Aku tak mau takut
Dengan ketakutan yang kusketsa sendiri
Aku tak mau resah
Dengan keresahan yang kubuat sendiri
Aku tak mau bimbang
Dengan kebimbangan yang kurangkai sendiri
Aku tak mau lemah
Dengan kelemahan yang kuciptakan sendiri
Aku tak mau bingung
Dengan kebingungan yang kuhadirkan sendiri
Kunci itu sudah ada di tanganku…
Saatnya memilih : MENUTUP pintu itu atau MASUK melewati pintu yang sudah terbuka lebar…
Aku harus berkata TIDAK pada rasa TAKUT, RESAH, BIMBANG, LEMAH, dan BINGUNG!
Please, don’t disturb me again!!
Sebuah kontemplasi.
Seringkali keraguan datang menggelayuti hati menyebabkan seseorang tak
berani bertindak atau mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu. Dan
hal itu pula yang menyebabkannya terhambat dan mungkin pula terlambat
dalam mendapatkan hal yang dituju. Ini bukan hanya masalah ketakutan dan
keraguan untuk memilih atau menentukan sikap. Ini juga mengenai
ketidaksiapan mengalami kegagalan atau kekalahan.
Tak asing lagi bahwa setiap diri kita pasti menginginkan hal yang
terbaik yang akan diperoleh. Oleh sebab itu, memiliki segala macam
kriteria dalam memilih sesuatu menjadi suatu kewajaran. Kalaupun tidak
akan sempurna, setidaknya kriteria-kriteria tersebut mewakili upaya
untuk mencapai kesempurnaan. Maka, setiap ketidaksempurnaan yang
ditemui, seharusnya pun diterima dengan wajar.
Pernahkah kita menjadi seorang yang perfeksionis? (SERING=>itu
jawaban jujur dari saya pribadi lho. Banyak yang bilang (hasil polling
tanggal 020209 dan beberapa isian kuesioner tentang saya) saya tuh
orangnya idealis bin perfeksionis… ^^v, bisa jadi inilah kelemahan saya…
tapi bisa juga inilah sifat yang menjadi kelebihan saya… Absolutely,
I’m not a perfect person..). Perfeksionis, merencanakan segala sesuatu
dengan rapi, teliti, penuh aturan seakan takut sesuatu yang akan
dilakukan tersebut tidak berhasil atau memperoleh hasil yang jelek.
Perencanaan sebenarnya adalah sebuah upaya untuk membantu hal-hal yang
akan dilakukan supaya mencapai hasil yang baik, sesuai dengan tujuan
semula, sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Perencanaan
sebenarnya adalah salah satu alat ukur terhadap sebuah aktivitas.
Keberhasilan maupun kegagalan adalah sebuah hasil yang penting untuk
diketahui, namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana PROSES
aktivitas tersebut dilalui.
Bagaimanakah niat yang ada di hati ketika aktivitas tersebut dijalankan?
Hikmah apa yang telah didapat dalam menjalankan aktivitas tersebut?
Seringkali, keberhasilan yang diperoleh meninggalkan bekas yang
membahagiakan. Disebut-sebut. Dibangga-banggakan, dan lama sekali baru
terlupakan. Namun, bila yang ditemui adalah sebuah kegagalan.. entah apa
reaksi yang terjadi. Dan bekasnya? Bisa jadi ingin dihapus dari ingatan
segera. Padahal di baliknya, terdapat suatu hal yang demikian berharga.
Kadang kita lupa, betapa kegagalan dapat menjadi sebuah pelajaran yang
tak ternilai.
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi keberanian
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi semangat
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi inspirasi
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi kekuatan
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi keceriaan
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi prestasi
Jika merah adalah aku
Biarkan ia menjadi kemenangan
---DIAM---
---MERENUNG---
---SELESAI---
__^_^__
~Saat pekerjaan di kantor sudah selesai... Alhamdulillah, bisa merenung
sejenak sebelum pulang... Hari ini, hari terakhir di bulan Maret. Esok
sudah April, dan di bulan April inilah akan banyak kisah yang akan
terangkai (atas izin Allah).. Deadline beberapa naskah, try out TOEFL
dan TPA di UI Depok, pengumuman tahap I beasiswa S2, sebuah misi besar
di akhir April (kunamakan "Misi Amplop Coklat"), dan misi-misi yang
lain. Mohon doanya kawan! Semoga senantiasa teriring dengan niat yang
lurus, doa yang bagus, ikhtiar terus, dan tawakal tak pernah putus!
KEBAIKAN JANGAN DITUNDA!!!
Rangkailah hidup menjadi cerita tentang cinta dan cita-cita.
CINTA! Ya, tentang cinta pada Sang Pencipta dan semua yg mencinta dan dicintai-Nya!
CITA-CITA! Ya, tentang cita-cita yg bukan sekedar kata, tapi visi dan aksi nyata!
~idealisme adalah penggerak motivasi~
Insya Allah, tema bulan APRIL ini adalah :
[A]ku yakin [P]asti bisa [R]aih [I]mpian dan mjd pribadi yang [L]ebih baik!!!
Masih di kantor dengan backsong "Ku Bisa"-nya Haris Isa
Suatu hari ku ingin mencoba satu kali lagi
Wujudkan mimpi yang dulu sempat memudar terhenti
Kutahu aku akan susah payah lagi
Mungkin inilah untuk yang terakhir kali
Reff:
Sungguh aku, masih mau
Meneruskan liku yang pernah ku daki tuk gapai mentari
Bila memang, tak untukku
Setidaknya aku pun telah mencoba sedaya jiwa raga
Ku bisa, ku bisa
Tanpa pengorbanan tiada kemenangan
Ku yakin Tuhan merencanakan
Satu kemenangan yang lebih indah di depan sana
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan April 2011 di blog sebelumnya.
Waiting is an exam..
Please always keep me in my hope..
Because beleive not only said
It's determination to face ordeal
Please make me more patient waiting for my soulmate
I will receive with sincerely and all my soul
In my hope to pick up Your blessing
When Your permission come to answer my hope
God, please make me strong in my waiting
Please give me Your bright light
God, my pray and my effort
Only dependent on You
Tulisan ini
diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.
|
ALLAHU AKBAR!!! |
Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat pagi Ananda tersayang.
Selamat berjumpa lagi dengan hari yang baru.
Selamat merangkai karya dengan senantiasa meluruskan niat untuk Allah semata.
Semoga Ananda senantiasa menjadi pribadi yang pandai bersyukur agar
kenikmatan dan karunia-Nya senantiasa berlimpah. Semoga Ananda menjadi
umat tersayang dari Baginda Rasulullah Saw yang syafa'atnya turut pula
dihadiahkan kepada kita sebagai umatnya. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
Ananda tersayang, ini surat Bunda yang pertama untuk Ananda. Maafkan
Bunda ya, bukan berarti Bunda tak mau menyempatkan waktu barang sejenak
untuk menuliskannya, tapi memang terasa sulit untuk mengungkapkan isi
hati Bunda lewat kata-kata. Rangkaian kata ini belum cukup mewakili
cinta Bunda pada Ananda. Rangkaian kata ini belum mampu menggambarkan
apa yang membuncah di hati Bunda.
Ananda tercinta, kehadiran Ananda menjadikan hidup Bunda semakin
diliputi perasaan bahagia. Menjadi ibu adalah karunia dari-Nya yang
begitu luar biasa. Membuat hidup Bunda terasa lengkap karena kehadiran
Ananda di tengah keluarga kita. Ya, keluarga kita yang insya Allah penuh
dengan kebahagiaan. Sakinah, mawadah, warahmah. Bunda bangga karena
mempunyai gelar baru sebagai seorang ibu. Alhamdulillah, senangnya hati
Bunda. Panggil ibumu ini dengan sebutan “Bunda” ya.
Ananda belum mengenal Bunda ya? Izinkan Bunda memperkenalkan diri dulu
ya. Biar Ananda makin sayang dengan Bunda. Etika Suryandari, itulah nama
Bunda yang diberikan oleh ayah Bunda, kakek Ananda tercinta. Bunda
diberi nama "Etika" karena Bunda diharapkan dapat menjadi orang yang
berakhlak baik (beretika), "Surya" berarti matahari. Bunda diharapkan
menjadi pribadi yang bermanfaat untuk banyak orang layaknya matahari
yang banyak menebarkan manfaat pada semua makhluk. Dan "ndari" berasal
dari bahasa Jawa "ndadari" yang berarti bersinar terang. Bunda
diharapkan menjadi cahaya bagi sekitar, mampu memberi inspirasi pada
orang lain. Nama ini adalah tanggung jawab, Anandaku sayang. Semoga
Bunda dapat menjadi seperti apa yang diharapkan ibu dan ayah Bunda.
Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
Oh ya, Bunda sekarang beraktivitas sebagai calon Statistisi di
Kementerian Perdagangan Jakarta. Statistisi? Pasti Ananda belum tahu ya
maksudnya. Statistisi adalah orang yang pekerjaannya berhubungan dengan
data. Banyak berhubungan dengan Matematika juga. Ya, karena Bunda
sarjana Matematika, Sayang. Bunda berharap kelak Ananda juga menyukai
pelajaran Matematika karena kebanyakan anak-anak tidak menyukai
pelajaran ini. Bunda akan membimbing dan mengajari Ananda dengan sepenuh
hati! Kita akan belajar bersama ya Sayang. Meski Bunda bekerja di
kantor, Bunda berjanji tetap akan memprioritaskan urusan keluarga karena
Bunda ingin selalu memberikan yang terbaik pada keluarga.
Selain beraktivitas di kantor, kini Bunda juga aktif di Forum Lingkar
Pena (FLP) Jakarta. Di komunitas inilah Bunda belajar banyak untuk
menjadi seorang penulis. Hmm, Bunda memang memiliki impian untuk menjadi
penulis, Ananda sayang. Bahkan Bunda memiliki impian untuk menjadikan
keluarga kita adalah keluarga penulis. Suatu saat nanti, Bunda ingin
bisa melahirkan karya kita bersama. Sebuah buku karya Bunda, Ayah, dan
juga Ananda. Subhanallah, alangkah bahagianya jika mimpi itu benar-benar
terealisasi. Semoga saja Allah memberi kemudahan ya Sayang... aamiin..
Saat Bunda menulis surat ini, Ananda memang belum lahir. Bunda bahkan
belum bertemu Ayah. Bunda akan terus berusaha melakukan yang terbaik
untuk Ananda dengan memilih Ayah yang sholeh, yang bisa menjadi imam
kita kelak. Sudah tertanam dalam diri Bunda bahwa pernikahan Bunda
dengan Ayah nanti bervisi untuk mewujudkan pernikahan sebagai
penyempurna agama yang bukan sekedar untuk mencari bahagia, tapi menuai
keberkahan di dunia dan akhirat, bersama menuju surga-Nya. Ya, kita akan
berjuang bersama menuju surga-Nya. Al-Firdaus, surga tertinggi dambaan
setiap muslim sejati. Ananda adalah kunci surga bagi Bunda. Maka, Bunda
akan terus menjaga kunci itu sebaik-baiknya.
Sebuah konsep keluarga SMART akan Bunda bangun bersama Ayah Ananda
kelak. Semoga kami bisa membimbing Ananda menjadi mujahid-mujahidah
tangguh kebanggaan dien ini, Islam yang mulia. Ananda ingin tau apa itu
keluarga SMART? Inilah keluarga impian Bunda yang kelak akan Bunda
wujudkan bersama Ananda dan bersama Ayah tentunya. (* SMART-nya sengaja
disensor! ^^v *)
Ananda tersayang, mari kita wujudkan bersama impian besar ini ya...
Menjadi seorang ibu memang tak mudah. Tapi Bunda akan terus melakukan
yang terbaik untuk Ananda. Karena Ananda adalah amanah dari-Nya. Amanah
yang luar biasa. Bunda akan membimbing Ananda menjadi generasi Qur’ani,
generasi yang cinta Al-Qur’an. Mari membaca Al Qur'an dengan tartil,
memahami artinya, menghafalnya, dan saling mengingatkan dengan
mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga di suatu masa
nanti saat Bunda menghadap-Nya, Bunda akan memakai mahkota berkilauan.
Ya, itu hadiah dari Ananda pada Bunda sebagai seorang anak yang cinta
Al-Qur’an.
Ananda tercinta, jadilah cahaya bagi Bunda. Pilihlah kata terbaik,
pilihlah sikap terpuji saat berinteraksi dengan Bunda dan yang lainnya.
Karena dengan begitu, Bunda akan semakin bahagia dan bangga pada
Ananda. Karena Bunda inginkan anak-anak Bunda adalah anak-anak yang
sholeh dan sholehah. Surga berada di telapak kaki Ibu. Semoga Allah Swt
juga berkenan meletakkan surga-Nya pada diri Bunda. Bunda ingin menjadi
ibu terbaik untuk Ananda kelak.
Ananda terkasih, Bunda menyadari bahwa Ananda hanyalah titipan. Ananda
bukan milik Bunda. Ananda juga bukan milik Ayah. Tapi, Ananda milik
Allah Swt. Bunda tidak akan menuntut balas budi Ananda atas pengorbanan
Bunda yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan merawat Ananda.
Bunda hanya ingin Ananda berbakti sepenuhnya pada Allah Swt. Menjadi
hamba-Nya yang beriman dan beramal sholeh.
Tak terasa, bagaskara kian meninggi. Sudah saatnya Bunda mempersiapkan
diri untuk merangkai karya. Bunda akan mengumpulkan rupiah demi rupiah
untuk mencukupi kebutuhan Ananda kelak. Doakan Bunda ya, semoga setiap
rezeki yang Bunda terima adalah rezeki yang halal dan penuh kebarokahan
dari Allah Swt karena Bunda selalu inginkan yang terbaik untuk Ananda..
Sudah dulu ya, sekian surat dari Bunda.
Ananda, cinta Bunda tak bertepi.
Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 30 September 2010_06:13
Bunda yang sangat mencintaimu,
Aisya Avicenna
*Surat ini pernah diikutkan dalam lomba menulis surat dari calon Bunda pada Ananda, tp gak tau kabarnya... ^^v
Tulisan ini
diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.
Sayapku masih sebelah..
sering oleng saatku menempuh perjalanan..
masih kerap kelelahan padahal belum sampai tujuan..
maka dari itu, bersamamu kutemukan kekuatan &
semangat untuk merangkai kata hingga titik terakhir..
Tulisan ini
diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.
Ada rasa letih yang teramat sangat
Rasa lelah yang berat
Merasuki jiwa yang penat
Dalam gejolak hidup yang pekat
Purnama menghias malam
Ku coba mengurai penat
Di hadapan Sang Penguasa alam
Ku memohon dengan sangat
Butiran air berjatuhan tak terkira
Tenggelam dalam alunan rasa
Berharap ampunan menyapa
Menghapus dosa yang menganga
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman,
"Berimanlah kamu kepada Tuhanmu";
Maka kamipun beriman.
Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami
Hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan...
wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami
dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami
di hari kiamat.
"Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." (QS.Ali-Imran (3): 193-194)
Akupun terdiam dalam sepi
Sesepi malam yang sunyi
Dengan butiran deras air mata
Membasahi jiwa yang nestapa
Saat statusku : T_T, Jakarta 19 Januari 2011
Saat kezaliman merajalela & mata keadilan telah buta, satu-satunya
kekuatan yang dimiliki oleh orang-orang lemah dan terzalimi adalah do'a.
Di tangan mereka, do'a lebih tajam dari pedang dan lebih hebat dari
pasukan bersenjata..
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.
|
melodi perjalanan |
Inginku kau tahu
Kau tak datang begitu saja
Kau hadir atas kehendak dari-Nya
Jauh sebelum aku menyapa dunia
Sudah ada namamu di buku catatan-Nya
Dugamu aku tak melihat harta?
Inginku kau tahu, aku pun menilainya
Bukan pada banyaknya, tetapi pada jalan apa engkau mengusahakannya
Pada sebijak apa engkau membelanjakannya,
Pada sebaik apa engkau laksanakan tanggung jawab dalam meraihnya
Sangkamu aku tak memandang kedudukan?
Inginku kau tahu, aku tentu melihatnya
Bukan pada ketinggiannya, tetapi pada kemaslahatanmu bagi umat
Pada bagaimana kau menjadi contoh kebaikan
Pada bagaimana perilakumu mengilhamkan ukhuwwah dan kedamaian…
Pikirmu aku tak melihat silsilah keluarga?
Inginku kau tahu, aku pun akan melihatnya
Bukan pada kedudukan keluargamu yang terhormat
Tapi pada rasa hormatmu akan kedudukan mereka
Mereka yang telah membuatmu seperti kini adanya
Sangkamu aku tak pandang indah rupa?
Inginku kau tahu, tentu aku juga menimbangnya
Bukan pada indah perwujudannya, tetapi pada kilau cahaya wudhu yang terpancar darinya
Pada secerah apa ia ketika bertabur tindakan mulia
Pada semuram apa ia ketika tiada sadar terjejak lalai jiwa raga…
Dan jika kurangkum semua
Dari segala yang kutatap lewat senyap
Inginku kau tahu, ku hanya ingin mencari penggambaran akhlakmu
Untuk kemudian kurangkum doa pengharapan dalam diam
Atas seorang imam
Bagi dunia dan akhiratku…
Rabbi habli zaujan shalehan...
Aamiin Ya Rabbal ‘alamiin...
Referensi : sebuah tulisan berjudul “Untuk Kau Tahu” dari dakwatuna.com
Dalam rintik hujan yang menyapa pagi ibukota,
REDZone, 11012011_05:22
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.
Masih teringat cerita bunda…
Saat itu, bunda memintamu menjaga kami, dua saudari kembarmu yang waktu
itu masih bayi (mungkin baru akan berumur setahun). Bunda mandi. Dan kau
dititahkan bunda untuk menjaga kami. Saat kami terjaga, kau pegangi dua
botol susu dan meminumkan susu di dalamnya ke kedua bibir mungil kami.
Kau pegang botol susu itu di tangan kanan dan kirimu. Kau duduk di
tengah-tengah kami yang berbaring di kanan-kirimu. Kau julurkan kedua
tanganmu sampai kami bisa menyedot susu dari botol yang kau pegang.
Betapa sayangnya engkau pada kami… Mungkin karena mengantuk, kau tak
sadar bahwa kami sudah kenyang dan tak mau lagi meminum susu itu. Tapi
kau tak beranjak melepaskan kedua botol susu itu dari mulut kami. Kau
tertidur dalam posisi duduk dengan tangan masih memegang botol susu itu.
Alhasil, susu itu berceceran di sekitar mulut kami… untungnya bunda
tahu… sehingga kami tidak tersedak… Ahh… masa kecilku begitu indah
bersamamu… Masih teringat jelas dalam ingatanku akan saat-saat itu…
Kedewasaanmu, kesederhanaanmu, kekonyolanmu, rasa tanggung jawabmu…
Abangku… betapa aku sangat mencintaimu
Teramat sangat…
Selamat hari lahir….
Semoga kau mendapatkan apa yang kau inginkan
Tambah sholeh ya … karena kau adalah panutanku
Lancar rezeki
Tambah bakti sama bapak ibu..
Tambah sayang sama dua saudari kembarmu… :D
AAMIIN YA RABBAL ‘ALAMIIN…
Kau adalah laki-laki terhebat kedua yang kupunya (kenapa yg kedua??? Yang pertama jelas babe tersayang dung!!! ^^)
Jakarta, 070111
Adikmu yang semakin mencintaimu… dan saat ini sedang merindukanmu…. dengan SANGAT!
Terima kasih untuk segalanya…
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.
(Copy paste NOTE-nya ustadz Wiranto yang di-tag ke saya pagi ini ^^)
Di tengah-tengah ketegangan melakukan revisi proposal penelitian,
tiba-tiba seorang kawan mengirimkan e-mail dengan title SURAT
PERPISAHAN. Saya pikir isinya serius, langsung saya baca, ternyata malah
full plesetan, lumayan buat mengendurkan syaraf. Selamat menikmati :-)
SURAT JEJAKA TUKANG BUAH YANG PATAH HATI
Wajahmu memang Manggis
Watakmu juga Melon-kolis
Tapi hatiku Nanas karena cemburu
Sirsak napasku, Anggur lebur hatiku
Ini Delima dalam hidupku
Memang ini juga Salakku, jarang Apel malam minggu
Kalau memang perPisangan ini yang terbaik untukku
Semangka engkau bahagia dengan pria lain
Sawonara...
Salam terakhir dari,
Durianto
SANG GADIS PENJUAL SAYUR PUN MEMBALAS
Membalas Kentang suratmu itu
Brokoli sudah kubilang
Jangan tiap dateng rambutmu selalu Kucai
Jagungmu tak pernah dicukur
Disuruh dateng malem minggu, eh... nongolnya hari Labu
Ditambah keuanganmu makin hari makin Pare
Kalo mau nelpon aku aja mesti ke Wortel
Terus Terong aja cintaku padamu sudah lama Tomat
Jangan Kangkung aku lagi... Cabe dehhhh
Salam perpisahan,
Timunah
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.
Hei, bersabarlah…
Sepahit apapun getir kehidupan yang kau rasa
Sesakit apapun luka yang kau derita
Sesusah apapun jalan yang kau telusuri
Tegarlah, seperti karang di lautan yang tak tergoyahkan riak gelombang
Hei, bersabarlah…
Ada banyak orang di sampingmu yang kan menghapus air matamu
Ada banyak orang yang menemanimu mengusir sepimu
Ada banyak orang yang senantiasa menjaga bintang-bintangmu
Ada banyak orang yang selalu menjadi dermaga jiwamu
Hei, bersabarlah…
Perpisahan ini bukanlah akhir dari segalanya
Tapi awal perjalanan tuk merangkai cerita baru
Kesedihan bukanlah gundukan tanah yang akan mengubur hati
Tapi perkasa langit yang akan menjunjungnya
Hei, bersabarlah…
Tak perlu takut…
Cengkeramlah congkaknya matahari dalam genggaman teduhnya rembulan
Meski bintang-bintang telah terkoyak bersama luka
Hei, bersabarlah…
Tak perlu risau…
Yakinlah, suatu ketika akan kau temukan bersama takdir-Nya
Dalam dekapan kedamaian dan cinta kasih-NYA…
Di sela-sela lembur di kantor
Jakarta, 5 Januari 2011_19:13
Tulisan ini
diposting pada bulan Januari 2011 di blog sebelumnya.
Dua puluh tiga tahun silam...
Lunglai
Tubuhnya lemah terkulai
Sisa butiran keringat masih tampak berkilau di dahinya
Perjuangan hidup mati menggadaikan nyawa baru saja berakhir
Semburat pucat di wajah pun perlahan lenyap
Senyumnya mengembang
Bibirnya melafadzkan hamdalah
Tak lama, dua sosok mungil itu ada di hadapan
Dipeluknya bergantian dengan segenap kehangatan kasih sayang
Padahal dirinya masih tampak letih
Matanya berbinar-binar bahagia
Tak henti-henti menyapa buah hati tercinta
Kembar
Luar biasa bahagia rasanya
Tetes air bening pun mengalir dari sudut mata
Air mata bahagia
Bagai melepas kerinduan yang teramat dalam
Pipi yang masih kemerah-merahan itu dicium
Dua kepala mungil dibelai dengan manja
Bayi kembar itu sedikit menggeliat
Subhanallah, betapa indahnya ciptaan-Mu, ya Rabb..
Lirih hatinya berkata saat menatap sang buah hati
Dua pasang mata itu memang belum bisa melihat dengan sempurna
Namun batin kedua bayi merah itu meyakini
Mereka berada di tangan seseorang yang sangat mencintai
Aura cinta memancar dari kedalaman jiwa
Menyelimuti sang buah hati yang baru saja menyapa dunia
Dengan lengkingan tangis memecah sunyi
Indah… bahkan teramat indah!
Bunda tak pernah kenal lelah menjaga dan menyayangi
Bunda jua yang mengajarkan makna kasih sayang dan cinta sejati
Bunda bagaikan pelabuhan cinta
Senyum kesabarannya selalu menjadi penawar resah, gundah bahkan amarah
Cinta Bunda memang cinta yang sangat indah
Kini...
Dua puluh tiga tahun pun berlalu setelah bayi kembar itu menyapa dunia
Jemari itu tak lagi lentik
Kulitnya pun kunjung keriput
Namun tak pernah cinta luruh dari dirinya
Disemainya doa hanya untuk Ananda tercinta
Selalu di setiap waktu
Terima kasih Ananda haturkan tuk Bunda tercinta
Sungguh tiada mampu Ananda membalas segala jasa
Mungkin hanya ini kuasa Ananda tuk lukiskan cinta
Melalui rangkaian kata yang terpahat menjadi karya
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya
Pekerjaan
sudah selesai, mau pulang tapi kalau jam segini nanggung! Bisa nggak
dapat Maghrib. Akhirnya mendengarkan nasyid dan menulis... Salah satu
nasyid favorit yang didengar adalah nasyid berikut ini...
Sering kumerasa bertakwa pada-Mu
Tapi itu hanya perasaan saja
Sering ku berdosa pada-Mu Illahi
Tapi sering ku mengingkarinya
Seringku mengingat cinta-Mu Illahi, tapi sering ku menjauhinya
Seringku terlena dengan dunia ini..
Hingga menjadi hamba yang merugi..
Hari demi hari terus kulalui
Dalam keadaan sepinya hati ini
Ku mengharap cinta Illahi
Dapat bersemi di hati
Hari ini kuingin berubah
Ke arah yang lebih baik lagi…
Ku akan mengabdi pada Illahi
Agar cinta-Mu terus di hati..
(Sesal – Heru Herdiana)
***
Senja pergi, gelap datang menjelma malam
Di keheningan dengan jeritan doa
Mengerang penyesalan mencurahkan hati kepada-Nya
Meminta ampunan ketika malam telah lengang
Di relung kesunyian bersama penyesalan di dasar jiwa yang pasrah
Penuh keharuan yang menyesak dada
Menanti keabadian ampunan-Nya di ruang penyesalan
Yang memuat segala keindahan harapan yang telah melalaikan
Hati terlena dalam buaian nafsu yang membelenggu
Dalam kenangan yang membekas
Di malam ini kuletakkan tangan di atas penyesalan
Yang telah lama terpendam di jiwa
Melingkupi relung hati
Yang tenggelam di dasar kalbu yang sunyi
Malam penyesalan
Untuk kusingkapkan segala dosa
Menyerahkan jiwa ragaku
Sambil mengulurkan kedua tangan
Mengharap berada dalam genggaman-Mu
Karena hanya dalam kuasa-Mu
Aku menuju keheningan yang abadi
Menjelang Maghrib @ My Office
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya
Kutemukan mozaik cinta-Nya dalam derai tasbih Asmaul Husna
Dikala syahdu qolbu mendaras firman-Nya
Begitu lembuuut… tapi kuat meyakinkan
Getaranmu teramat dekat wahai Belahan Jiwa
Meski tak kulihat jelas dimata…
Haqqul Yakin engkau ada
Hati amat yakin jaauuuh sebelum berjumpa..
Jauh sebelum bersapa..
Keyakinan telah mematahkan segala bimbang dan kelemahan
Keyakinan telah menghempaskan segala keputusasaan
Keyakinan telah menepis segala kecurigaan
Keyakinan telah membekukan beribu tanyaku dalam kemantapan
Keyakinan itu jualah yang telah membawa jejak langkah kita menapak sejalan
Kehadiranmu adalah bias cinta-Nya yang sempurna
Dan kau adalah keajaiban yang kupesan itu… lama sebelum mengenal cinta
Kau adalah separuh ruhku yang terpisah.. nan jaauuuh disana
Berkelana mengukir jejak langkah masing-masing… untuk berjumpa di suatu masa
Menantimu adalah Rahasia Rabb Semesta
Ternyata kau tak harus letih kucari
Tapi kau telah dipilih Allah untukku jauh sebelum tercipta hari
Dengan keagungan Cinta Sang Maha Cinta
Pertemuan barokah itu terasa begitu…
SEMPURNA
[Tausyah Ustadz Syatori Daarush Sholihat Yogyakarta]
Tulisan ini
diposting pada bulan Desember 2010 di blog sebelumnya
Bumiku marah... bumiku menangis... bumiku terguncang!
~Semoga masih banyak doa-doa tulus yang dikirim ke Arsy-Nya! Doa dari penduduk bumi yang menyayanginya~
[Aisya Avicenna]
Tulisan ini
diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya
"Yakinlah, wanita-wanita salehah yang sendiri, namun tetap mengisi hidupnya dengan indah, berbagi, berbuat baik, dan bersyukur. Kelak di hari akhir sungguh akan menjadi bidadari-bidadari surga. Dan kabar baik itu pastilah benar, bidadari surga parasnya cantik luar biasa."
~Epilog "Bidadari-Bidadari Surga", Tere Liye~
Tulisan ini
diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya
Langit mencurahkan perasaannya pada bumi melalui tetes-tetes air hujan yang
riang. Semakin lama semakin deras. Seakan puas membuat diri didera
cemas. Harap mulai menyergap, moga air tak meninggi melebihi mata kaki.
~Hujan adalah rahmat-Nya~
Tulisan ini
diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya
Ya Allah
Tak ada satupun debu yang terbang tanpa izin-Mu
Tak ada satupun daun yang gugur tanpa izin-Mu
Tak ada setetes embun yang jatuh tanpa izin-Mu
Tak ada satu manusiapun yang lahir ke dunia ini tanpa izin-Mu
Tak ada jantung yang berdenyut tanpa izin-Mu
Tak ada paru-paru yang berdegup tanpa kuasa-Mu
Tak ada manusia yang mendapat hidayah tanpa kehendak-Mu
Ya Allah
Engkau yang menggerakkan kami
Engkau yang menggerakkan tangan dan kaki kami
Engkau yang menggerakkan semua jantung
Karena itu ya Allah
Engkau mengetahui
Apabila ada tiga yang keempat adalah Engkau
Apabila ada lima yang keenam adalah Engkau
Ya Allah kami rundukkan kepala kami
Kami berdoa memohon pada Engkau ya Allah
Agar Engkau memberi hidayah kepada kami
Ya Allah
Berilah kebaikan di awal hidup kami
Di tengah hidup kami
Di akhir hidup kami
Ya Allah wafatkan kami dalam keadaan Islam
Dan kumpulkan kami dengan orang –orang yang shaleh
Ya Allah
Kami manusia
Yang hina di hadapan-Mu
Engkau yang mengetahui siapa diri kami
Engkau mengetahui apa yang kami lakukan
Yang tidak diketahui oleh ayah dan ibu
Engkau mengetahui diri kami
Yang tidak diketahui oleh adik dan kakak kami
Engkau mengetahui diri kami
Yang tidak diketahui oleh suami/istri kami
Tapi Engkau ya Allah tahu siapa kami
Tapi Engkau memberi kami kesempatan
Hingga Engkau tutupi semua aib – aib kami
Ya Allah
Kami rundukkan kepala kami
Kami berdoa dengan sepenuh hati
Kami meminta
Agar Engkau memberi kesempatan
Agar hati kami diberi keyakinan seperti Musa
Agar hati kami diberi keyakinan seperti Ibrahim
Agar hati kami diberi keyakinan seperti Nabi Muhammad
Agar hati kami dipenuhi keyakinan akan Engkau ya Allah
Agar kita hanya mengenal-Mu sepenuh hati
Ya Allah beri kami kebaikan di dunia
Beri kami kebaikan di akherat
Engkaulah pemilik segala kebaikan
Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin
17 Oktober 2010
Tulisan ini
diposting pada bulan Oktober 2010 di blog sebelumnya
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkota
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama ….
(Dikutip dari puisi karya penyair Indonesia, Taufik Ismail: “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia”)
***
Melihat kondisi bangsa kita seperti dalam puisi di atas akankah kita berdiam diri saja???
Mari terus kobarkan semangat MERAH PUTIH dalam diri kita!!!
***
17 Agustus…
Ternyata kemarin kita masih merayakannya dengan upacara bendera.
Ternyata kemarin kita masih hafal lagu Indonesia Raya
Ternyata kita masih ingat pada cara tegap kita menghormat merah putih
Ternyata cinta kita pada Indonesia masih begitu besar bahkan meledak-ledak…
Tapi itu… kemarin!
Hari ini… masih adakah rasa cinta yang demikian besarnya pada Indonesia seperti yang dirasa kemarin?
Atau rasa kemarin hanya sekedar euforia belaka? Sesaat, lalu hilang terbawa angin…
Jika memang kita adalah generasi penerus bangsa, agen perubahan bangsa, motor penggerak bangsa, maka kita harus mulai peduli dengan nasib bangsa, berjuang dalam dimensi kita, semampu kita, dan setulus hati kita. Tak hanya kemarin, tapi juga sekarang, dan sampai kapanpun…
***
Ya Allah..Lindungilah bangsa ini dengan kuasa-Mu,
Ya Allah..Tuntunlah bangsa ini dengan cahaya-Mu,
Ya Allah..Ridhoilah bangsa ini dengan kasih sayang-Mu,
Ya Allah..Ampunilah segala dosa bangsa ini, yang terkadang lalai memuja-Mu,
Ya Allah..Ampunilah segala dosa bangsa ini, yang sering menyekutukan-Mu,
Ya Allah..Yang Maha Penyayang, Yang Maha Bijaksana,
Mudahkanlah jalan bangsa ini meraih kebahagiaan dunia akhirat,
Ya Allah..Yang Maha Besar, Yang Maha Luhur..
Kami bersujud pada-Mu, Semoga Engkau selalu membukakan pintu hidayah-Mu pada hamba yang nista..
Robbana ‘atina fiddunyaa khasanah wa fil akhiroti khasanah waqinaa ‘adzabannar..
Bangkitlah negeriku...
Harapan itu masih ada!!!
***
Indonesia ...
Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu
Indonesia ...
Debar Jantungku, Getar Nadiku
Berbaur Dalam Angan-anganmu
Gebyar-Gebyar, Pelangi Jingga
Biarpun Bumi Bergoncang
Kau Tetap Indonesiaku
Andaikan Matahari Terbit Dari Barat
Kaupun Tetap Indonesiaku
Tak Sebilah Pedang Yang Tajam
Dapat Palingkan Daku Darimu
Kusingsingkan Lengan
Rawe-rawe Rantas
Malang-malang Tuntas
Denganmu ...
Indonesia ...
Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu
Indonesia ...
Debar Jantungku, Getar Nadiku
Berbaur Dalam Angan-anganmu
Gebyar-Gebyar, Pelangi Jingga
Indonesia ...
Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu
Indonesia ...
Nada Laguku, Symphoni Perteguh
Selaras Dengan Symphonimu
**
Aku masih di sini.. di Indonesia!
Aisya Avicenna
Tulisan ini
diposting pada bulan Agustus 2010 di blog sebelumnya
“Hey nahkoda! Mengapa perahumu tak kunjung kau tambatkan? Ombak semakin kencang dan kau masih terayun-ayun di tengah samudera nan luas ini,” hardiknya membuyarkan lamunanku. “Sebentar kawan, jangan tergesa! Aku ingin menambatkannya di pulau itu. Sepertinya ada seseorang yang sudah lama ingin berlayar menuju pulau impiannya, akan kuantarkan dia ke tempat yang paling diimpikannya itu!” jawabku tegas.
[AA]
Tulisan ini
diposting pada bulan Juli 2010 di blog sebelumnya
“Ketika
pintu pertama tertutup dan tidak dapat dimasuki. Tak perlu dipaksa
membukanya. Masih ada pintu-pintu lain yang disediakanNya. Bahkan bisa
jadi salah satu pintu itu akan mengantarkan ke surga. Allah sangat baik…
Maha Pemberi Kebaikan!!”
Bus Trans Jakarta, 010510, 14:01
Aisya Avicenna
Tulisan ini diposting
pada bulan Mei 2010 di blog sebelumnya
Aisya Avicenna