ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.
Tampilkan postingan dengan label Kepenulisan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kepenulisan. Tampilkan semua postingan

Dongeng Kancil; Versi Digital

Ada 4 simulasi menulis yang superkeren dalam sesi “Writing Skil (part 3) bersama Kang Muvti (penulis buku “Sukses Kuliah dengan Kekuatan Pikiran”) kemarin. Simulasi pertama kami diminta menulis dengan topik “Suasana di Pantai”, selanjutnya “Pengalaman Cinta Pertama”, kemudian tentang “Keadaan Masa Depan” dan yang terakhir tentang “Dongeng si Kancil versi Digital”. Waktu yang dibutuhkan untuk menulis masing-masing topik itu sangat singkat. Nah, pada simulasi terakhir inilah yang menurut saya paling menantang. Kami diminta menuliskan kisah dongeng si kancil yang telah sejak kecil kami dapatkan, kemudian memadukannya dengan era kekinian. Hmm, sebelum mulai menulis, cukup lama juga memikirkannya. Berbeda dengan ketiga simulasi sebelumnya. Akhirnya saya menulis kisah itu sebagai berikut. Saya tak menyangka dengan respon Kang Muvti dan teman-teman yang heboh dengan cekikikannya...Hehe... Lha wong saya sendiri juga cengar-cengir waktu menulisnya! Simak ya...(yang ini sudah saya tambahkan ceritanya)! Ide itu memang datangnya tak diduga, apalagi kalau kepepet! :D
***
“Hai Kura-kora bodoh! Mari berlomba lari denganku!” Kancil yang congak mengirim SMS pada Kura-kura yang sedang asyik berjemur.
Karena sudah tidak sabar untuk membalas kecongkakan si Kancil, Kura-kura itu pun menelepon si Kancil. 
Kring.... HP si Kancil berbunyi tanda ada telepon masuk.
“Ya... Halo... Kura-kura dungu! Ada apa? Kamu bersedia lomba lari denganku?”
Kura-kura pun menjawab, “Oke.. siapa takut? Besok ya di Stadion Senayan. Aku tunggu kamu di depan Indoor Tennis”.
“Baik!” jawab Kancil geram.
Klik! Kancil mematikan HP-nya. Dadanya naik turun karana merasa puas atas jawaban Kura-kura yang bersedia berlomba lari dengannya. Kancil yakin akan menang.
Di lain tempat, Kura-kura tadi menyusun strategi bersama sahabatnya sesama kura-kura lewat Blackberry Messanger Group-nya. 
“Guys, si Kancil yang sombong menantang aku lomba lari besok nih di Senayan! Bantu aku dong!” Kura-kura 1 memulai diskusi.
“Wah, kamu harus menang! Tapi, bagaimana caranya ya? Kamu eh... kita kan lelet banget kalau jalan” Kura-kura 2 menyahut.
Kura-kura 1 pun menulis, “Aku ada ide! Bagaimana kalau kalian semua membantuku.”
“Bagaimana caranya?” Kura-kura 3 menimpali.
“Begini, tanpa sepengetahuan si Kancil kita berdiam diri di sepanjang lintasan lomba. Kita atur jaraknya 2 meter. Seperti estafet, tiap lari 2 meter kita gantian. Toh bentuk dan wajah kita hampir sama. Sama-sama elegan dan imut. Tul gak? Hehe... Bagaimana?”
Kura-kura 4 nimbrung, “Ide bagus pakai banget tuh! Aku sepakat. Kita kalahkan kecongkakan si Kancil!”
Kura-kura 5 bertanya, “Tapi, bukankah kancil akan menaruh curiga dengan banyaknya bulatan aneh di sepanjang lintasan?”
“Hmm... nanti aku tantang dia lari dengan kaca mata hitam... dengan alasan biar tidak silau dan biar tambah keren!” Kura-kura 1 menelurkan ide briliannya.
“Hahaha, ada-ada saja kamu! Tapi boljug alias boleh juga tuh idenya!” Kura-kura 5 sepakat dengan ide kura-kura 1.
“Okelah kalau begitu temans! Hubungi rekan-rekan yang nggak punya BB ya. Besok kita kumpul jam 6 di Indoor Senayan kemudian mengatur posisi. Sekarang pada istirahat gih! Jangan lupa minum suplemen dan berdoa sebelum tidur!”
Akhirnya obrolan antar kura-kura di BBM Group itupun berakhir. Singkat cerita, keesokan harinya dengan tampang sok keren karena memakai kaca mata hitam baru, si Kancil siap berlomba lari dengan Kura-Kura. Pertandingan berjalan lancar, sesuai strategi. Kura-kura menang. Si kancil pun pulang berselimut malu karena kalah. Kecongkakannya pun memudar. Ia merasa tak berguna.

***
Hikmah kisah ini :
1. Jangan pernah meremehkan potensi orang lain. Bisa jadi apa yang menurut kita “buruk” dari orang lain, malah itulah yang membuat orang lain lebih luar biasa dari kita.
2. Untuk menggapai sukses butuh strategi yang cerdas. Jangan gegabah dalam bertindak, tapi cermatlah dalam melangkah.
3. Kesombongan akan melahirkan petaka. 
4. Dll (silakan tambahkan sendiri ^_^)
Aisya Avicenna



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2011 di blog sebelumnya.
 

Rumahku, Al-Firdausku!


“Bunda, Azzam mau baca buku ini!” Si kecil beringsut duduk di sampingku sambil membawa buku cerita yang baru dibelikan ayahnya. Buku itu berjudul “Masa Kecil Rasulullah Saw”. Buku setebal 30 halaman yang dikemas khusus untuk anak-anak. Hmm... ayahnya memang pandai memilih buku untuk si kecil.

Sampai detik ini kami memiliki sekitar 5.000 buku yang menjadi koleksi di perpustakaan keluarga kami. Namanya perpustakaan “Al-Firdaus”. Dari 5.000 buku itu, 1.000 di antaranya adalah buku anak-anak milik Azzam. Di perpustakaan itu ada satu rak khusus berisi sekitar 500 buku karyaku, suamiku, dan Azzam.

Hmm... betapa bahagianya aku karena impian yang aku tulis puluhan tahun silam akhirnya terwujud. Di buku impian itu, aku menulis impian ke-101 yakni “membangun keluarga SAMARADA yang juga jago menulis => KELUARGA PENULIS”. Alhamdulillah, akhirnya impian itu menjadi kenyataan.

Ting.. tong... Bel berbunyi. “Assalamu’alaykum...”. Aku menjawab salam itu dengan begitu ceria. Suara itu tidak asing bagiku. Dialah pendamping hidup sekaligus motivator dan inspiratorku yang dengannya kami bisa melahirkan karya-karya luar biasa dalam keluarga kami tercinta.

Aisya Avicenna

***

Review

Tulisan singkat di atas ditulis Jumat, 28 Oktober 2011 dalam sesi simulasi materi “WRITING SKILL (part 3)” dengan coach : Kang Muvti (penulis buku “Sukses Kuliah dengan Kekuatan Pikiran”). Dengan durasi waktu yang sangat singkat, kami diminta menulis dengan topik “keadaan masa depan”. Nah, seperti di atas itulah tulisan saya. Hmm, semoga tak hanya sekedar menjadi tulisan yang sekali baca habis. Besar harapan saya tulisan di atas menjadi doa sekaligus komitmen yang terinternalisasi dalam diri saya. Di balik itu, dari simulasi menulis ini saya belajar teknik menulis yang sangat luar biasa dari Kang Muvti. Semangat menulis! Semangat merangkai karya!



Tulisan ini diposting pada bulan Oktober 2011 di blog sebelumnya.

Jejak Karya Aisya Avicenna


Nama : Etika Suryandari (Aisya Avicenna)
Karya terpublikasi sampai Juli 2011;
1.Artikel “Bukti Cinta” (diterbitkan Majalah Enha UNS edisi Februari 2010)
2.Artikel “Be Your Self” (belum berhasil terbit di Majalah KHAlifah, tapi akhirnya terbit di www.penulislepas.com tanggal 17 September 2010
3.Kisah inspiratif “Merah Marun Lebaranku” dalam Antologi “Lovely Lebaran Serendipity” (Indie Publishing, 2010)
4.Cerita Pendek “Sepasang Mata Cinta” diikutkan dalam Lomba Duet Sahabat UNSA, 3 November 2010 (ditulis bersama Suli We~FLP Solo), belum berhasil tapi akhirnya dimuat di www.islamedia.web.id)
5.Cerita Pendek “Cinta Adinda” dalam antologi “Be Strong Indonesia#14” (Writer4Indonesia, 2010)
6.Cerita Pendek “Mengikuti Jejak Rosul” (www.islamedia.web.id, 2010)
7.Salah satu penulis dalam Buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses” bersama Kang Arul (Citra Risalah, 2010)
8.Kisah Insiratif “Penghuni Baru Oscom” dalam Antologi “Guru Kehidupanku” (Gerai Buku, 2011)
9.Artikel “Jalan Cinta Para Penulis” dalam antologi “Chicken Soup for Writerpreneurs’s Soul” (Indie Publishing, 2011)
10.Surat “Dalam Lingkaran Cinta” dalam antologi “Surat Cinta untuk Murobbi” (Parapluie Publishing, 2011)
11.Semua tulisan terpublikasi juga di www.aisyaavicenna.com 
12.Insya Allah ada 2 tulisan lagi yang akan dibukukan dalam antologi, tapi belum tahu nama penerbitnya.


Tambahan :
-Narasumber bersama Dina Purnama Sari dalam Bedah Film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” dan Bedah Buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses” (29 Mei 2011, penyelenggara : GPQ Baitul Hikmah, Jakarta)
-Narasumber bersama 3 penulis FLP Solo dalam talkshow kepenulisan di acara Solo Muslim Fair 2011 (Solo, 10 Juli 2011)
Duduk bersanding dengan Mbak Helvy dan Bunda Pipiet... Hihi... ^^v
Duduk bersanding dengan Mbak Helvy dan Bunda Pipiet... Hihi... ^^v
 

Masih ingat tema saya di bulan MEI? Bagi yang lupa, saya ingatkan lagi ya. Pada bulan ini saya mengangkat tema : [M]elangkah pasti, optimalkan [E]nergi, tuk raih [I]mpian yang menawan. Alhamdulillah, dua impian yang menawan bisa terwujud dalam sebuah event di bulan Mei ini sesuai dengan tema tersebut. Bagaimana bisa? Begini ceritanya.

Kamis, 26 Mei 2011 akan digelar acara launching buku terakhir karya almarhumah Nurul F. Huda di Ruang HB Jassin, Taman Ismail Marzuki. Saya mengetahui informasi acara itu setelah diundang oleh salah seorang teman di FLP Jakarta yang bernama Ikal di FB. Saat mengetahui kalau acara akan diselenggarakan jam 15.30, langsung agak kecewa. Pasalnya, masih jam kerja. Kemungkinan untuk datang semakin kecil. Mengingat pekerjaan di kantor juga lagi banyak-banyaknya, semakin mengurangi prosentase kesempatan itu. Terlebih saat ini saya menjadi "single fighter" karena tiga partner kerja saya pada cuti. Jadi, saya juga menghandle tugas mereka. Jadinya, dalam pekan ini sampai dua pekan mendatang, saya akan bekerja secara nomaden di tiga komputer yang berbeda. Tapi, ada semangat membara untuk bisa menghadirinya terlebih saat tahu lokasi (TIM) dekat dengan kantor saya.HARUS BISA DATANG! HARUS BISA DATANG! Akhirnya menyusun strategi terutama tentang bagaimana caranya agar pekerjaan hari itu bisa selesai dengan cepat. 


Hari Kamis pun tiba. Menjelang siang, kerjaan masih banyak. Tapi alhamdulillah, meski baru bisa keluar kantor sekitar jam 16.00, akhirnya dengan naik KOpaja 502, sampai juga di TIM meski terlambat. Saat masuk ruangan, langsung disambut dengan gegap gempita oleh Mbak Dina Sedunia dan Mbak Ria Syakrey sehingga membuat beberapa orang menoleh dan menatap saya. Wah, dikira ada artis datang! Hihihi...
Setelah duduk, baru sadar kalau ternyata tadi yang menoleh adalah Mbak Izzatul Jannah, Mbak Helvy Tiana Rosa, dan Bunda Pipiet Senja. Saya duduk di belakang mereka dan sempat menyapa serta cipika-cipiki dengan Mbak Izzatul Jannah. Subhanallah walhamdulillah, impian saya untuk bertemu dengan Mbak Helvy dan Bunda Pipiet Senja akhirnya terwujud juga! Tak menyangka! Hmm, semakin bersyukur... Inilah salah satu hikmah atas hijrah saya ke kota Jakarta ini.
Mbak Rahmadiyanti (Mbak Dee) sedang memandu acara. Sesaat kemudian Mbak Dee meminta Bunda Pipiet untuk maju ke depan. Bunda Pipiet tak mampu membendung air matanya saat beliau bercerita tentang almarhumah Nurul F. Huda. Bunda Pipiet bertutur tentang bagaimana kisah kebersamaannya dengan Mbak Nurul. Setelah Bunda Pipiet, Mas Yanuar juga diminta maju ke depan dan membaca puisi tentang kematian.


Satu persatu penulis yang hadir digiring maju untuk berkisah. Termasuk sang Ketua FLP Jakarta (Kang Tep) yang saat itu datang berbarengan dengan Bang Boim Lebon dan Mas Fahri Aziza. Ahh, mereka pun tak mampu menyembunyikan kesedihan. Meski acara menjadi bernuansa haru, tapi akhirnya kembali ceria penuh canda saat Bang Boim Lebon mengambil alih acara dengan lelang buku. Buku pertama yang dilelang adalah buku terakhir Mbak Nurul yang berjudul "Hingga Jantungku Berhenti Berdetak". Lelang cukup seru. Dari harga awal Rp 40.000,- akhirnya buku terjual Rp 1.000.000,-! Subhanallah... Ada bukunya Bang Boim juga yang dilelang judulnya "Kekonyolan dalam Rumah Tangga". Paling lucu waktu Bang Boim melelang buku "The Last Empress" yang ia pelesetkan menjadi "The Last Pampers". Gubrakz!!! Puluhan buku habis terlelang sebelum adzan Maghrib tiba. Oh ya, Mbak Helvy juga melelang kalung ungu kesayangannya. Tapi, beliau sendiri yang berhasil memenangkan lelang atas kalungnya. 


Adzan Maghrib pun berkumandang. Sebelum menuju masjid TIM, saya dan beberapa teman FLP (Ikal, Mbak Elen, dan Mbak Ria) sempat menyapa dan foto bersama Mbak Helvy, Bunda Pipiet serta Mbak Dee. Oh ya, Mbak Dina Sedunia sudah balik lagi ke kampusnya untuk mengajar jam 18.00 tadi. Setelah itu kami menuju masjid Amir Hamzah. Hmm, banyak kenangan bersama teman-teman FLP Jakarta di masjid ini. Subhanallah, masjid ini sudah banyak berubah. Lebih keren! 


Setelah sholat Maghrib, saya bersama Mbak Ria dan Mbak Elen kembali ke tempat acara. Sampai di ruangan, Mbak Helvy tengah membaca puisi yang kata beliau merupakan salah satu puisi yang sangat disukai Mbak Nurul. Setelah itu, satu persatu turut sumbang suara untuk membaca puisi. Mas Nahar Rasjidi, Mas Fahri, dan Bang Boim pun beraksi. Mas Nahar dan Mas Fahri begitu semangat dalam membaca puisi. Paling gokil ya Bang Boim, malah berpuisi atas puisi "Perahu Kertas" yang seharusnya dibaca.


Di penghujung acara, Mbak Dee mengumumkan hasil lelang yang akhirnya digenapkan Mbak Helvy menjadi Rp 5.000.000,-. Alhamdulillah...Secara simbolis (simbolnya berupa selembar kertas tulisannya Mbak Dee yang berisi daftar hasil lelang ^^), hasil lelang diserahkan Mbak Dee kepada Bunda Pipiet Senja. Insya Allah, semua hasil lelang didedikasikan untuk anak-anak almarhumah juga untuk membantu pelunasan biaya rumah sakit beliau.


Acara diakhiri dengan doa bersama dipimpin Mas Yanuar. Kemudian dilanjutkan foto -foto. Subhanallah, hari yang indah... Semoga full barokah... Semangat kebersamaan dan semangat berbagi inilah yang menjadikan FLP begitu luar biasa
. Semangat itu pulalah yang juga dimiliki Mbak Nurul F. Huda. Semoga karya-karya beliau menjadi amal jariyah pemberat timbangan kebaikannya di akherat kelak. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran yang luar biasa. Dan semoga kami yang masih harus melanjutkan hidup di dunia, senantiasa diberi kemudahan untuk meneruskan perjuangan beliau. Semangat merangkai karya!

Jakarta, 28 Mei 2011_19:24
Aisya Avicenna

Pertemuan Pramuda IV Angkatan 15

Bang Melvi Yendra

Hari, Tanggal : Ahad, 17 Maret 2011
Waktu : Pukul 10.00-12.00
Tempat : Masjis ARH, UI Salemba
MC dan moderator : Ikal
Pembicara : Melvi Yendra
Tema : "DUNIA MENULIS DAN PELUANGNYA DI DUNIA BROADCAST"
Sekilas Profil Pembicara :
Bang Melvi lahir tahun 1975 di Padang. Kelas 4 SD tulisan beliau yang berupa puisi dimuat di Majalah Bobo. Kelas 6 SD menulis cerpen untuk Bobo dan Ananda. Saat SMP dan SMA menulis di Koran Sanggalang. Nah, di koran daerah ini, ada satu rubrik khusus untuk remaja (pelajar). Semua murid berkompetisi, termasuk Bang Melvi. Dan ketika karyanya dimuat, maka namanya akan diumumkan waktu upacara bendera hari Senin. Sungguh mengangkat nama baik sekolah!
Bang Melvi juga pernah bekerja di penerbitan, di Annida selama 2.5 tahun, di Mizan selama 4.5 tahun. Setelah resign dari Mizan, selama 1.5 tahun beliau menjadi penulis lepas. Beliau sempat berkata, “Jangan kerja di penerbitan karena bisa mengurangi produktivitas menulis. Karena akan sering mengurusi tulisan orang lain daripada tulisan sendiri.” Hmm, sebenarnya bercanda juga sih!
Berbicara tentang dunia broadcast, spesifiknya tentang dunia skenario, Bang Melvi berujar bahwa dunia ini sangat keras. Beliau berbagi cerita saat gabung di ANP (Aris Nugroho Production), pemiliknya bernama Aris Nugroho. Mas Aris adalah sutradara sekaligus kreator beberapa komedi situasi di televisi, sebut saja ada Bajaj Bajuri, OB, Coffeebean Show, dll. Saat kerja di ANP itulah Bang Melvi mengalami ‘penggemblengan’ yang luar biasa. Dicaci maki sudah biasa.


Bang Melvi berujar, kalau kerja jadi penulis skenario :
1. Harus tega sama keluarga
2. Harus tega sama pekerjaan
3. Harus tega sama diri sendiri
Saat gabung ANP, ada tahap audisi dulu. Terpilihlah 50 orang dari berbagai daerah. Tugas pertama : menyerahkan 10 sinopsis perhari via email. Tiga puluh orang mengundurkan diri. Kemudian gugur lagi 5 orang. Tinggal 15 orang! Kelima belas orang itu salah tiganya adalah senior FLP, ada Mas Sakti Wibowo, Mas Sokat, dan Bang Melvi. 


Penghasilan seorang penulis skenario didapatkan berdasarkan hasil kerja, prestasi, dan kecermatan dalam menangkap ide dan peluang. Jargon dari Mas Aris adalah “Jika sudah masuk dalam ANP, maka ego dan harga diri harus ditinggalkan di keset”. Saat yang paling berat bagi Bang Melvi adalah saat mengejar deadline. Bang Melvi gabung di ANP selama 3 tahun.


Salah satu cara agar skenario kita diproduksi adalah dengan bertemu langsung dengan “user”-nya, yaitu produsernya, karena produsernya yang berhak memproduksi naskah. Peluang untuk menulis skenario tuh sangat banyak.


Alur skenario : membuat sinopsis, kemudian dikembangkan menjadi story line, setelah direvisi baru enjadi naskah. Naskah ini meski sudah di-ACC, tapi belum tentu diproduksi. 


Saat memasuki sesi tanya jawab, ada beberapa pertanyaan yang masuk.
1. Sudah mengirim sinopsis, tapi tidak ada respon. Bagaimana agar bisa mengurangi risiko diplagiat?
Memang, cukup menarik karena 1 sinopsis dihargai RP 500.000,- sehingga ada saja kejahatan tentang ini. Ada "penjahat sinopsis, dia membuka pengumuman, banyak penulis yang mengirim sinopsi, kemudian sama 'penjahat' tersebut sinopsisnya diplagiat (dipilih yang bagus)dan si penulis tidak dikabari.
2. Dukanya seorang penulis skenario adalah saat kreativitasnya kadang terpangkas karena masalah budget atau mendadak skenarionya harus diubag karena tokoh berhalangan hadir.
5. Apa saja yang dibutuhkan untuk membuat film sampai jadi? Properti, eumah, artis, crew, dll
6. Kalau ada stasiun TV yang memutar film yang sama, bisa jadi karena kontrak filmnya yang cukup panjang.
7. Seorang penulis novel yang naskahnya dipotong-potong. Solusi terbaik, kita sendiri yang memfilmkan (kita jadi penulis, sutradara, sekaligus produsernya).


Motivasi dari Bang Melvi:
1. FLP sudah besar dan anggotanya banyak yang sudah menjadi orang besar. Satu hal yang harus dijaga, yakni semangat menulis yang harus dibangun daru diri sendiri. FLP hanya sebagai sarana.
2. Karya kita = sejarah kita yang insya Allah akan bergaung selamanya. Menulis adalah salah satu cara yang membuat kita hidup selamanya.
3. Berjuanglah dan jangan mudah menyerah! Menjadi penulis itu tidak butuh biaya! Siapapun Anda, Anda bisa menjadi penulis. Ada dokter yang juga penulis, guru yang juga penulis, dan PNS yang juga penulis (yang terakhir ini saya imbuhi sendiri.. hehe ^^v).
Wah, ternyata di KTP Bang Melvi tertulis “PENULIS” dalam pekerjaannya. Baru tahu!!!

Setelah materi dari Bang Melvi, dilanjutkan kultum oleh Arief. Kultumnya bisa dibaca di : http://www.facebook.com/notes/arief-fathur-rizqi/catatan-kecil/10150128041375793

Reportase by :Aisya Avicenna


Tulisan ini diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.

Asma Nadia dan Aisya Avicenna


Selamat hari lahir buat penulis favoritku, Mbak Asma Nadia.... Semoga usianya makin barokah, rezekinya makin berlimpah, dan karya2nya makin menyejarah... Semoga Aisya Avicenna bisa meniru jejak prestatifmu, Mbak... Aamiin...
^^v


Tulisan ini diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.

Saat Kang Tef dan Kang Arul Bersanding



Ahad pagi yang indah. Alhamdulillah, kondisi tubuh sudah kembali stabil meski belum 100% setelah nge-drop hari Jumat. Awalnya, Aisya berencana tidak datang ke pertemuan FLP Jakarta kali ini. Mengingat semalam ia pulang larut karena menghadiri “Indonesia Nasheed Award” di Jakarta Islamic Book Fair. Jadi, rada capek dan mengantuk. Teringat akan beberapa pesanan teman-teman FLP Jakarta, Aisya putuskan untuk tetap datang. 


Pesanan itu antara lain:
-Novel “NIBIRU” buat Soson
-Novel “Bumi Cinta” dan “Galaksi Kinanthi” buat Mbak Ayu
-“Something” buat Mbak Ria
-Oleh-oleh dari Wonogiri dan Solo berupa kacang mete dan emping melinjo buat Kang Tef (pada khususnya) dan teman-teman FLP Jakarta (pada umumnya) 


Walhasil, bawaan Aisya pagi itu superberat! Hmm… Sampai di halaman masjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim UI Salemba, Aisya bersua dengan Yuda dan seorang temannya. Kami sempat kebingungan waktu mau masuk karena pintu gerbang untuk masuk ke masjid dikunci. Untungnya ada pak satpam yang baik hati memberitahu kami kalau harusnya kami lewat jalan samping. Ternyata di lantai dasar sedang digelar acara Walimatul ‘Ursy dengan nuansa dekorasi warna MERAH HATI. Pas banget dengan kostum yang Aisya kenakan. Sebelum masuk masjid, sempat bersua juga dengan Mbak Dina dan Mbak Iecha yang katanya mau beli minuman buat pembicara.
“Ada Kanjeng tuh di atas!” kata Mbak Iecha
Akhirnya, Aisya dan Yuda naik ke lantai 3.
“Eh, Merah!” kata Kang Arul waktu Aisya tiba-tiba duduk di sampingnya. Surprise juga karena ada beliau hari itu. Setelah sesaat duduk di dekat Kang Arul, Aisya pindah posisi duduk di dekat Mbak Era yang hari itu kayak jeruk (baca : pakai gamis dan jilbab warna oranye). Acara sudah dimulai. Kang Tef (Kang Taufan E. Prast, ketua FLP Jakarta) sudah unjuk gigi. Didampingi Mbak Rurie dan Ikal. Awalnya Aisya pengin nulis yang disampaikan Kang Tef, tapi kalah dengan deru kendaraan. Alhasil, hanya beberapa kata yang terdokumentasi. Itupun sepotong-sepotong. 


Mbak Dina pindah duduk di samping Aisya. Tiba-tiba Mbak Dina mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Taraaaa!!! Bolpoin yang ‘sekujur tubuh’nya berwarna merah (kecuali tintanya yang berwarna hitam), akhirnya sah menjadi milik Aisya. Makasih ya Mbak Dina… Tahu aja sih kalau Aisya suka banget warna merah!
Beberapa saat kemudian, Kang Arul yang tadi ‘adem-ayem’ di belakang, berdiri dan melangkah ke depan. Gantian Kang Arul nih yang bagi-bagi motivasi. Oh ya, pada pertemuan kali ini mengangkat tema : “Penulis, Media, dan Dunia Penerbitan”. Aisya sempat menulis beberapa potong materi dari Kang Arul di buku diary merahnya ^^. Sosok di sampingnya juga serius menulis dengan gaya khasnya. Aisya mencoba meniru cara menulisnya malah ketawa sendiri. Ahh, bu dosen ini memang unik! Satu hal lagi, dia berujar bahwa hanya dirinyalah yang bisa membaca tulisannya sendiri. Walhasil, Aisya ‘copy-paste’ saja tulisan dari bu dosen (baca : Mbak Dina) yang diposting pagi ini di FB.
Berikut adalah resume materi yang disampaikan oleh kedua pemateri. Selamat menikmati...


Untuk menjadi penulis yang sukses diperlukan proses di dalamnya dan tidak simsalabim begitu mudahnya. Selain berdoa yang tak putus kepada Allah Swt juga diperlukan beberapa hal yang sebaiknya dikuasai oleh penulis. Usaha apa sajakah? Usaha tersebut adalah (calon) penulis sebaiknya mengetahui bagaimana cara menulis yang baik, memahami anatomi penulisan, mempunyai kemauan dan kemampuan menulis, mendisiplinkan diri dan meluangkan waktu untuk menulis (misalnya, sehari meluangkan waktu menulis selama 2-3 jam, sehari menulis tiga kali setelah atau sebelum makan, ataupun seminggu sekali menulis), serta memiliki komitmen yang kuat untuk menulis.
Di dalam menjalani proses tersebut, maka diperlukan niat yang lurus. Niat yang lurus itu juga diimbangi dengan wawasan keislaman (karena FLP Jakarta itu kaderisasi penulis Islam open minded yang tetap mengacu kepada etika-etika dan norma-norma keislaman berdasarkan Al Quran dan Hadits, -red). Nah, untuk mewujudkan niat tersebut, maka kudu dipikirkan matang-matang dengan akal budi pekerti luhur nan sehat, mau dibawa ke mana niat tersebut? Mau menjadi profesi penulis yang profesional ataukah menulis hanya sekadar hobi?

Jika ingin menjadi penulis yang menjadikan kegiatan menulis sebagai hobi, artinya menulis dilakukan sebagai kegiatan di waktu luang, maka tak perlu susah payah disiplin meluangkan waktu ataupun keukeuh menulis tiga kali dalam sehari sebelum atau sesudah makan. Lakukan aktivitas tersebut dengan diliputi keikhlasan dan bertujuan ibadah hanya kepada Allah Swt.


Namun, jika memutuskan ingin menjadi penulis sebagai profesi, maka syarat-syarat seperti komitmen serius menulis, sengaja meluangkan waktu menulis, mengetahui persyaratan apa saja yang harus dikuasai jika ingin tulisan dipubliksikan di media online maupun offline, memiliki pangsa pasar yang kuat, membuat tulisan yang berbeda dan unik dengan penulis-penulis sebelumnya, dan mengetahui kapan buku akan diterbitkan. Selain itu, penulis juga harus fokus dengan bidang yang akan ditulisnya apakah fiksi atau nonfiksi. Saat hendak menulis fiksi atau nonfiksi, penulis mengumpulkan data terlebih dahulu kemudian barulah dituliskan dan dipublikasikan. Adapun, data tersebut diperoleh melalui riset yang sesuai dengan yang diperlukan.
Lebih lanjut, para pemateri memberikan tips pula bagaimana membuat biodata yang baik kalau kita ingin mengirimkan naskah ke penerbit:
1.Susunlah biodata tersebut menjadi 3 paragraf. Paragraf pertama itu adalah identitas pribadi: prestasi- sebaiknya menyertakan prestasi menulis-; dan e-mail/blog yang aktif.
2. Alamat e-mail adalah alamat identitas pribadi penulis. Jadi buatlah e-mail penulis yang mudah diingat dan dikenang.


Beberapa tips ringan lainnya berkaitan dengan tema Penulis, Media, dan Dunia Penerbitan, yaitu:
1. Editor biasanya tidak membaca semua naskah yang dikirimkan kepadanya. Oleh karena itu buatlah tulisan yang menarik di awal paragraf serta buatlah naskah yang berbeda dan unik.
2. Jadilah penulis fiksi yang baik dengan mempelajari dan memperkuat unsur intrinsik karya sastra. Beberapa unsur intrinsik tersebut terdiri dari tokoh, tema, latar, amanat, dan alur (*kalau masih kurang, silakan tambahkan sendiri, red).
3. Novel yang berhasil adalah novel yang menarik pembaca untuk membuka dan membaca halaman selanjutnya.
4. Pergunakanlah FB untuk berteman dengan penulis terkenal kemudian seringlah berinteraksi dengannya, misalnya menaruh jempol atas postingan status, note, atau link serta memberikan komen yang positif mengenai hal tersebut. Hati-hati memberikan jempol. memberikan komen atas note/link/status upload si penulis tersebut. Artinya, jangan asal menaruh jempol atau beri komentar di sana. Baca kembali postingannya lalu jika ingin tetap eksis dan tetap dikenal ama si penulis, selama postingan tersebut emang positif silakan taruh jempolnya atau komennya.
5. Ikutan dan aktif di millist yang berkaitan dengan penulis, media, dan dunia penerbitan.
6. Jangan hanya mengandalkan naskah namun bangunlah jaringan sosial, misalnya ikut FLP Jakarta (red).


Hal-hal di atas adalah beberapa materi yang disampaikan oleh Kang Taufan dan Kang Arul pada pertemuan ketiga Pramuda Angkatan ke-15 FLP Jakarta. Adapun, pertemuan selanjutnya (pertemuan keempat) insya Allah akan dilaksanakan kembali Ahad, 27 Maret 2011, waktunya pukul 10.00-13.00 WIB, tempat di Mesjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim. Informasi dan pematerinya akan disampaikan menyusul kemudian. Pada pertemuan keempat tersebut masih diberikan kesempatan pendaftaran peserta untuk FLP Jakarta Angkatan ke-15. Informasi dan pendaftaran, silakan hub. Info Center FLP Jakarta : 0815.13596928 - 021-93541351 - 021-80370701.


Setelah pertemuan keempat, akan dibagi kelasnya yaitu kelas nonfiksi dan fiksi. Nah, insya Allah, setelah pembagian kelas tersebut (pertemuan ke-5), segenap divisi humas dan dokumentasi tidak akan mempublikasikan materi yang diberikan di kelas tersebut. Oleh karena itu, bagi yang berminat, menjadi anggota FLP Jakarta, silakan datang dan mendaftar ke Mbak Yusi dan Mbak Astri pada ke pertemuan 2 minggu setelah Ahad, 13 Maret 2011.

Salam hangat dari kami.
FLP Jakarta
Wassalam

Hmm, begitulah reportase pertemuan ketiga angkatan 15 yang ditulis oleh Mbak Dinda dengan sedikit revisi dari saya. Semoga bermanfaat…

NB :
- Menjelang Dhuhur, sempat foto-foto menggunakan kamera Kang Arul dan setelah diupload Kang Arul, hasilnya kereeeeen banget!
- Sayang, Mbak Ria tidak datang... sehingga hanya "something" buat Mbak Ria yang belum tersampaikan...
- Maaf ya, kemarin pulang duluan dan hanya pamit secara langsung ke Mbak Era dan Mbak Astri plus SMS ke Kang Tef karena masih belum fit benar, jadinya juga nggak bisa ikut ke Jakarta Islamic Book Fair lagi...

Best regards
Aisya Avicenna


Tulisan ini diposting pada bulan Maret 2011 di blog sebelumnya.

Hanya Masalah Waktu

OMG di toko buku Jogja

Yang dibutuhkan hanyalah soal waktu
by Kang Arul on Sunday, February 27, 2011 at 6:11pm

Yogya masih basah oleh bekas hujan tadi pagi saat saya menyerumptut teh pahit hangat; sebuah rutinitas yang harus saya lakukan di pagi hari, dimanapun; tapi waktu itu udah siang banget, saya ketiduran paginya... setelah selama dua pekan ini tidur saya hanya antara 2 atau 4 jam saja. Saya cek gadget saya, memastikan bahwa tidak ada satupun agenda hari ini yang sempat terlewat. Oh, ternyata ada satu hal janji yang saya tunaikan di akhir pekan ini, yakni menyantap mpek-mpek di depan Ambarukmo Plaza... :)

Tapi, sebelum melakukan itu semua, sekitar pukul sembilan saya sudah berada di lobi hotel ternama di Yogyakarta, deket ke bandara AdiSucipto. Di sana ada acara penutupan sebuah partai besar. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini; berbekal laptop plus kamera saya pun meluncur ditemani tiga orang teman jurnalis muda. Tujuan saya cuma satu: memotret sosok petinggi partai, siapa tahu foto ini nantinya bisa digunakan untuk salah satu laporan jurnalistik saya.

Selepas itu, saya meluncur ke UGM. Hari ini--selain makan mpek-mpkek itu-- saya punya janji dengan promotor doktoral saya di gedung lengkung. Ok, kita lewati hal akademis itu, yang penting saya ingin menulis sebuah kutipan menarik dari sang dosen,"Saya ingin membimbing mahasiswa yang nantinya akan jadi orang besar dan mengalahkan gurunya. Dulu, saya belajar dari Gertz (antrpologis Jawa.red), saya baca semua bukunya dan sekarang saya banngga karena saya bisa lebih pintar dari guru-guru saya. Memang bisa dibilang terlalu kuno, tapi itulah yang saya inginkan dengan Anda."

Hmm... nice quotes di hari itu.

Sepanjang perjalanan menuju tempat mpek-mpek, saya selalu berpikir bahwa sang dosen pembimbing itu sepertinya sedang menyiapkan saya untuk menjadi "seseorang". Menyiapkan saya untuk bisa memaknai semua hasil belajar dengan semaksimal mungkin. Menyiapkan saya menjadi orang yang berbeda sebelum dan sesudah belajar di kampus biru itu nantinya. Tentu untuk melakukan itu perlu proses, dan proses itu tidaklah mudah dan gampang. Buktinya proposal saya setahun baru bisa menghasilkan kata "oke" darinya, walau proposal itu tebalnya hanya 27 halaman.

Proses itulah yang saya perhatikan juga saat saya makan mpek-mpek. Wah, jangan tanyakan bagaimana lezatnya makanan khas yang satu ini. Saya hanya mengajak Anda membayangkan di piring saya ada mpek-mpek kapal selam, lenjer, dan kulit; 3 in 1 plus segelas es sirop . Saya melihat bahwa tempat ini adalah cabang ketiga yang dibuka oleh merk tersebut; salah satunya berada di sebelah kiri gerbang UGM. Maaf, saya tidak bisa menyebutkan merk mpek-mpeknya karena alasan keamanan.. huahahahha

Membuat tiga cabang memang bukanlah pekerjaan yang mudah. Uang yang banyak belum tentu bisa membuat cabang-cabang usaha dan sukses. Banyak contoh yang bisa saya berikan untuk mewakili bahwa uang bukanlah penentu satu-satunya dalam berusaha. Yang saya tahu, keberhasilan panganan ini terletak pada kualitas or rasa or taste... dan saya yakin untuk menciptakan itu semua dibutuhkan waktu yang cukup matang.

Kemudian, menjelang sore dan masih menyantap mpek-mpek... lampu merah gadget saya berkedip. Saya buka... ternyata di sana ada sebuah status FB dari seorang

info buku terbaru:“OMG!TERNYATA AKU TERLAHIR SUKSES” karya Rulli Nasrullah (kang arul)&12 Tim Suksesnya (asqa, ayu, bunga,deasy,dina, *Etika*,iecha,kely,rizka,selvi,suri,ummu=>anak2 nonfiksi FLP JAKARTA).InsyaAllah bs dbeli dGRAMEDIA ato toko bku lainny dgn hrga 27rb!


~cocok utk MUSLIMAH YG INGIN SUKSES! Ikhwan jg blh bli dink~


saya cek fotonya.. ow ternyata betul, buku OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses sudah ada di pasaran. Saya cukup terkejut, karena terakhir kabar yang sampai adalah buku itu akan terbit dan saya sendiri belum pegang buku itu. Makanya agenda keesokan harinya (Minggu, 27/2) sengaja saya mencari buku tersebut di toko buku samping UIN Jogya. Ketemu! Saya tersenyum dan bangga sekali...

Buku ini adalah sebuah jawaban dari proses panjang 12 orang anggota FLP Jakarta yang berada di grup non-fiksi. Orang-orang yang saya ingat betul pertama kali saya bimbing di suatu pagi sambil menikmati mie rebus di sebuah kampus; kemudian berlanjut di rumah dengan kondisi mereka selalu menagih kolak, ongol-ongol, atau order makanan lainnya. Untuk yang satu ini saya harus bilang makasih istriku tercinta...

Sejak dahulu bertemu dengan mereka, saya punya harapan yang besar, sebesar harapan dosen pembimbing saya itu; saya ingin mereka menjadi penulis yang bisa mengalahkan guru mereka, menghasilkan karya yang luar biasa, dan tentu saja menjadikan kemampuan menulis untuk berjuang menyebarkan ilmu.

Saya juga ingin mereka untuk tidak menyerah... karena jika sekalipun menyerah, percayalah akan sulit untuk menemukan kembali gairah menulis. Saya juga ingin mereka menyadari bahwa seorang guru atau pembimbing bukan orang yang bisa menjadikan mereka penulis, namun diri mereka sendirilah yang menjadi. Merekalah yang bisa menentukan apakah mewujudkan cita-cita jadi penulis atau sekadar punya keinginan semata. Mereka jugalah yang akan belajar dari setiap kesusahan demi kesusahan menyusun sebuah naskah sehingga menjadi buku yang bisa dibaca ratusan, ribuan, bahkan jutaan pembaca... dan saya percaya buku yang mereka hasilkan itu bisa membawa mereka masuk syurga. Amin.

Tetapi seperti pengalaman saya menyelesaikan S3, pengalaman dosen pembimbing saya, pengalaman penjual mpek-mpek yang sudah punya tiga cabang itu, dan pengalaman 12 orang luar biasa yang menulis buku tersebut.... bahwa semuanya adalah proses menjadi dan dibutuhkan waktu untuk mewujudkan itu semua. Tidak instan atau tiba-tiba seperti mengusap lampu yang langsung keluar jin dengan tiga permintaannya.

Nikmati proses itu, walau kita harus dimarahi, disindir, bahkan dicibir. Geluti proses itu meski dengan keterbatasan laptop, komputer pc, modem, buku, dan waktu luang. Pandai-pandailah menjalani proses itu di tengah kesibukan pekerjaan, tanggung jawab pendidikan, maupun tugas-tugas yang menumpuk. Hargai proses itu sebagaimana kita menghargai sisa hari yang diberikan oleh Allah kepada kita untuk hidup.

Karena... semua akan ada waktunya

Bisa satu bulan, bisa satu-dua tahun, atau bahkan bertahun-tahun...

Saya merasa plong... karena satu tugas lagi sudah selesai...dan ini baru satu langkah bagi mereka untuk menapaki ribuan langkah selanjutnya yang masih panjang itu. "Dik, percayalah kalian jauh lebih bisa, jauh lebih hebat, jauh lebih pandai dibandingkan perasaan yang selama ini kalian yakini.

Sekarang, bagi saya... tinggal saya mencari orang-orang baru untuk menemani mereka menjalani proses tersebut. Andakah salah satunya? Atau kalian masih mau menjalani proses itu bersama lagi?


Tulisan ini diposting pada bulan Februari 2011 di blog sebelumnya.