Setiap orang pasti punya cara tersendiri untuk “me time” atau sejenak rehat dari rutinitas demi sekadar menghilangkan rasa jenuh. Nah, salah satu aktivitas “me time” yang saya suka adalah nonton film. Film yang saya tonton pun juga saya pilih-pilih ya, tidak semua genre. Saya paling suka film drama inspiratif, science fiction, travelling, dan action (meski tidak semua jenis). Namun, saya kurang suka nonton film horror atau thriller.
Bagi saya
pribadi, nonton film itu juga ada manfaatnya. Selain sebagai sarana “me time”
atau “quality time” bersama keluarga, juga bisa sebagai sarana menjaring ide
untuk tulisan saya. Kita juga dapat mengambil hikmah atau inspirasi dari film
tersebut yang tentunya akan membawa dampak juga bagi hidup kita.
Sejak pandemi
melanda, otomatis banyak aktivitas yang berubah. Pergerakan juga kian terbatas
dan dibatasi. Sebelum pandemi, saya dan suami sering menyempatkan nonton film
favorit kami di bioskop. Nah, sejak pandemi melanda otomatis kami tidak bisa ke
bioskop lagi. Pernah sih sekali waktu sudah new normal dan bioskop
dibuka, kami sempat nonton film. Namun dengan protokol kesehatan yang sangat
ketat.
Sejak pandemi,
industri perfilman memutar cara agar tetap “hidup”. Akhirnya muncul berbagai “bioskop
digital” yang ramai menghadirkan tontonan berbentuk film atau webseries dengan
aneka genre dan judul.
Sundance Film Festival: Asia 2021
Saya sangat
antusias saat tahu kalau pada 23–26 September 2021 mendatang Sundance Institute
dan XRM Media dengan didukung oleh IDN Media merilis program film dan diskusi
panel yang akan meramaikan rangkaian acara Sundance Film Festival: Asia 2021.
Film-film keren
yang ditampilkan pada festival tersebut dapat ditonton secara virtual di
Indonesia. Sundance Film Festival: Asia 2021 akan mempersembahkan delapan film
yang telah dikurasi oleh tim program Sundance Film Festival, bersama dengan XRM
Media dan IDN Media. Wah spesial banget nih untuk penonton Indonesia!
Oh iya, dalam festival ini juga akan menghadirkan program diskusi panel yang dihadiri oleh sejumlah pembicara terkemuka dari komunitas film lokal dan internasional. Diskusi akan ditayangkan di platform TikTok (@SundanceFFAsia) serta Sundance Collab.
Tak
tanggung-tanggung juga, dalam festival tersebut juga akan ada Pengumuman
Best Short Film Jury Award for the Short Film Competition. Hmm, siapa saja
ya nominenya? (Bocorannya di akhir tulisan ini ya). Selain itu juga ada workshop
secara intensif untuk membina para talenta perfilman di Asia Tenggara. Nah,
jangan dilewatkan nih!
“Bersamaan dengan berkembangnya film-film fiksi dan dokumenter di Indonesia, kami begitu antusias terhadap peluncuran Sundance Film Festival: Asia edisi pertama kami,” kata Kim Yutani, Direktur Pemrograman di Sundance Film Festival.
Empat film
naratif dan empat film dokumenter yang terpilih untuk festival perdana ini antara
lain sebagai berikut:
A. FILM
NARATIF
Amy Tan:
Unintended Memoir
Film USA yang disutradarai oleh James Redford dan diproduseri oleh Karen Pritzker dan Cassandra Jabola ini berkisah tentang Amy Tan, seseorang yang menetapkan dirinya sebagai salah satu sosok di bidang sastra paling berpengaruh di Amerika. Dia lahir dari sepasang suami-istri imigran Tiongkok dan memerlukan beberapa dekade bagi penulis The Joy Luck Club ini untuk memahami betul trauma yang diwariskan oleh para perempuan yang berhasil menyelamatkan diri dari tradisi selir di Tiongkok.
John and
the Hole
Film U.S.A.
dengan sutradara Pascual Sisto dan produser: Elika Portnoy, Alex Orlovsky, serta
Mike Bowes ini bercerita tentang proses pendewasaan John, seorang anak yang
menahan keluarganya di dalam lubang di tanah. Film yang ditulis ceritanya oleh Penulis Nicolás
Giacobone ini diperankan oleh Charlie Shotwell, Michael C. Hall, Jennifer Ehle,
dan Taissa Farmiga.
Luzzu/Malta
Film dengan
sutradara dan penulis naskah Alex Camilleri ini menceritakan tentang Jesmark,
seorang nelayan dari pulau Malta. Jesmark terpaksa meninggalkan tradisi dan
mempertaruhkan segalanya seperti memasuki pasar gelap perikanan demi menafkahi
pacar dan bayinya yang baru lahir. Film ini diproduseri Rebecca Anastasi, Ramin
Bahrani, Alex Camilleri, dan Oliver Mallia) dengan pemeran Jesmark Scicluna,
Michela Farrugia, David Scicluna.
Passing
Film U.S.A.
dengan sutradara dan penulis skenario Rebecca Hall serta diproduseri Forest
Whitaker, Nina Yang Bongiovi, Margot Hand, dan Rebecca Hall ini diadaptasi dari
karya eponim milik Nella Larsen. “Passing” berkisah tentang dua perempuan kulit
hitam dan kehidupan mereka selama era segregasi di New York pada tahun 1920-an.
Pemeran film ini Tessa Thompson, Ruth Negga, André Holland, Alexander
Skarsgård, dan Bill Camp.
B. FILM
DOKUMENTER
The Dog Who
Wouldn't Be Quiet
Film dari
Argentina dengan sutradara Ana Katz dan produser Laura Huberman serta Ana Katz
ini berkisah tentang seorang pria berusia tiga puluhan bernama Sebastian,
meskipun dengan pekerjaan tidak tetapnya, selalu menemukan cinta di tiap
kesempatan. Setelah melewati serangkaian pertemuan dan perkenalan singkat,
serta berbagai gejolak kehidupan, Sebastian terlahir menjadi pribadi baru. Naskah
film ini ditulis oleh Ana Katz dan Gonzalo Delgado dengan melibatkan beberapa
pemeran seperti: Daniel Katz, Julieta Zylberberg, Valeria Lois, Mirella
Pascual, Carlos Portaluppi.
Try Harder!
Film U.S.A
dengan sutradara Debbie Lum dan produser Debbie Lum, Lou Nakasako, dan Nico
Opper ini berkisah tentang persaingan murid di Lowell High School dalam
menampilkan orchestra demi mendapatkan hadiah utamanya, yaitu masuk ke
perguruan tinggi impian mereka.
Sutradara Film "Try Harder" |
Users
Film U.S.A.,
Mexico karya sutradara Natalia Almada dan diproduseri oleh Elizabeth Lodge
Stepp, Josh Penn ini berkisah tentang kegelisahan seorang ibu tentang anaknya
yang dekat dengan dunia teknologi. Ia kemudian menyalakan sebuah boks pintar
yang dapat menimang bayinya hingga terlelap tidur.
Writing
With Fire
Film India karya sutradara dan produser Rintu Thomas dan Sushmit Ghosh ini tentang kemunculan satu-satunya surat kabar di India atas inisiasi seorang perempuan bernama Dalit. Berbekal smartphone, Kepala Reporter Meera dan para jurnalisnya mematahkan tradisi dan isu termasif di India, mendobrak batas, mendefinisikan ulang makna kekuatan yang biasanya didominasi oleh laki-laki.
Diskusi Panel Seru pada Rangkaian Sundance Film Festival: Asia 2021
Selain
pemutaran film, seperti yang disampaikan sebelumnya juga akan ada diskusi panel
yang diselenggarakan IDN Media. Beberapa topik menarik yang akan diangkat
antara lain:
1. Film Outlook,
Industri film Indonesia dari tahun 2016, era pandemik, hingga potensi yang
mungkin terjadi pasca pandemik.
Diskusi dengan
topik ini akan disiarkan secara langsung di TikTok (@SundanceFFAsia) pada Kamis
23 September pukul 11:00 WIB. Nah, pengisi acaranya keren-keren lho. Ada Mira
Lesmana (Pendiri Miles Films), Angga Sasongko (Pendiri Visinema Pictures), dan
Chand Parwez Servia (Presiden Direktur Starvision). Mereka akan berbagi cerita dan
pengalaman dapat bertahan, mulai dari masa keemasan industri perfilman di
Indonesia, era pandemi, hingga ledakan fantastis yang kemungkinan bakal terjadi
pasca pandemic nanti.
2.
Women in Film Industry.
Diskusi ini
juga akan disiarkan secara langsung di TikTok (@SundanceFFAsia) pada Kamis 23
September, pukul 15:00 WIB. Sesi ini akan disampaikan oleh pembuat film Nia
Dinata (Berbagi Suami), penulis naskah Gina S. Noer (Habibie & Ainun), dan
produser Susanti Dewi (Moammar Emka's Jakarta Undercover). Selain itu, pakar
industri dari luar Indonesia, Sue Turley (SVP of XRM Media) dan Amanda Salazar
(Head of Programming and Acquisitions of Argo) juga akan hadir. Sesi ini akan menyajikan
perjalanan dalam industri perfilman di Indonesia melalui kaca mata perempuan.
3.
The Directors - Festivals and the Pathway to
Success.
Diskusi
dengan topik ini akan disiarkan secara langsung di TikTok (@SundanceFFAsia)
pada hari Jumat 24 September, pukul 15:00 WIB. Pada sesi ini, pembuat film Joko
Anwar (Perempuan Tanah Jahanam), Edwin (pemenang penghargaan Golden Leopard:
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas), dan Yosep Anggi Noen (Hiruk Pikuk
Si Alkisah) akan membagikan pengalaman mereka tentang pengalaman saat mengikuti
festival tingkat dunia. Selain itu, mereka juga berbincang mengenai bagaimana
festival dapat menemukan, membina, dan memberikan panggung bagi talenta-talenta
baru di industri film, serta memperkenalkan mereka ke kancah global.
4.
Percakapan dengan Sundance Film Festival: Asia
Documentary Filmmakers
Pada sesi
ini diikuti dengan sesi tanya jawab bersama Programmer Sundance Festival, Kim
Yutani dan Heidi Zwicker. Bersama dengan para filmmaker seperti Rintu Thomas
dan Sushmit Ghosh (Writing With Fire), Natalia Almada (Users), serta Debbie Lum
(Try Harder!), Programmer Senior Sundance Heidi Zwicker akan berbicara mengenai
pembuatan film dokumenter. Diskusi ini akan disiarkan secara langsung di
Sundance Collab pada hari Sabtu, 25 September, pukul 11:00 WIB.
5.
Indonesian Short Filmmaking.
Pada sesi
ini beberapa sutradara dan produser film pendek kontemporer Indonesia akan
mendiskusikan tentang film pendek. Sesi ini akan diisi oleh alumni Sundance
Film Festival Wregas Bhanuteja (Tak Ada yang Gila di Kota Ini) dan Aditya Ahmad
(Kado), serta produser Meiske Taurisia (Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar
Tuntas), percakapan ini akan dimoderatori oleh mantan Programmer Sundance Film
Festival Diskusi ini akan disiarkan secara langsung di Sundance Collab pada
hari Jumat 17 September, pukul 10:00 WIB.
6.
Short Film Competition Jury Award for Best
Short Film di Short Film Competition
Sesi yang ditunggu-tunggu ini akan diumumkan di TikTok live streaming (@SundanceFFAsia) pada hari Sabtu 25 September, bersamaan dengan pengumuman Honorary Mention. Kompetisi yang dibuka bagi para filmmaker Indonesia ini bertujuan untuk menemukan, membina, dan memberikan panggung bagi talenta-talenta baru di industri film, serta memperkenalkan mereka ke kancah global. Dari 160 film pendek yang sudah diterima dan diseleksi, tersaringlah 10 finalis yang terpilih. Berikut judulnya.
Finalis Kompetisi Film Pendek |
7.
Sundance Film Festival: Asia Intensive Program
Feature
Film Program dari Sundance Institute akan menyelenggarakan pelatihan intensif
yang akan dilaksanakan selama dua hari secara virtual. Pelatihan eksklusif ini bertujuan menemukan bakat-bakat baru di
Asia Tenggara dan menghubungkan mereka kepada para pakar di industri perfilman.
Adapun filmmaker yang telah mendaftar dan terpilih untuk program ini adalah:
Lucky Kuswandi (Indonesia), Sabrina Rochelle Kalangie (Indonesia), Khozy Rizal
(Indonesia), Sonny Calvento (Filipina), Kris Ong (Singapura), dan Lomorpich
Rithy (Kamboja). Wah, selamat ya!
COO IDN Media, William Utomo menyampaikan, “Merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk dapat membawa semangat independen Sundance ke komunitas film yang dinamis di Indonesia. Semoga, kami dapat terhubung dengan penonton lokal dan mendukung seniman Indonesia melalui intensive workshop dan panel discussion yang kami selenggarakan.”
“Sundance Film Festival: Asia 2021 akan menghadirkan serangkaian program yang intensif dan komprehensif. Harapan kami, para sineas di Indonesia dan regional dapat bertukar wawasan baru mengenai industri perfilman melalui program-program tersebut. Selaras dengan visi IDN Media untuk terus memberi #PositiveImpact bagi masyarakat, Sundance Film Festival: Asia 2021 berkomitmen untuk menemukan bakat-bakat baru di Asia Tenggara, kemudian menghubungkan mereka kepada para pakar di industri perfilman,” kata William Utomo.
Tiket untuk acara ini bisa dipesan mulai
hari Rabu, 15 September 2021 dan dapat dibeli melalui Sundance Film
Festival.org dengan harga Rp. 30.000,00 (tiket Single Screening) dan Rp.
85.000,00 (tiket Explorer untuk akses ke semua screening). Informasi lengkap
untuk acara Sundance Film Festival : Asia 2021 ini bisa diakses melalui website Sundance Film
Festival Asia.
Yuk, jangan lupa ikut meramaikan Sundance Film
Festival: Asia 2021 di media sosial dengan menggunakan tagar #SundanceAsia.
Sepertinya FLP harus mulai melirik dunia film, specially film pendek. Banyak anggota FLP yang berprofesi sebagai penulis skenario. Kita tinggal cari sutradara dan modal untuk bikin film pendek.
BalasHapusFilm-film di festival ini sepertinya film "indie" semua ya Mbak? Bukan film block buster atau sejenisnya yang digarap PH besar. Terlepas dari itu, saya senang karena festival ini juga memberi tempat bagi pegiat film di Indonesia
BalasHapusPenasaran banget sama 8 film yg akan diputar & 10 film pendek yg lolos seleksi kompetisi nih
BalasHapusAku suka sama film2 naratif serta dokumenternya. Duh acaranya sabtu besok ya diskusi panelnya udah mulai jalan ya
BalasHapuswah sudah mulai hari ini ya, sundance film festivalnya. buat para pecinta film nggak boleh ketinggalan nih acara ini
BalasHapusKepo dengan yang Writing With Fire, karena relate dg keseharianku menulis hehe
BalasHapusbeberapa film sudah aku liat trilernya, ada yang bikin merinding, pengen liat seutuhnya nih, hehehe
BalasHapus