ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

HARAP TENANG DAN JANGAN BERISIK

 


Semalam pasti banyak yang berada di depan TV untuk menyaksikan debat perdana Capres dan Cawapres. Pun demikian dengan saya dan suami. Saking antusiasnya, sampai suami membeli dua kotak martabak untuk camilan. Satu kotak martabak telor dan satu kotak martabak cokelat kacang. Nyummy 😍. Debat direncanakan akan dimulai pukul 20.00. Sambil menunggu, saya duduk di sofa sambil membaca. Suami duduk di lantai dekat sofa. Beberapa waktu kemudian, ternyata kami ketiduran 🤣. Sekitar jam 21.00 baru terbangun untuk pindah tempat ke karpet depan TV dan sempat menyaksikan debat. Sambil ngemil martabak tentunya. 

Setelah menyaksikan debat fullnya di Youtube pagi tadi saat perjalanan di KRL dari stasiun Bogor sampai stasiun Gondangdia, saya teringat sebuah pepatah Jawa "Ajining dhiri dumunung ana ing lathi", yang artinya nilai/kualitas diri (kepribadian seseorang) tergantung dari ucapannya. Lantas membatin, dari debat capres-cawapres semalam tentunya masyarakat makin bisa menilai siapa yang nantinya akan dipilih sebagai pemimpin negeri ini di tanggal 17 April 2019 nanti. 

Sempat terlintas dalam pikiran saya, berapa ya nilai diri seseorang dilihat dari perkataannya, ketika apa yang dia katakan adalah dari hasil mencontek dan mungkin berasal dari buah pikiran orang lain?
Hehe... Saya kira semua sudah cukup cerdas untuk menilai. Itu tadi hanya sekelebat lintasan pikiran saya dalam perjalanan pagi tadi. 

Dalam memilih -tanpa intervensi-, tentunya dibutuhkan ketenangan hati dan kejernihan berpikir. Tidak sekadar ikut-ikutan. Dalam menyatakan keberpihakan juga harus cerdas, jangan sampai melahirkan kata-kata pedas yang tak beretika. Saling kritik boleh, tapi dengan santun. Jangan berisik! 

Jujur, saya ingin segera tanggal 17 April 2019. Bukan karena pilpres dan pileg saja, tapi juga ingin cuti sepekan dan mudik. Hehe.. Oh iya, kira-kira saya akan memilih paslon 01 atau 02 ya? - Hmm... Maaf, saya tidak akan memberikan kisi-kisinya! 😂

#latepost

PESAN TERAKHIR


 

Oktober 2018

"Na, kayaknya aku masih ada utang 50.000 rupiah deh sama almarhumah Wiwid waktu OSIS dulu. Rasanya masih ngganjel gitu, agak lupa sih sudah kubayar apa belum. Tapi biar aku tenang, tolong bayarin ke keluarganya ya, Na. Kan rumahmu deket," pesan singkat Anto lewat WhatsApp yang kuterima pagi tadi. Anto adalah ketua OSIS saat kami masih SMA dulu. Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya kami tersambung kembali beberapa hari lalu. Anto sekarang sudah di Semarang, telah menikah dan punya anak perempuan yang lucu. . .

Siang harinya, sepulang dari mengajar, aku sempatkan ke rumah almarhumah Wiwid untuk mengantarkan uang Rp 50.000,- sebagai amanah dari Anto. Alhamdulillah, langsung diterima ibundanya Wiwid. Lega deh rasanya, langsung aku kabarkan ke Anto kalau amanahnya sudah kutunaikan. . "Makasih, Na. Aku dah tenang sekarang," jawab Anto singkat sebagai tanggapan atas laporanku. .

16 Januari 2019.
Beranda instagramku penuh dengan postingan #10yearschallenge. Ada postingan Anto juga yang menyandingkan fotonya di tahun 2009 dan 2019. Dia berkelakar kalau tidak ada perubahan signifikan. Aku komen juga di postingannya, "Wah, tambah makmur nih.." .

17 Januari 2019.

Sekitar jam 12.00 siang, saat jam istirahat mengajar, aku buka pesan WhatsApp. Aku terduduk lemas di meja kerjaku saat membaca rentetan ucapan bela sungkawa di grup alumni OSIS. Aku syok membaca kabar bahwa Anto meninggal jam 10.00 pagi tadi. Dia kena serangan jantung saat sedang ikut pelatihan di Malang. .
Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Berita kematian di siang itu seolah semakin menyadarkanku bahwa hadirnya kematian itu sebuah kepastian. Kita tinggal menunggu giliran untuk dipanggil pulang. .
Selamat jalan, Anto. Insya Allah, husnul khatimah karena engkau berpulang di saat mencari nafkah.. .
NB : cerita ini terinspirasi dari kisah nyata. .

SETELAH 10 TAHUN




Tahun 2009 saya masih menjadi mahasiswi tingkat akhir di Matematika FMIPA UNS. Saya juga masih aktif di BEM UNS. Foto 2009 ini saat ikut aksi di Gladag, Solo dengan jas almamater kebanggaan. Tahun 2009 akhir saya diterima CPNS di Kemendag Jakarta. Hijrahlah saya. 

Sejak merantau ke Jakarta, berbagai impian saya terwujud. Saya mulai menjelajah berbagai tempat di Indonesia, mendapat beasiswa S2 di ITB, menikah dengan laki-laki yang kriterianya sama persis dengan yang saya tuliskan di dream book, menulis beberapa buku (sampai 2019 ini sudah ada 16 buku baik solo, duet, dan antologi), mengisi beberapa training/seminar, umroh di bulan Ramadhan tahun 2017, punya bisnis Supertwin Shop tahun 2014, dll. Banyak momentum istimewa selama 10 tahun ini. Tapi saya juga masih seperti tahun 2009, masih suka aksi turun ke jalan, berorganisasi, dan belajar berbagai hal. 

Kalau dari segi fisik.. Heuheu.. Salah satu beda antara tahun 2009 dan 2019 adalah berat badan di tahun 2009 masih kurang dari 40 kg, sedangkan 2019 sudah lebih dari 45 kg. Mungkin efek setelah menikah jadi lebih doyan makan. 

Namun, terlepas dari banyaknya capaian ataupun perubahan selama 10 tahun ini, semoga menjadi momentum untuk terus bersyukur atas segala nikmat-Nya yang mustahil bisa dikalkulasikan. Detik waktu yang terus berjalan, semoga menjadi detik yang dimanfaatkan untuk hijrah menjadi lebih baik, menjadi momentum terus mendekati-Nya karena sejatinya dari 2009 hingga 2019 itu jatah hidup kita juga sudah berkurang 10 tahun. Entah sampai kapan lagi kita bisa melihat indahnya dunia ini, hanya Allah saja yang Maha Mengetahui. 

SENYUM TERKEMBANG DI LEMATANG


Sering suami berkisah bahwa semasa kecilnya dulu suka bermain di sungai Lematang. Sungainya jernih, berarus deras, dan lebih asri sekitarnya. Namun, sekarang banyak perubahan. .
Suatu hari saya diajaknya menikmati sungai yang menjadi salah satu icon di tempat kelahirannya itu. Hingga terciptalah puisi ini yang mungkin mewakili isi hatinya. .
Senja urung jingga sempurna
Sendu termangu menatap angkasa
Di sini raga menyendiri
Berteman riak anak Sungai Musi
Duduk di atas batu besar
Menatap anak-anak dusun berkelakar

Bayang masa kecil menyapa
Senyum terkembang bahagia
Bersama kawan bercengkerama
Berenang dan melompat di sungai
Menikmati riaknya hadirkan damai

Lematang selalu bisa menautkan hati
Pada jiwa-jiwa yang terpisah jarak
Pada hati yang merindu kembali
Pada asa yang ingin menapak jejak
Tuk kembali ke tanah kelahiran
Atau sekadar menyapa kampung halaman

Lematang sayang...
Memang tak seperti dulu
Indahnya tlah tereksploitasi
Pasir dan kerikil diangkut sesuka hati
Air mengering, daun meranggas, Lahat memanas
Rakyat cemas, harusnya mau bergegas
Membenahi Lematang...
Menyayangi Lematang... Lematang sayang...
Tersenyumlah, kami mulai berbenah
Memolesmu dengan apik
Dengan taman-taman nan cantik
Membuatmu kian menarik

Duhai kawan..
Sayangi Lematang...
Agar senyum generasi mendatang
Makin terkembang kala memandang
Cantiknya Sungai Lematang. 
Mari kite jage ayek Lematang

KUCEL

 


Sebelumnya, saya pernah bercerita tentang Krimi. Seekor kucing ajaib yang membersamai saya ketika tinggal di Depok. Bisa dibaca di postingan saya pekan lalu ya. 😻

Saat pindah ke Bogor, ternyata Allah takdirkan untuk bersua dengan kucing ajaib lain yang gerak-geriknya mirip dengan Krimi. Ketika saya pulang kantor, dia menyambut dengan antusias. Tatkala buka pintu, dia akan gegas masuk rumah mengalahkan kecepatan cahaya. Suaranya pun mirip dengan Krimi. Wkwk.. . 😻

Namanya Kucel. Bukan karena penampilannya yang kucel, tapi karena dia seperti pakai celak mata. 

Kucel : kucing celak. 

KAOS KAKI CINTA


Sore ini Sarah belanja sepatu di sebuah toko. Tak lupa dia beli kaos kaki beberapa pasang. Sejak berhijab sebulan lalu dan sedang belajar untuk hijrah ke arah yang lebih baik, Sarah mulai belajar mengenakan busana muslimah syar'i. Apalagi saat pekan kemarin ada kajian yang membahas aurat muslimah. Sarah tergugah untuk mulai memakai kaos kaki saat beraktivitas di luar rumah.  💙

Keluar dari toko tersebut, ada anak perempuan yang mendekatinya menawarkan tisu. Sarah membeli sebungkus. Saat hendak mengambil uang di dompet, perhatian Sarah tertuju pada kaki anak itu. Dia mengenakan sandal jepit tapi berkaos kaki. Dugaan Sarah kaos kaki itu sebelumnya berwarna putih. Akan tetapi sekarang sudah berubah warna menjadi kecoklatan. Ditambah ada beberapa lubang di kaos kaki tersebut. 💙

"Dek, ini kakak ada kaos kaki lebih. Buat kamu satu ya!" kata Sarah sambil menyodorkan sepasang kaos kaki berwarna biru muda kepada anak perempuan berjilbab merah itu. 

"Wah, terima kasih Kak. Saya sudah punya kaos kaki ini. Saya tidak mau pakai kaos kaki lain," jawab anak itu lugas. 

"Gak apa-apa Dek. Ini buat kamu saja," jawab Sarah sambil meletakkan kaos kaki biru itu di tangannya.

"Maaf kak, saya tidak bisa menerima pemberian orang lain yang belum saya kenal. Apalagi hanya karena kasihan dengan saya. Itu pesan Bapak. Ini kaos kaki cinta dari Bapak. Sebelum meninggal, beliau berpesan agar saya selalu memakainya. Ketika memakai kaos kaki ini, saya merasa langkah kaki ini selalu bersama Bapak. "

Sarah tertegun dalam rasa haru. 💙
.

DUA SEJOLI


 "Dinda, bagaimana jika penulis dan buku bertemu?" kata suamiku tiba-tiba. 

"Mereka akan jadi pasangan serasi, Kanda. Sejatinya mereka adalah dua sejoli yang tidak dapat dipisahkan. Penulis yang rajin baca buku, akan jadi kaya. Kaya diksi, kaya ilmu, kaya inspirasi." jawabku yang tengah membaca buku. 

SARAPAN

 



Pagi yang cerah. Aku sudah berdiri di pertigaan komplek menanti seseorang. Bukan menanti kehadiran tukang sayur atau penjual bubur ayam keliling.

"Wah, itu dia. Kakak berjilbab biru sudah membukakan pintu." Dengan setengah berlari, aku masuk ke halaman rumah kakak itu." Terbukanya pintu rumah kakak berjilbab biru itu menjadi suatu momen yang kunantikan tiap hari. 

"Hai Jeje, mana Juju kok nggak diajak?" Sapa si kakak ramah sambil mengusap badanku dan menuangkan sarapan favoritku. 

Juju adalah saudari kembarku. Sayang, dia lebih asyik main di komplek sebelah dan tidak mau kuajak ke rumah kakak ini. 

Saat tengah asyik menikmati sarapan, datang dua tante heboh yang juga tak mau kalah menagih jatah sarapannya. Kedua tante itu sedang hamil. Mungkin karena bawaan hamil juga, mereka menatapku sinis karena sudah sarapan terlebih dahulu. 

Rasanya ingin segera menghabiskan sarapan dan kabur dari situ sebelum kena omel emak-emak yang tengah dilanda lapar.

PERANTAU


Ahad pagi, saat hendak pergi, saya lihat bu RT sedang membeli jamu. Bukan jamu yang digendong seperti penjual jamu pada umumnya. Ibu penjual jamu ini naik motor. Keren, ya? Penjual jamu zaman now! . 🎒
.
Saya ikut bergabung membeli jamu dengan Bu RT. Saya pun kepo pada si penjual. "Bu, aslinya dari mana?" Beliau antusias menjawab, "Dari Tawangsari, Sukoharjo." Saya sumringah, "Wah, deketan dong sama saya. Saya dari Wonogiri. Sekarang tinggal di mana, Bu?" "Di warung bakso depan komplek itu lho, Teh. Yang jual bakso itu suami saya," jawab si Ibu. "Ibu dah berapa lama tinggal di Bogor?" tanya saya lagi. "Sudah lama, Teh. 22 tahun," jawab si Ibu sambil menyodorkan jamu pahit campur pesanan saya.

Bakso depan komplek yang notabene milik suami ibu penjual jamu 'nyentrik' itu sangat laris dan memang terkenal enak. Bahkan tempat dagangnya sangat 'wow'. Perjalanan mereka selama 22 tahun merantau sampai detik ini tentunya penuh dengan kerja keras. 


Pada hakikatnya, bukan berapa lama kita merantau, bukan berapa pundi rupiah yang telah berhasil kita dapatkan dan kumpulkan, tapi seberapa besar manfaat yang telah kita sebarkan pada sekitar. Baik di tempat perantauan kita maupun di tempat kelahiran yang kita tinggalkan. 

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. ~ Imam Syafi'i 

Saya tidak akan bertanya berapa lama sahabat merantau, tapi pertanyaan saya adalah : kalau beli jamu, suka beli jamu apa? 🤭 

CALON PRESIDEN DAN VISI MISI HEBATNYA


Sekelompok masyarakat menunjuknya sebagai calon presiden. Dia menerima amanah itu dan menyiapkan visi misi yang nantinya akan dijalankan jika terpilih. Dia dan tim suksesnya yang menyusun. Tentu, porsi ide sang capres jauh lebih banyak dibanding ide timsesnya. Tibalah saat pemaparan visi misi di dua tempat, yakni di dalam ruangan dan di terminal. Terminal dipilih karena diketahui masih banyak masyarakat yang apatis akan adanya proses demokrasi pergantian kepemimpinan ini. 

Sang capres dengan gamblang menyampaikan visi misinya. Bahkan dia merumuskannya dalam satu kata, HEBAT. HEBAT kependekan dari Harmonis, Edukatif, Berani, Aktif, dan Terdepan. Sang capres ingin kelak nantinya 'negara kecil' yang dipimpinnya memiliki masyarakat yang harmonis, berpendidikan baik, berani dalam kebenaran, aktif dalam hal positif, dan terdepan dalam prestasi. 

Suatu hari, dalam debat capres, sang capres ini dipertemukan dengan kandidat capres lainnya. Debat tersebut dimanfaatkan sekelompok oknum yang punya niat licik untuk mempermalukan sang capres ini di hadapan masyarakat umum yang kebanyakan masih apatis. 

Ada sebuah kontrak politik sangat sulit yang disodorkan oknum tersebut pada sang capres. Oknum itu menantang semua capres untuk menandatanginya. Sang capres menanyakan mana materainya kepada si oknum. Berubahlah wajah si oknum karena dia tidak menyiapkan materai itu. 


Sang capres mengeluarkan selembar materai dari dalam dompetnya. Dia berujar dengan lantang, "Saya sudah menyiapkan materai ini jauh-jauh hari sebelum ada kontrak politik ini." Saat si oknum baru membeli materai dan capres lain belum menandatangi kontrak politik, capres HEBAT sudah lebih dulu tanda tangan dengan materainya. 

Masyarakat memberikan tepuk tangan riuh pada sang capres.
Si oknum pucat pasi.
Pasca itu, elektabilitas sang capres meroket tinggi.
Dia pun terpilih menjadi presiden. 

Alhamdulillah, capres itu kini jadi presiden di rumah tangga kami 😍. .

Kisah ini terinspirasi dari kisah beliau saat jadi capres mahasiswa di kampus UNSRI Palembang. .