjelasan atas semua kehidupan ini. Perasaan itu datang dariMu. Semua perasaan itu juga akan kembali kepadaMu. Kami hanya menerima titipan. Dan semua itu sungguh ada karena karenaMu.
Katakanlah wahai semua pecinta di dunia. Katakanlah ikrar cinta itu hanya karenaNya. Katakanlah semua kerinduan itu hanya karena Allah. Katakanlah semua getar rasa itu hanya karena Allah. Dan semoga Allah yang maha mencinta, yang menciptakan dunia dengan kasih sayang mengajarkan kita tentang cinta sejati. Semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk merasakan hakikatnya.
Semoga Allah sungguh memberikan kesempatan kepada kita untuk memandang wajahNya. Wajah yang akan membuat semua cinta dunia layu bagai kecambah yang tidak pernah tumbuh. Layu bagai api yang tidak pernah panas membakar. Layu bagai sebongkah es yang tidak membeku.
Maha suci Engkau, Ya Allah! Yang selalu menepati janji. Cukuplah percaya dengan satu janji-Mu, maka kehidupan di dunia ini akan terasa jauh lebih indah… Semua akan terasa jauh lebih indah. Yakinlah‼!
230309_07:09


(Tulisan ini diposting pada bulan Maret 2009 di blog sebelumnya)

Aisya Avicenna

Dari Kepompong Menjadi Kupu-Kupu

Salah satu kehebatan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya adalah kemampuannya untuk belajar dari siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Dengan akal dan pikirannya, manusia bisa menjadikan banyak hal yang ada di sekelilingnya sebagai bahan pelajaran yang sangat berharga dalam hidupnya. Dengan nuraninya, manusia bisa menangkap nilai-nilai spiritual yang akan membantu mendamaikan dirinya. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh bukan manusia.

Manusia bisa belajar dari dinosaurus, bunglon, maupun kupu-kupu. Dinosaurus yang punya fisik begitu besar dan kuat, tetapi kemampuannya beradaptasi demikian lemah. Oleh karena ketidakmampuannya dalam beradaptasi terhadap perubahan lingkungan tersebut, akhirnya dinosaurus kini pun punah. Pelajaran menarik lainnya bisa kita ambil dari bunglon. Hewan yang satu ini, memiliki kemampuan adaptasi yang nyaris sempurna. Namun sayang, adaptasinya tidak sampai menyentuh perubahan diri yang sangat fundamental, perubahan karakter dan kinerja. Hal ini tentu menjadi sangat berbeda dengan berubahnya ulat menjadi kupu-kupu. Proses perubahan yang terjadi pada diri ulat berlangsung begitu fantastis. Ulat, dengan wujud, karakter, dan kinerjanya yang menggambarkan kelambanan, kejelekan, dan cenderung dianggap menjijikkan, dengan sebuah proses yang luar biasa tiba-tiba menjadi makhluk yang sangat indah, dinamis dan sangat membantu dalam proses reproduksi tanaman.


Dalam wujudnya yang baru, siapa sih yang tidak suka kupu-kupu? Kesan bahwa makhluk itu berasal dari binatang yang menjijikkan sirna sudah. Yang ada tinggal rasa kagum dan terpesona pada aneka watna sayap dan kulit tubuhnya. Dalam proses ini kita belajar bahwa kupu-kupu tidak sekedar melakukan adaptasi, melainkan sudah sampai pada tingkat transformasi. Suatu perubahan jati diri yang total dan fundamental. Kita menyabutnya dengan metamorfosis atau dalam konteks Islam sering disebut hijrah.
Proses berubahnya ulat menjadi kupu-kupu inilah yang sebenarnya bisa kita jadikan sumber inspirasi bagi diri kita. Dan untuk menjalaninya, kita bisa mengawalinya dengan mengubah pikiran kita. Mengapa? Karena perubahan perubahan pikiran merupakan awal dari perubahan nasib dan hidup kita.


Simaklah puisi Jalaludin Rumi berikut ini.
Bila Anda mengubah pikiran Anda
Anda mengubah keyakinan diri Anda
Bila Anda mengubah keyakinan diri Anda
Anda mengubah harapan-harapan Anda
Bila Anda mengubah harapan-harapan Anda
Anda mengubah sikap Anda
Bila Anda mengubah sikap Anda
Anda mengubah tingkah laku Anda
Bila Anda mengubah tingkah laku Anda
Anda mengubah kinerja Anda
Bila Anda mengubah kinerja Anda
Anda mengubah nasib Anda
Bila Anda mengubah nasib Anda
Anda mengubah hidup Anda

Sekarang, bersiap-siaplah untuk menjadi kupu-kupu. Berproses menjadi PRIBADI yang LUAR BIASA‼!




Sumber : Dari Kepompong Menjadi Kupu-Kupu, Refleksi Menuju Sukses Diri dan Organisasi karya Drs. HD. Iriyanto, MM


(Tulisan ini diposting pada bulan Maret 2009 di blog sebelumnya)

Aisya Avicenna