ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Inspirasi Dahsyat dari Pak Hatta Rajasa dan Pak Amien Rais


Berikut ini sedikit resume yang sempat saya dokumentasikan saat mengikuti Inspirasi Ramadhan di Masjid Salman ITB pada 7 Ramadhan 1432 H. 
Beberapa point yang disampaikan Pak Hatta Rajasa antara lain :
1.Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Oleh karena itu, kita harus bisa menjadi bangsa yang unggul dan harus bisa memberikan warna bagi kehidupan dunia. 
-Jadilah manusia unggul. Jangan asal-asalan. Jadilah manusia yang selalu memberi yang terbaik. Jadilah manusia yang terbaik.
-Good is not good enough, must be the best!

-Semua bisa dilakukan dengan idealisme, spirit menjadi manusia berkarakter, berintegritas, berakhlak mulia, dan bermanfaat buat diri sendiri dan orang lain.
-Kalau ingin sukses, miliki idealisme
-Pragmatisme penting untuk menjalankan idealisme (energi positif)
-Kalau tidak, kita hanya akan mengejar yang kita inginkan, bisa terjebak pada sikap oportunis.
2.Siap selalu berkompetisi dalam kebaikan
-Bangsa yang bisa survive adalah bangsa yang bisa berkompetisi
-Pada tahun 2025, kita setting bangsa ini menjadi bangsa yang maju
3.Selalu mendekatkan diri pada Allah
-Selain itu juga dengan melatih kepekaan sosial

Di sela-sela sharing ini, ada yel-yelnya yang membuat kami makin semangat.
-MC : “SIAPA KITA?”
-Audience : “INDONESIA!”
-MC : "INDONESIA!!!” 
-Audience : “SIAP-SIAP... KITA PASTI BISA!”

Beberapa point yang disampaikan Pak Amien Rais antara lain :
Al-Qur’an memberi banyak pemisalan yang menggambarkan keadaan bangsa kita. Saat ini bangsa kita masih menjadi bangsa yang terkungkung, terpasung, terbudakkan. Kita belum merdeka secara ekonomi, diplomasi, kedaulatan yang utuh. Tangan-tangan asing tengah menjajah bangsa kita.
Pesan : 
-Jadilah manusia yang mandiri
-Pegang teguh Al-Qur’an, jadikan sumber inspirasi, kompas dan hidayah
Pak Amien Rais hanya menyampaikan beberapa patah kata saja, sebentar sekali! Kemudian beliau melanjutkan dengan memimpin doa bersama. 

Pada malam hari ini, Bp Hatta Rajasa berkesempatan memberikan kultum sebelum shalat tarawih di Masjid Salman ITB. Beberapa point yang beliau sampaikan antara lain :
-Senantiasalah mengeluarkan energi positif, berpikir positif, berprasangka baik pada apapun
-Rasulullah Saw adalah sosok reformis sejati, pembawa perubahan pada peradaban
-Seharusnya kita melakukan instrospeksi, membuat karya besar, membuat perbaikan-perbaikan.
-Syahru Jihad = menyelesaikan permasalahan keumatan, permasalahan masyarakat, bangsa dan negara
-Saat ini kita ingin melakukan akselerasi dan inovasi untuk memajukan Indonesia hingga negeri ini memiliki kemampuan yang tinggi dan SDM-nya bisa berdiri di rumah sendiri.
-Oleh karena itu, butuh konsen, strategi atau master plan
-Modalnya??
1.Jumlah penduduk yang besar
2.SDM yang luar biasa
3.Letak geografis
4.Negara demokrasi
5.Modal yang cukup untuk menjadi G20
-Kendala : IPTEK dan inovasi kita masih rendah
-Solusi : 
1.Butuh anak-anak muda yang tangguh! 
2.Ubahlah mindset kita. Ingat, good is not good enough!
3.Pilar IPTEK dan SDM dimasukkan yakni dengan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru dalam 6 (enam) koridor Indonesia 
4.Membangun kawasan-kawasan khusus (kluster-kluster ekonomi)
5.Semua kekayaan alam harus diolah dulu di dalam negeri
6.Membangun konektivitas dengan berbagai pihak (Locally connected, locally integrated)
7.Jadilah teknokrat yang profesional
8.Jadilah insan-insan yang berpikir positif dalam membangun bangsa

Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan September 2011 di blog sebelumnya.


SEPTEMBER


[SE]mangat [P]erbaiki diri dengan [TE]rus berkarya tuk jadi [M]uslimah yang [BER]daya, berprestasi, dan bermanfaat, Insya Allah!

Semangat SEPTEMBER!

~semoga Allah senantiasa meridhoi dan melimpahkan kemudahan serta keberkahan.. aamiin...

Salam SMART & VISIONER!
Aisya Avicenna

Tulisan ini diposting pada bulan September 2011 di blog sebelumnya.

Cahaya Kartini untuk Para Muslimah

Sumber : http://www.olarv.com


"Eh, besok kantor lo wajib pakai kebaya nggak?"
"Iya nih, tapi gue males ah. Apaan, nggak ada esensinya."
Itulah sepintas obrolan dua orang muslimah yang tertangkap di telinga saya saat sedang menunggu kereta sore tadi (20/4). Posisi bersebelahan membuat obrolan mereka terdengar.
Hmm, di kantor saya pun ada edaran untuk mengenakan kebaya di Hari Kartini dengan tujuan untuk  menggalakkan budaya nasional dan meningkatkan pemakaian pakaian dalam negeri. Yap, tujuan yang sangat bagus.

Lain cerita, beberapa ibu-ibu di kantor yang anaknya sudah sekolah baik TK sampai SMA tengah diributkan dengan acara "Kartinian" di sekolah anaknya. Anak-anak diharuskan memakai pakaian adat atau aneka kostum dalam rangka peringatan Hari Kartini tersebut. Orang tua kelabakan, tapi ya gimana lagi, sekali dalam setahun ini kok!
Nah, apakah harus 'selalu demikian' acapkali tanggal 21 April datang? Sebenarnya apa sih esensi dari hari Kartini?

Sejatinya Kartini adalah seorang yang benar-benar merindukan pemahaman mendalam akan agama yang dianutnya yaitu Islam. Kartini memendam kegalauan luar biasa saat mempelajari Islam.  Ketika Kartini masih belia, beliau belajar membaca Alquran, meski sayangnya tidak memahami apa yang  dibacanya. Kartini sangat ingin mengerti isi kandungan Alquran. Namun,  waktu itu Alquran tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apapun, termasuk bahasa Jawa sekalipun.  Bahkan Guru ngaji Kartini memarahinya karena dia bertanya tentang arti sebuah ayat Al-Qur’an lalu disuruh keluar ruangan. Sampai akhirnya Kartini tidak mau lagi membaca Al-Qur’an. Menurutnya, mempelajari Alquran tanpa memahami artinya adalah sesuatu yang tidak berguna.

Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, Kartini menulis; “Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya? Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca. Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya. Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?”

Kartini melanjutkan curhatnya dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim ke Nyonya Abendanon, “Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya. Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kita ini teralu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.”

Kegalauan Kartini menemukan jawabnya tatkala beliau bertemu dengan Kyai Haji Mohammad Sholeh bin Umar (Kyai Sholeh Darat) saat mengikuti pengajian di rumah pamannya yang menjadi Bupati di Demak. Saat itu Kyai Sholeh Darat mengajarkan tafsir surat Al-Fatihah. Kartini terkagum-kagum dengan uraian yang disampaikan Kyai Sholeh Darat karena selama ini beliau gelap akan makna ayat-ayat suci Alquran yang diajarkan gurunya meski sejatinya Kartini adalah sosok muslimah yang cerdas dan kritis.

Berikut percakapan Kartini dengan Kyai Sholeh Darat: “Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?”, Kartini membuka dialog dengan pertanyaan yang menohok.

Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. “Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?” Kyai Sholeh balik bertanya.  

“Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Alquran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,” ujar Kartini.

Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan; “Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Alquran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Alquran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”

Pada saat itu pemerintah Belanda memang melarang keras para Kyai menerjemahkan Alquran dalam Bahasa Jawa karena dikhawatirkan akan membangkitkan jiwa pemberontakan penduduk pada para penjajah. Akhirnya Kyai Sholeh berkeputusan untuk menerjemahkan Alquran dengan menggunakan bahasa Jawa dan huruf arab pegon (gundul) yang tidak dikuasai Belanda. Terjemahan ini baru sampai Surat Ibrahim karena Kyai Sholeh meninggal. Kitab tafsir dan terjemahan Alquran ini diberi nama Kitab Faidhur-Rohman, tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. Kitab ini pula yang dihadiahkannya kepada R.A. Kartini pada saat dia menikah  dengan R.M. Joyodiningrat, seorang Bupati Rembang. Kartini amat menyukai hadiah itu dan mengatakan: “Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya.  Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari  ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya,  sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa  yang saya pahami.”

Dalam surat Kartini tanggal 27 Oktober 1902 kepada Nyonya Abendanon, beliau menulis, “Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban. Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan.”

Dalam suratnya kepada Nyonya Van Kol tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis “Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.”

Dalam surat Kartini kepada Nyonya Abendanon tanggal 1 Agustus 1903, beliau menulis “Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah.”

Saat mempelajari Islam lewat Alquran terjemah berbahasa Jawa itu, Kartini jatuh cinta dengan surat Al Baqarah ayat 257 yang artinya “Allah SWT menegaskan: Allah pemimpin orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang kafir pemimpinnya adalah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya ke kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.” Kartini kagum dengan kalimat “Minazh Zhulumaati ilan Nuur” (dari gelap kepada cahaya). Kartini merasakan perubahan pada dirinya dari pemikiran yang masih tak beraturan menjadi pemikiran yang cerah.

Dalam surat-suratnya sebelum meninggal, Kartini banyak mengulang kalimat “Door Duisternis Tot Licht” dalam surat-suratnya sehingga Tuan Abendanon mengumpulkan surat-surat Kartini dan menjadikan kalimat tersebut sebagai judul bukunya. Setelah Kartini wafat, kata “Door Duisternis Tot Licht” diterjemahkan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang” seperti yang kita kenal sampai sekarang, padahal sejatinya itu berasal dari ayat Alquran yang mengandung semangat seruan Islam yang mampu membawa manusia dari kegelapan (kejahiliyahan) menuju tempat yang bercahaya (hidayah dan petunjuk Allah).

Beberapa inspirasi yang bisa kita jadikan evaluasi diri dalam momentum hari Kartini ini antara lain:
1. Sejauh mana kita, sebagai muslimah, dalam mengenal Islam sebagai agama dan mengamalkan ajarannya sesuai syariat. 

2.    Bagaimana kita, sebagai muslimah, berinteraksi dengan Alquran selaku pedoman hidup kita. Apakah kita sudah membaca dengan rutin, memahami, hingga mengamalkan maknanya dalam kehidupan sehari-hari???  

(Khususnya untuk anggota Komunitas One Day One Juz, semoga istiqomah tak hanya sekadar menuntaskan 1 (satu) juz per hari, tapi harus dibarengi juga dengan semangat memahami dan mengamalkan maknanya.) 

3.  Bagaimana kita, sebagai muslimah, senantiasa memperkaya diri dengan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan. Karena kita adalah madrasah pertama bagi anak-anak kita, para generasi penerus peradaban. 

4. Apa usaha kita, sebagai muslimah, untuk senantiasa istiqomah dalam kebaikan, berusaha untuk meninggalkan kejahiliyahan kita dan hijrah menjadi pribadi yang lebih baik.

Semoga cahaya inspirasi dari Kartini selalu berpendar mengiringi kita, muslimah yang terus bercita menjadi mar'atus shalihah :)
Selamat (memuhasabahi makna) Hari Kartini!

Jakarta, 21 April 2016
Aisya Avicenna

Inikah Ramadhan Terakhirku???


Saudaraku, jika Allah SWT masih menakdirkan kita bersama melewati hari-hari berharga di Bulan Ramadhan, terimalah sekelumit pesan ini, sebagai persembahan tanda cinta dan bukti pemenuhan kewajiban kepada saudaranya.
Saat sahur pertama pada Bulan Ramadhan ini, siapa yang ada di sekeliling kita, saudara, ayah, ibu, kakek, nenek, mungkin bersama keluarga besar atau sahabat-sahabat terkasih. Tapi Ramadhan tahun depan, masihkah semua berkumpul utuh seperti tahun ini?? Siapa yang pergi dan siapa yang tinggal?? “Sungguh setiap jiwa itu akan merasakan kematian.” [Q.S. Ali Imran [3] : 185]. “Dan tidak satu jiwa pun yang mengetahui di bumi mana ia akan mati.” [Q.S. Luqman [31] : 34]. Jika tidak ada apapun yang menjamin kita akan tetap hidup hingga esok hari, masihkah ada pilihan untuk menyia-nyiakan kesempatan emas ini?
Jika Ramadhan ini adalah jatah terakhir di usia kita, semoga kesungguhan dalam beramal, kekhusyukan dalam ibadah dan keikhlasan yang menyertai semua aktivitas, serta jalan meraih taqwa, menggapai ridho Rabbul Izzati.
Dan akhir dari hari-hari yang penuh kemuliaan, teriring ucapan selamat. Sambut kegembiraan dan kesyukuran pada hari raya yang agung. Hari kemenangan untuk orang-orang yang menang, yang memang layak untuk bergembira.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung.” [Q.S. Ali Imran [3]: 185].
Kepada Allah SWT semata kita berharap dan hanya kepada-Nya pula semua kembali. Salam serta shalawat kepada uswatun hasanah kita Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti jalannya.

***
Semoga tahun ini bukan pertemuan kita yang terakhir ya. Aku masih ingin bersamamu di masa-masa mendatang. Alhamdulillah, terima kasih padaNya yang telah membuat kebersamaan kita di tahun ini begituuuu indah. Ada banyak impian yang kemudian terwujud di masa-masa kebersamaan kita. Meski sangat sadar bahwa aku belum bisa membersamaimu dengan sebaik-baiknya. Tapi setelah kau pergi, inginku kau tetap menjejak abadi, semangat kebersamaan denganmu terus menemani hari-hariku selanjutnya. #Ramadhan!
***

Selaksa cahaya terpancar dari Nur Ilahi Rabbi, terhampar luas sejuk surga, serta semerbak kasturi. Teruntai beribu maaf dalam lubuk sanubari, mengiringi Ramadhan yang beranjak pergi. Sambut hari nan fitri, berbalut hati yang suci. Taqaballahu minna wa minkum...Minal aidin wal faidzin. Selamat Hari Raya Idul Fitri… Mohon maaf lahir batin yaa

Wonogiri, 29 Ramadhan 1432 H
Aisya Avicenna

Bukti Kasih Sayang-Nya

Menarik dan menghembuskan nafas sedalam-dalamnya tatkala diri ini merenungkan kembali rentetan peristiwa yang terjadi dalam dua bulan terakhir. Peristiwa yang membuat keterkejutan tersendiri, hingga mata tak kuasa membendung buliran bening yang memaksa untuk tumpah. Terlebih saat sujud-sujud panjang di atas sajadah merah kala memaparkan segalanya pada Sang Maha Kuasa.

Peristiwa dengan TEMA serupa, hanya terjadi dalam kisah dan lakon yang berbeda. Ah, memang benar! Jalan menuju kebaikan memang tidak mudah. Ada yang kan menjadi rintangan sebagai teman perjalanan. Tapi terus yakinkan diri, bahwa Allah telah siapkan kemudahan di balik kesulitan. Kuncinya adalah terus memposting kesabaran dalam menjalani liku-liku kehidupan.

Hmm, ada apa sih? Tak akan saya ceritakan di sini, mungkin lain waktu akan saya kisahkan dalam cerpen atau bentuk tulisan lainnya yang semoga menjadi inspirasi bagi yang membaca. Saya menangis bukan karena sedih, tapi lebih kepada bentuk penyesalan atas kekhilafan diri sekaligus sebagai bentuk kesyukuran atas kasih sayang-Nya.
"Tak semua orang mengalami apa yang kau alami. Inilah cara Allah membuatmu semakin kuat menjejak bumi". Begitulah komentar seorang sahabat saya saat kisah yang saya alami tersebut saya ceritakan padanya. Hmm, benar juga! Kan Allah sudah memberi garansi pada setiap hambaNya bahwa Dia tidak akan menimpakan sesuatu di luar batas kemampuan sang hamba.
Nah, ketika saya harus melakoni kisah tersebut, berarti saya pun harus yakin bahwa saya bisa melewatinya. Bisa jadi ini juga sebagai bagian dari UJIAN yang Allah berikan agar saya NAIK KELAS. Aamiin Yaa Rabb...

Tapi di balik "kisah luar biasa" ini, pada dua bulan terakhir ini saya pun diberikan banyak kisah yang juga sangat menyenangkan. Beberapa impian menjadi kenyataan. Tapi afwan, belum sempat diposting di blog. Masih sibuk dengan kuliah + ujian... Sebenarnya inipun tidak pantas untuk dijadikan dalih, mmm... mungkin sebaiknya memang kembali membenahi manajemen waktunya sehingga bisa tetap produktif untuk menulis meski kesibukan kuliah lebih mendominasi. So, koreksi diri! Muhasabah! Lakukan perbaikan!

Renungan pagi
Bandung, 21 Juli 2011
Aisya Avicenna

Reportase Aisya : "Implementasi Ikhlas"



Hari, Tanggal : Sabtu, 18 Juni 2011
Waktu : Pukul 12.30 - 15.00
Tempat : Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia
Pembicara : Ustadz Bachtiar Nasir

***
Kalimat Ikhlas

"Laailaaha illallaah wahdahuu laa syariikalah lahulmulk walahulhamd wahuwa ala kulli syai'in qadiir."
"Tiada sesembahan (ilaah) yang 'haq' untuk disembah selain Allah. Dia sendiri, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya semua kerajaan kekuasaan, milik-Nya pula semua puja dan puji. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Ikhlas Inti Berislam

"... Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. AL-Kahfi [18] : 110)

Amal Ikhlas (Niat)

Artinya : memurnikan semua tujuan dan kepentingan ketaatan hanya untuk Allah semata.

Ikhlas dalam Segala Hal

1. IKHLAS MENASIHATI
- Tujuan menasihati hanya untuk mengembalikan sesama hamba kepada Allah
- Harapann menasihati hanya menginginkan balasan ridha Allah semata
- Meyakini bahwa hanya Allah saja Yang Maha Membolak-balikkan Hati jika ingin nasihat itu memberikan dentuman/efek yang besar.
- Nasihat yang ikhlas, walau hanya satu atau dua kata, maka akan berpengaruh besar pada jiwa
2. IKHLAS MENUNTUT ILMU
- "Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang semestinya digunakan untuk mencari ridha Allah, tetapi dia tidak mempelajarinya kecuali untuk meraih harta dari dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga di akhirat" (HR. Abu Daud)
- Jangan semata-mata mencari dunia. Siapapun yang ingin berjuang bersama, carilah ridho Allah dan bersatulah dalam perjuangan.
3. IKHLAS DALAM BERDOA
- "Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa orang yang qalbunya lali dan lena dari Allah." (HR. Tirmidzi dan Hakim)
- Jangan sedikitpun ada keraguan saat berdoa.
- Minta yang besar sekalian! Kalau minta surga, sekalian saja minta surga Firdaus. Jangan minta yang kecil dari Yang Maha Besar.
- Jangan mendikte Allah!
- Mintalah pada Allah yang Allah suka! Jangan meminta yang kamu suka, karena akan membuat kamu celaka.
- Umumnya doa-doa itu bersifat makro, bukan mikro.
- Balasan berlipat-lipat adalah bukti Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang
- Saat ini adalah "zaman ibadah transaksional". Kita beribadah untuk mengharap balasan dunia. Contoh : melaksanakan sholat dengan mengharap rezekinya semakin berlipat ganda, bukan mengharap ridho Allah atas ibadahnya.
4. IKHLAS DALAM BEKERJA
- Berangkat dengan niat mengharap rezeki Allah semata
- Tidak bekerja di tempat dan cara kerja yang haram
- Hasilnya merasa cukup dengan pemberian Allah saja agar tidak tergoda oleh penghasilan yang haram.
- Cukup itu berapa? Yakni berapa kali kau berkata syukur
- Puas itu bagaimana rasanya? Yakni seberapa puas kamu bersyukur
- Kaya itu kapan sih? Sekarang jika kau bersyukur, maka sekarang juga kau sudah kaya.
- Kerjakan apa yang menjadi tugas kita, jangan banyak menuntut kepada Allah.
- "Jika aku sudah dimampukan Allah untuk berdoa, maka itu berarti Allah sudah menyiapkan jawaban doaku" (Umar bin Khatab ra.)
- Ikhlas itu bukan rela. Ikhlas = murni karena Allah
- Bangganya seorang muslima adalah bukan saat bisa berdzikir di dalam mobil mewah, tapi saat mampu bersedekah dengan mobil mewah.
- Umroh berulang-ulang memang baik, tapi akan lebih baik lagi jika mampu bersedekah sebanyak nilai umrohnya, mampu memberi makan orang miskin sebanyak nilai umrohnya. Jangan cuma pergi umroh hanya untuk melihat Ka'bah saja.
5. IKHLAS DALAM BERJUANG DAN BERDAKWAH
- "Barangsiapa yang berjuang demi tegaknya kalimat Allah (Laa Ilaaha Illallaah) berarti dia sedanga dalam jalan Allah (fi sabilillah)."
- Contohnya Nabi Ibrahim as yang sendirian tanpa pasukan dan senjata saat menghadapi Namrud. Akan tetapi, beliau tetap teguh dengan Islam, akhirnya Allah pun menolongnya.
6. IKHLAS DALAM GHIRAH
- Ghirah adalah bagian dari iman.
- Kecemburuan dan ketaatan didasari oleh iman bukan sekedar harga diri apalagi emosi.
- Jagalah kehormatan agama kita agar tidak dinistakan!
- Para ibu boleh cemburu pada suami tapi bukan karena dunia atau harga diri, semua dtegakkan karena Laa ilaaha ilallaah...
- "Nak, ilmumu gagal kalau kau tidak semakin taat kepada Allah." (nasihat yang jarang diberikan orang tua kepada anaknya. Buat anak kita bangga kalau dia taat pada Allah saja. Buat anak kita bergengsi jika hanya menjalankan sunnah Rasulullah, bukan gengsi karena mengikuti tren masa kini.

Syirik dan Riya' Menghancurkan Ikhlas
- Orang yang perbuatannya dicampur syirik maka akan sia-sia amalannya.
SYIRIK
- "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu : 'Jika kamu mempersekutukan (Tuhan) niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.' " (QS. Az-Zumar [39] : 65)

RIYA' (PAMER KEBAIKAN)
- "Sesungguhnya yang paling aku takutkan pada kalian adalah syirik kecil, 'Para sahabat berkata, Apa syirik kecil itu ya Rasulullah? Beliau menjawab, "Riya' " (HR. Ahmad)
- Riya' adalah syirik tersembunyi yang menghancurkan pahala kebaikan
- Riya' adalah bagian dari hawa nafsu, pelaku riya' menuntut bagian nafsunya di dunia

Ikhlas Amat Berat bagi Hawa Nafsu


- "Semua yang baik bagi ruh umumnya tak disukai jasad, dan umumnya yang membahayakan ruh disukai oleh jasad." (Ibnu Qayyim)
- "Hal terberat bagi hawa nafsu adalah ikhlas karena dalam ikhlas tak ada bagian untuk hawa nafsu." (Sahl bin Abdullah)
- "Yang paling berharga di dunia adalah keikhlasan. Betapa aku berusaha keras menghilangkan riya' dari hatiku, tapi seolah-olah ia selalu tumbuh dalam aneka bentuk yang selalu berbeda." (Ar-Razy)

Semoga bermanfaat...
Aisya Avicenna

Jejak-Jejak di Ganesha [Part. 1]


Ketika pintu pertama tertutup dan tak bisa dibuka lagi, yakinlah masih ada pintu lain yang bisa dimasuki. Memang dibutuhkan perjuangan untuk bisa menemukan kunci yang tepat!


~Ketika harapan belum bisa bersanding dengan kenyataan, yakinlah bahwa saat itu Allah Swt tengah mengajarkan kita tentang arti kesungguhan~
***
"Maaf Mbak, sudah penuh!"
"Waduh Neng, di sini nggak bisa bulanan, harus tahunan..""Wah, tinggal satu kamar... Nggak bisa berdua..."

Begitulah penolakan demi penolakan yang kami (saya dan Mbak Dy) alami saat mencari kos di daerah ITB kemarin.

Saya mencoba berbagi kisah saya kemarin ya. Sabtu, 11 Juni 2011 bertepatan dengan hari kelahiran ibu saya. Selepas Subuh saya sudah keluar kos dengan satu tujuan. Stasiun Gambir! Sempat menelepon ibu untuk mengucapkan selamat dan minta doanya karena hari ini mau berpetualang ke Bandung. Sempat juga menelepon Mbak Dy untuk meyakinkan bahwa dia sudah bangun (hehe) dan siap beli tiket di Gambir (berhubung kosnya dekat Gambir). Berhubung keretanya berangkat jam 05:45 dari Gambir, saya pun naik taksi dari Jalan Otista Raya.
"Kereta jam berapa, Mbak?" tanya sopir taksinya.
"Jam enam kurang seperempat, Pak!" 


"Wah, mepet nih!"
Meski pernyataan pak sopir sempat bikin saya gusar dan tegang, saya mencoba menenangkan diri. Saya yakin, insya Allah sampai di tempat sebelum kereta datang. Taksi melaju berpacu dengan waktu hingga akhirnya sampai di depan stasiun Gambir. Alhamdulillah... Belum terlambat. Ternyata Mbak Dy masih antri di loket. Tanpa sepengetahuannya, saya mengantri di belakangnya.


"Mau ke mana, Mbak?" sifat iseng saya keluar (Mbak Dy masih serius menghadap ke depan)
"Ke Bandung!" jawabnya sambil memutar kepala searah jarum jam.


Ngik, waktu menoleh.. Tahulah dia bahwa saya sudah berdiri di belakangnya.
Kami pun membeli tiket bisnis kereta Argo Parahyangan. Kami duduk di gerbong 3 kursi 5 C dan D. Pukul 05.45 kereta pun bergerak meninggalkan stasiun. Oh ya, sebelumnya kami sempat melihat ada seorang Bapak yang tiba-tiba duduk di kursi depan kami dan mendekati seorang mahasiswi (sepertinya) yang tengah duduk sendirian. Bapak itu bermaksud meminjam HP sang Mbak karena katanya baterainya rusak. Tanpa bermaksud su'udzon, saya dan Mbak Dy waspada dan menguping pembicaraan di depan kami. Karena sebelumnya Mbak Dy mendapat pesan dari Mel (rekan kerjanya) agar lebih berhati-hati di stasiun karena beberapa waktu yang lalu Mel sempat juga didatangi seorang laki-laki necis yang sepertinya berniat menghipnotisnya. 


Sepertinya si Mbak juga curiga, terbukti dia mengatakan kalau pulsanya habis. Bapak itu terus mengulang penjelasannya bahwa ia bermaksud menelepon istrinya agar menjemputnya di stasiun Cimahi. Katanya si Bapak rematiknya kambuh. Akhirnya si Mbak memberikan HPnya ke si Bapak. Si Bapak pun menelepon istrinya dengan setengah berteriak (suaranya kencang sekali). Isinya beliau minta dijemput di stasiun. Pada sesi ini kami semakin waspada. Karena bisa dimungkinkan si Bapak lari sambil membawa HP si Mbak. Haha, dasar parno! Kalau memang seperti itu, saya sudah ancang-ancang lari mengejar si Bapak. Hehe! Dasar! 


Tapi, ke-parno-an kami tidak terjadi. Si Bapak mengembalikan HP itu, berterima kasih, kemudian kembali ke tempat duduknya. Uhf.. Alhamdulillah... astaghfirullah... Maafkan kami ya Allah... Kami hanya bermaksud untuk waspada, bukan berburuk sangka...
Pukul 06.45, kereta bergerak meninggalkan Jakarta. Bismillahi tawakaltu 'alallah... Inilah perjalanan pertama saya ke Bandung naik kereta. Ahh, saya yakin! Selalu ada yang istimewa di setiap pengalaman pertama. Dalam perjalanan, selain ngemil dan bercengkerama bersama Mbak Dy, saya sempat membaca bukunya Ustadz Burhan Sodiq yang berjudul "Merengkuh Berkah Ramadan". Subhanallah... Pertemukan kami dengan bulan mulia itu. Insya Allah, Ramadhan kali ini menjadi Ramadhan yang berbeda karena saat Ramadhan itu kami tengah mengikuti perkuliahan matrikulasi di ITB Ganesha. Semoga full barokah... Aamiin...


Alhamdulillah, sekitar pukul 09.00 kereta sudah merapat di stasiun Bandung. Setelah beli tiket ke Jakarta nanti jam 16.00 dengan kereta Argo Parahyangan juga, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ITB Ganesha dengan naik angkot warna ungu jurusan Cisitu. Sepi, itulah kesan pertama kami saat menginjakkan kaki di daerah tersebut. Hehe... Saya baru dua kali ke Bandung! 


Kami duduk di samping pak sopir.. Hihi, maksudnya sekalian survey tempat asyik buat cari oleh-oleh. Halah! Padahal baru datang! Akhirnya tahu juga kalau di depan stasiun Bandung ada Kartika Sari dan foodcourt. Sip, bakal dikunjungi nanti sore sebelum pulang!


Sampailah jua di gerbang belakang ITB Ganesha. Langsung masuk gerbang yangg sedikit terbuka dan mulai mencari letak Gedung Labtekno III yang rencananya akan digunakan untuk ruang kuliah matrikulasi kami nantinya. Seru juga waktu nyari ni gedung sampai akhirnya ketemu juga meski belum bisa masuk karena ruangannya dikunci. Keluar dari gedung, berniat untuk mencari kos. Akhirnya tanya ke pak Satpam dimana lokasi kos yang dekat dengan kampus. Pak satpam yang berlogat sunda itu pun segera meraih bolpoin di sakunya dan mengambil secarik kertas di depan mejanya kemudian menggambar peta daerah Cisitu. Peta "setengah buta" sih. Hehe! Pak Satpam menerangkan kepada kami dengan serius dan sungguh-sungguh. Kami hanya manggut-manggut sambil nyengir padahal sama sekali "blank" dengan tempat yang disebutkan Pak Satpam. Hmm, meski begitu ya masih cukup mengerti lah.


Setelah berpamitan kepada Pak Satpam, kami pun melanjutkan perjalanan lewat gerbang belakang. Lapar! Akhirnya kami mampir sebuah warteg dan membeli makanan khas Sunda. Uniknya ada telor dadar serupa jala. Setelah makan, kami bermaksud menuju cisitu lama. Menurut si akang yang punya warung, cisitu lama cukup dekat dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Saya dan Mbak Dy pun berjalan kaki menuju cisitu lama sambil menggelar peta kecil yang digambar Pak Satpam tadi. Berpetualang!!!


Wuih, ternyata lumayan jauh juga. Sempat bingung juga dengan gambar peta karya Pak Satpam tadi. Lha kok malah nyasar ke cisitu baru. Ya sudah, akhirnya kami masuk gang di cisitu baru. Tanya ke beberapa kos, ternyata kebanyakan sudah penuh. Kami pun sepakat mencari ke daerah plesiran dan taman sari (depan ITB, dekat kebun binatang). Dari cisitu baru, kami naik angkot ungu kemudian ganti angkot lagi menuju plesiran. Masuklah kami di Jalan Plesiran. Wuih, langsung menemukan kost yang membutuhkan penghuni. Mbak Dy mencoba memencet bel. Ada yang membuka. Hmm, kata si Mbak penghuni itu, bapak kosnya tidak di rumah tersebut dan kami diminta menghubungi nomor teleponnya. Singkat cerita, saya dan Mbak Dy mulai tidak sreg dengan kos itu karena penghuninya ketus. 


Akhirnya kami, menyusuri jalan lagi. Wah, beragam pemilik kos kami temui. Sempat kami merasa sreg dengan sebuah kos dan ibu kosnya. Sayang, kos itu sudah penuh. Akhirnya kami berpindah ke Jalan Taman Hewan. Kami mencari dan terus mencari, sampai lewat pintu masuk kebun binatang. Hmm, sebenarnya kami kurang sreg juga dengan lingkungannya yang padat dan sedikit kotor. Saya sempat menghubungi adik tingkat SMA saya yang juga kos di daerah Plesiran. Hmm, ternyata dia sudah ngekos dengan suaminya. Dan katanya memang untuk masa sekarang rada sulit mencari kos yang bulanan.
Sampai ke pelosok jalan, kami belum menemukan kos yang kami cari. Waktu sudah Dhuhur, saya mengusulkan ke Mbak Dy sebaiknya kami sholat dulu di Masjid Salman ITB. Kami pun menuju ke sana. Sempat beli cimol. Maklum, laper! Sempat nyasar dulu, sampai akhirnya tiba juga di Masjid Salman. Alhamdulillah.... Ngadem!!!


Selesai sholat, saya mendapat informasi dari Mbak Ajeng (salah satu kenalan saya di ITB). Ada beberapa kost muslimah yang beliau infokan kosong. Tapi statusnya masih kurang jelas. Di lain tempat, rombongan Mbak Silvi (Mbak Frida, Mas Andung, Mas Afif) juga tengah mencari kos. Kami saling bertukar informasi. ternyata sama-sama belum dapat. Kami juga sempat mampir di salah satu sekretariat Salman yang di dalamnya ada dua orang muslimah. Kami mengetuk pintu. Mbaknya keluar dan dengan ramahnya bertanya ,"Ada yang bisa saya bantu, Teh?". Saya pun bertanya di mana kami bisa mendapatkan informasi terkait kos putri. Ternyata dia kurang tahu juga. Hmm, keluar dari kawasan sekre Salman tadi, Mbak Dy malah menyeletuk ingin belajar bahasa Arab! Wah, saya juga! Tapi kan kami di sini kan cuma dua bulan. Semoga niat baik kami sudah tercatat dan semoga bisa terealisasi. 


Kami meninggalkan Masjid Salman ITB dengan semangat dan harapan baru semoga segera mendapatkan kos yang kami cari. Kali ini kami berencana mencari di Cisitu Lama. Keluar dari Salman, kami mampir beli minum dulu kemudian berjalan menuju Jalan Taman Sari untuk naik angkot. Sepanjang jalan, kami mengamati pamflet-pamflet yang terpajang di pohon. 


Aha! Ada satu pamflet yang cukup menarik! Ada kamar kosong, 400 rb/bulan, untuk muslimah, ada dapur, dah free listrik + air, hanya sekali angkot kalau ke ITB. Saya pun menghubungi nomor yang tertera di pamflet itu. Wah, masih ada kamar kosong! Tapi sayang, cuma tinggal sekamar dan tidak boleh sekamar berdua! Lemes deh! Perjalanan berlanjut, kembali menemukan pamflet dan menghubungi nomornya. Kali ini seorang bapak yang menerima. Wah, masih banyak kamar kosong! Sumringah deh! Tapi langsung lemes lagi gara-gara tahu harganya! Rp 1.500.000,-/bulan dengan fasilitas seperti hotel bintang 5. Gubrak!


Ya sudah, akhirnya kami berjalan menuju jalan raya untuk naik angkot. Di kanan kiri jalan banyak kuda cakep yang 'parkir'. Hehe... Sempat dikagetkan juga dengan keberadaan seekor kuda yang tiba-tiba kepalanya menoleh ke arah saya! Hmm...
Kami kembali naik angkot ungu menuju Cisitu Lama. Cuma kami berdua yang jadi penumpang. Dari pak sopir, kami mendapat informasi kos. Kami pun diberhentikan dengan hormat di Cisitu Lama gang I. Kata Pak Sopir, dari Gang I sampai Gang VIII ada banyak kos. Sip, pencarian dimulai kembali!!!


Berawal dari jalan kecil sebelum gang I kami mengawali pencarian. Tanya sana-sini. Masuk dari 1 kos ke kos lain. Sayang, belum ketemu juga. Puluhan kos kami gali informasinya. Kebanyakan masih penuh, baru diperbaiki, tidak menerima bulanan, dan satu hal... Kebanyakan yang bulanan adalah kos laki-laki! Memang benar sih, ITB didominasi laki-laki. Total mungkin ada 50-an rumah kos (kurang dan lebihnya saya mohon maaf nggak menghitung secara detail soalnya!) yang sudah kami kunjungi hari ini. Man shabara zhafira (Siapa yang bersabar akan beruntung)! Jangan berputus asa dari rahmat Allah! Jangan menyerah, Tik! Tetap semangat! Itulah kata-kata motivasi yang saya letupkan dalam hati untuk mengafirmasi diri.


Sampai akhirnya, saat waktu hampir menunjukkan pukul 15.00 (kereta kami pukul 16.30) kami menemukan sebuah kos muslimah. Kami ketuk pintunya, mengucapkan salam, dan keluarlah seorang ibu berjilbab. Kami menanyakan apakah masih ada kamar kosong. Ternyata... Penuh!!! Sang ibu akhirnya mengajak kami mengunjungi sebuah rumah berpagar merah. Ada seorang ibu paruh baya yang keluar dari rumah itu. Alhamdulillah, ada sebuah kamar kosong! Kata ibunya, memang buat kos tapi tahunan! Akhirnya saya lobi untuk dua bulan ke depan. Alhamdulillah, ibunya setuju. Toh kami di sana juga cuma sampai tanggal 20 Agustus (sebelum tahun ajaran baru). 


Sang ibu hanya tinggal bersama suaminya. Mereka berdua ternyata atlet bangsa yang luar biasa. Atlet lempar lembing dan satunya saya lupa! Mereka berdua telah menyumbangkan banyak medali buat bangsa ini. Terbukti dengan banyaknya medali yang dipajang dan beragam foto mereka berdua di berbagai belahan dunia. Ah, saya kagum! Apalagi di usia senja mereka, masih menjadi ketua RT!


Kami diberi kebebasan menggunakan dapur (horeeee! Bisa masak!), kulkas, air, sofa, dll. Alhamdulillah, kosnya juga dekat masjid. Namanya masjid Ar-Rahim. Minimal kami bisa menggunakannya selama Ramadhan (meski sekali-kali kami pun ingin menjadikan Masjid Salman ITB sebagai tempat beraktivitas selama Ramadhan nanti). Setelah membayar DP, kami bermaksud balik ke Jakarta. Subhanallah, si ibu memberi kami sekotak black forest sebagai bekal perjalanan. Maklum, hari itu pas mau diadakan rapat RW di rumah beliau. Wah, kejatuhan durian runtuh nih! Setelah keluar dari rumah tersebut, ternyata kosnya juga dekat dengan jalan raya untuk naik angkot, dekat counter, fotocopy, laundry, rental. Sip deh!


Pukul 15:45 kami sampai di Kartika Sari depan stasiun Bandung. Saat itu kami juga mendapat kabar kalau Mbak Silvi cs juga sudah dapat kost. Sayang, mereka juga ada tawaran kos buat kami di saat kami sudah menemukan! Ya sudahlah... insya Allah, semoga masing-masing mendapatkan yang terbaik. Setelah beli oleh-oleh, saya dan Mbak Dy menuju foodcourt untuk membeli mie kocok! Hihi, krupuknya berwarna pink! Hanya 10 menit makannya. Pukul 16.10, kami jalan menuju stasiun. Alhamdulillah, sampai juga di dalam kereta. Bismillahi tawakaltu 'alallah... Akhirnya pukul 16.30 kereta Argo Parahyangan itu meninggalkan Bandung dan menuju Jakarta... 


Alhamdulillah... Petualangan hari ini sungguh luar biasa. Insya Allah, hari-hari ke depan masih banyak lagi petualangan yang harus kami jalani di kota Kembang ini. Hmm, semoga senantiasa diberi kemudahan dan full barokah dari Allah. Terlebih nanti tepat saat bulan Ramadhan. Biarlah semua yang kami alami menjadi pelajaran berharga dalam hidup. Menjadi bekal yang mendewasakan kami dan menjadi inspirasi yang mengingatkan kami sebagai kesyukuran atas segala nikmat-Nya. Yakin saja, di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Jangan berputus asa dari rahmat Allah dan yakin bahwa pertolongan Allah sangat dekat dan hadirnya kerap tak terduga. Semangat Sukses (S2)!!!

Jakarta, 120611
Aisya Avicenna