ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

Optimalisasi Amaliah Ramadhan


Ramadhan sudah selayaknya diisi dengan berbagai aktivitas yang terprogram dan terarah. Agar buah Ramadhan yang sangat mahal itu dapat dipetik untuk kehidupan selama dan pasca Ramadhan. Rasulullah SAW. telah memberikan contoh dan teladan kepada umatnya dengan melakukan amaliyah Ramadhan, antara lain:
1. Shiyam
Amaliyah terpenting selama Ramadhan tentu saja shiyam, sebagaimana termaktub dalam Q.S. Al Baqarah [2] : 183 - 187. Di antara amaliyah Ramadhan yang diajarkan Nabi SAW. sebagai berikut:
a. Berwawasan benar tentang puasa dengan mengetahui dan menjaga rambu-rambunya.
b. Tidak meninggalkan shiyam, walaupun sehari dengan sengaja tanpa alasan syar'i.
c. Menjauhi segala hal yang dapat mengurangi atau menggugurkan nilai puasa.
d. Bersungguh-sungguh melakukan shiyam dengan menepati aturan-aturannya.
e. Bersahur dan diutamakan mengakhirkannya. Sabda Rasulullah SAW.
“Sahur semuanya selalu mengandung barakah, maka janganlah kamu meninggalkannya walaupun hanya meminum dengan seteguk air putih. Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya memberi rahmat kepada mereka yang bersahur.” [HR. Bukhari dan Muslim].
f. Ifthar (berbuka puasa).
g. Berdo'a setelah ifthar.

2. Tilawah Al Qur'an
Membaca Al Qur'an merupakan transaksi yang selalu menguntungkan, tidak akan pernah mengalami kerugian sepanjang zaman. Firman Allah SWT.
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, (Q.S. Fatir [35] : 29) agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. (Q.S. Fatir [35] : 30)
Tentunya membaca Al Qur'an di bulan Ramadhan sangat besar ganjaran dan nilainya. Rasulullah pun sangat besar perhatiannya pada Al Qur'an melebihi bulan-bulan lainnya. Disebabkan beberapa hal, antara lain:
a. Al Qur'an pertama kali diturunkan pada bulan Ramadhan.
b. Di bulan Ramadhan itulah Allah SWT menurunkan Al Qur'an dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia.
c. Jibril datang kepada Rasulullah SAW di bulan Ramadhan sehingga beliau mengaji pada Jibril (mengecek hafalan Al Qur’an).

3. Qiyam Ramadhan.
Di samping Ramadhan disebut syahrul shiyam juga disebut syahrul qiyam. Banyak ayat ataupun hadits yang menganjurkan untuk mengisi malam Ramadhan dengan qiyamullail (sholat malam). Untuk mendekatkan diri pada Allah SWT berharap ampunan-Nya. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW.:
"Barang siapa yang melakukan qiyamullail di bulan Ramadhan karena iman dan ikhlas dalam pelaksanaannya maka ia akan diampuni dosa-dosa sebelumnya (dan yang akan datang)" [HR. Bukhari dan Muslim].

4. Ith'am At Tho'am (memberi makan orang yang puasa) dan infaq.
Salah satu amaliyah Ramadhan yang dilakukan Rasulullah SAW. ialah memberi ifthar (santapan berbuka puasa pada orang yang berpuasa). Sebagaimana Sabdanya:
"Barang siapa yang memberi ifthar kepada yang berpuasa maka ia akan mendapatkan pahala senilai pahala yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa."
Dalam hal memberi ifthar dan shadaqah di bulan Ramadhan tidak saja terbatas hanya untuk keperluan ifthar, melainkan untuk segala kebajikan. Rasulullah SAW yang dikenal dermawan dan kepedulian sosialnya lebih menonjol bahkan digambarkan dalam hadits pada masalah ini beliau lebih cepat dari angin.
Untuk lebih konkret, infaq ini dapat disalurkan kepada:
a. Orang yang berjihad di jalan Allah SWT.
b. Fakir miskin dan orang yang memerlukan (diutamakan keluarga dekat).
c. Lembaga-lembaga sosial Islam yang dapat dipercaya untuk dapat menyalurkannya.

5. Memperhatikan kesehatan.
Meskipun shiyam ini termasuk ibadah mahdhah (murni), agar tetap optimal, Rasulullah SAW mencontohkan umatnya tetap memperhatikan kesehatannya selama berpuasa dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyikat gigi dengan siwak.
b. Berbekam.
c. Memperhatikan penampilan. Rasulullah SAW pernah berwasiat pada Abdullah bin Mas'ud agar memulai puasa dengan penampilan yang baik, tidak dengan wajah yang kusut.
d. Mengurangi tidur. Tidur pada bulan Ramadhan telah menjadi suatu kebiasaan, maksudnya agar tidak terlalu merasakan lapar dan dahaga. Padahal berapa banyak waktu dan umur menjadi sia-sia karena tidur. Kita jangan mengunakan hadits "Tidurnya orang puasa adalah ibadah", sebagai hujjah atau argumen untuk membolehkan banyak tidur. Rasulullah SAW, umahatul mukminin dan para sahabat begitu aktif melakukan kegiatan beribadah, bukan kegiatan tidur.

6. Memperhatikan harmonisasi keluarga
Meskipun ibadah puasa adalah ibadah yang khusus diperuntukkan kepada Allah SWT dan mempunyai nilai khusus pula di hadapan Allah SWT, namun Rasulullah SAW sebagai suri tauladan juga tetap menjaga harmoni dan hak-hak keluarga selama Ramadhan. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah dan 'Aisyah. Bahkan di saat beliau berada dalam puncak ibadah shiyam yaitu 'itikaf, beliau tetap menjaga harmoni keluarga.

7. Memperhatikan aktifitas sosial, perluasan dakwah dan jihad
Berbeda dengan kesan banyak orang tentang Ramadhan, Rasulullah SAW justru menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan penuh aktifitas yang positif. Selain aktifitas di atas, beliaupun mengisinya dengan aktifitas da'wah dan sosial, perjalanan jauh dan jihad. Seperti : perjalanan ke Badar (tahun 2 H), ke Makkah (tahun 8 H), ke Tabuk (tahun 9 H) dan lainnya.

8. Berdo'a dan taubat
Orang mukmin yang sadar, bahwa dirinya merasa berhajat pada Allah SWT akan terus memohon ampunan pada Allah SWT atas segala kekhilafan dan kedhaifan diri. Apalagi Ramadhan sebagai bulan ampunan dan rahmat. Rasulullah SAW selama Ramadhan selalu membaca do'a berikut ini sebagai wujud pemintaan maghfirah dan rahmat Allah SWT.
" Ya Allah Engkau pemberi maaf, maka maafkanlah diriku".

9. I’tikaf
Amaliyah Ramadhan yang juga dilakukan beliau adalah beri’tikaf yakni berdiam diri di masjid dengan niat beribadah pada Allah SWT, terutama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Sebagaimana firman-Nya:
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu, mereka itu adalah pakaian, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, tetapi janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa." (Q.S. Al Baqarah [2] : 187)

10. Lailatul qadar
Selama Ramadhan terdapat satu malam yang sangat populer, yaitu lailatul qadar, malam yang lebih berharga dari seribu bulan. Rasulullah SAW tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meraih lailatul qadar ini terutama malam-malam ganjil. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda
"Barang siapa yang shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan ikhlas pada Allah maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." [HR. Ahmad].

11. Umrah
Umrah di bulan Ramadhan nilainya sama dengan ibadah haji atau haji bersama Rasulullah SAW sebagaimana jawaban Rasul pada Ummu Salamah yang bertanya masalah tersebut. Sabda Rasulullah SAW.:
"Apabila datang bulan Ramadhan maka berumrahlah, sebab umrah di bulan Ramadhan sama nilainya dengan haji atau sama dengan ibadah haji bersamaku" [HR. Bukhari dan Muslim].

12. Zakat Fitrah
“Zakat Fitrah dibayar pada hari-hari terakhir ramadhan. Ia merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seluruh komponen umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak.”(HR. Bukhari dan Muslim).
“Zakat fitrah ini dibayarkan dengan tujuan untuk mensucikan orang yang melaksanakan puasa dan untuk membantu kaum fakir miskin.” (HR.Abu Dawud dan Ibnu Majah).
.
Demikianlah amaliyah dan aktifitas Ramadhan yang dianjurkan kepada kita untuk menjadi sarana tazkiyah (pensucian) dan tarqiyah untuk meraih derajat taqwa. Agar buah Ramadhan ini tetap terjaga pada diri kita selama Ramadhan dan sesudahnya bahkan selama kehidupan kita. Sehingga seakan-akan seluruh kehidupan kita adalah Ramadhan. Akhirnya kita serahkan pada Allah SWT agar selalu membimbing dan mengarahkan kita pada jalan yang lurus mencapai golongan orang-orang yang bertaqwa. Amin.

Sebuah Kenangan

~Pak Rasyid-Bang Pi'i-Mbak Angel-Aku-Nita-Mas Morris~

Selasa, 27 Juli 2010. Menjelang pukul 00.00 baru selesai packing. Baju-baju yang direncanakan cukup dipakai selama seminggu sudah masuk ke dalam trolly bag (pinjeman.. hehe..). Aku putuskan untuk tidur sejenak karena kantuk sudah akut menyerang. Alarm HP aku pasang jam 02.00. Pikirku tidur 2 jam sudah cukup lah untuk meredam rasa kantuk ini. Selang berapa lama, HP begitu aktif bergetar. Hah? sekitar 23 misscalled dari Ibuk plus SMS yang isinya membangunkanku! Dan 5 misscalled dari Nita. Ternyata HPku tertindih bantal, sehingga aku gak mendengar deringannya. Aku melongok ke jam Annida-ku, hiyaaaa jam 03.30. Padahal :

1.Rencananya Nita akan menjemputku dengan taksi jam 03.15
2.Aku janjian dengan seorang tukang becak yang akan mengantarkanku ke Otista Raya jam 03.00.
Bangun tidur aku SMS ibuk, memberitahukan bahwa aku baru bangun dan tentunya memohon doa agar aku tidak terlambat ke bandara. Saat beranjak mau ke kamar mandi, badanku limbung. Sempoyongan! Hiyaaaa... Meski pada akhirnya aku kelar siap-siap juga! Sudah jam 04.00. Harus segera ke bandara. Nita SMS kalau dia sudah sampai bandara dan sudah menunggu di pintu masuk.

Aku segera keluar kos dengan menenteng trolly bag yang lumayan besar itu. Tak lupa sebelumnya berdoa agar Allah memudahkan ekspedisiku kali ini. Aku menuju pangkalan abang becak, berharap (sebut saja Pak Slamet) yang janjian denganku semalam masih mangkal. Wah, jalanan sepi, tapi harus tetap memberanikan diri. Pangkalan becak juga sepi. Aku ketuk-ketuk pintu rumah yang menurutku sebagai lapak tidur mereka. Terbukalah pintu rumah itu, dan keluarlah seorang bapak berwajah garang dan berbadan tinggi. Aku ceritakan maksud kedatanganku. Beliau bilang kalau Pak Slamet tidak di tempat. Akhirnya Pak jauhari (nama Bapak itu) bersedia mengantarku ke depan STIS dengan becaknya. Sampai di depan STIS beliau juga membantuku mencarikan taksi. Subhanallah, pertolongan Allah memang sangat dekat.

Taksi pun melaju menuju Bandara Soekarno Hatta. Penerbangan ke Surabaya pukul 06.00. Sampai di bandara, teman-teman TIM Verifikasi Gresik sudah menunggu. Kami berenam, aku, Mbak Angel, Nita, Bang Pi’i, Mas Moris, dan Pak Rasyid. Alhamdulillah, kedatanganku juga nggak terlalu terlambat kok dan akhirnya bisa check-in tepat waktu bahkan bisa foto-foto dulu sebelum berangkat. Subhanallah, hujan turun, pesawat kami delay sampai cuaca kembali kondusif.

Sekitar pukul 06.30, pesawat tinggal landas dari bandara Soekarno-Hatta menuju Juanda, Surabaya. Subhanallah, sampai di atas bisa melihat kerajaan awan yang begitu indah. Karena penerbangannya sekitar 55-an menit, aku putuskan untuk membaca buku tentang Ramadhan. Ya, kala itu memang masa-masa menjelang Ramadhan.

Sekitar pukul 07.30, alhamdulillah, kami mendarat dengan selamat di Bandara Juanda. Kami langsung dijemput oleh mobil jemputan + sopir tentunya. Awalnya kita mau ke Dinas Perindag Surabaya dulu, tapi berhubung kita harus verifikasi ke Gresik, jadinya kami langsung meluncur ke Gresik. Kami mampir dulu ke sebuah warung prasmanan untuk sarapan. Setelah itu, BEKERJA!!! Kami harus mengunjungi puluhan perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir (API) di kawasan Gresik yang sudah didata. Kami harus melakukan verifikasi kelengkapan data pada setiap perusahaan tersebut. Berhubung kami ada 6 (enam) orang, tim dibagi menjadi 3 kelompok. Kadang aku dengan Mbak Angel, kadang dengan Pak Rasyid, kadang dengan Bang Pi’i. Wah, pokoknya seru.

Hari pertama kami menginap di hotel yang terletak di Gresik. Pada hari berikutnya, kami pindah hotel di pusat kota Surabaya. Singkat cerita, setelah semua perusahaan kami verifikasi, kami berkesempatan untuk ke Pulau Madura. Uhuy, akhirnya impian untuk melintas di jembatan Suramadu terwujud sudah! Tak lupa kami beli oleh-oleh dan cenderamata. Secara keseluruhan, kisah verifikasi ini cukup menyenangkan. Menjadi pengalaman berharga dalam hidup. Beruntung juga satu tim dengan orang-orang yang luar biasa. Mbak Angel yang pemberani. Nita yang ceria. Bang Pi'i yang humoris. Pak Rasyid yang bijak. Apalagi bersama Mas Morris yang kreatif, karena kami memakai handy talky (HT) selama menjalankan misi. Mantap!

Hari Jumatnya, menjadi hari terakhir kami di Surabaya. Nah, ini kisah yang paling menggelitik dan seru. Pukul 15.00 adalah jadwal keretaku yang mau ke Solo. Sementara teman-teman balik ke Jakarta, aku memutuskan untuk pulang ke Wonogiri dengan transit dulu di Solo. Pukul 14.00 kami baru selesai makan dan segera menuju stasiun. Tak disangka ternyata macetnya luar biasa. Pukul 14.45, kami masih harus melewati dua tikungan jalan sebelum sampai di stasiun. Akhirnya Mas Moris berinisiatif untuk mengajakku jalan kaki saja ke stasiun. Waktu terus berjalan. Mas Moris segera keluar dari mobil dan mengambil trolly bag-ku di bagasi. Dia memanggul trolly bag yang luar biasa beratnya itu dan berlari menuju stasiun. Aku pun berlari mengikutinya. Bayangkan saudara-saudara!!! Saat macet, ada 2 orang berlarian menuju stasiun, yang satu manggul trolly bag, yang satunya mengejar di belakang sambil ngos-ngosan. Waduh, Mas Morris larinya cepat sekali. Sampai di tikungan pertama aku sudah tidak sanggup mengejarnya.

Aku berhenti saja, untungnya sudah tidak begitu macet . Mobil tumpanganku datang, Mbak Angel membukakan pintu, aku bergegas masuk dan kami segera meluncur ke stasiun. Kami masih sempat berkomunikasi via HT dengan Mas Morris. Tet!!! Sudah pukul 15.00. Setelah sampai di stasiun, kami segera menghambur keluar mobil dan berlari menuju pintu masuk. Hiyaaaa, banyak orang yang turut menyemangati kami. Mas Morris sudah sampai dan meletakkan trolly bag-ku di pintu masuk. Kami pun berpisah di situ. Setelah menunjukkan tiket, aku masuk. Wah, sudah ada pengumuman kereta akan segera diberangkatkan. Masya Allah, trolly bag-ku berat sekali. Kalau ditarik pun akan memakan waktu lama. Akhirnya aku meminta tolong pada seorang cleaning service untuk membawakan trolly bag-ku. Tepat saat aku dan trolly bag-ku naik ke gerbong, kereta pun berjalan. Aku tak sempat memberi imbalan pada cleaning service yang membawakan trolly bag-ku tadi karena dia hanya meletakkannya kemudian bergegas pergi. Ya Allah, balaslah kebaikannya.... aamiin... Sampai di kursiku, aku bernafas lega dan menangis haru dalam kedalaman syukur! Sungguh pengalaman yang sangat berharga...

Hmm, itu pengalamanku setahun yang lalu. Dan kemarin, saat habis Maghrib ada banyak pesan BBM yang masuk dengan tulisan yang sama.

“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Telah berpulang ke rahmatullah, Bapak Rasyid (Staf TU) Direktorat Impor pada hari ini.. Semoga amal dan ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT”.

Degh! Aku kaget luar biasa! Ternyata Pak Rasyid sakit paru-paru basah. Beliau meninggal di RSCM setelah mendapat perawatan intensif. Teringat jelas saat-saat berpetualang bersama beliau dalam verifikasi di Gresik dan Surabaya tersebut. Meski sudah berusia lanjut, tapi beliau begitu bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan. Beliau sering melakukan hal-hal yang tak terduga. Salah 1 contohnya saat suatu pagi beliau mengetuk pintu kamar hotel kami dan mengantarkan nasi pecel yang enaknya luar biasa. Saat di kantor, beliau juga sering memberi nasihat padaku. Beliau juga sosok yang ceria dan murah senyum. Ahh... Ya Allah, beliau begitu baik! Dan kini Engkau telah memanggilnya. Kematian memang membuat kita belajar, bahwa hadirnya pasti tapi waktunya tak terduga. Ternyata Pak Rasyid tidak bisa menjalankan Ramadhan tahun ini dan Ramadhan tahun kemarin menjadi Ramadhan terakhir bagi beliau. Hmm, ini menjadi renungan juga buat kita bersama. Selamat jalan, Pak Rasyid (kalau di kantor, kami sering memanggilnya “Pak Ocid”)... insya Allah, semoga amalan dan ibadahnya diterima Allah SWT... aamiin yaa Rabbal ‘alaamiin...



Setiap manusia pasti kan merasakan maut

Kapan ajal kan menjemput, tiada yang tahu

Allah lah pencipta kita

Pengurus kita semua

Dialah yang menentukan akan takdir kita semua

Kehidupan kita... kematian kita...



Bandung, 28 Juli 2011

Aisya Avicenna

Nama-Nama Inspiratif Ramadhan



1. Syahrun Azhim (Bulan Yang Agung)

Azhim adalah nama dan sifat Allah Ta’ala. Namun juga digunakan untuk menunjukkan kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan sesuatu. Sesuatu yang diagungkan Nabi tentulah memiliki nilai yang jauh lebih besar dan sangat mulia dengan sesuatu yang diagungkan oleh manusia biasa. Alasan mengagungkan bulan Ramadhan adalah karena Allah juga mengagungkan bulan ini. Firman Allah, “Waman yu’azhim sya’iirillah fa-innahha mintaqwal quluub, barangsiapa mengagungkan syiar-syiar agama Allah, maka itu datang dari hati yang bertakwa.”
Diagungkan Allah karena pada bulan inilah Allah mewajibkan puasa sebagai salah satu dari lima rukun Islam. Allah Yang Maha Pemurah Penyayang menetapkan dan mensucikan bulan ini kemudian memberikan segala kemurahan, kasih sayang, dan kemudahan bagi hamba-hamba yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya.

2. Syahrul Mubarak

Bulan ini penuh berkah, berdayaguna dan berhasil guna, bermanfaat secara maksimal. Detik demi detik di bulan suci ini bagaikan rangkaian berlian yang sangat berharga bagi orang beriman. Pasalnya semua perbuatan kita di saat berpuasa menjadi ibadah berpahala yang balasannya langsung dari Allah. Amal baik sekecil apapun nilainya dilipatgandakan sehingga kita menjadi puas dalam melakukannya. Keberkahan yang Allah berikandi bulan Ramadhan ini akan optimal jika kita mengelola waktu pendekatan diri kepada Allah sebagaimana arahan Rasulullah saw.

3. Syahru Nuzulul Qur’an

Allah mengistimewakan Ramadhan sekaligus menyediakan target terbesar, yaitu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Simaklah firman Allah dalam rangkaian ayat puasa, “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan bagi petunjuk, dan furqan (pembeda).” (Al-Baqarah: 185)
Ayat di atas menjelaskan bahwa target utama amaliyah Ramadhan membentuk insan takwa yang menjadikan Kitabullah sebagai manhajul hayat (pedoman hidup). Dapat dikatakan bahwa Ramadhan tidak dapat dipisahkan dengan Al-Qur’an. Rasulullah saw. mendapatkan wahyu pertama pada bulan Ramadhan dan di setiap bulan Ramadhan Malaikat Jibril datang sampai dua kali untuk menguji hafalan dan pemahaman Rasulullah saw. terhadap Al-Qur’an. Bagi ummat Muhammad, ada jaminan bahwa Al-Qur’an kembali nuzul ke dalam jiwa mereka manakala mengikuti program Ramadhan dengan benar.

4. Syahrus ShiyamPada Bulan Ramadhan dari awal hingga akhir kita menegakkan satu dari 5 rukun (tiang) Islam yang sangat penting, yaitu shaum (puasa). Kewajiban puasa sebagaimana kewajiban ibadah shalat 5 waktu. Maka sebulan penuh seorang muslim mengkonsentrasikan diri untuk ibadah sebagaimana dia mendirikan shalat Subuh atau Maghrib yang memakan waktu beberapa menit saja. Puasa Ramadhan dilakukan tiap hari dari terbit fajar hingga terbenam matahari (Magrib). Tidak cukup menilai dari yang membatalkannya seperti makan dan minum atau berhubungan suami-istri di siang hari saja, tetapi wajib membangun akhlaqul karimah, meninggalkan perbuatan maksiat dan yang makruh (yang dibenci Allah).

5. Syahrul Qiyam

Bulan Ramadhan menggairahkan umat Islam untuk menjalankan amalan orang-orang saleh seperti sholat tahajjud dan membaca Al-Qur’an dengan benar di dalam shalat malamnya. Di Bulan Ramadhan Kitabullah mengisyaratkan bahwa untuk mendapatkan ketinggian derajatnya setiap mukmin sangat dianjurkan shalat tarawih dan witir agar di luar Ramadhan dia bisa terbiasa mengamalkan qiyamullail.

6. Syahrus Sabr (bulan sabar)

Bulan Ramadhan melatih jiwa muslim untuk senantiasa sabar tidak mengeluh dan tahan uji. Sabar adalah kekuatan jiwa dari segala bentuk kelemahan mental, spiritual dan operasional. Orang bersabar akan bersama Allah sedangkan balasan orang-orang yang sabar adalah surga.
Sabar lahir bersama dengan segala bentuk kerja besar yang beresiko seperti dalam dakwah dan jihad fi sabilillah. Ramadhan melatih muslim beramal islami dalam berjamaah untuk meninggikan kalimat Allah.

7. Syahrul Musawwah (Bulan Santunan)

Ramadhan menjadi bulan santunan manakala orang-orang beriman sadar sepenuhnya bahwa puasanya mendidik mereka untuk memiliki empati kepada fakir miskin karena merasakan lapar dan haus sebagaimana yang mereka rasakan. Karena itu kaum muslimin selayaknya menjadi pemurah dan dermawan. Memberi dan berbagi harus menjadi watak yang ditanamkan.
Segala amal yang berkaitan dengan amwal (harta) seperti zakat fitrah sedekah, infak, wakaf, dan sebagainya, bahkan zakat harta pun sebaiknya dilakukan di bulan yang mulia ini. Memberi meskipun kecil, bernilai besar di sisi Allah. Siapa yang memberi makan minum pada orang yang berpuasa meskipun hanya seteguk air, berpahala puasa seperti yang diperoleh orang yang berpuasa.

8. Syahrul Yuzdaadu fiihi Rizqul Mu’min

Bulan ini rezeki orang-orang beriman bertambah karena segala kemudahan dibuka oleh Allah seluas-luasnya. Para pedagang akan beruntung, orang yang jadi pegawai dapat kelebihan pendapatan dan sebagainya. Namun rezeki terbesar adalah hidayah Allah kemudian hikmah dan ilmu yang begitu mudah diperoleh di bulan mulia ini.

Bukti Kasih Sayang-Nya

Menarik dan menghembuskan nafas sedalam-dalamnya tatkala diri ini merenungkan kembali rentetan peristiwa yang terjadi dalam dua bulan terakhir. Peristiwa yang membuat keterkejutan tersendiri, hingga mata tak kuasa membendung buliran bening yang memaksa untuk tumpah. Terlebih saat sujud-sujud panjang di atas sajadah merah kala memaparkan segalanya pada Sang Maha Kuasa.

Peristiwa dengan TEMA serupa, hanya terjadi dalam kisah dan lakon yang berbeda. Ah, memang benar! Jalan menuju kebaikan memang tidak mudah. Ada yang kan menjadi rintangan sebagai teman perjalanan. Tapi terus yakinkan diri, bahwa Allah telah siapkan kemudahan di balik kesulitan. Kuncinya adalah terus memposting kesabaran dalam menjalani liku-liku kehidupan.

Hmm, ada apa sih? Tak akan saya ceritakan di sini, mungkin lain waktu akan saya kisahkan dalam cerpen atau bentuk tulisan lainnya yang semoga menjadi inspirasi bagi yang membaca. Saya menangis bukan karena sedih, tapi lebih kepada bentuk penyesalan atas kekhilafan diri sekaligus sebagai bentuk kesyukuran atas kasih sayang-Nya.
"Tak semua orang mengalami apa yang kau alami. Inilah cara Allah membuatmu semakin kuat menjejak bumi". Begitulah komentar seorang sahabat saya saat kisah yang saya alami tersebut saya ceritakan padanya. Hmm, benar juga! Kan Allah sudah memberi garansi pada setiap hambaNya bahwa Dia tidak akan menimpakan sesuatu di luar batas kemampuan sang hamba.
Nah, ketika saya harus melakoni kisah tersebut, berarti saya pun harus yakin bahwa saya bisa melewatinya. Bisa jadi ini juga sebagai bagian dari UJIAN yang Allah berikan agar saya NAIK KELAS. Aamiin Yaa Rabb...

Tapi di balik "kisah luar biasa" ini, pada dua bulan terakhir ini saya pun diberikan banyak kisah yang juga sangat menyenangkan. Beberapa impian menjadi kenyataan. Tapi afwan, belum sempat diposting di blog. Masih sibuk dengan kuliah + ujian... Sebenarnya inipun tidak pantas untuk dijadikan dalih, mmm... mungkin sebaiknya memang kembali membenahi manajemen waktunya sehingga bisa tetap produktif untuk menulis meski kesibukan kuliah lebih mendominasi. So, koreksi diri! Muhasabah! Lakukan perbaikan!

Renungan pagi
Bandung, 21 Juli 2011
Aisya Avicenna

Bulan Sya'ban


Asal Penamaan
Nama Sya’ban diambil dari kata: sya’bun, yang artinya kelompok atau golongan. Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan ini masyarakat jahiliyah berpencar mencari air. Ada juga yang mengatakan, mereka berpencar menjadi beberapa kelompok untuk melakukan peperangan. (Lisanul ‘Arab ). Al-Munawi mengatakan: “Bulan rajab menurut masyarakat jahiliyah adalah bulan mulia, sehingga mereka tidak melakukan peperangan. Ketika masuk bulan sya’ban, bereka berpencar ke berbagai peperangan.” (at-Tauqif a’laa Muhimmatit Ta’arif, hal. 431)


Hadits Shahih Seputar Sya’ban
1. Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan: Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakana, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa’. Dan terkadang beliau tidak puasa terus hingga kami katakan, ‘Beliau tidak melakukan puasa’. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering dari pada ketika di bulan Sya’ban. (HR. Al Bukhari & Mulim)
2. A’isyah mengatakan: Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh. (HR. Al Bukhari & Mulim)
3. A’isyah mengatakan: Saya pernah memiliki hutanng puasa Ramadhan. Dan saya tidak mampu melunasinya kecuali di bulan Sya’ban. (HR. Al Bukhari & Mulim)
4. A’isyah mengatakan: Bulan yang paling disukai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melaksanakan puasa adalah bulan Sya’ban, kemudian beliau lanjutkan dengan puasa Ramadhan. (HR. Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i dan sanadnya dishahihkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
5. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika sudah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Abu Daud, At Turmudzi, Ibn Majah, dan dishahihkan Al Albani)
6. Ummu Salamah radhiallahu ‘anha mengatakan: Saya belum pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut selain di bulan Sya’ban dan Ramadhan. (HR. An Nasa’i, Abu Daud, At Turmudzi dan dishahihkan Al Albani)
7. Dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya: Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana anda berpuasa di bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al Albani)
8. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari. Kecuali orang yang sudah terbiasa puasa sunnah, maka silahkan dia melaksanakannya.” (HR. Al Bukhari & Muslim)
9. Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluqnya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan” (HR. Ibn Majah, At Thabrani, dan dishahihkan Al Albani)


Hadits Dhaif Seputar Sya’ban
1. Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: Puasa sunnah apakah yang paling utama setelah Ramadhan? Beliau bersabda: “Sya’ban, dalam rangka mengagungkan Ramadhan…” (HR. At Turmudzi dari jalur Shadaqah bin Musa. Perawi ini disebutkan oleh Ad Dzahabi dalam Ad Dhu’afa, beliau mengatakan: Para ulama mendhaifkannya. Hadits ini juga didhaifkan Al Albani dalam Al Irwa.)
2. Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengtakan: Suatu malam, saya kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya cari keluar, ternyata beliau di Baqi’….Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala turun pada malam pertengahan bulan Sya’ban ke langit dunia. Kemudian Dia mengampuni dosa yang lebih banyak dari pada jumlah bulu kambingnya suku Kalb.” (HR. Ahmad, At Turmudzi, dan didhaifkan Imam Al Bukhari & Syaikh Al Albani)
3. Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika masuk malam pertengahan bulan Sya’ban maka shalat-lah di siang harinya. Karena Allah turun ke langit dunia ketika matahari terbenam. Dia berfirman: Mana orang yang meminta ampunan, pasti Aku ampuni, siapa yang minta rizki, pasti Aku beri rizki, siapa…. sampai terbit fajar.” (HR. Ibn Majah. Di dalam sanadnya terdapat Ibn Abi Subrah. Ibn Hajar mengatakan: Para ulama menuduh beliau sebagai pemalsu hadits. Hadits ini juga didhaifkan Syaikh Al Albani)
4. Hadits: Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku. (Riwayat Abu Bakr An Naqasy. Al Hafidz Abul Fadhl Muhammad bin Nashir mengatakan: An Naqasy adalah pemalsu hadits, pendusta. Ibnul Jauzi, As Shaghani, dan As Suyuthi menyebut hadits ini dengan hadits maudlu’)
5. Hadits: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil: Hai Ali, siapa yang shalat seratus rakaat di malam pertengahan bulan Sya’ban, di setiap rakaat membaca Al Fatihah dan surat Al Ikhlas sepuluh kali. Siapa saja yang melaksanakan shalat ini, pasti Allah akan penuhi kebutuhannya yang dia inginkan ketika malam itu…. (Hadits palsu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/127 – 128, As Suyuthi dalam Al-Lali’ Al Mashnu’ah, 2/57 – 59, dan ulama pakar hadits lainnya )
6. Hadits: Siapa yang melaksanakan shalat pada pertengahan bulan Sya’ban dua belas rakaat, di setiap rakaat dia membaca surat Al Ikhlas tiga kali maka sebelum selesai shalat, dia akan melihat tempatnya di surga. (Hadits palsu, disebutkan Ibnul Jauzi dalam Al Maudhu’at, 2/129 Ibnul Qoyim dalam Manarul Munif, hal. 99, dan dinyatakan palsu oleh pakar hadits lainnya)


Amalan Sunnah di Bulan Sya’ban
Pertama, memperbanyak puasa sunnah selama bulan Sya’ban
Ada banyak dalil yang menunjukkan dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan sya’ban. Diantara hadits tersebut adalah:
Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan: Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakana, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa’. Dan terkadang beliau tidak puasa terus hingga kami katakan, ‘Beliau tidak melakukan puasa’. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering dari pada ketika di bulan Sya’ban. (HR. Al Bukhari & Mulim)
A’isyah juga mengatakan: Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh. (HR. Al Bukhari & Muslim)
Hadits-hadits di atas merupakan dalil keutamaan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, melebihi puasa di bulan lainnya.
Ulama berselisih pendapat tentang hikmah dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, mengingat adanya banyak riwayat tentang puasa ini. Pendapat yang paling kuat adalah keterangan yang sesuai dengan hadits dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya: Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana anda berpuasa di bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al Albani)


Kedua, memperbanyak ibadah di malam nishfu Sya’ban
Ulama berselisish pendapat tentang status keutamaan malam nishfu Sya’ban. Setidaknya ada dua pendapat yang saling bertolak belakang dalam masalah ini. Berikut keterangannya:
Pendapat pertama, tidak ada keuatamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban. Statusnya sama dengan malam-malam biasa lainnya. Mereka menyatakan bahwa semua dalil yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban adalah hadits lemah. Al Hafidz Abu Syamah mengatakan: Al Hafidz Abul Khithab bin Dihyah – dalam kitabnya tentang bulan Sya’ban – mengatakan: “Para ulama ahli hadits dan kritik perawi mengatakan: Tidak terdapat satupun hadits shahih yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban.” (Al Ba’its ‘ala Inkaril Bida’, hal. 33).


Syaikh Abdul Aziz bin Baz juga mengingkari adanya keutamaan bulan Sya’ban dan nishfu Saya’ban. Beliau mengatakan: “Terdapat beberapa hadits dhaif tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban, yang tidak boleh dijadikan landasan. Adapun hadits yang menyebutkan keutamaan shalat di malam nishfu Sya’ban, semuanya statusnya palsu, sebagaimana keterangan para ulama (pakar hadits).” (At Tahdzir min Al Bida’, hal. 11)
Pendapat kedua, ada keutamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban. Pendapat ini berdasarkan hadits shahih dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan” (HR. Ibn Majah, At Thabrani, dan dishahihkan Al Albani).
Setelah menyebutkan beberapa waktu yang utama, Syaikhul Islam mengatakan: ….Pendapat yang dipegangi mayoritas ulama dan kebanyakan ulama dalam madzhab hambali adalah meyakini adanya keutamaan malam nishfu Sya’ban. Ini juga sesuai keterangan Imam Ahmad. Mengingat adanya banyak hadits yang terkait masalah ini, serta dibenarkan oleh berbagai riwayat dari para sahabat dan tabi’in…(Majmu’ Fatawa, 23/123)
Ibn Rajab mengatakan: Terkait malam nishfu Sya’ban, dulu para tabi’in penduduk Syam, seperti Khalid bin Ma’dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan beberapa tabi’in lainnya, mereka memuliakannya dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam itu…(Lathaiful Ma’arif, hal. 247).


Kesimpulan:
Dari keterangan di atas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan:
1. Nishfu Sya’ban termasuk malam yang memiliki keutamaan. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan. Meskipun sebagian ulama menyebut hadits ini hadits yang dhaif, namun insyaAllah yang lebih kuat adalah penilaiannya Syaikh Al Albani bahwa hadits tersebut statusnya shahih.
2. Tidak ditemukan satupun riwayat yang menganjurkan amalan tertentu ketika nishfu Sya’ban. Baik berupa puasa atau shalat. Hadits di atas hanya menunjukkan bahwa Allah mengampuni semua hamba-Nya di malam nishfu sya’ban, kecuali dua jenis manusia yang disebutkan dalam hadits tersebut.
3. Ulama berselisih pendapat tentang apakah dianjurkan menghidupkan malam nishfu Sya’ban dengan banyak beribadah. Sebagian ulama menganjurkan, seperti sikap beberapa ulama Tabi’in yang bersungguh-sungguh dalam ibadah. Sebagian yang lain menganggap bahwa mengkhususkan malam nishfu Sya’ban untuk beribadah adalah bid’ah.
4. Ulama yang membolehkan memperbanyak amal di malam nishfu Sya’ban, mereka menegaskan bahwa tidak boleh mengadakan acara khusus, atau ibadah tertentu, baik secara berjamaah maupun sendirian di malam ini. Karena tidak ada amalan sunnah khusus di malam nishfu Sya’ban. Sehingga, menurut pendapat ini, seseorang dibolehkan memperbanyak ibadah secara mutlak, apapun bentuk ibadahnya.


Amalan Bid’ah di Bulan Sya’ban
Ada banyak bid’ah yang digelar ketika bulan Sya’ban. Umumnya kegiatan bid’ah ini didasari hadits-hadits dhaif yang banyak tersebar di masyarakat. Terutama terkait dengan amalan nishfu sya’ban. Berikut adalah beberapa kegiatan bid’ah yang sering dilakukan di bulan Sya’ban:
Pertama, Shalat sunnah berjamaah atau mengadakan kegiatan ibadah khusus di malam nishfu sya’ban
Terdapat hadits shahih yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban, namun tidak ditemukan satupun hadits shahih yang menyebutkan amalan tertentu di bulan Sya’ban. Oleh karena itu, para ulama menegaskan terlarangnya mengkhususkan malam nishfu Sya’ban untuk melaksanakan ibadah tertentu.
Kedua, Shalat Alfiyah
Manusia pertama yang membuat bid’ah shalat Alfiyah di malam nishfu Sya’ban adalah seseorang yang bernama Ibn Abil Hamra’, yang berasal dari daerah Nablis, Palestina. Dia datang ke Baitul Maqdis pada tahun 448 H. Dia memiliki suara bacaan Al Qur’an yang sangat merdu. Ketika malam nishfu Sya’ban, dia shalat dan diikuti oleh seseorang di belakangnya sebagai makmum. Kemudian makmum bertambah tiga, empat,..hingga sampai selesai shalat jumlah mereka sudah menjadi jamaah yang sangat banyak.
Kemudian di tahun berikutnya, dia melaksanakan shalat yang sama bersama jamaah yang sangat banyak. Kemudian tersebar di berbagai masjid, hingga dilaksanakan di rumah-rumah, akhirnya jadilah seperti amalan sunnah. (At Tahdzir Minal Bida’, karya At Turthusyi, hal. 121 – 122).


Tata caranya:
Shalat ini dinamakan shalat alfiyah, karena dalam tata caranya terdapat bacaan surat Al Ikhlas sebanyak seribu kali. Di baca dalam seratus rakaat. Tiap rakaat membaca surat Al Ikhlas sebanyak 10 kali. (Al Bida’ Al Hauliyah, hal. 149)
Semua ulama sepakat bahwa shalat Alfiyah hukumnya bid’ah.
Ketiga, Tradisi Ruwahan-sadranan (selamatan bulan di Sya’ban)
Tradisi ini banyak tersebar di daerah jawa. Mereka menjadikan bulan ini sebagai bulan khusus untuk berziarah kubur dan melakukan selamatan untuk masyarakat kampung. Pada hakekatnya tradisi ini merupakan warisan agama hindu-animisme-dinamisme. Sehingga bisa kita tegaskan hukumnya terlarang, karena kita dilarang untuk melestarikan adat orang kafir. Atau, setidaknya tradisi ini termasuk perbuatan bid’ah yang sesat.
***
Artikel muslimah.or.id
Penulis: Ust. Ammi Nur Baits