ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

AKHIR YANG MENEGANGKAN DI JOGJA

 


Setelah perjalanan pertama naik pesawat yang tak terlupakan, saya dan rombongan menikmati petualangan di kota yang terkenal dengan gudeg-nya itu. Tentu tujuan pertama kami setelah mendarat di Jogja adalah rumah Bu Tutik. Rumah beliau bernuansa Jawa dengan banyak ornamen dari kayu dan halaman rumah yang sangat luas. Ternyata Bu Tutik tinggal dengan ibunya juga yang sudah sangat sepuh.

Kami disuguhi teh yang sangat nikmat. Tak berapa lama, “Eh, itu ada kupat tahu Magelang. Enak lho, pada mau nggak?” tanya Bu Tutik pada kami. Tentu kami tak kuasa menolaknya. Ternyata kupat tahu Magelang itu dijual oleh seorang pedagang kaki lima. Penjual  kupat tahu memarkirkan gerobaknya di depan rumah Bu Tutik.1

Saya melihat sendiri bagaimana abang penjualnya meracik pesanan kami. Cabe sesuai selera dan bumbu lainnya dihaluskan di piring, setelah ditambah sedikit air, dimasukkan beberapa potong ketupat, tahu goreng, dan bakwan goreng. Lalu ditambahkan taoge dan potongan kubis. Setelah itu baru ditabur kacang goreng dan dilengkapi dengan kerupuk. Rasanya maknyus. 

Selama 3 hari 2 malam di Jogja, saya dan beberapa teman menginap di rumah Bu Tutik karena rumah beliau memiliki banyak kamar, sementara Bu Ike dan Pak Indra menginap di rumah keluarga masing-masing yang juga berada di Jogja. Saat di Jogja, selain silaturahim ke rumah Bu Tutik dan keluarga Pak Indra, kami juga menyempatkan berkunjung ke Candi Prambanan pada hari Sabtu, serta Malioboro dan Pasar Beringharjo pada hari Ahad.

Itulah kunjungan pertama saya ke Candi Prambanan. Kami mencoba menjelajah semua areal di sana. Ternyata candi yang konon dibangun oleh Bandung Bondowoso dalam semalam itu, tengah dibersihkan di beberapa bagian sehingga tidak semua lokasi bisa didatangi. 

Tempat yang saya suka sejak kecil ketika berkunjung ke Jogja adalah Malioboro dan Pasar Beringharjo. Banyak buah tangan yang dijajakan, baik pakaian, aneka produk kerajinan, sampai camilan dan makanan khas Jogja. Saat belanja oleh-oleh di Malioboro maupun Pasar Beringharjo harus pandai menawar. Berhubung saya bisa bahasa Jawa, Mbak Rini, salah satu rekan saya, yang semangat belanja oleh-oleh meminta saya untuk menawarkan barang-barang yang dia pilih. Selain membeli kaos dan sandal, saya juga memilih bakpia pathok, yangko, dan geplak sebagai oleh-oleh untuk teman di kos.

Kami juga menikmati wisata kuliner khas Jogja yakni gudeg yang berlokasi di Wijilan sebagai sentra makanan khas Jogja yang berasal dari nangka muda itu. Kami makan di warung gudeg Yu Djum. Selain rasa manis dan gurih dari gudegnya, saya juga sangat suka dengan sambel kreceknya yang mantap. 

Ahad menjadi hari terakhir di Jogja karena Senin kami sudah harus masuk kantor. Penerbangan kami di sore hari. Mas Rino sudah melakukan check in di counter maskapai untuk rombongan kami sebelum ke bandara. Jelang Asar kami sudah tiba di bandara Adi Sucipto Jogjakarta. Berhubung waktu take off masih lama, kami memesan camilan di salah satu restoran yang berada di dalam bandara. Saat asyik menikmati camilan, tiba-tiba ada pengumuman panggilan boarding atau masuk ke pesawat untuk penerbangan ke Jakarta.

Kami kaget karena ternyata itu jadwal rombongan kami. Semua boarding pass dibawa Mas Rino, dan ternyata dia salah melihat waktunya. Harusnya pukul 15.30 kami sudah boarding, dikira Mas Rino pukul 16.30. Kami langsung berlari menuju ruang tunggu. Semua berlari dengan kencang, karena nama kami juga sudah disebut oleh announcer yang mengatakan bahwa itu panggilan terakhir. Pak Ade yang berbadan besar paling susah payah mengejar kami. 


“Hey pesawat, tunggu kami! Jangan tinggalkan kami!” batin saya sambil terus berlari. Apa jadinya kalau kami serombongan ketinggalan pesawat. Dengan penuh perjuangan kami terus berlari menuju pesawat sambil menenteng oleh-oleh. 

Alhamdulillah, akhirnya kami berhasil masuk ke pesawat berlogo singa merah itu. Bersyukur masih tepat waktu. Tentu menjadi rombongan terakhir yang masuk ke pesawat sehingga semua mata seolah tertuju pada kami. Duh, saya tidak berani mendongakkan kepala. 

Setelah duduk di kursi masing-masing yang berdekatan, kami saling beradu pandang dan tertawa. Dengan nafas yang masih memburu dan keringat terjun bebas, kami langsung memasang sabuk pengaman dan duduk dengan penuh kelegaan, karena pesawat langsung berjalan dan bersiap take off.

Pengalaman naik pesawat untuk kedua kalinya ini membawa kesan tersendiri. Meski jadwal dan proses check in pulang sudah dihandel oleh salah satu tim, tapi sebaiknya kita juga harus melakukan cek terutama terkait waktu keberangkatan. Alhamdulillah, masih beruntung kami serombongan tidak ketinggalan pesawat. Karena pastinya pilot akan tetap menerbangkan pesawat dan tidak akan menunggu penumpangnya yang tidak tepat waktu.


Salam motivatrip,

Etika Aisya Avicenna

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna