ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

KUCEL

 


Sebelumnya, saya pernah bercerita tentang Krimi. Seekor kucing ajaib yang membersamai saya ketika tinggal di Depok. Bisa dibaca di postingan saya pekan lalu ya. 😻

Saat pindah ke Bogor, ternyata Allah takdirkan untuk bersua dengan kucing ajaib lain yang gerak-geriknya mirip dengan Krimi. Ketika saya pulang kantor, dia menyambut dengan antusias. Tatkala buka pintu, dia akan gegas masuk rumah mengalahkan kecepatan cahaya. Suaranya pun mirip dengan Krimi. Wkwk.. . 😻

Namanya Kucel. Bukan karena penampilannya yang kucel, tapi karena dia seperti pakai celak mata. 

Kucel : kucing celak. 

KAOS KAKI CINTA


Sore ini Sarah belanja sepatu di sebuah toko. Tak lupa dia beli kaos kaki beberapa pasang. Sejak berhijab sebulan lalu dan sedang belajar untuk hijrah ke arah yang lebih baik, Sarah mulai belajar mengenakan busana muslimah syar'i. Apalagi saat pekan kemarin ada kajian yang membahas aurat muslimah. Sarah tergugah untuk mulai memakai kaos kaki saat beraktivitas di luar rumah.  💙

Keluar dari toko tersebut, ada anak perempuan yang mendekatinya menawarkan tisu. Sarah membeli sebungkus. Saat hendak mengambil uang di dompet, perhatian Sarah tertuju pada kaki anak itu. Dia mengenakan sandal jepit tapi berkaos kaki. Dugaan Sarah kaos kaki itu sebelumnya berwarna putih. Akan tetapi sekarang sudah berubah warna menjadi kecoklatan. Ditambah ada beberapa lubang di kaos kaki tersebut. 💙

"Dek, ini kakak ada kaos kaki lebih. Buat kamu satu ya!" kata Sarah sambil menyodorkan sepasang kaos kaki berwarna biru muda kepada anak perempuan berjilbab merah itu. 

"Wah, terima kasih Kak. Saya sudah punya kaos kaki ini. Saya tidak mau pakai kaos kaki lain," jawab anak itu lugas. 

"Gak apa-apa Dek. Ini buat kamu saja," jawab Sarah sambil meletakkan kaos kaki biru itu di tangannya.

"Maaf kak, saya tidak bisa menerima pemberian orang lain yang belum saya kenal. Apalagi hanya karena kasihan dengan saya. Itu pesan Bapak. Ini kaos kaki cinta dari Bapak. Sebelum meninggal, beliau berpesan agar saya selalu memakainya. Ketika memakai kaos kaki ini, saya merasa langkah kaki ini selalu bersama Bapak. "

Sarah tertegun dalam rasa haru. 💙
.

DUA SEJOLI


 "Dinda, bagaimana jika penulis dan buku bertemu?" kata suamiku tiba-tiba. 

"Mereka akan jadi pasangan serasi, Kanda. Sejatinya mereka adalah dua sejoli yang tidak dapat dipisahkan. Penulis yang rajin baca buku, akan jadi kaya. Kaya diksi, kaya ilmu, kaya inspirasi." jawabku yang tengah membaca buku. 

SARAPAN

 



Pagi yang cerah. Aku sudah berdiri di pertigaan komplek menanti seseorang. Bukan menanti kehadiran tukang sayur atau penjual bubur ayam keliling.

"Wah, itu dia. Kakak berjilbab biru sudah membukakan pintu." Dengan setengah berlari, aku masuk ke halaman rumah kakak itu." Terbukanya pintu rumah kakak berjilbab biru itu menjadi suatu momen yang kunantikan tiap hari. 

"Hai Jeje, mana Juju kok nggak diajak?" Sapa si kakak ramah sambil mengusap badanku dan menuangkan sarapan favoritku. 

Juju adalah saudari kembarku. Sayang, dia lebih asyik main di komplek sebelah dan tidak mau kuajak ke rumah kakak ini. 

Saat tengah asyik menikmati sarapan, datang dua tante heboh yang juga tak mau kalah menagih jatah sarapannya. Kedua tante itu sedang hamil. Mungkin karena bawaan hamil juga, mereka menatapku sinis karena sudah sarapan terlebih dahulu. 

Rasanya ingin segera menghabiskan sarapan dan kabur dari situ sebelum kena omel emak-emak yang tengah dilanda lapar.

PERANTAU


Ahad pagi, saat hendak pergi, saya lihat bu RT sedang membeli jamu. Bukan jamu yang digendong seperti penjual jamu pada umumnya. Ibu penjual jamu ini naik motor. Keren, ya? Penjual jamu zaman now! . 🎒
.
Saya ikut bergabung membeli jamu dengan Bu RT. Saya pun kepo pada si penjual. "Bu, aslinya dari mana?" Beliau antusias menjawab, "Dari Tawangsari, Sukoharjo." Saya sumringah, "Wah, deketan dong sama saya. Saya dari Wonogiri. Sekarang tinggal di mana, Bu?" "Di warung bakso depan komplek itu lho, Teh. Yang jual bakso itu suami saya," jawab si Ibu. "Ibu dah berapa lama tinggal di Bogor?" tanya saya lagi. "Sudah lama, Teh. 22 tahun," jawab si Ibu sambil menyodorkan jamu pahit campur pesanan saya.

Bakso depan komplek yang notabene milik suami ibu penjual jamu 'nyentrik' itu sangat laris dan memang terkenal enak. Bahkan tempat dagangnya sangat 'wow'. Perjalanan mereka selama 22 tahun merantau sampai detik ini tentunya penuh dengan kerja keras. 


Pada hakikatnya, bukan berapa lama kita merantau, bukan berapa pundi rupiah yang telah berhasil kita dapatkan dan kumpulkan, tapi seberapa besar manfaat yang telah kita sebarkan pada sekitar. Baik di tempat perantauan kita maupun di tempat kelahiran yang kita tinggalkan. 

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. ~ Imam Syafi'i 

Saya tidak akan bertanya berapa lama sahabat merantau, tapi pertanyaan saya adalah : kalau beli jamu, suka beli jamu apa? 🤭 

CALON PRESIDEN DAN VISI MISI HEBATNYA


Sekelompok masyarakat menunjuknya sebagai calon presiden. Dia menerima amanah itu dan menyiapkan visi misi yang nantinya akan dijalankan jika terpilih. Dia dan tim suksesnya yang menyusun. Tentu, porsi ide sang capres jauh lebih banyak dibanding ide timsesnya. Tibalah saat pemaparan visi misi di dua tempat, yakni di dalam ruangan dan di terminal. Terminal dipilih karena diketahui masih banyak masyarakat yang apatis akan adanya proses demokrasi pergantian kepemimpinan ini. 

Sang capres dengan gamblang menyampaikan visi misinya. Bahkan dia merumuskannya dalam satu kata, HEBAT. HEBAT kependekan dari Harmonis, Edukatif, Berani, Aktif, dan Terdepan. Sang capres ingin kelak nantinya 'negara kecil' yang dipimpinnya memiliki masyarakat yang harmonis, berpendidikan baik, berani dalam kebenaran, aktif dalam hal positif, dan terdepan dalam prestasi. 

Suatu hari, dalam debat capres, sang capres ini dipertemukan dengan kandidat capres lainnya. Debat tersebut dimanfaatkan sekelompok oknum yang punya niat licik untuk mempermalukan sang capres ini di hadapan masyarakat umum yang kebanyakan masih apatis. 

Ada sebuah kontrak politik sangat sulit yang disodorkan oknum tersebut pada sang capres. Oknum itu menantang semua capres untuk menandatanginya. Sang capres menanyakan mana materainya kepada si oknum. Berubahlah wajah si oknum karena dia tidak menyiapkan materai itu. 


Sang capres mengeluarkan selembar materai dari dalam dompetnya. Dia berujar dengan lantang, "Saya sudah menyiapkan materai ini jauh-jauh hari sebelum ada kontrak politik ini." Saat si oknum baru membeli materai dan capres lain belum menandatangi kontrak politik, capres HEBAT sudah lebih dulu tanda tangan dengan materainya. 

Masyarakat memberikan tepuk tangan riuh pada sang capres.
Si oknum pucat pasi.
Pasca itu, elektabilitas sang capres meroket tinggi.
Dia pun terpilih menjadi presiden. 

Alhamdulillah, capres itu kini jadi presiden di rumah tangga kami 😍. .

Kisah ini terinspirasi dari kisah beliau saat jadi capres mahasiswa di kampus UNSRI Palembang. .

PESAN DAMAI DARI ATAS DUA RODA


Pagi tadi saya diantar suami naik motor ke stasiun. Saat sampai di belokan jalan dekat stasiun, ada seorang pengendara motor (sebut saja A) yang menyenggol bagian belakang motor (sebut saja B) di depannya. Sepertinya karena ada angkot mendadak berhenti di depan B sehingga dia harus ngerem mendadak. Tahu motornya ditabrak A, B hanya menoleh sejenak ke A kemudian melaju lagi. A berusaha mendekati B, dia membunyikan klakson. B menoleh, kemudian A berteriak mengucapkan permintaan maaf.

A : "Punten ya kang!"
B : "Iya, gak apa-apa." (sambil mengangguk). Kemudian keduanya kembali melaju. 

Masya Allah, saya yang menyaksikan kejadian itu trenyuh melihatnya. Pemandangan yang indah, bukan? Ada pesan damai di tengah padatnya jalan di pagi ini. 

Saya punya semacam tagline yakni "Ada pelajaran di setiap perjalanan". Nah, setidaknya ada 3 (tiga) pelajaran yang saya dapat:
1. Apabila melakukan kesalahan, meski mungkin tidak disengaja, harus berani mengakuinya dan meminta maaf atas kesalahan itu.
2. Perlu kelapangan hati untuk memaafkan kesalahan orang lain. Tidak perlu membesarkan masalah kecil dan berusaha untuk bisa menahan amarah.
3. Hati-hati di jalan, jangan lupa berdoa dan berzikir sehingga atas apapun peristiwa yang terjadi, hati kita tetap tenang dan lisan lebih terjaga.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita di setiap perjalanan. Aamiin. 

DENGAN 700.000 RUPIAH, SAYA LOLOS CPNS


 Saya wisuda S1 bulan September 2009. Beberapa hari setelahnya saya dapat info lowongan CPNS di Kementerian Perdagangan dari teman kuliah saya, sebut saja namanya Anggrek -karena Mawar sudah terlalu mainstream. Ternyata pendaftaran online CPNS tersebut akan ditutup dua hari lagi. Bismillah, akhirnya saya mendaftar. 📊


Singkat cerita, saya lolos untuk ikut tes tertulis di Jakarta bulan Oktober 2009. Waktu itu menjadi momentum untuk pertama kalinya saya ke Jakarta. Deg-degan? So, pasti. Awalnya Babe -panggilan sayang kami untuk Ayah- ingin mengantarkan saya ke Jakarta. Ada om dan pakde yang juga tinggal di Jakarta. Tapi saya ingin belajar mandiri. 📊

Akhirnya saya hubungi sahabat SMA yang tinggal di Jakarta -sebut saja Melati-. Alhamdulillah, ternyata dia sedang mudik dan merencanakan balik ke Jakarta tepat di hari saya akan berangkat ke Jakarta juga. Kami pun janjian berangkat naik bus dari terminal. 📊

Singkat cerita, saya mengikuti rangkaian tes CPNS dengan lancar dan akhirnya dinyatakan lolos di bulan November 2009 sebagai statistisi, sebuah impian yang terwujud! 📊

Ada hal sangat penting bagi saya sebelum berangkat ke Jakarta untuk tes CPNS itu. Kakak laki-laki saya yang waktu itu sedang mengumpulkan uang untuk modal bisnis, menyerahkan tabungannya Rp 700.000,- untuk saya pakai ongkos dan tinggal sementara di kosnya Melati. Masya Allah, terharu rasanya. Pengorbanan luar biasa dari seorang kakak untuk adik tercintanya. 📊

Alhamdulillah, Rp 700.000,- itu tak sia-sia. Ketulusannya berbuah banyak hal yang tak terkira jika dinilaikan. Terima kasih Kakakku 😍. Semoga diri ini bisa menjadi adik yang selalu bisa kamu banggakan, meski mungkin tak bisa membalas semua kebaikan yang telah engkau berikan. 📊

Adik yang selalu mencintaimu,
Thicko

KRIMI-NAL

Ulah Krimi

S
aat tinggal di Depok, ada kucing yang suka sekali datang ke rumah. Namanya Krimi, karena warna bulunya yang krem. Ternyata ditambah sama tindakannya yang agak-agak Krimi-nal. Hehe.. 🐾

Krimi adalah kucing yang sangat terobsesi untuk bisa masuk rumah. Dia pernah membuat lobang di atap kamar mandi, nekat masuk lewat terali jendela kamar yang sempit, ngeong-ngeong histeris di samping ventilasi dekat tempat saya nyuci, sampai-sampai kalau saya membuka pintu dia akan secepat kilat masuk rumah. Kata suami, kecepatannya masuk rumah bisa melebihi kecepatan cahaya! Wkwk. 🐾


Nah, saya dan suami selalu punya stok biskuit kucing di rumah. Pernah suatu hari saat pintu rumah terbuka, Krimi tertangkap basah sedang ngemil biskuit itu langsung dari toplesnya! (Seperti foto). Langsung takjub saya. Ada gitu ya kucing se-amazing ini 🤣. 🐾


Krimi pernah 'diasingkan' ke tempat lain atas tindakan 'kriminal'-nya di rumah tetangga. Akibat perbuatan tidak menyenangkannya, dia kena hukuman 'pengasingan' ke suatu tempat yang berjarak sekitar 2 km dari kediaman kami. Saya sedih atas hukuman yang harus diterima kucing tiga warna berekor seuprit itu. Hampir tiap hari Ahad, saya dan suami naik motor melewati tempat 'pengasingan' Krimi, berharap bisa bertemu dengannya kemudian mengajaknya pulang. Sampai-sampai kami menamai jalan di sekitar tempat Krimi 'diasingkan' itu sebagai Jalan Krimi. 🐾


Setiap shalat, kadang-kadang terselip doa untuk Krimi semoga dia masih hidup dan sehat selalu. Saya pun masih menaruh harapan bahwa Krimi akan kembali. 🐾


Benar saja, 9 bulan setelah hari 'pengasingan' itu, Krimi kembali! Alhamdulillah, Allahu akbar!! Krimi tetap seperti dulu! Masih memiliki kecepatan cahaya untuk menerobos masuk rumah, masih bertampang innocent, dan masih bertindak sesuka hati. 9 bulan bukan waktu yang singkat lho untuk menemukan jalan pulang! 🐾


Kini saya harus berpisah dengan Krimi karena hijrah ke Bogor. Sepekan lalu saat mampir Depok, ternyata saya tidak menemukan Krimi. 

Lantas muncul pertanyaan dalam benak saya, "Apakah Krimi sudah mulai melakukan longmarch menuju Bogor?

MISTERI HILANGNYA GARANG ASEM

 


Kemarin saya pulang kantor dijemput suami di stasiun Bogor. Kami pun mampir di warung soto dan garang asem yang kami lewati. Ternyata nasinya habis padahal mau beli nasi sebungkus juga. Ya sudah akhirnya beli garang asem saja. Sebenarnya di rumah bisa masak nasi, cuma baru ingat kalau tinggal beras merah saja. Plus udah lapar. So, mending jajan nasi sekalian saja. Hehe.. 


Sebelum sampai, kami beli nasi di warteg dekat rumah. 
Sesampainya di rumah, kami pun beres-beres diri, mandi, sholat Isya, dll. Setelah seger, lanjut persiapan makan malam.
Saya : "Nda, garang asemnya mana?"
Suami : "Lho, bukannya tadi sudah Didi bawa?"
Saya : "Tadi kan dicantol di motor. "
Suami langsung bergegas keluar rumah untuk ngecek garang asem di motor.
Suami : "Wah, nggak ada Din!" 

Kami pun mencari garang asem tersebut, dari dapur sampai depan rumah. Kalau-kalau sudah diangkut kucing. Tapi hasilnya nihil. 

Sampai sekarang saya masih penasaran ke mana garang asem itu. Apakah terjatuh di jalan atau sudah diangkut kucing? *karena banyak kucing sliweran di sekitar rumah.
Akhirnya malam itu makan dengan fusilli pizza hut pakai nasi wkwk (masih ada fusilli di kulkas, jadi tinggal dipanasin). 🍲


Kapan-kapan mau jajan garang asem lagi deh. Semalam pulangnya gak lewat warungnya. 🍲
Ada yang pernah mengalami kejadian serupa??