ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.
Tampilkan postingan dengan label FLP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FLP. Tampilkan semua postingan

Pesan Kepala Suku FLP Jakarta (Kang Tef)

Aisya Avicenna dan Taufan E.Prast
“Kalau ingin bisa menulis novel, bacalah novel sebanyak mungkin. “
Setelah pesan ini disampaikan di tengah-tengah kami. Pak ketua bertanya kepada teman-teman kelas novel. Satu per satu. “Kamu, berapa banyak novel yang dibaca bulan ini?”
Mungkin sebagian orang ada yang terkejut dengan pertanyaan ini. Sebagian yang lain ada yang baru menyadari. Mungkin demikian
“Bila ingin menjadi cerpenis, bacalah cerpen secara rutin.”
Pesan ini disampaikan kepada mereka yang berada di kelas cerpen. Kembali pertanyaan yang sama diajukan kepada teman-teman.
“Jika ingin menjadi penulis non fiksi, kembali bacalah sesuai dengan minat masing-masing. Yang suka inspiring story, bacalah tulisan-tulisan inspiring. Mereka yang suka artikel, tingkatkanlah membaca artikel dan seterusnya,”
“Lalu coba pelajari dengan seksama bagaimana mereka semua menulis.”

Pesan Ketua di Taman Surapati, 19 Desember 2010

-copy paste catatan kepsek pramuda 14, Kang Arya~


Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya 

Jalan CINTA Para Penulis




Ketika huruf bisa tersusun menjadi kata, ketika kata dapat tertautkan menjadi kalimat, dan ketika kalimat berhasil terangkai menjadi tulisan yang inspiratif. Ketika itulah akan terasakan suatu kebahagiaan yang luar biasa (Aisya Avicenna)

Setiap orang sebenarnya mampu menulis. Seseorang yang buta huruf sekalipun, sebenarnya mampu menulis hanya saja ia tidak berlatih atau dilatih untuk menulis. Setiap manusia yang bisa menulis seharusnya bersyukur akan kemampuannya tersebut. Allah SWT membekali setiap manusia dengan tiga potensi dasar yakni : ruh, akal, dan fisik. Manusia dibekali akal untuk berpikir. Salah satu cara untuk menuangkan buah pikiran adalah dengan menulis. Pikiran merupakan unsur yang paling mendukung dalam menulis. Bisa dikatakan bahwa menulis adalah proses berpikir paling kreatif. Dengan menulis, kita bisa menumpahkan semua beban perasaan kita, sehingga pikiran yang sebelumnya terasa keruh akan bisa menjadi jernih. Selain itu, kita bisa berbagi pengetahuan kepada orang lain sehingga tulisan kita bisa mendatangkan manfaat bagi sesama. Itulah esensi dari suatu ibadah dan menulis adalah salah satu amal ibadah.

Walaupun kelihatannya mudah, pada prakteknya tidak semua orang mudah melakukan aktivitas menulis ini. Banyak di antaranya yang justru mengalami kesulitan pada waktu pertama kali hendak menulis. Terkadang mereka mengalami kebuntuan ide/gagasan, tengah enggan/malas, merasa tidak bisa, tidak berbakat, tidak mampu atau tidak kompeten, takut, dan lain-lain. Jika kita ingin menjadi penulis handal yang produktif dalam berkarya, maka semua hambatan ini harus dikikis habis.
Menjadi seorang penulis handal memang butuh perjuangan. Seorang penulis juga harus ditempa melewati beragam proses yang tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Setiap proses yang ditapaki penuh dengan konsekuensi. Akan tetapi, bukan berarti hal ini menjadi sesuatu yang tidak mungkin dicapai, hanya saja diperlukan kesungguhan dan kerja keras untuk menjadi seorang penulis handal. Berikut dipaparkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang ingin menjadi penulis hebat nan isnpiratif. Kuncinya adalah ‘CINTA’.

[C]ukuplah Allah sebagai Tujuan
Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang mulia. Lalu, apa tugas manusia sebagai makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT? Allah SWT menerangkan bahwa tugas manusia di bumi adalah untuk beribadah. "Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan." (QS. Adz-Dzariyat [56] : 57). Ibadah dalam Islam mencakup seluruh aspek kehidupan. Melaksanakan semua perintah yang tertulis dalam Al-Qur`an dan As Sunnah serta menjauhkan larangan yang tertulis di dalam keduanya adalah ibadah. Ibadah mencakup semua aktifitas manusia bila diiringi dengan niat yang benar untuk mencapai ridha Allah SWT. Sholat, zakat, dan infaq adalah ibadah. Sampai-sampai memalingkan mata dari pandangan yang harampun termasuk ibadah. Tak ada pemisahan antara ibadah dan aktivitas keduniaan dalam Islam. Semua perbuatan menjadi ibadah di sisi Allah bila diniatkan semata-mata karena mencari dan mencapai ridha-Nya. Hadist 1 Arba’in berikut menjadi pengingat akan esensi niat dalam setiap amal kita.
Dari Amirul Mu’minin Abi Hafsh Umar ibn Al Khaththaab Radhiyallahu ‘Anhu, berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, 'Sesungguhnya amal-amal itu bergantung kepada niatnya. Dan setiap orang memperoleh sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikejarnya atau wanita yang hendak ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia (niatkan) hijrah kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, nilai suatu perbuatan dalam pandangan Islam dilandasi niatnya, bukan dari hasilnya. Hasil suatu perbuatan berada di tangan Allah SWT dan karenanya ganjaran perbuatan seseorang tidak tergantung pada hasilnya, tetapi pada niat yang ada di dalam hati. Niat yang benar juga harus dilanjutkan dalam amal yang benar pula. Setelah niat seseorang telah lurus, amal yang dilakukan pun tidak boleh melanggar rambu-rambu yang benar. Tidak ada kamus ‘menghalalkan segala cara’ dalam mencapai apa yang diinginkan. Seorang muslim tidak dibenarkan menggunakan cara yang tidak disukai Allah SWT demi mengapai tujuan dan cita-citanya.
Demikian halnya dengan menulis. Aktivitas menulis akan bernilai ibadah jika diniatkan semata-mata mencari ridha Allah SWT. Merangkai kata demi kata sehingga menghasilkan karya dengan menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan itulah visi mulia seorang penulis. Ia menegakkan kalimat Allah melalui pena, menuliskan bait demi bait kebenaran, dengan harapan banyak yang akan terinspirasi dari tulisan itu untuk senantiasa berbuat baik, Karena tiada balasan yang lebih pantas dari kebaikan selain kebaikan pula. Hendaknya setiap penulis selalu memperbaharui niatnya, jangan sampai kehilangan orientasi dalam menulis. Selayaknya setiap penulis meyakinkan dirinya bahwa ia menulis untuk menebarkan kebaikan, saling mengingatkan, dan tentunya mengharapkan ridha-Nya. Saat menulis, jangan berharap adanya popularitas dan keuntungan finansial semata. Memang, dengan menulis hal itu bisa saja kita dapatkan. Tapi yakinlah, saat itu diniatkan pada awalnya dan ternyata berhasil didapatkan, maka kita akan kehilangan satu investasi besar, yakni investasi akhirat.
Telah disebutkan bahwa menulis juga termasuk bagian dari ibadah. Bahkan menjadi suatu amal yang sangat bermanfaat dan menjadi investasi akhirat jika tulisan itu bermuatan pesan moral yang diamalkan oleh orang banyak sehingga bisa mengubah karakter manusia yang kurang baik menjadi bermoral dan berbudi luhur. Nah, dari sini bisa kita lihat betapa pentingnya menulis. Di dalam tulisan bisa kita sampaikan apa saja yang kita mau sehingga orang lain bisa membacanya, mengamalkannya, dan terinspirasi karenanya.

[I]nspirasi Datang, Jangan Dibuang!
Inspirasi adalah nyawa dalam kehidupan kita. Inspirasi bagaikan oase di tengah padang gurun yang meranggas tertelan panas. Ia hadir dalam setiap jiwa manusia dan menjadikannya sebagai penyejuk. Inspirasi bagai nyawa dalam diri seseorang. Ia bisa saja jadi semangat tak berkarat, bagai aliran listrik yang menjalar cepat dan hebat. Ia mampu menghentakkan motivasi. Membangkitkan yang lemah. Mengubah kondisi terbatas menjadi teratas. 

Tidak peduli kita suka menulis, serajin apa kita menulis, selalu ada waktu dimana kita memang membutuhkan inspirasi untuk mendapatkan gagasan atau tema dari tulisan kita. Kebanyakan justru inspirasi didapat dari luar diri kita, karena bisa jadi pikiran kita memang sudah cukup letih atau jenuh untuk menggali topik atau tema apa yang hendak kita tulis.
Inspirasi itu tidak akan datang jika hanya ditunggu. Inspirasi ada karena dicari atau diciptakan. Sumber inspirasi bisa didapat dari mana saja, baik dari internal maupun eksternal penulis.
1. Sumber Internal
Inspirasi bisa datang dari dalam diri penulis. Lewat pemikirannya yang mendalam dari hasil renungan (kontemplasi) yang dilakukannya. Atau bisa melalui kepekaan panca inderanya. Oleh karena itu, seorang penulis harus sensitif terhadap lingkungan sekitarnya. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan seharusnya bisa menjadi inspirasi dahsyat yang bisa melahirkan karya atau tulisan.
2. Sumber Eksternal
Banyak sekali sumber inspirasi yang berasal dari luar. Berikut beberapa sumber inspirasi yang bisa didapat seorang penulis.
a. Al Qur’an
Segala inspirasi ada di dalam Al Qur’an. Jika tidak menemukan inspirasi dari Al Qur’an, bisa jadi kita belum mengenal atau cukup berinteraksi dengan Al Qur’an. Kita boleh mengambil inspirasi dari manapun, selama inspirasi tersebut tidak melanggar syariat dan nilai Al Qur’an. Agama Islam tidak membatasi kita mendapatkan hikmah dari mana pun, selama rujukan utama kita Al Qur’an dan As Sunnah.
b. Siroh Nabawiyah
Sebaik-baik kisah yang patut dijadikan inspirasi adalah kisah Rasulullah SAW, keluarga Rasul, sahabat-sahabat Rasul, dan orang-orang terpilih yang menjadi “kekasih” Allah SWT. Tentunya banyak inspirasi yang bisa kita dapatkan dari kisah mereka.
c. Orang lain
Orang di sekeliling kita bisa dijadikan sumber inspirasi yang menarik. Coba perhatikan mereka, pastinya ada beberapa yang memiliki karakter yang unik. Ini bisa kita gali lebih dalam. Karakter seperti suka marah, bisa kita jadikan tulisan bertemakan sifat marah, bagaimana mengatasinya, dan lain sebagainya. Orang lain yang dimaksud juga bisa berasal dari tokoh inspiratif yang sukses atau bisa juga penulis tenar.
d. Lingkungan
Lingkungan sekitar kita adalah sumber inspirasi yang bagus. Nuansa alam seperti pantai, pegunungan, lembah, dan sebagainya bisa menjadi daya tarik untuk setting tulisan kita. Bahkan lingkungan kumuh di pinggiran kota juga bisa menjadi bahan tulisan.
e. Buku/Bacaan
Menulis dan membaca adalah kebiasaan yang saling tertaut. Banyak wawasan baru yang akan kita dapatkan dengan banyak membaca. Belajar dari karya orang lain sesungguhnya juga membuat kita belajar bagaimana proses kreatif mereka terbentuk. Memperbanyak bahan bacaan akan membuat wawasan kita menjadi lebih luas. Banyak hal baru yang akan kita dapatkan dari membaca, seperti ragam kehidupan dengan segala pernik dan maknanya, penggunaan bahasa dan pemakaian kata-katanya, gaya penulisan dan lain sebagainya. Membaca majalah, koran, novel, cerpen, lirik lagu, puisi, ensiklopedia, buku-buku nonfiksi, peribahasa, komik, atau apa saja juga bisa memicu datangnya inspirasi.
f. Blog
Caranya mudah saja, kita tinggal blog walking ke blog-blog yang bagus. Kita bisa belajar banyak dari proses kreatif penulis blog tersebut atau bisa melihat dari segi ide atau gagasan di setiap tulisan yang ada di blog.
g. Film
Dari film kita juga bisa mendapat banyak inspirasi sebagai bahan tulisan kita, misalnya kita bisa menulis tentang karakter tokohnya atau situasi dan kondisi yang kita olah ulang sedemikian rupa untuk ditulis. Bisa juga kita membuat resensi film dan dikirimkan ke media.
h. Peristiwa
Setiap saat dan dimanapun kita pasti tak bisa lepas dari peristiwa yang terjadi di sekeliling kita. Nah coba kita pilah-pilah, mana yang kira-kira menarik untuk dijadikan tema tulisan. Peristiwa sehari-hari yang sepertinya biasa saja, tapi bila kita kemas dengan gaya penulisan yang asyik, tentunya menjadi menarik untuk dibaca oleh orang lain.
i. Seni
Seni, baik itu seni lukis, seni musik atau lainnya, merupakan salah satu sumber inspirasi yang kaya makna. Seperti misalnya kalau kita lihat lukisan yang indah. Menggambarkan apa lukisan itu, apa maksud dari goresan lukisan itu, bisa kita jadikan ide untuk menulis.

Inspirasi sering datang tak diundang. Oleh karena itu, segera dokumentasikan setiap inspirasi yang singgah dalam benak kita. Kita menyadari bahwa kemampuan otak kita dalam menampung informasi memang sangat terbatas sehingga kita harus mampu menyiasatinya. Jangan sampai inspirasi yang bagus terbuang sayang hanya gara-gara kita tidak segera mendokumentasikannya. Tuliskan setiap inspirasi yang kita dapatkan! Oleh karena itu, setiap saat jangan lupa membawa alat tulis dan catatan kecil. Atau bisa juga kita memanfaatkan sarana lain, seperti handphone untuk mengabadikan inspirasi kita. Semoga inspirasi-inspirasi itu bisa melahirkan tulisan-tulisan inspiratif juga.

[N]ulis… Nulis... Nulis…
Ada tiga kunci utama untuk menjadi seorang penulis. Kunci pertama, menulis. Kunci kedua, menulis. Kunci ketiga, menulis. Nah, mudah saja kan? Hanya saja seorang penulis kerap terbebani dalam mengawali sebuah tulisan, merasa kesulitan dalam mengembangkan inspirasi atau ide yang didapat ke dalam tulisan yang enak dibaca, atau bingung menuliskan ending dari tulisan. Berikut ada beberapa tips yang semoga bisa membantu kita dalam menulis.
1. Mulailah Menulis Apa Saja
Misal kita akan menulis dengan tema “Isra’ Mi’raj”. Saat menulis, jangan ‘menyiksa diri’ dengan kebingungan harus mulai menulis dari mana. Apa yang sedang dipikirkan saat itu tentang Isra’ Mi’raj, tulis saja! Tak perlu runtut dengan harus menulis dari sejarahnya atau dalil-dalil yang berkenaan dengan peristiwa ini. Kita bisa saja menulis tentang Rasulullah SAW. Lambat laun kita akan menemukan kesesuaian dan alur tulisan kita sehingga akan dihasilkan tulisan yang utuh. Sebelum menulis, ada baiknya kita membuat kerangka tulisan agar tulisan kita terarah dan tidak keluar dari ide dasar atau tema. Saat awal-awal menulis draft, janganlah mengubah kata-kata atau tanda baca. Lupakan dulu tata bahasa, pemilihan kalimat, diksi, dan semua pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah! Kita akan membutuhkannya ditahap selanjutnya. Yang sekarang harus dilakukan adalah mengalirkan semua gagasan yang terpikirkan di otak. Tuliskan semua ide yang bergelora dalam pikiran, tidak masalah kalau ide-ide itu tidak saling berkaitan. 

2. Mencari Waktu yang Tepat
Memilih waktu yang tepat akan sangat membantu kita dalam menulis. Misalnya, kita memilih waktu di tengah malam. Saat suasana hening, akan membuat hati dan pikiran kita menjadi tenang. Pikiran kita bisa fokus dan konsentrasi. Selain itu, dalam setiap aktivitas keseharian kita, ada kalanya kita memiliki waktu luang. Manfaatkan waktu luang itu untuk menorehkan tulisan. Untuk menjadi penulis yang efektif, kita harus mulai berkomitmen terhadap waktu. Pilihlah waktu luang satu-dua jam tiap hari, untuk menulis.
3. Menciptakan Kondisi yang Nyaman
Saat menulis, pilihlah tempat yang membuat kita nyaman dalam menulis. Kurangi sebanyak mungkin gangguan dari luar. Kalau kita suka mendengarkan musik, bisa juga menggunakan musik sebagai backsound selama kita menulis. Belahan kanan otak kita akan menjadi aktif bila terstimulasi oleh musik. Karenanya, pilihlah musik-musik favorit, agar mood menulis tetap terjaga. Hadirnya musik yang sesuai dengan suasana hati, akan membuat tulisan yang kita buat menjadi semakin hidup.
4. Mengedit dan Menulis Ulang
Pada tahap inilah kita bisa mengedit dan menyusun setiap kalimat agar lebih tertata dan sistematis. Ukirlah setiap paragraf, dan pastikan tiap kalimat berada di tempat yang cocok. Ambil thesaurus, lalu cari kata-kata yang seharusnya menggunakan istilah lain. Lihat ensiklopedia, dan masukkan data-data yang sepertinya layak untuk dimasukkan. Perhatikan tata bahasa, dan usahakan tulisan yang dibuat tidak membuat jemu yang membaca.
5. Membaca Ulang
Setelah tulisan sudah terangkai dengan baik, baca ulang dengan teliti! Apakah ada yang perlu ditambahkan lagi? Apakah ada kata-kata yang kurang tepat atau ada kalimat yang salah? Kalau iya, perbaiki kembali tulisan tersebut. Menulis memang butuh kesabaran. Jangan mudah mengeluh!

[T]eruslah Berlatih tanpa Mengenal Letih!
Menulis itu adalah keterampilan. Setiap keterampilan pastinya memerlukan latihan. Latihan yang rutin. Sedikit demi sedikit, tapi sering dilakukan! Latihan dalam menulis memang butuh waktu, maka harus menyiapkan waktu khusus untuk menulis. Jangan menunggu siap. Jangan menunggu mood. Tapi harus menyiapkan waktu dan menyiapkan diri sebaik-baiknya.
Latihan menulis dapat dilakukan seorang diri. Ada baiknya juga bila dilakukan bersama. Misalnya dengan mengikuti pelatihan kepenulisan atau dengan bergabung dalam komunitas penulis. Dengan berlatih bersama dengan orang-orang yang memiliki visi yang sama, yakni visi untuk menjadi seorang penulis, maka akan bisa membangkitkan semangat kita untuk terus berkarya. Kalau perlu, milikilah seorang writer coach, seseorang yang bisa memandu kita dalam menulis, mengkritisi tulisan kita, dan bisa memberikan kita motivasi untuk terus menulis. 

Menulis jelas membutuhkan motivasi. Bahkan motivasi atau niat dalam menulis ini memegang peranan penting. Sebab, jika kita kehilangan motivasi, segalanya akan ikut hilang. Miliki motivasi positif dalam menulis! Jangan pernah merasa jenuh atau lelah dalam menulis. Karena menulis akan membuat kita kaya. Kaya ilmu, kaya hati, kaya amal, dan bisa juga kaya harta. Dengan menulis, pengetahuan kita akan bertambah karena kita juga dituntut untuk banyak membaca dan mencari inspirasi. Itulah yang dimaksud kaya ilmu. Menulis juga merupakan wujud sedekah. Sedekah memang tak selalu identik dengan uang sebagai sarana yang disedekahkan. Menulis adalah sedekah kata. Kita memberi sesuatu kepada orang lain lewat rangkaian kata yang kita tuliskan. Hal inilah yang membuat seorang penulis menjadi kaya hati karena banyak memberi lewat tulisan-tulisannya. Menulis adalah wujud amal yang bernilai ibadah jika tulisan yang dihasilkan adalah tulisan yang menginspirasi dan menebar kebaikan. Itulah kaya amal. Pintu rezeki banyak macamnya. Tulisan pun bisa mendatangkan rezeki. Misal, jika dibukukan dan banyak diminati serta dibeli pembaca (best seller), tentunya akan mendatangkan banyak pendapatan bagi penulisnya. Penulis pun bisa kaya harta! Akan tetapi, jangan jadikan hal yang satu ini sebagai motivasi utama. Tetaplah menjadi penulis yang bersahaja, yang tetap menjadikan ridha Allah SWT sebagai tujuan utama.

Panggillah rasa lelahmu, dan ajaklah bermain dan bercanda, karena bila lelah itu karena LILLAH, maka insya Allah akan bernilai pahala dan diganjar surga (Burhan Sodiq).

[A]badikan Karya pada Tempatnya
“Khairunnas anfa’uhum linnas” yang artinya “Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” Menjadi penulis, mungkin inilah salah satu cara yang menjadikan kita pribadi yang bermanfaat. Tulisan sebagai hasil karya kita tidak ada gunanya kalau hanya untuk konsumsi sendiri, tapi kalau dipublikasikan lewat berbagai media yang ada, maka karya tersebut akan bisa mendatangkan manfaat untuk diri kita dan orang lain. Kalau ada yang baik dalam tulisan itu maka akan menjadi penebar kebaikan dan terhitung sebagai amal jariyah. Sebaik-baik tulisan adalah tulisan yang dipublikasikan (Taufan E. Prast). 

Dewasa ini begitu banyak media yang bisa dijadikan sasaran untuk mempublikasikan tulisan kita, baik itu media cetak maupun elektronik.
1. Media Cetak
Media cetak sekarang banyak ragamnya, baik berupa koran, majalah, buletin, dan lain sebagainya. Banyak peluang terbuka bagi seorang penulis untuk mempublikasikan karyanya lewat media cetak. Tulisan tersebut dapat berupa opini, artikel, resensi, puisi, cerpen, dan lain-lain. Misalnya saja ketika akan memasukkan sebuah puisi di koran mingguan yang menerbitkan puisi seminggu sekali. Maka akan terdapat sekitar empat kesempatan di setiap minggunya. Belum lagi, jika dikalikan banyaknya koran yang sekarang beredar. Banyak sekali kesempatan, tinggal bagaimana kita memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
2. Media Elektronik
Media elektronik yang bisa dijadikan sasaran untuk mempublikasikan tulisan kita juga banyak ragamnya. Blog misalnya. Ada baiknya seorang penulis memiliki blog pribadi karena dengan begitu ia memiliki tempat khusus untuk menyalurkan inspirasi-inspirasinya sekaligus sebagai sarana untuk berlatih menulis. Karena blog bisa diakses banyak orang, tidak menutup kemungkinan akan semakin banyak juga yang akan memberikan masukan pada tulisan-tulisan kita. Bisa juga lewat catatan di Facebook, bahkan dari status-status yang kita update di Facebook tersebut. Kita bisa menuliskan sesuatu yang inspiratif lewat status Facebook. Tulisan berwujud naskah atau skenario bisa juga terpublikasikan lewat cerita yang ditayangkan di televisi atau film layar lebar. Saat ini banyak film layar lebar atau sinetron yang diangkat dari novel atau tulisan. Sebut saja, ada film Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Laskar Pelangi, dan Sang Pemimpi. 

Dalam membidik media memang perlu kecermatan dari seorang penulis. Jika ingin menerbitkan tulisannya menjadi sebuah buku, seorang penulis harus cermat dalam memilih penerbit dan memahami persyaratan yang ditetapkan penerbit pada setiap naskah yang masuk pada penerbit tersebut, seperti genre dari penerbit, kriteria tulisan (font, jumlah halaman, spasi, ukuran dan jenis huruf), cara pengiriman naskah (via email atau pos), dan lain-lain. Oleh karena itu, media mapping (pemetaan media) memang penting untuk dilakukan oleh seorang penulis.

Tulislah apa yang ada
Karya adalah anugerah
Tetap menulis sejak kini
Menulislah yang terbaik…

Ya, menulislah yang terbaik. Diawali dengan niat yang baik, dilakukan dengan latihan sebaik-baiknya, dan diabadikan dalam prasasti karya yang terbaik. Menulis bisa menjadi sarana untuk mengubah diri sendiri. Kita juga bisa mengubah paradigma dan akhlak seseorang lewat tulisan-tulisan kita. Menulislah dengan hati. Menulislah dengan CINTA. Jadikan tulisan kita sebagai sesuatu yang pantas untuk kita tinggalkan kelak jika nyawa sudah tak lagi ada. Kita pasti akan mati, tapi semoga karya kita akan abadi dan akan membawa kita ke surga-Nya di akherat nanti. Amin.

***

Aisya Avicenna


Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya 

Nibiru, Lost in Japan


Sabtu, 11 Desember 2010 pukul 13.00 keluar dari kos. Wah, pulsa habis padahal ada SMS yang belum terjawab. Mau beli pulsa, ternyata counternya tutup. Ya sudah, akhirnya lanjut menuju Indomaret untuk membeli minum dan camilan. Setelah itu, naik Kopaja 502 menuju Gramedia. Saat on the way menuju Gramedia, alhamdulillah bisa merampungkan sebuah novel yang cukup inspiratif, judulnya “YUSUF” karya Fatih Beeman. Sebenarnya, mau bikin resensi novel ini tapi belum sempat. 


Sampai di Gramedia Matraman, langsung meluncur ke lantai 3. Yupz, hari ini pukul 14.00 ada launching bukunya Cayi dan Gelbo. Cayi adalah salah satu personel FLP Jakarta angkatan ke-13 (berarti dia kakak tingkatku). Buku mereka berjudul “Lost in Japan”. Keren juga sih! Buku itu berisi panduan saat travelling ke Jepang. Wah, jadi pengin segera ke sana. Pengin tahu gimana bukunya? Beli sendiri ya (wah, promo nih!).


Alhamdulillah, aku mendapat kesempatan menjadi penanya kedua. Alhamdulillah lagi, aku mendapat doorprize sebuah buku. Nah, salah satu tips mendapatkan buku gratis adalah dengan berani bertanya saat ada launching buku. Tips yang sangat jitu! 


Setelah launching buku “Lost in Japan” ini, aku bersama wadya bala FLP Jakarta (Absen! Ada aku, Kang Taufan, Mbak Era, Mbak Iecha, Mbak Mimin, Mbak Ria, Mbak Musri, Mbak Ade, Mbak Ida, dan Kang Arya) keluar dari Gramedia Matraman. Kita mau makan …

*bersambung*


Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya 

Menulis Yuk di TKIT Fitrah Lebah


Sabtu, 27 November 2010 tim Menulis Yuk menggelar acara "Workshop Penulisan" bersama adik-adik kelas 1 SD sampai SMP di TKIT Fitrah Lebah, Bekasi.
Berikut ceritanya.

Pagi itu, sekitar pukul 06.30, Mbak Iecha SMS aku menanyakan apakah aku jadi ikut ke Bekasi atau tidak. Aku jawab kalau aku jadi ikut. Dia SMS lagi, kalau dia akan menungguku di halte Busway Gelanggang Remaja. Kami memang janjian ketemuan di UKI jam 07.30. Pukul 07.00 aku dah bertemu Mbak Iecha yang mengenakan kaos berwarna kuning. Setelah itu, kami berdua naik busway menuju halte UKI. Di sana sudah menanti Mbak Suri dengan baju pink-nya. Ternyata Mbak Suri sudah menunggu kami di halte angkot yang terletak di depan UKI. Kami bertiga bertemu.


Selang berapa saat kemudian, Mbak Ovy datang. Sudah jam 07.45. Wedew, Mbak Ria dan Mbak Rurie telat nih! Saat sedang asyik ngobrol sambil baca bukunya Kang Arul “A Complete Guide for Writerpreneurship”, mbak Ria datang dengan hebohnya. Dia naik ojek. Pakai acara uangnya kegedean dan akhirnya pinjam uang Mbak Ovy dulu. Tumben hari ini Mbak Ria pakai baju biru. Biasanya PINK terus! Beuh... hihi, dasar mbakku yang satu ini! Selanjutnya, tinggal menunggu Mbak Rurie yang masih dalam perjalanan.

Mbak Rurie akhirnya datang juga dengan tampang merasa bersalah karena terlambat. Tapi kita tidak akan marah kok! :) . Kemudian kami naik angkot kecil jurusan bekasi. Dalam perjalanan, aku dan Mbak Suri berdiskusi tentang banyak hal, salah satu hasil diskusi kami sudah saya tulis dalam “Menunggu di Sayup Rindu”. Sesekali kami tertawa melihat polah tingkah Mbak Ria yang super heboh. Dasar!!!

Sampai di daerah... mmm, aku lupa namanya. Kami turun! Awalnya mau ketemuan sama Mbak Ayu, tapi ternyata dia belum sampai. Akhirnya Mbak Ayu kami tinggal biar dia menyusul saja. Kami naik angkot 2 B. Sampai di pintu Gerbang Perumahan Villa Nusa Indah, kami turun. Setelah itu berjalan kaki menuju TKIT Fitrah Lebah.

Sampai di pintu gerbang, langsung disambut pengelolanya dan kami dipersilakan masuk. Di dalam, anak-anak sudah berkumpul. Kang Arul juga sudah datang. Acara “workshop penulisan” pun dimulai. Kang Arul mengawali workshop dengan memperkenalkan dirinya dan para pasukannya (kami, -red). Setelah itu, Kang Arul menggelar games kecil yang membuat adik-adik makin semangat. Pelatihan pun dimulai. Hmm, Kang Arul memang keren deh dalam berbagi ilmu soal kepenulisan. Sebenarnya, bukan adik-adik dari SD sampai SMP itu saja yang belajar menulis pagi ini, tapi aku juga belajar teknik menulis yang luar biasa dari Kang Arul.
Adik-adik mendapat tugas dari Kang Arul. Tugas menulis tentunya! Mereka dibagi menjadi 3 kelompok.
Kelompok 1, terdiri dari kelas 1 sampai 3 SD, dipegang oleh : aku, Mbak Suri, dan Mbak Ovy.
Kelompok 2, terdiri dari kelas 4 dan 5 SD, dipegang oleh : Mbak Rurie dan Mbak Ayu.
Kelompok 3, terdiri dari kelas 6 dan 7 (SMP), dipegang oleh : Mbak Iecha dan Mbak Ria.
Kami bertugas membimbing adik-adik dalam menulis. Wah, seru banget deh!!!! Aku jadi akrab dengan beberapa adik dan sempat bertukar alamat FB. Hehe, kecil-kecil punya FB!

Acara ini selesai pukul 12.00. Setelah acara selesai, kami foto bersama. Selanjutnya adik-adik bermain di depan “Rumah Pensil Publishing” (yang dulunya memang TKIT Fitrah Lebah). Aku dan Mbak Suri sempat diskusi tentang Rumah Pensil Publishing dengan salah satu pengelolanya. Kang Arul masih asyik ngobrol dengan ibu-ibu yang anaknya ikut acara tadi.
Pukul 12.00 lebih Kang Arul undur diri. Makasih ya Kang atas kesempatannya.

Aku dan mbak-mbakku masih menikmati snack, makan siang, dan sholat Zuhur dulu di Rumah Pensil Publishing. Setelah itu, kami menuju rumah Mbak Ayu untuk rapat membahas calon buku yang tengah kami tulis. Chayo buat tim MENULIS YUK!!!


Aisya Avicenna

NB : Kang Arul adalah nama panggilan dari Rully Nasrullah, penulis 200-an buku (lebih malah) dengan beragam nama pena, salah satunya "ARUL KHAN". Beliau adalah seorang "WRITER COACH" yang luar biasa keren! Saat ini beliau juga sebagai CEO MENULIS YUK KOMUNIKATA. Menjadi salah satu 'anak buah'-nya merupakan sesuatu yang luar biasa bagiku yang memang tengah belajar menjadi seorang "WRITERPRENEUR" 




Tulisan ini diposting pada bulan November 2010 di blog sebelumnya

Bareng Dong!


by : Fariecha The Explorer (penulis "Don't Touch Me")

Nulis keroyokan emang enak. Apalagi buat kita-kita yang "napasnya" belum kuat untuk nyelesain satu buku sendiri. Mungkin, kalau nulis fiksi (cerpen or novel), bikin sendiri lebih enak, karena lebih personal. Sedangkan, klo non fiksi, bikin rame-rame enak n ngebantu banget.

Bayangin, dari 5-8 bab yang harus dikerjain, kita paling kebagian satu atau dua bab. Selebihnya dikerjain sama temen-temen yang lain. Jelek-jeleknya, kita dapet jatah setengah buku. Itu juga udah jauh mendingan dibanding harus nulis sendirian dari ujung ampe ujung.

Terus, nulis barengan juga bisa saling menyemangati. Kalo ada temen yang belum selesai, yang lain bisa support. Kalo ada temen yang belum dapet data, yang lain bantu nyariin. Dari mulai bikin konsep sampe finishing, semuanya diselesaikan rame-rame.

Itu yang aku alamin sama temen-temen Band aku. Awalnya, aku yang cuma akrab sama Mba Dala. Begitu dapet instruksi untuk bikin non fiksi keroyokan, aku n Mba Dala nyusun pasukan. Tapi, berkali-kali band ini ganti personel. Banyak yang nggak konsisten untuk ngerjain. Alesannya bermacem-macem. Sampe, pada akhirnya, Mba Era dilibatin. Waktu itu, aku bener-bener nggak deket ama Mba Era. And, di waktu yang sangat mepet, Mba Astri n Mba Anisa (yang waktu itu baru diinagurasi) ikutan join.

Apakah kami udah akrab semua pas awal bikin tulisan? Nggak! Samasekali nggak akrab dan nggak deket. Sekali lagi, aku cuma akrab sama Mba Dala. Hingga, penerbit minta kami ngerevisi total naskah. Inagurasi angkatan 7 di Situ Gintung, itu pertama kalinya kami ketemu untuk ngomongin konsep dan bagi-bagi tugas.

Itu juga nggak langsung beres. Karakter dan latar belakang personel band yang beda-beda bikin gaya penyampaian lain-lain semua. Saat itu, kami harus ngerevisi sesuai dengan instruksi penerbit. Nggak cuma sekali. Buku Muslimah Nggak Gitu, Deh akhirnya terbit juga setelah ngerjain dua taun dan empat kali ngerevisi.

Lanjut ke buku-buku berikutnya, satu band itu nggak pernah kumplit ngumpul semua pas bahas konsep. Tapi, ngerevisi sampe empat kali bikin kami udah ngerasa deket dan saling percaya. Bikin konsep biasanya berempat. Baru, hasil rapat dikomunikasiin dengan semua personel, dan masing-masing milih bab.

Yup. Kuncinya nulis bareng itu komunikasi. Komunikasi tentang apa pun. Khususnya tentang buku yang lagi dikerjain. Nggak mungkin tulisan bisa dikerjain kalo nggak pernah ngomongin konsep bareng. Nggak mungkin juga bisa jadi buku kalo masih mengedepankan ego masing-masing. Semua buat kepentingan bersama, buat kebaikan bersama, n buat keberhasilan bersama.

Nulis satu buku berdua tapi nggak pernah bahas konsep? Waduh... Kayak lagunya Armada: mau dibawa ke mana? Mau dibawa ke mana itu tulisan? Kita enak-enakan nulis jatah kita sendiri sementara temen masih kebingungan. Kita dengan pedenya ngumpulin naskah kita sendiri, sementara temen kita tulisannya masih babak belur dan kita cuek? Halo....!!!

Nulis keroyokan satu buku dan satu tema butuh kesabaran ekstra, Butuh usaha supaya buku itu nggak ketauan kayak ditulis rame-rame. Mungkin nggak hasil tulisan kita bisa kayak gitu kalo kita nggak peduli sama temen kita? Kalo kita nggak pernah bahas konsep sama partner? Kalo kita jalan sendiri aja dengan keyakinan kalo kita udah baik dan benar? Tugas kita bukan ngerombak punya temen. Tapi, tugas kita adalah ngasih tau temen dan diskusi bareng, supaya bisa maju sama-sama. Emangnya kita tega ngeliat temen kita masih terpuruk pas kita udah maju?



Tulisan ini diposting pada bulan November 2010 di blog sebelumnya
 

Aisya Avicenna feat. Tere Liye


Sabtu, 6 November 2010
Pagi yang luar biasa. Pukul 07.30 dengan mengenakan kostum merah hati melenggang menuju kampus STIS. Hmm, mau ngapain coba?
Sampai di depan kampus, langsung telepon salah satu panitia. Alhamdulillah, dia langsung menjemput dan mengantar ke ruangan. Mau ngapain sih?

Pukul 08.30 acarapun dimulai. Hmm, ceritanya hari ini jadi trainer untuk pelatihan corel draw buat adik-adik ROHIS STIS (yang akhwat). Didampingi Nisa sebagai moderator, akupun beraksi! Akhirnya, bisa cuap-cuap lagi setelah sekian lama “off” sejenak dari dunia training karena masa transisi dari kampus ke kantor. Sekitar 30-an peserta begitu antusias mengikuti acara ini. Kebanyakan dari mereka adalah pengurus akhwat pada buletin ROHIS STIS.

Pukul 09.50, saat tengah asyik menjelaskan materi pada peserta, tiba-tiba ada seorang laki-laki masuk ke ruangan itu. Dengan mengenakan kaos hitam, jaket putih dan celana jeans, lelaki itu duduk di bangku kosong paling depan didampingi seorang mahasiswa STIS.
“Mbak, Tere-Liye tuh!” bisik Nisa di sampingku.
Hah… konsentrasiku sedikit buyar. Wow!

Sejurus kemudian Bang Tere berdiri dan meninggalkan ruangan. Sepertinya salah tempat.
Memang sih, beliau mau mengisi sharing penulisan dengan adik-adik UKM Media jam 10, di ruangan yang tengaha aku pakai.
Jam 10, akhirnya selesai sudah. Wah, pengin banget ketemu Tere-Liye. Mencari-cari di luar ruangan tapi tidak ada. Ya sudah, akhirnya setelah selesai dan pamitan pada panitianya. Aku dan Nisa turun dari lantai 6.

Eits, di dekat pintu masuk gedung utama STIS, ada Bang Tere dengan kaos hitamnya yang melepas jaket. Hmm, akhirnya ketemu juga. Trus kita saling menyapa dan membicarakan “sebuah misi” di group FB. Iseng-iseng aku mengajak foto beliau. Ternyata memang benar kata teman-teman, beliau memang jarang mau diajak foto. Beliau bilang, “Saya tidak mau difoto.”.

Dingin. Kaku. Lugas. Misterius. Itulah kesan pertamaku bertemu beliau.

Tapi it’s so amazing!

Bertemu Bang Tere adalah salah satu impianku karena beliau adalah salah satu novelis favoritku.

Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan November 2010 di blog sebelumnya

Berbagi itu Luar Biasa Bahagianya


Sabtu, 21 Agustus 2010 pukul 15.30 aku bersiap berangkat ke Manggarai. Hmm, berpetualang lagi nih! Maklum, sebagai pendatang baru di belantara Jakarta ini, aku belum cukup mengenal daerah-daerah di Jakarta termasuk Manggarai. Berbekal informasi yang aku dapat dari Mbak Karina (salah satu personel FLP DKI Jakarta), untuk bisa ke Manggarai dari terminal Kampung Melayu, aku harus naik metromini 60. Keluar dari RedZone dengan mengenakan tas punggung kesayanganku, aku menuju depan Indomaret Jalan Otista II, naik Kopamilet Jaya 18 menuju Kampung Melayu. Turun di Kampung Melayu, aku sempat tanya ke sopirnya di mana tempat metromini 60 mangkal. Pak sopir menunjukkan arahnya. Akupun berjalan menuju tempat yang ditunjuk pak sopir. Karena tak kudapati satupun metromini 60, aku bertanya ke seorang tukang ojek. Wah, ternyata metromini 60 itu sudah jarang beroperasi. Ya sudah, akhirnya aku memutuskan untuk naik busway. Sesuai arahan dari seorang kakak seniorku (alumni UNS yang sekarang juga di Jakarta), aku naik busway kemudian turun di halte Matraman I. Dari halte Matraman I aku berjalan menuju halte Matraman II kemudian naik busway yang jurusan Pulo Gadung. Di busway, sempat membuka AL Qur'an digitalku yang ada di HP untuk mengecek hafalan. Eh, lagi asyik-asyiknya, ternyata sudah sampai di halte Manggarai. Ternyata dekat sekali. Setelah dari halte, aku mencari Metromini 62 arah Pasar Minggu. Akupun bertanya pada seorang kondektur Kopaja. Terima kasih Ya Pak, sudah ditunjukkan.

Aku berjalan menuju tempat Metromini 62 itu mangkal sembari membuka halaman belakang buku "DIARY RAMADHAN" merahku yang sudah kutulis alamat lengkap Panti Asuhan Muslimin Jaya. Saat membayar ongkos kepada sang kondektur Metromini 62, aku mewanti-wantinya untuk menurunkanku di Gang Bedeng. Alhamdulillah, 5 menit kemudian sampai juga di Gang Bedeng. Turun, lalu berjalan kaki menuju panti. Eh, ketemu Mbak Dina Purnamasari yang sedang asyik telepon. Rambut baru nih! Mbak Dina adalah rekan seperjuanganku di Divisi Non Fiksi Muda Angkatan ke-14 FLP DKI Jakarta. Sampai di panti, sudah ada Mas Rusdin dan istrinya, Eva "Vana Pinkerz", dan beberapa rekan. Kami langsung naik ke lantai 2. Acara baru dimulai dan sudah sampai sesi perkenalan. Duduk, langsung ditunjuk untuk memperkenalkan diri. Waw, subhanallah... adik-adiknya banyak banget. Imut-imut. Setelah perkenalan, acara selanjutnya adalah permainan. Mbak Desi selaku MC mengarahkan adik-adik pada permainan kali ini. Adik-adik dibagi selembar kertas berisi 4 buah gambar dan mereka diminta untuk menceritakan gambar itu dengan menuliskannya. Wah, semua jadi pada serius menulis. Semangat!!! Saat itu, aku duduk di samping dua anak yang setelah kuintip tulisannya, baru aku tahu kalau mereka bernama Rio dan Bowo. Bowo kelas 3 SD, sedang Rio kelas 4 SD. Tulisan Bowo bagus, pakai huruf tegak bersambung. Saat aku sedang asyik 'ngobrol' dengan Mbak Suri, tiba-tiba Rio bertanya, "Bu, tulisannya berapa banyak?". Wehhh, aku dipanggil "ibu", kontan aku dan Mbak Suri nyengir. Hehehe... Pukul 16.45, kompetisipun berakhir. Selanjutnya, pembacaan puisi oleh Mbak Asqa yang berjudul "Renunganku"



Aku ingin seperti seorang syuhada

Yang hidup di sisi-Nya untuk selamanya

Aku ingin seperti seorang syuhada

Yang melimpahkan seluruh hidup hanya kepada-Nya

Ya Allah...

Betapa besar kenikmatan yang Engkau berikan

Segala kebahagiaan dan kekecewaan yang kualami

Adalah untuk mempertebal imanku

Aku berhamdalah

Tatkala Kau berikan kenikmatan

Dan aku belajar bersabar

Tatkala aku mendapat kesulitan

Karena ku yakin

Ada setitik harapan dalam kesusahanku

Karena ku percaya pada janji-Mu

Ya Allah...

Betapa lapangnya hati ini

Setelah begitu banyak kesulitan yang aku hadapi

Sekarang terbukalah mata hatiku

Bahwa hanya kepada Engkaulah

Tempat aku memohon pertolongan

Hanya Engkaulah yang mampu mengobati semua kesusahanku

Allah, terima kasih atas segalanya

Atas petunjuk dan hidayah-Mu kepadaku

Atas kerahiman-Mu yang masih mempedulikan aku

Sungguh, aku hanya dapat berharap kepada-Mu

Bukan kepada seorang manusiapun

Kini, aku lebih percaya kepada-Mu

Memahami maksud dan tujuan hidupku di dunia

Mengerti akan alasan Engkau menciptakan diriku

Memahami fungsiku di dunia ini

Ya Allah, begitu besar rasanya aku mencintai-Mu

Cinta yang begitu tulus dan murni

Tapi, mampukah aku mencapai cinta-Mu?

Hanya dengan izin-Mu, aku mampu mencapainya

Akhirnya, hanya ridho-Mu yang kucari

Hanya surga-Mu yang kudamba

Semoga Engkau selalu bersamaku

Dalam hatiku

Karena aku membutuhkan-Mu

Ya Allah, bila Kau panjangkan umurku

Jadikanlah aku orang yang beriman

Dan jangan Kau sia-siakan hidupku

Karena aku ingin sepenuhnya mengabdikan hidupku kepada-Mu



Oh ya... banyak personel FLP DKI Jakarta yang punya rambut baru nih. Sebut saja, Mbak Dina, Ikal, dan Pak Arya. Wew...

Setelah pembacaan puisi, dilanjutkan dengan sambutan oleh pengelola Panti Asuhan Muslimin Jaya, Bapak Idris. Pada sambutannya tersebut beliau menyampaikan bahwa saat ini jumlah total anak-anak panti sebanyak 50 orang, 30 laki-laki dan 20 perempuan. Mereka ada yang yatim piatu, yatim, piatu, dan anak-anak dari keluarga tidak mampu.

Selanjutnya, sambutan dari Kepala suku FLP DKI Jakarta, Taufan E.Prast. Dengan gayanya yang cuek tapi konyol, Kang Tef memperkenalkan FLP Jakarta kepada adik-adik. Beliaupun berharap bahwa acara ini tidak hanya sekali, tapi berkesinambungan karena berbagi itu luar biasa bahagianya.

Setelah itu, Kang Tef memperkenalkan beberapa penulis yang sudah menghasilkan banyak karya. Sebut saja, ada Mas Sokat, Kang Andy Joy Terjal Sunarto, Mbak Karina, Mbak Iecha, Mbak Era, dll. Kang Tef bagi-bagi doorprize. Saat adik-adik ditanya, "Siapa yang hari ini sudah baca buku?" Dengan berani Rio mengangkat tangan. Buku yang ia baca berjudul "Kura-kura". Akhirnya ia berhasil mendapat hadiah sebuah buku berjudul "Usamah bin Zaid". Setelah itu, adik-adik yang berani maju ke depan untuk menyanyi, mendapat doorprize berupa buku. Bowo juga maju dan menyanyikan lagu "Balonku ada Lima". Paling lucu waktu ada dua anak yang menyanyi "Cicak-cicak di Dinding". Hap-nya berkali-kali. Kata Kang Tef, kalau "hap" nya cuma sekali, berarti baru satu nyamuk yang mati. Jadinya "hap"-nya berkali-kali deh. Wah, Kang Tef ngerjain adik-adik nih. Hehehe...

Menjelang pukul 17.15, hadirlah Ustadz Zaki Mubarok di tengah-tengah kami. Beliau menyampaikan tausyah. Berikut inspirasi yang didapat :

Bila kita sayang pada anak yatim, insya Allah kita akan mendapat syafaat dari Rasulullah Saw. Kita akan dekat dengan Rasulullah Saw seperti dua jari yang saling merapat, bukan merenggang. Ustadz menceritakan tantangan-tantangan yang dihadapi Rasulullah Saw saat menyebarkan agama Islam. Ketika mau ke masjid, beliau "disambitin" oleh seorang kafir Quraisy. Tapi Rasulullah Saw tidak marah, beliau terus berdoa pada Allah agar orang yang melemparkan itu diberi petunjuk. Sampai suatu hari, saat Rasulullah Saw hendak ke masjid, tidak ada lagi yang "menyambiti" dia. Ternyata orang itu sakit dan jatuh miskin, malah sekarang jadi "tukang kemis" (pengemis). Hmm, waktu pak ustadz ngomong "tukang kemis" ini, banyak yang kasak-kusuk di belakangku. Membahas, kata dasar "kemis" yang sepertinya tak ada. Hehe... dasar penulis!!! Saat itu Rasulullah Saw sedang sakit, Abu Bakar bertemu dengan Aisyah dan menanyakan apakah ada kebiasaan Rasulullah Saw yang belum beliau laksanakan. Aisyah pun menceritakan kalau Rasulullah Saw sering memberi makan seorang pengemis buta yang dulu pernah "menyambiti" Rasulullah Saw dengan batu. Rasulullah tetap memberikan perhatian pada pengemis buta itu. Sebelum Rasulullah Saw sakit, beliau sering memberi makan orang itu. Lalu Abu Bakar mendatangi pengemis buta itu untuk memberikan makan. Tapi pengemis buta itu merasa ada yang berbeda. Pengemis itu mengatakan bahwa yang biasanya memberi makan, orangnya lembut. Akhirnya Abu Bakar mengatakan bahwa yang biasanya memberinya makan adalah Rasulullah Saw, orang yang biasa dia "sambiti".

Hikmah yang bisa diambil dari kisah di atas adalah : jika kita mendapatkan keburukan dari orang lain, jangan dibalas dengan keburukan pula, tapi balaslah dengan kebaikan.

Ustadz Zaki juga menyebutkan "Orang-orang yang dirindukan surga", yakni :

1. Membaca Al Qur'an

"Siapa yang sudah dapat juz 1?" Ustadz Zaki bertanya pada adik-adik.Alhamdulillah, Rio kembali mengangkat tangannya.

Setiap 1 huruf Al Qur'an mengandung 10 kebaikan

Di bulan Ramadhan, setiap amalan digandakan 70 kali. Termasuk membaca Al-Qur'an. Kalau Alif Lam Mim saja 3 huruf, berarti sudah berapa kebaikan tuh yang didapat?? Tapi jangan Alif Lam Mim melulu yang dilafalkan!!

2. Orang-orang yang senantiasa menjaga lisannya

3. Orang yang memberi makan orang-orang yang kelaparan

4. Orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan

Pukul 05:57 adzanpun berkumandang, kami membaca doa buka puasa.

Ikal dan pasukannya (Arief, Soson, Sayuda) membagi-bagikan es buah dan makanan ta'jil pada kami. Aku, Mbak Suri, dan Budhe Anisa makan sambil bercakap-cakap pakai bahasa Jawa. Ngerjain Mawah nih! Hehehe... maaf ya Say!

Senang juga rasanya melihat adik-adik makan dengan lahapnya.

Habis makan snack, kami sholat Maghrib berjamaah, sebagian sholat di panti, sebagian lagi sholat di masjid dekat panti.

Setelah sholat berjamaah, kami makan bersama. Kardus kotak makannya berwarna MERAH. I LIKE IT. Setelah dibuka... SURPRISE!!! Isinya nasi yang dibungkus daun pisang. Bentuknya lucu. Setelah bungkusnya dibalik posisinya baru ketahuan kalau itu namanya NASI BOGANA, khas Tegal! Setelah dibuka, ternyata kayak nasi rames. Kami pun makan bersama. Dasar penulis, sambil makan sempat-sempatnya kita membahas tentang EYD dan beberapa kosa kata termasuk kata "disambiti" dan "kemis" tadi. Lucu!!! ^^v.

Sambil makan, aku mengamati Rio dan Bowo. Aku tanya pada mereka kenapa tidak dimakan. Mereka menjawab kalau mereka pengin makan nanti saja. Selesai makan, si kecil Rio beringsut mendekatiku. Ia pun bertanya, ""Bu, boleh tukar buku ini dengan Al-Qur'an itu?" Aku jelaskan padanya bahwa buku itu hadiah untuknya, sedang Al-Qur'an itu akan diserahkan ke panti dan bisa dia baca setiap saat. TERHARU!!!! Jadi makin cinta sama Rio, si kecil itu sangat tahu bahwa Al-Qur'an begitu berarti dalam hidupnya.. SUBHANALLAH....!!!

Setelah makan bersama, FLP DKI Jakarta menyerahkan hibah Al-Qur'an dan buku kepada panti asuhan Muslimin Jaya. Kemudian salam-salaman foto bersama deh! Serunya... Rio kembali mendekatiku dan mencium tanganku. Si kecil ini dah lengket ma aku deh ^^v.

Sebelum pulang, ada pembagian sertifikat INAUGURASI MUDA Angkatan 14 FLP DKI Jakarta. Hiks, ada beberapa yang belum kebagian. Ke mana hayo???

Subhanallah, hujan turun saat perjalanan pulang. Meski bawa payung, tapi aku tak membukanya. Biarkan diri ini merasakan cinta-Nya secara langsung lewat titik-titik air yang jatuh dari langit. Semoga ini pertanda berkah dari-Nya atas kegiatan yang kami lakukan hari ini. Aamiin...

***

Seutas tali memadu simpul tawamu duhai kawan
Simpulnya jatuh dipelupuk nurani yang tertambat cinta
Cinta berkawan bersama nikmati semusim masa
Disela kehangatan berkawan adalah aku pandang
Satu persatu garis wajah duhai kawan penuh harapan
Andai saja slalu bersama setiap masa sehati
Suratan Tuhan kita disini menapaki cerita bersama
Cinta berkawan karna sehati dalam kasih Illahi
Tepiskan hal yang berbeda agar kisahmu teramat panjang
Simpan rapi harapan berkawan selamanya..

(Cinta Berkawan_Edcoustic)

***

Special buat Anggota Muda angkatan 14 yang datang : Deasy, Mbak Suri, Mbak Dina, Mbak Nain, Eva, Mimin, Fitri, Mawah, Budhe Anisa, Mbak Nisa, Mbak Retno, Ikal, Arief, Soson, Sayuda, Ghofar, hmm... sapa lagi ya??? tetep jaga ukhuwah kita yaaa...

Untuk angkatan "Tua" ada Kang Taufan (pastinya), Mbak Era, Mbak Asqa, Mbak Iecha, Mbak Karina, Mbak Desi, Mbak Ade, Kang Arya, Pak Lamuna, Mas Rusdin, dll... terus bimbing kami ke "JALAN YANG BENAR" ^^v



Jakarta, 23 Agustus 2010

Aisya Avicenna




Tulisan ini diposting pada bulan Agustus 2010 di blog sebelumnya
 

Dulu Menulis, Kini Menulis, Sampai Nantipun Menulis

Oleh : Aisya Avicenna *)

Tahun Millenium sebagai Tahun Pijakan Pertama
Tahun 2000 yang juga dikenal sebagai tahun millenium menjadi momentum kelahiran Forum Lingkar Pena (FLP) DKI Jakarta. Saat itu ketua pertamanya adalah Saifulah M. Satori yang juga membawahi ketua cabang lainnya, yakni : Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Depok, Bekasi, Bogor, dan Tangerang. Meski kegiatan-kegiatannya masih menumpang dengan kegiatan FLP Pusat, sedikit demi sedikit FLP Jakarta mulai memperkenalkan diri pada khalayak.
Tahun 2002, FLP DKI Jakarta memasuki kepengurusan periode kedua di bawah pimpinan Azimah Rahayu. FLP DKI Jakarta mengalami perkembangan yang semakin pesat. Pada kepengurusan kali ini, FLP DKI Jakarta menggabungkan semua cabang. Untuk wilayah Tangerang, Bekasi, Bogor, dan Depok sudah tidak di bawah pimpinan ketua FLP DKI Jakarta lagi. Karya yang dilahirkan FLP DKI Jakarta juga semakin banyak. Masyarakat juga semakin berminat untuk bergabung dengan FLP.
Tahun 2004 FLP berganti kepengurusan lagi. Di bawah komando Andi Tenri Dala, pada periode ini terjadi perubahan yang cukup signifikan terkait pembagian wilayah, cabang, dan ranting.
Tahun 2007 kepemimpinan beralih ke Billy Antoro. Periode keempat FLP ini lebih berorientasi secara eksternal, berbeda dengan periode pertama, kedua, dan ketiga yang memang lebih berorientasi secara internal pada pondasi organisasi, struktur, dan pola kaderisasi. Pada periode ini FLP DKI Jakarta mencoba lebih mengenalkan eksistensi dirinya di berbagai media yang ada. Menulis dan terus menulis.

Ruhnya di Masjid, Semangatnya Berbagi
Pada tahun 2010 ini, kepengurusan FLP DKI Jakarta memasuki periode ke-5. Taufan E. Prast-lah yang diberi amanah sebagai ketua. Misi kepengurusan kali ini adalah menjadikan FLP DKI Jakarta yang penuh motivasi, melapangkan komunikasi, dan merajut silaturahmi. Seperti visi awal berdirinya FLP pada tahun 2007, yakni membangun Indonesia cinta membaca dan menulis serta membangun jaringan penulis berkualitas di Indonesia. FLP DKI Jakarta juga turut sepakat untuk menjadikan menulis sebagai salah satu proses pencerahan umat. Itulah mengapa disebut bahwa ruhnya FLP itu di masjid, selain karena tempat pertemuan rutin anggota FLP DKI Jakarta juga dilakukan di Masjid Amir Hamzah, Taman Ismail Marzuki.
Seburuk-buruknya tulisan anggota FLP Jakarta, pasti di dalamnya mengandung hikmah dan pelajaran. Tulisan yang mencerahkan, tulisan yang berpondasi pada Islam, dan tulisan yang mampu menebarkan kebaikan adalah tulisan-tulisan yang menjadi barometer karya anggota FLP Jakarta. Tulisan sebagai interpretasi dari semangat berbagi kebaikan lewat rangkaian kata yang berpadu menjadi karya yang inspiratif.
Pada tanggal 17-18 Juli 2010 di Palm Hill, Cikereteg, Bogor dilantiklah anggota terbaru FLP DKI Jakarta. Mereka dilantik menjadi anggota muda FLP Jakarta angkatan 14. Kini, FLP DKI Jakarta dengan pendatang barunya semoga juga memberi warna baru yang beriring dengan prestasi baru juga. Selain itu, semoga keanggotaan baru ini dapat menjadi sarana kompetisi untuk saling meningkatkan kompetensi masing-masing, mengingat persaingan di dunia kepenulisan juga semakin ketat.

Karya yang Menjadi Warisan
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, penulis mati meninggalkan karya. Itulah yang menjadi harapan setiap penulis yang ada di FLP DKI Jakarta. Biarlah tulisan-tulisannya itu menjadi harta paling berharga untuk diwariskan. Biarlah karya-karya itu menjadi pemberat timbangan amal di hari akhir kelak. Harapannya, semoga seiring berjalannya waktu, FLP DKI Jakarta juga semakin maju dan produktif dalam mencetak penulis berikut karya-karyanya yang mampu memberi pencerahan bagi para pembaca. Karena menulis adalah sarana berinvestasi di akhirat yang bisa mendatangkan pahala yang berlipat. Dulu menulis, kini menulis, dan sampai nantipun akan terus semangat untuk merangkai tulisan terbaik.

Referensi : Modul Pelatihan Pramuda Angkatan 14

*) Penulis esai ini adalah Aisya Avicenna. Pemilik nama asli Etika Suryandari, S.Si ini berprofesi sebagai statistisi, penulis dan juga entrepreneur. Senang membaca, mengoleksi buku, dan berpetualang. Anggota Muda angkatan ke-14 FLP DKI Jakarta ini, mempunyai blog di : www.thickozone.blogspot.com

Ditulis dalam rangka mengikuti LOMBA INTERNAL FLP DKI JAKARTA




Tulisan ini diposting pada bulan Agustus 2010 di blog sebelumnya

Aisya Avicenna dan Andrea Hirata


Sabtu, 10 Juli 2010 pukul 15.30 (ba’da Asar), mobil Toyota Yaris berwarna silver meluncur di kawasan Jalan Otista Raya. Mobil tersebut berisikan 4 orang muslimah yang baru saja menyelesaikan agenda rutin pekanannya. Empat sekawan itu meluncur menuju kawasan Senayan. Jakarta Book Fair tujuannya. Selly, sang pengemudi, seorang alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Izzah, duduk di samping Selly, seorang alumnus salah satu sekolah tinggi di Jakarta Timur. Nia, duduk di belakang Izzah, juga seorang alumnus salah satu sekolah tinggi di Jakarta Timur (teman sekelas Izzah). Aisya, duduk di samping Nia, seorang alumnus Universitas Nomor Satu di Surakarta.
Alhamdulillah, sore yang indah dalam balutan ukhuwah. Sepanjang perjalanan, sesekali mereka bercanda. Sesekali Aisya juga senyum-senyum sendiri. Wehh! Pasalnya (pasal berapa nih?), saat itu Aisya juga tengah membaca novel barunya, “THE LOST SIMBOK” karangan ‘Kawan-kawan dan Baim Lenon’ yang konon lucu banget. Mengisahkan petualangan seorang simbok yang tersesat. Novel ini merupakan novel plesetan dari buku “THE LOST SYMBOL”. Hehehe, benar-benar lucu! Wajib dibaca biar bisa senyum-senyum sendiri juga!
Sekitar pukul 16.00, mereka sudah memasuki kawasan Senayan. Sempat bingung juga mencari pintu masuk ke Gelora Bung Karno, akhirnya ketemu juga setelah muter-muter. Saatnya hunting buku!!!

 
Aisya langsung menuju stand Mizan. Sedangkan Izzah, Selly, dan Nia terpencar entah kemana. Novel “Padang Bulan” dan “Existere” langsung diambil Aisya. Kedua novel ini adalah titipan dari saudari kembar dan salah satu temannya. Ada SMS masuk dari Izzah, “Kalian ada di mana?”. Wehh, pada berpencar nih ceritanya! Aisya membalasnya. Kemudian, ia pun melanjutkan pencarian. BUKU!!! Alhamdulillah, buku-buku yang menjadi ‘sasaran tembak’nya berhasil didapatkan. Senja datang, Maghrib-pun menjelang. Dengan menenteng satu tas kresek besar berisi buku-buku setebal 5-10 cm plus menggendong tas punggung yang tak beda jauh isinya, Aisya menuju mushola. Bertemulah ia dengan Izzah dan Nia. Selly sudah pulang karena hendak ke Jogja sore itu.
Setelah sholat Maghrib, mereka sempat hunting buku lagi. Aisya juga sempat bertemu dengan Mbak Era (istri Kang Taufan) dan bundanya. Aisya sempat berujar, “Mbak, barusan saya beli buku ‘Doa-doa Enteng Jodoh’ lho! Hehe”. Mbak Era dan Kang Taufan adalah penulis dari buku itu. Asyik juga ya bisa menulis berdua, jadi terinspirasi ^^v!!! Setelah puas hunting bukunya, kami bertiga menuju panggung utama. Aisya surprise sekali tatkala ada sosok seseorang yang tak asing lagi baginya! IKAL!!! Tapi ini bukan Ikal-nya Andrea Hirata. Ikal yang rambutnya juga rada-rada ikal ini adalah salah satu sahabat perjuangan Aisya di Pramuda FLP angkatan 14. Ikal berada di divisi fiksi, kalau Aisya kan di divisi Nonfiksi. Ikal ternyata mendapat kesempatan untuk membacakan puisi Andrea Hirata di novel “Padang Bulan”. Saat sedang asyik menikmati puisi yang dibacakan Ikal, pandangan Aisya juga tertuju pada sosok yang juga begitu ia kenal, yakni Kang Taufan E. Prast (kepala suku FLP Jakarta nih!) dan Soson Rollin Pande (sahabat perjuangan Aisya di FLP juga).


Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman
Orang asing Orang asing Seseorang yang asing Berdiri di dalam cermin Tak kupercaya aku pada pandanganku Begitu banyak cinta telah mengambil dariku Aku kesepian Aku kesepian di keramaian Mengeluarkanmu dari ingatan Bak menceraikan angin dari awan Takut Takut Aku sangat takut Kehilangan seseorang yang tak pernah kumiliki Gila, gila rasanya Gila karena cemburu buta Yang tersisa hanya kenangan Saat kau meninggalkanku sendirian Di bawah rembulan yang menyinari kota kecilku yang ditinggalkan zaman Sejauh yang dapat kukenang Cinta tak pernah lagi datang (Padang Bulan, halaman 198)

Berdiri. Tempat duduk sudah penuh! Ya sudahlah. Padahal biasanya kalau ada acara semisal bedah buku atau launching buku, Aisya selalu memilih tempat duduk paling depan. Selain bisa lebih konsentrasi, ia bisa dengan cepat mengajukan pertanyaan atau mendapat doorprise. Hehe!


Setelah pembacaan puisi, sang MC yang ternyata bernama Dita itu mengatakan bahwa sebentar lagi Andrea Hirata akan hadir. Dan benar saja, dengan diiringi lagu “Cinta Gila”, lagu ciptaannya yang dinyanyikan bersama Ungu, Andrea Hirata memasuki panggung utama. Wah, Ikal bertemu Pak Cik Ikal juga tuh! Ikal turun dari panggung dan langsung bergabung bersama Soson dan Aisya yang berdiri di sebelah Mbak Era dan ibunya. Kang Taufan tadi kemana ya??? Sementara itu, Izzah dan Nia duduk di dekat taman.


Alhamdulillah, impian Aisya bertemu Andrea Hirata akhirnya tidak hanya sekedar impian. Dengan penampilan khasnya, berkaos plus topi yang bertengger di kepalanya, Andrea Hirata membuat nuansa Jakarta Book Fair semakin meriah. Penonton pun semakin banyak. Andrea Hirata menjelaskan secara singkat tentang novel terbarunya, Dwilogi “Padang Bulan” dan “Cinta di Dalam Gelas”. Saat sesi tanya jawab, banyak yang antusias untuk bertanya. Termasuk Aisya! Dari jawaban atas pertanyaan demi pertanyaan yang terlontar dari penonton, Aisya menjadi tahu beberapa ‘rahasia’ di balik novel dwilogi tersebut. Ternyata novel itu lahir setelah Andrea Hirata melakukan riset budaya Melayu selama 3 tahun! Meski waktu menulis novelnya hanya butuh waktu 3 minggu. Luar biasa! VISIONER. Itulah penilaian Aisya pada Andrea Hirata karena ternyata novel dwilogi ini sudah digagasnya saat pembuatan novel Laskar Pelangi! Andrea Hirata berujar bahwa novel dwilogi ini merupakan jawaban atas ‘kekecewaan’ pembaca akan novel “Maryamah Karpov”. Pada dwilogi ini pembaca akan tahu asal-muasal nama ‘Maryamah Karpov’ tersebut.


Di tengah-tengah acara, sempat Aisya, Soson, dan Ikal menginterpretasikan cover novel “Cinta dalam Gelas”. Aisya jadi tahu siapa saja 4 orang yang dimaksud dalam cover itu. Selain itu, rasa penasaran Aisya pada salah satu bab di novel “Cinta dalam Gelas”, yakni di halaman 196 akhirnya terjawab sudah! Tiga orang peserta maju untuk membaca halaman 196 dengan diiringi musik rap! Nge-rap euy!! Seru juga...Lucu!
Judul “Padang Bulan” ternyata terinspirasi dari nama sebuah lapangan di kampung halaman Andrea Hirata, sedangkan judul “Cinta dalam Gelas” terinspirasi dari ‘segelas kopi’. Hmm, baca aja deh novel dwilogi tersebut! BAGUS!!! SERIUS nih!


Subhanallah, pada bulan Ramadhan nanti Andrea Hirata akan meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studinya di luar negeri (lupa nih nama univeristasnya). Andrea Hirata mendapatkan beasiswa untuk memperdalam sastra. Ia benar-benar ingin belajar tentang ‘menulis dan sastra’, begitu katanya! Dia berujar dirinya memang tidak mempunyai bassic sastra yang bagus, karena ia memang orang ekonomi. Padahal kan novel-novelnya tuh dah ‘nyastra’ banget ya! Hmm... Saat ini novel tetralogi Laskar Pelangi juga sudah diterbitkan dalam edisi internasional dan sudah beredar di beberapa negara. Sungguh luar biasa!


Berorientasi pada karya dan mempersembahkan yang terbaik pada pembaca, itulah visi Andrea Hirata! Saat menulis, ia akan ‘tenggelam’ di dalam tulisannya. Merasuk ke dalam jiwanya... Terbang bersamanya... ^^v


Sastra sungguh sebuah keindahan yang asing Seperti surga di dalam hutan Seperti sumur jernih yang ditinggalkan Seperti kekasih yang merindu...

 
Hmm, Andrea Hirata sempat berpuisi.
Setelah acara selesai, penonton diberi kesempatan untuk meminta tanda tangan dan foto bersama Andrea Hirata. Senangnya...

OPEN YOUR MIND! Pesan Andrea Hirata pada Aisya Avicenna. So inspiring! Makasih buat Andrea Hirata yang mau diajak berbicara meski begitu singkat. Aisya sempat menyampaikan salam dari saudari kembarnya, Keisya Avicenna!
Jakarta, 120710_03:40
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan Juli 2010 di blog sebelumnya

Rekam Jejak Tugas Akhir Aisya Avicenna


Prolog : Jumat, 8 Juli 2010 pukul 08:47 update status FB “Terjebak sejenak, menyeruak, kemudian tersontak! "CINTA"... aku menemukannya!!! ^^v”. Banyak yang penasaran dengan status tersebut. Inilah saatnya saya menjawabnya. Jumat pagi itu saya masih ‘disibukkan’ dengan Tugas Akhir Pramuda angkatan 14 FLP Jakarta, awalnya saya sudah punya konsep tulisan yang berjudul “Kaya dengan Kata”, sudah hampir jadi (75 %-lah). Saya masih merasa belum sreg dengan tulisan saya itu. Nah, dalam perjalanan menuju ke kantor, di dalam Kopaja 502, saya terus memikirkan tugas saya yang belum kunjung jadi tersebut. Akhirnya, EUREKA!!! Saya menemukan formula “CINTA” untuk tulisan saya. Jadilah Tugas Akhir saya berjudul “Jalan Cinta Para Penulis”.
***
JALAN CINTA PARA PENULIS

Ketika huruf bisa tersusun menjadi kata, ketika kata dapat tertautkan menjadi kalimat, dan ketika kalimat berhasil terangkai menjadi tulisan yang inspiratif. Ketika itulah akan terasakan suatu kebahagiaan yang luar biasa
(Aisya Avicenna)

Setiap orang sebenarnya mampu menulis. Seseorang yang buta huruf sekalipun, sebenarnya mampu menulis hanya saja ia tidak berlatih atau dilatih untuk menulis. Setiap manusia yang bisa menulis seharusnya bersyukur akan kemampuannya tersebut. Allah SWT membekali setiap manusia dengan tiga potensi dasar yakni : ruh, akal, dan fisik. Manusia dibekali akal untuk berpikir. Salah satu cara untuk menuangkan buah pikiran adalah dengan menulis. Pikiran merupakan unsur yang paling mendukung dalam menulis. Bisa dikatakan bahwa menulis adalah proses berpikir paling kreatif. Dengan menulis, kita bisa menumpahkan semua beban perasaan kita, sehingga pikiran yang sebelumnya terasa keruh akan bisa menjadi jernih. Selain itu, kita bisa berbagi pengetahuan kepada orang lain sehingga tulisan kita bisa mendatangkan manfaat bagi sesama. Itulah esensi dari suatu ibadah dan menulis adalah salah satu amal ibadah.
Walaupun kelihatannya mudah, pada prakteknya tidak semua orang mudah melakukan aktivitas menulis ini. Banyak di antaranya yang justru mengalami kesulitan pada waktu pertama kali hendak menulis. Terkadang mereka mengalami kebuntuan ide/gagasan, tengah enggan/malas, merasa tidak bisa, tidak berbakat, tidak mampu atau tidak kompeten, takut, dan lain-lain. Jika kita ingin menjadi penulis handal yang produktif dalam berkarya, maka semua hambatan ini harus dikikis habis.
Menjadi seorang penulis handal memang butuh perjuangan. Seorang penulis juga harus ditempa melewati beragam proses yang tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Setiap proses yang ditapaki penuh dengan konsekuensi. Akan tetapi, bukan berarti hal ini menjadi sesuatu yang tidak mungkin dicapai, hanya saja diperlukan kesungguhan dan kerja keras untuk menjadi seorang penulis handal. Berikut dipaparkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang ingin menjadi penulis hebat nan isnpiratif. Kuncinya adalah ‘CINTA’.

[C]ukuplah Allah sebagai Tujuan
Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang mulia. Lalu, apa tugas manusia sebagai makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT? Allah SWT menerangkan bahwa tugas manusia di bumi adalah untuk beribadah. "Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan." (QS. Adz-Dzariyat [56] : 57). Ibadah dalam Islam mencakup seluruh aspek kehidupan. Melaksanakan semua perintah yang tertulis dalam Al-Qur`an dan As Sunnah serta menjauhkan larangan yang tertulis di dalam keduanya adalah ibadah. Ibadah mencakup semua aktifitas manusia bila diiringi dengan niat yang benar untuk mencapai ridha Allah SWT. Sholat, zakat, dan infaq adalah ibadah. Sampai-sampai memalingkan mata dari pandangan yang harampun termasuk ibadah. Tak ada pemisahan antara ibadah dan aktivitas keduniaan dalam Islam. Semua perbuatan menjadi ibadah di sisi Allah bila diniatkan semata-mata karena mencari dan mencapai ridha-Nya. Hadist 1 Arba’in berikut menjadi pengingat akan esensi niat dalam setiap amal kita.
Dari Amirul Mu’minin Abi Hafsh Umar ibn Al Khaththaab Radhiyallahu ‘Anhu, berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, 'Sesungguhnya amal-amal itu bergantung kepada niatnya. Dan setiap orang memperoleh sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikejarnya atau wanita yang hendak ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia (niatkan) hijrah kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, nilai suatu perbuatan dalam pandangan Islam dilandasi niatnya, bukan dari hasilnya. Hasil suatu perbuatan berada di tangan Allah SWT dan karenanya ganjaran perbuatan seseorang tidak tergantung pada hasilnya, tetapi pada niat yang ada di dalam hati. Niat yang benar juga harus dilanjutkan dalam amal yang benar pula. Setelah niat seseorang telah lurus, amal yang dilakukan pun tidak boleh melanggar rambu-rambu yang benar. Tidak ada kamus ‘menghalalkan segala cara’ dalam mencapai apa yang diinginkan. Seorang muslim tidak dibenarkan menggunakan cara yang tidak disukai Allah SWT demi mengapai tujuan dan cita-citanya.
Demikian halnya dengan menulis. Aktivitas menulis akan bernilai ibadah jika diniatkan semata-mata mencari ridha Allah SWT. Merangkai kata demi kata sehingga menghasilkan karya dengan menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan itulah visi mulia seorang penulis. Ia menegakkan kalimat Allah melalui pena, menuliskan bait demi bait kebenaran, dengan harapan banyak yang akan terinspirasi dari tulisan itu untuk senantiasa berbuat baik, Karena tiada balasan yang lebih pantas dari kebaikan selain kebaikan pula. Hendaknya setiap penulis selalu memperbaharui niatnya, jangan sampai kehilangan orientasi dalam menulis. Selayaknya setiap penulis meyakinkan dirinya bahwa ia menulis untuk menebarkan kebaikan, saling mengingatkan, dan tentunya mengharapkan ridha-Nya. Saat menulis, jangan berharap adanya popularitas dan keuntungan finansial semata. Memang, dengan menulis hal itu bisa saja kita dapatkan. Tapi yakinlah, saat itu diniatkan pada awalnya dan ternyata berhasil didapatkan, maka kita akan kehilangan satu investasi besar, yakni investasi akhirat.
Telah disebutkan bahwa menulis juga termasuk bagian dari ibadah. Bahkan menjadi suatu amal yang sangat bermanfaat dan menjadi investasi akhirat jika tulisan itu bermuatan pesan moral yang diamalkan oleh orang banyak sehingga bisa mengubah karakter manusia yang kurang baik menjadi bermoral dan berbudi luhur. Nah, dari sini bisa kita lihat betapa pentingnya menulis. Di dalam tulisan bisa kita sampaikan apa saja yang kita mau sehingga orang lain bisa membacanya, mengamalkannya, dan terinspirasi karenanya.

[I]nspirasi Datang, Jangan Dibuang!
Inspirasi adalah nyawa dalam kehidupan kita. Inspirasi bagaikan oase di tengah padang gurun yang meranggas tertelan panas. Ia hadir dalam setiap jiwa manusia dan menjadikannya sebagai penyejuk. Inspirasi bagai nyawa dalam diri seseorang. Ia bisa saja jadi semangat tak berkarat, bagai aliran listrik yang menjalar cepat dan hebat. Ia mampu menghentakkan motivasi. Membangkitkan yang lemah. Mengubah kondisi terbatas menjadi teratas.
Tidak peduli kita suka menulis, serajin apa kita menulis, selalu ada waktu dimana kita memang membutuhkan inspirasi untuk mendapatkan gagasan atau tema dari tulisan kita. Kebanyakan justru inspirasi didapat dari luar diri kita, karena bisa jadi pikiran kita memang sudah cukup letih atau jenuh untuk menggali topik atau tema apa yang hendak kita tulis.
Inspirasi itu tidak akan datang jika hanya ditunggu. Inspirasi ada karena dicari atau diciptakan. Sumber inspirasi bisa didapat dari mana saja, baik dari internal maupun eksternal penulis.
1. Sumber Internal
Inspirasi bisa datang dari dalam diri penulis. Lewat pemikirannya yang mendalam dari hasil renungan (kontemplasi) yang dilakukannya. Atau bisa melalui kepekaan panca inderanya. Oleh karena itu, seorang penulis harus sensitif terhadap lingkungan sekitarnya. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan seharusnya bisa menjadi inspirasi dahsyat yang bisa melahirkan karya atau tulisan.
2. Sumber Eksternal
Banyak sekali sumber inspirasi yang berasal dari luar. Berikut beberapa sumber inspirasi yang bisa didapat seorang penulis.
a. Al Qur’an
Segala inspirasi ada di dalam Al Qur’an. Jika tidak menemukan inspirasi dari Al Qur’an, bisa jadi kita belum mengenal atau cukup berinteraksi dengan Al Qur’an. Kita boleh mengambil inspirasi dari manapun, selama inspirasi tersebut tidak melanggar syariat dan nilai Al Qur’an. Agama Islam tidak membatasi kita mendapatkan hikmah dari mana pun, selama rujukan utama kita Al Qur’an dan As Sunnah.
b. Siroh Nabawiyah
Sebaik-baik kisah yang patut dijadikan inspirasi adalah kisah Rasulullah SAW, keluarga Rasul, sahabat-sahabat Rasul, dan orang-orang terpilih yang menjadi “kekasih” Allah SWT. Tentunya banyak inspirasi yang bisa kita dapatkan dari kisah mereka.
c. Orang lain
Orang di sekeliling kita bisa dijadikan sumber inspirasi yang menarik. Coba perhatikan mereka, pastinya ada beberapa yang memiliki karakter yang unik. Ini bisa kita gali lebih dalam. Karakter seperti suka marah, bisa kita jadikan tulisan bertemakan sifat marah, bagaimana mengatasinya, dan lain sebagainya. Orang lain yang dimaksud juga bisa berasal dari tokoh inspiratif yang sukses atau bisa juga penulis tenar.
d. Lingkungan
Lingkungan sekitar kita adalah sumber inspirasi yang bagus. Nuansa alam seperti pantai, pegunungan, lembah, dan sebagainya bisa menjadi daya tarik untuk setting tulisan kita. Bahkan lingkungan kumuh di pinggiran kota juga bisa menjadi bahan tulisan.
e. Buku/Bacaan
Menulis dan membaca adalah kebiasaan yang saling tertaut. Banyak wawasan baru yang akan kita dapatkan dengan banyak membaca. Belajar dari karya orang lain sesungguhnya juga membuat kita belajar bagaimana proses kreatif mereka terbentuk. Memperbanyak bahan bacaan akan membuat wawasan kita menjadi lebih luas. Banyak hal baru yang akan kita dapatkan dari membaca, seperti ragam kehidupan dengan segala pernik dan maknanya, penggunaan bahasa dan pemakaian kata-katanya, gaya penulisan dan lain sebagainya. Membaca majalah, koran, novel, cerpen, lirik lagu, puisi, ensiklopedia, buku-buku nonfiksi, peribahasa, komik, atau apa saja juga bisa memicu datangnya inspirasi.
f. Blog
Caranya mudah saja, kita tinggal blog walking ke blog-blog yang bagus. Kita bisa belajar banyak dari proses kreatif penulis blog tersebut atau bisa melihat dari segi ide atau gagasan di setiap tulisan yang ada di blog.
g. Film
Dari film kita juga bisa mendapat banyak inspirasi sebagai bahan tulisan kita, misalnya kita bisa menulis tentang karakter tokohnya atau situasi dan kondisi yang kita olah ulang sedemikian rupa untuk ditulis. Bisa juga kita membuat resensi film dan dikirimkan ke media.
h. Peristiwa
Setiap saat dan dimanapun kita pasti tak bisa lepas dari peristiwa yang terjadi di sekeliling kita. Nah coba kita pilah-pilah, mana yang kira-kira menarik untuk dijadikan tema tulisan. Peristiwa sehari-hari yang sepertinya biasa saja, tapi bila kita kemas dengan gaya penulisan yang asyik, tentunya menjadi menarik untuk dibaca oleh orang lain.
i. Seni
Seni, baik itu seni lukis, seni musik atau lainnya, merupakan salah satu sumber inspirasi yang kaya makna. Seperti misalnya kalau kita lihat lukisan yang indah. Menggambarkan apa lukisan itu, apa maksud dari goresan lukisan itu, bisa kita jadikan ide untuk menulis.

Inspirasi sering datang tak diundang. Oleh karena itu, segera dokumentasikan setiap inspirasi yang singgah dalam benak kita. Kita menyadari bahwa kemampuan otak kita dalam menampung informasi memang sangat terbatas sehingga kita harus mampu menyiasatinya. Jangan sampai inspirasi yang bagus terbuang sayang hanya gara-gara kita tidak segera mendokumentasikannya. Tuliskan setiap inspirasi yang kita dapatkan! Oleh karena itu, setiap saat jangan lupa membawa alat tulis dan catatan kecil. Atau bisa juga kita memanfaatkan sarana lain, seperti handphone untuk mengabadikan inspirasi kita. Semoga inspirasi-inspirasi itu bisa melahirkan tulisan-tulisan inspiratif juga.

[N]ulis… Nulis... Nulis…
Ada tiga kunci utama untuk menjadi seorang penulis. Kunci pertama, menulis. Kunci kedua, menulis. Kunci ketiga, menulis. Nah, mudah saja kan? Hanya saja seorang penulis kerap terbebani dalam mengawali sebuah tulisan, merasa kesulitan dalam mengembangkan inspirasi atau ide yang didapat ke dalam tulisan yang enak dibaca, atau bingung menuliskan ending dari tulisan. Berikut ada beberapa tips yang semoga bisa membantu kita dalam menulis.
1. Mulailah Menulis Apa Saja
Misal kita akan menulis dengan tema “Isra’ Mi’raj”. Saat menulis, jangan ‘menyiksa diri’ dengan kebingungan harus mulai menulis dari mana. Apa yang sedang dipikirkan saat itu tentang Isra’ Mi’raj, tulis saja! Tak perlu runtut dengan harus menulis dari sejarahnya atau dalil-dalil yang berkenaan dengan peristiwa ini. Kita bisa saja menulis tentang Rasulullah SAW. Lambat laun kita akan menemukan kesesuaian dan alur tulisan kita sehingga akan dihasilkan tulisan yang utuh. Sebelum menulis, ada baiknya kita membuat kerangka tulisan agar tulisan kita terarah dan tidak keluar dari ide dasar atau tema. Saat awal-awal menulis draft, janganlah mengubah kata-kata atau tanda baca. Lupakan dulu tata bahasa, pemilihan kalimat, diksi, dan semua pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah! Kita akan membutuhkannya ditahap selanjutnya. Yang sekarang harus dilakukan adalah mengalirkan semua gagasan yang terpikirkan di otak. Tuliskan semua ide yang bergelora dalam pikiran, tidak masalah kalau ide-ide itu tidak saling berkaitan.
2. Mencari Waktu yang Tepat
Memilih waktu yang tepat akan sangat membantu kita dalam menulis. Misalnya, kita memilih waktu di tengah malam. Saat suasana hening, akan membuat hati dan pikiran kita menjadi tenang. Pikiran kita bisa fokus dan konsentrasi. Selain itu, dalam setiap aktivitas keseharian kita, ada kalanya kita memiliki waktu luang. Manfaatkan waktu luang itu untuk menorehkan tulisan. Untuk menjadi penulis yang efektif, kita harus mulai berkomitmen terhadap waktu. Pilihlah waktu luang satu-dua jam tiap hari, untuk menulis.
3. Menciptakan Kondisi yang Nyaman
Saat menulis, pilihlah tempat yang membuat kita nyaman dalam menulis. Kurangi sebanyak mungkin gangguan dari luar. Kalau kita suka mendengarkan musik, bisa juga menggunakan musik sebagai backsound selama kita menulis. Belahan kanan otak kita akan menjadi aktif bila terstimulasi oleh musik. Karenanya, pilihlah musik-musik favorit, agar mood menulis tetap terjaga. Hadirnya musik yang sesuai dengan suasana hati, akan membuat tulisan yang kita buat menjadi semakin hidup.
4. Mengedit dan Menulis Ulang
Pada tahap inilah kita bisa mengedit dan menyusun setiap kalimat agar lebih tertata dan sistematis. Ukirlah setiap paragraf, dan pastikan tiap kalimat berada di tempat yang cocok. Ambil thesaurus, lalu cari kata-kata yang seharusnya menggunakan istilah lain. Lihat ensiklopedia, dan masukkan data-data yang sepertinya layak untuk dimasukkan. Perhatikan tata bahasa, dan usahakan tulisan yang dibuat tidak membuat jemu yang membaca.
5. Membaca Ulang
Setelah tulisan sudah terangkai dengan baik, baca ulang dengan teliti! Apakah ada yang perlu ditambahkan lagi? Apakah ada kata-kata yang kurang tepat atau ada kalimat yang salah? Kalau iya, perbaiki kembali tulisan tersebut. Menulis memang butuh kesabaran. Jangan mudah mengeluh!

[T]eruslah Berlatih tanpa Mengenal Letih!
Menulis itu adalah keterampilan. Setiap keterampilan pastinya memerlukan latihan. Latihan yang rutin. Sedikit demi sedikit, tapi sering dilakukan! Latihan dalam menulis memang butuh waktu, maka harus menyiapkan waktu khusus untuk menulis. Jangan menunggu siap. Jangan menunggu mood. Tapi harus menyiapkan waktu dan menyiapkan diri sebaik-baiknya.
Latihan menulis dapat dilakukan seorang diri. Ada baiknya juga bila dilakukan bersama. Misalnya dengan mengikuti pelatihan kepenulisan atau dengan bergabung dalam komunitas penulis. Dengan berlatih bersama dengan orang-orang yang memiliki visi yang sama, yakni visi untuk menjadi seorang penulis, maka akan bisa membangkitkan semangat kita untuk terus berkarya. Kalau perlu, milikilah seorang writer coach, seseorang yang bisa memandu kita dalam menulis, mengkritisi tulisan kita, dan bisa memberikan kita motivasi untuk terus menulis.
Menulis jelas membutuhkan motivasi. Bahkan motivasi atau niat dalam menulis ini memegang peranan penting. Sebab, jika kita kehilangan motivasi, segalanya akan ikut hilang. Miliki motivasi positif dalam menulis! Jangan pernah merasa jenuh atau lelah dalam menulis. Karena menulis akan membuat kita kaya. Kaya ilmu, kaya hati, kaya amal, dan bisa juga kaya harta. Dengan menulis, pengetahuan kita akan bertambah karena kita juga dituntut untuk banyak membaca dan mencari inspirasi. Itulah yang dimaksud kaya ilmu. Menulis juga merupakan wujud sedekah. Sedekah memang tak selalu identik dengan uang sebagai sarana yang disedekahkan. Menulis adalah sedekah kata. Kita memberi sesuatu kepada orang lain lewat rangkaian kata yang kita tuliskan. Hal inilah yang membuat seorang penulis menjadi kaya hati karena banyak memberi lewat tulisan-tulisannya. Menulis adalah wujud amal yang bernilai ibadah jika tulisan yang dihasilkan adalah tulisan yang menginspirasi dan menebar kebaikan. Itulah kaya amal. Pintu rezeki banyak macamnya. Tulisan pun bisa mendatangkan rezeki. Misal, jika dibukukan dan banyak diminati serta dibeli pembaca (best seller), tentunya akan mendatangkan banyak pendapatan bagi penulisnya. Penulis pun bisa kaya harta! Akan tetapi, jangan jadikan hal yang satu ini sebagai motivasi utama. Tetaplah menjadi penulis yang bersahaja, yang tetap menjadikan ridha Allah SWT sebagai tujuan utama.
Panggillah rasa lelahmu, dan ajaklah bermain dan bercanda, karena bila lelah itu karena LILLAH, maka insya Allah akan bernilai pahala dan diganjar surga (Burhan Sodiq).

[A]badikan Karya pada Tempatnya
“Khairunnas anfa’uhum linnas” yang artinya “Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” Menjadi penulis, mungkin inilah salah satu cara yang menjadikan kita pribadi yang bermanfaat. Tulisan sebagai hasil karya kita tidak ada gunanya kalau hanya untuk konsumsi sendiri, tapi kalau dipublikasikan lewat berbagai media yang ada, maka karya tersebut akan bisa mendatangkan manfaat untuk diri kita dan orang lain. Kalau ada yang baik dalam tulisan itu maka akan menjadi penebar kebaikan dan terhitung sebagai amal jariyah. Sebaik-baik tulisan adalah tulisan yang dipublikasikan (Taufan E. Prast).
Dewasa ini begitu banyak media yang bisa dijadikan sasaran untuk mempublikasikan tulisan kita, baik itu media cetak maupun elektronik.
1. Media Cetak
Media cetak sekarang banyak ragamnya, baik berupa koran, majalah, buletin, dan lain sebagainya. Banyak peluang terbuka bagi seorang penulis untuk mempublikasikan karyanya lewat media cetak. Tulisan tersebut dapat berupa opini, artikel, resensi, puisi, cerpen, dan lain-lain. Misalnya saja ketika akan memasukkan sebuah puisi di koran mingguan yang menerbitkan puisi seminggu sekali. Maka akan terdapat sekitar empat kesempatan di setiap minggunya. Belum lagi, jika dikalikan banyaknya koran yang sekarang beredar. Banyak sekali kesempatan, tinggal bagaimana kita memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
2. Media Elektronik
Media elektronik yang bisa dijadikan sasaran untuk mempublikasikan tulisan kita juga banyak ragamnya. Blog misalnya. Ada baiknya seorang penulis memiliki blog pribadi karena dengan begitu ia memiliki tempat khusus untuk menyalurkan inspirasi-inspirasinya sekaligus sebagai sarana untuk berlatih menulis. Karena blog bisa diakses banyak orang, tidak menutup kemungkinan akan semakin banyak juga yang akan memberikan masukan pada tulisan-tulisan kita. Bisa juga lewat catatan di Facebook, bahkan dari status-status yang kita update di Facebook tersebut. Kita bisa menuliskan sesuatu yang inspiratif lewat status Facebook. Tulisan berwujud naskah atau skenario bisa juga terpublikasikan lewat cerita yang ditayangkan di televisi atau film layar lebar. Saat ini banyak film layar lebar atau sinetron yang diangkat dari novel atau tulisan. Sebut saja, ada film Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Laskar Pelangi, dan Sang Pemimpi.
Dalam membidik media memang perlu kecermatan dari seorang penulis. Jika ingin menerbitkan tulisannya menjadi sebuah buku, seorang penulis harus cermat dalam memilih penerbit dan memahami persyaratan yang ditetapkan penerbit pada setiap naskah yang masuk pada penerbit tersebut, seperti genre dari penerbit, kriteria tulisan (font, jumlah halaman, spasi, ukuran dan jenis huruf), cara pengiriman naskah (via email atau pos), dan lain-lain. Oleh karena itu, media mapping (pemetaan media) memang penting untuk dilakukan oleh seorang penulis.
Tulislah apa yang ada
Karya adalah anugerah
Tetap menulis sejak kini
Menulislah yang terbaik…
Ya, menulislah yang terbaik. Diawali dengan niat yang baik, dilakukan dengan latihan sebaik-baiknya, dan diabadikan dalam prasasti karya yang terbaik. Menulis bisa menjadi sarana untuk mengubah diri sendiri. Kita juga bisa mengubah paradigma dan akhlak seseorang lewat tulisan-tulisan kita. Menulislah dengan hati. Menulislah dengan CINTA. Jadikan tulisan kita sebagai sesuatu yang pantas untuk kita tinggalkan kelak jika nyawa sudah tak lagi ada. Kita pasti akan mati, tapi semoga karya kita akan abadi dan akan membawa kita ke surga-Nya di akherat nanti. Amin.



Tulisan ini diposting pada bulan Juli 2010 di blog sebelumnya