Sabtu,
13 Maret 2011 sepulang dari ‘imunisasi pekanan’, Aisya dan beberapa
teman satu lingkarannya berencana ke Jakarta Islamic Book Fair. Awalnya
mereka mau naik taksi. Tapi berhubung jumlahnya 6 orang, jadinya sepakat
naik angkutan umum. Macet. Maklum, malam minggu. Sampai di Gelora Bung
Karno, kami langsung menuju panggung utama.
Subhanallah, sampai di
sana kami disuguhi lagu “Bunda”-nya Melly Goeslaw yang tengah dibawakan
oleh seorang anak laki-laki. Keren, suaranya lembut dan merdu banget!
Bikin SPEECHLESS!!! Ada tempat duduk kosong di deretan depan. Aisya dan
seorang sahabatnya berpindah ke sana. Saudari-saudarinya yang lain
tengah menyebar mencari buku. Entahlah, hari itu Aisya tidak berminat
mencari dan membeli buku.
Setelah penampilan adik tadi, acara dilanjutkan dengan pembagian
doorprize dari Bank Syariah Mandiri. Saat pembagian hadiah hiburan, ada
beberapa anak kecil yang diminta naik ke panggung. Naiklah 7 orang anak.
Mereka diminta mengucapkan “satu sate tujuh tusuk” secara cepat. Ada 3
anak yang berhasil. Kemudian mereka juga diminta bernyanyi dan menghafal
ayat Al-Qur’an.
Wow, subhanallah. Ada seorang anak kecil yang melantunkan Ar-Rahman.
Aisya jadi malu, hafalan Ar-Rahmannya kabarnya gimana ya? Sepertinya
perlu dimuroja’ah lagi! Ada lagi seorang anak (tinggi besar), sepertinya
ia kena down syndrome. Tapi ia berani tampil di depan. Bicaranya juga
cukup lancar meski kurang begitu jelas didengar.Dia termasuk anak yang
berhasil mengucapkan kalimat tersebut dengan intonasi cepat. Saat
ditantang MC untuk menyanyi, ia berani menyanyikan “Mari Bershalawat”nya
Wali meski kata-katanya tidak begitu jelas didengar. Aisya terharu dan
sangat salut dengan anak itu. Luar biasa!
Maghrib pun tiba. Aisya dan beberapa saudarinya menuju mushola. Sedang
saudari-saudarinya yang kebetulan sedang berhalangan, tetap di panggung
utama untuk ‘ngetag’ tempat yang ‘pewe’. Ahh, indahnya kebersamaan!
Setelah wudhu, Aisya dan teman-temannya menuju mushola khusus akhwat.
Nah, saat itulah, ia bertemu dengan seorang sahabatnya yang juga alumni
UNS. Aisya cuma menyapa namanya. Sahabat itu kaget dan menoleh. “Mau
sholat dulu,” Aisya segera bergegas menyusul saudari-saudarinya. Hmm,
siapa ya sahabat Aisya itu? Off the record saja deh (disebutin juga
nggak kenal! ^^)
Setelah sholat Maghrib berjamaah, Aisya bertemu Fe di dekat pintu keluar
mushola. Fe adalah sahabat dunia mayanya yang kebetulan sudah 2 kali
bertemu di dunia nyata. Hmm, serba kebetulan deh! Aisya kembali ke
panggung utama. Acara pun dimulai. Saat itulah ada SMS masuk ke ponsel
Aisya, dari sahabatnya juga. Alumni UNS juga, tapi bukan yang tadi. Dia
menanyakan apakah Aisya sudah ke Jakarta Islamic Book Fair (JIBF). Aisya
menjawab dan menjelaskan kalau ia sedang berada di JIBF. Sahabatnya itu
membalas lagi kalau dia juga lagi ada di sana. Aisya menoleh ke
belakang. Dan pandangannya tepat tertuju pada sahabat yang SMS dia tadi.
Sahabatnya itu belum tahu posisi Aisya sampai akhirnya ia diberi tahu
kalau posisi Aisya ada di deretan tiga dari depan. Sahabat itu pindah
posisi ke samping panggung utama. Saat itulah mereka bisa saling tegur
sapa. Tidak bisa saling bertemu langsung karena saat itu pengunjung
panggung utama mulai penuh. Ia datang bersama belahan jiwanya. Duh,
mendadak mupeng! Memang asyik sih kalau malam minggu, ke book fair, plus
ditemani pasangan! Memang, ‘sendiri itu tak selamanya asyik’! SABAR
37x!!!
Aisya baru ngeh kalau malam itu acaranya bertitel “1st Indonesia Nasheed
Award”. Setahu Aisya sih mau ada konser nasyid di panggung utama. Gitu
saja. Ealah, ternyata malah malam penganugerahan buat nasyid-nasyid di
Indonesia. Aisya duduk di kursi deret ketiga. Kebetulan, kursi deret
pertama dan kedua digunakan para munsyid yang mendapat nominasi. Sebut
saja, ada SNADA, Izzatul Islam, Edcoustic, Fika (Doa Kalbu), dan
Suby-Ina.
Acara yang diselenggarakan oleh Forum Silaturahmi Nasyid Indonesia
(FSNI) ini diawali dengan pembukaan oleh duo MC yang lumayan lucu.
Dilanjutkan dengan penampilan Edcoustic yang membawakan lagu Medley
(“Perjalanan”, “Sebiru Hari Ini”, dan Menjadi Diriku”) dilanjutkan
“Muhasabah Cinta”. Setelah itu pembacaan nominasi untuk beberapa
kategori. Simak nih ya..
1.Nasyid Acapela terbaik diraih grup nasyid AWAN dari Semarang.
2.Grup Acapela terbaik diraih grup nasyid GRADASI
3.Nasyid Haroki terbaik diraih grup nasyid Shoutul Harokah untuk “Bangkitlah Negeriku”
4.Grup Haroki terbaik diraih oleh Izzatul Islam
5.Lagu favorit diraih oleh The CS dengan judul “Ummi, Ibu, Bunda Apapun Namanya”
6.Solois favorit diraih oleh Opick
7.Grup Islamic Romantic diraih oleh Suby-Ina
8.Lagu Islamic Romantic diraih oleh Suby-Ina untuk nasyid yang berjudul “Ujung Penantian”
9.Nasyid Mancanegara terfavorit diraih oleh Maher Zain untuk lagu “Barakallahulaka”
10.Pioneer Grup Nasyid Acapela diraih oleh SNADA
11.Pioneer Grup Nasyid Haroki diraih oleh Izzatul Islam
12.Special Achievement diberikan kepada tokoh yang sangat berperan
penting dalam harmonisasi nasyid di tanah air yang diberikan kepada Agus
Idwar.
Di sela-sela pembacaan nominasi di atas, ada juga pemutaran video klip
“Insya Allah”-nya Maher Zain yang berduet dengan Fadli (Padi). Seru!
Bikin merinding! Salah satu pembaca nominasinya juga luar biasa memukau.
Siapa lagi kalau bukan Anna Althafunisa alias Oki Setiana Dewi. So
beautiful! Ada juga penampilan dari SNADA yang menyanyikan “Penolong
Sejati”, FATIMAH yang menyanyikan “Muhasabah Cinta”, Mas Suby dan Mbak
Ina yang menyanyikan “Ujung Penantian” (paling suka nih ma penampilan
dan lagunya) dan Izzatul Islam yang menyanyikan “Gaza” dan “Jejak” (suka
juga, jadi semangat menghentak-hentak!). Penampilan Mas Suby dan Mbak
Ina (yang ternyata suami istri.. hmm, baru tahu!), sangat inspiratif!
Menjadi pelajaran bagi Aisya, bahwa setelah menikah tuh tetap harus
produktif, bahkan adanya pasangan bisa menjadi partner kerja sama untuk
melipatgandakan prestasi.
Langsung Aisya membayangkan...
Bila pasanganku kelak seorang penulis, maka akan aku ajak menulis buku bersama...
Bila pasanganku kelak seorang PNS, maka akan aku ajak merumuskan strategi membangun bangsa..
Bila pasanganku kelak seorang trainer, maka akan aku ajak mengisi training bersama...
Bila pasanganku kelak seorang entrepreneur, maka akan aku ajak bisnis bersama..
Ahh, yang paling penting.. pasanganku kelak harus bisa menjadi IMAM yang baik untuk keluarga kami.
Hmm, sudah ah membayangkannya!
Acara selesai. Aisya dan saudari-saudarinya pulang naik bus jurusan
Cawang. Awalnya berdiri, tapi akhirnya ada seorang saudarinya yang
memberikan tempat duduk pada Aisya. Saudarinya itu tahu kalau kondisi
Aisya belum benar-benar fit. Aisya sangat bersyukur karena hari itu ia
tidak berpetualang sendiri, tapi bersama saudari-saudari yang sangat ia
cintai. Hmm, memang ya adakalanya sendiri itu tak selamanya asyik!
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.