ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.
Tampilkan postingan dengan label Dunia Parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dunia Parenting. Tampilkan semua postingan

Inspirasi Pengembara Cinta

Malam ini (tepatnya dini hari ding pukul 00:09 waktu di N 5300 saya)…tiba-tiba saja jari ini menuliskan rangkaian kata di atas menjadi judul tulisan ini. SPONTAN aja!
Ehm, kali ini saya akan berbagi kisah dan inspirasi yang saya dapatkan saat mengikuti talkshow bersama Ustadz Salim A. Fillah di Solo Islamic Book Fair pukul 16.00-17.15 WIB kemarin. Berikut ringkasan yang saya tulis ulang dari jejak pena saya (kali ini pena saya tidak menari-nari di atas “AGENDA SHALIHAH” yang biasa saya gunakan untuk mengabadikan setiap “kepingan inspirasi” yang saya dapatkan…karena dia harus pensiun…habis euy… :D).. LANJUT!!!


Sebelum menginjakkan kaki ke tempat talkshow, sekitar pukul 14.00 WIB saya sempat berkeliling menyusuri ratusan ribu buku yang ‘berserakan’ di dalam Goro As Salam (^^v). Niatnya mau nyari AL Qur’an yang dipesan adik kost. Selain Al Qur’an, akhirnya tangan ini tak kuasa mengambil dan akhirnya membeli sejumlah buku yang menurut saya.. INILAH BUKU YANG SEDANG SAYA BUTUHKAN… Buku-buku itu antara lain :
1. Muslimah Goes to CEO (Ayo, jadi Momtrepreneur!)
2. Kotak Kecantikan Ajaib (Rahasia Kecantikan Abadi), karya Teh Ninih (istri Aa’ Gym)
3. Agar Telapakmu Menjadi Surga (Menjadi Ibu Rumah Tangga Muslim Profesional)

Ehm, kayaknya buku yang saya beli “MUSLIMAH BANGET” ya!!!
Ya biarlah… boleh pinjam kok, asal sudah saya baca dulu ^^v
Ternyata, setelah mengikuti talkshow “Manajemen CInta” bersama Ust. Salim A. Fillah, saya pun dengan PD ‘menjustifikasi’ diri saya sendiri… “Tidak rugi Tik kamu beli buku-buku tadi…!!! Segera dibaca dan tunggu saat yang tepat untuk mengaplikasikannya… (^_^)”
Pukul 16.00 WIB, talkshow-pun dimulai…
Ini nih inspirasi yang saya dapatkan.. simak ya!!! (ada beberapa catatan yang saya tambahkan sendiri… )
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang" (Q.S. Ali ‘Imran : 14).
Dari dalil naqli di atas, rasa cinta memang fitrah manusia. Akan tetapi jangan sampai kecintaan pada hal-hal yang berbau keduniawian itu mengaburkan bahkan menurunkan kecintaan kita pada Allah SWT, karena Dia Maha Cemburu.


Ada tiga tingkatan cinta…
Cinta tingkat tinggi, yaitu cinta kepada Allah SWT, Rasulullah dan Jihad fi sabilillah.Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (Q.S. Ali ’Imran : 31-32)
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung". (QS. Al Mujadilah : 22)
Cinta tingkat menengah, yaitu cinta kepada Orang Tua, suami/isteri, anak-anak, saudara dan kerabat."Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu". (QS. Luqman : 14)
"Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik". (QS. At-Taubah : 24).


Cinta tingkat terendah
1. Cinta kepada thoghut, "Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)". (QS. AL Baqarah : 165)


2. Cinta kepada musuh-musuh Allah, " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barang siapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus". (QS. Al Mumtahanah : 1)


3. Cinta karena hawa nafsu, "Dan wanita-wanita di kota berkata: "Istri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata". (Q.S. Yusuf : 30)
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. Al Jasiyah : 23)
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebahagian besar di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan?" (QS. Yasin : 60-62)
Cinta kepada Allah harus ditumbuhkan dan dibuktikan dalam ketaatan kepada-Nya. Sebab cinta akan tumbuh dari ketaatan dan kepatuhan kepada kehendak dan aturan-Nya."Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, "Kami mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung". (QS. An-Nur : 51)"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) -Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur". (QS. Ali ’Imran : 31)


Seperti yang sudah dituliskan dalam Q.S. At Taubah di atas.. bagi para suami (yg sudah bergelar ini lho!), cinta pada istri dan anak juga ada batasnya, jangan berlebihan. Begitu pula bagi para istri. Maka, berwaspadalah! Cintailah apa adanya… Dakwah pun bisa hancur di tangan istri/suami atau juga anak-anak para da’i/da’iyah… hati-hati dengan cinta! Simak saja kisah Nabi Nuh dan Nabi Luth yang harus menerima pembangkangan dari istrinya..atau kisah Aisiyah, istri Fira’un yang harus melawan kezaliman suaminya yang sangat antipati pada Islam.


Simak juga kisah Siti Hajar, Nabi Ismail, dan Nabi Ibrahim. Pengorbanan mereka sebagai bukti kecintaan yang tinggi pada Allah SWT. Sangat menginspirasi!!!
Oleh karena itu, manajemen cinta mutlak diperlukan…
Tibalah pada sesi diskusi… saya tidak sempat menuliskan pertanyaannya. Tapi berikut ini jawaban yang disampaikan Ustadz Salim… (afwan kalau tidak runtut)
Ustadz Salim sempat menyebutkan kewajiban seorang ayah pada anaknya yakni :
a. Memilihkan ibu yang baik
b. Memberi nama yang baik
c. Memberi pendidikan untuk mengenal Allah
Seorang anak memiliki hak secara fisik (tumbuh menjadi anak yang kuat, tangkas, dan tampan) dan hak secara ruhiyah (dijauhkan dari setan, misal : berdoa sebelum melakukan hubungan suami-istri, diperdengarkan ayat suci AL Qur’an saat masih di dalam kandungan, diperdengarkan adzan dan iqamah saat lahir, dll).


Ustadz Salim juga memberikan beberapa contoh aplikatif tentang tarbiyatul ‘aulad yang malah membuat saya geli dan tersenyum simpul (lha lucu sih penyampaiannya…) :
- Ketika seorang anak jatuh… terkadang kita menjawab “Wah…kodoknya nakal!!” hihihi, padahal jelas-jelas tidak ada kodok di situ! Pembohongan pada anak nih + bisa jadi membuat anak ‘mengkambinghitamkan’ sesuatu.. So, pilih kata-kata yang tepat untuk berkomunikasi pada anak. Ehm, gampang-gampang susyah ya…
- “Yang penting anak tidak menangis” adalah prinsip mendidik anak yang salah!!!
- Pengalaman pribadi ustadz Salim nih.. biasanya beliau sebelum berangkat beraktivitas di luar rumah selalu berpamitan dan berdoa dulu pada putra beliau.. perlu dicontoh nih!! Jangan sampai, misal.. sang Abi mau berangkat, eh… anaknya nangis gak mau Abi-nya pergi, akhirnya sang Ummi mengalihkan perhatian sang anak “Ayo dhek, lihat cecak terbang yuk… itu tuh…cecaknya..lihat deh!"(hihi..) akhirnya, saat anak terlena dan perhatiannya pun berpindah pada si cecak, sang Abi tadi kaburrrrrr… ketika selang berapa lama , si kecil menyadari bahwa Abinya sudah tidak ada di rumah…Si kecil nangis deh… tentunya dia merasa kecewa… dibohongi lagi!! Ada baiknya, lakukan seperti yang dicontohkan Ustadz Salim, berpamitan pada si kecil… dan mendoakannya juga… so sweet!
- Ada beberapa lagi nih bentuk penyampaian yang salah pada anak…
Misal : ketika anak tidak mau melakukan sesuatu…eh, Abi/ummi-nya bilang “Adik…anak yang sholeh nanti masuk surga lho…trus…anak yang nakal nanti masuk neraka lho..”. Salah nih!!! Semua anak (yang usianya di bawah 7 tahun kan –insya Allah- akan masuk surga semua kan…). Lagi-lagi suatu ‘kebohongan’!


Pesan ustadz : Belajarlah tentang PARENTING sedari dini… (ehm, beliau saja sudah mengawalinya sejak kelas 1 SMA.. How about us??? Jawab sendiri-sendiri aja yak!). Tentunya belajar tentang MUNAKAHAT juga!!! Jangan sampai anak kita punya bahan untuk menggugat kita di akhirat nanti karena kita tidak menunaikan kewajiban kita sebagai orang tua dengan baik.
ILMU ITU TIDAK PERNAH CUKUP!!!
So, JANGAN PERNAH BERHENTI MENCARI DAN MENDAPATKANNYA!!

Kata ustadz… tentang “mencintai karena Allah…”, cinta itu adalah kata kerja, kalau sudah merasa tidak mencintai, maka itulah saat yang tepat untuk mencintai… Kata ustadz lagi… (kayaknya kalimat ini juga pernah saya tulis di blog saya bulan Juli yang berjudul “Ketika Cinta Harus Belajar…. Lho, malah jadi promosi blog!)… kalimat itu adalah : menikahi orang yang kita cintai adalah suatu pilihan, tapi mencintai orang yang kita nikahi adalah suatu kewajiban.SEPAKAT!!!
Setelah acara selesai, saya sempat meminta tanda tangan beliau di dalam buku “BAHAGIANYA MERAYAKAN CINTA” yang saya bawa.. Beliaupun menorehkan sederetan kalimat inspiratif yakni :“SEMOGA MENJADI TELADAN MERAJUT CINTA DALAM KEBERKAHAN, DIREUNIKAN DI SURGA TERTINGGI”


Ehm, mungkin cukup sekian yang bisa saya tuliskan. Afwan jiddan, karena memang tidak semua yang Ustadz Salim sampaikan ‘tercetak’ dalam tulisan ini. Btw, saya sarankan untuk membaca buku JALAN CINTA PARA PEJUANG karya beliau…


Jika kita menghijrahkan cinta : dari kata benda menjadi kata kerja maka tersusunlah sebuah kalimat peradaban dalam paragra sejarah. Jika kita menghijrahkan cinta : dari jatuh cinta menuju bangun cinta maka cinta menjadi sebuah istana, tinggi menggapai surga”


So inspirative deh!

Zona Twin, dini hari yang sunyi
130809_01:37
(backsong : “Aku Ingin Mencintai-Mu” by EDCOUSTIC)
Tuhan betapa aku malu
Atas semua yang Kau beri
Padahal diriku sering membuat-Mu kecewa
Entah mungkin karena ku terlena
Sementara Engkau beri
Aku kesempatan berulang kali
Agar aku kembali
Dalam fitrahku sebagai manusia
Untuk menghambakanMu
Betapa tak ada apa-apanya
Aku di hadapan-Mu
Reff :
Aku ingin mencintai-Mu setulusnya
Sebenar-benar aku cinta
Dalam doa, dalam ucapan, dalam setiap langkahku
Aku ingin mendekati-Mu selamanya
Sehina apapun diriku
Ku berharap untuk bertemu dengan-Mu…
Ya Rabbi…


(Tulisan ini diposting pada bulan Agustus 2009 di blog sebelumnya)

Aisya Avicenna

Tarbiyatul Aulad After Holiday

Kamis, 6 Agustus 2009…
Aktivitas rutin di kost pagi ini… Agak ribet juga coz “prepare” nya kurang mateng (belum nyetrika..hihi), akhirnya nyetrika dulu..then… berangkat dengan niatan tholabul ‘ilmy ke masjid perjuangan tercinta, Nurul Huda UNS. Untung sampe sana belum dimulai.. Malah datangnya bareng sama ustadzahnya… ^_^
Kajian Muslimah (KAMUS) akhirnya dimulai lagi setelah kurang lebih sebulan “free” karena liburan. Bertepatan dengan pekan pertama di bulan Agustus, Kajian Muslimah kali ini bertemakan tentang Tarbiyatul ‘Aulad yang disampaikan oleh Ustadzah Lusi. Ini nih “racikan inspirasi” yang bisa terdokumentasikan dalam “AGENDA SHALIHAH” saya… afwan ya jika kurang lengkap (dilengkapi sendiri aja ya…:D)


Pendidikan anak di dalam Islam tidak hanya dari seorang ibu saja tapi juga ayahnya. So, sebelum punya anak, tentunya memilih ayah dari anak-anak kita dunk… Pilih yang baik agamanya agar rumah tangga yang kita bangun adalah rumah tangga yang sakinah. Mawadah, wa rahmah.. (keluarga samara gitu…). Untuk pembahasan ini, insya Allah telah disampaikan pada KAMUS yang telah lalu.. (hayo, pada datang ga’ pas bahas kriteria + cara memilih pendamping kita..ingat, jangan hanya mencari suami.. tapi, mencari “ayah dari anak-anak kita”.. gitu ya ukhti…


Lanjut.. Ada tujuh aspek tanggung jawab dalam pendidikan anak yaitu :
1. Tanggung jawab pendidikan iman
2. Tanggung jawab pendidikan moral
3. Tanggung jawab pendidikan fisik
4. Tanggung jawab pendidikan rasio
5. Tanggung jawab pendidikan kejiwaan
6. Tanggung jawab pendidikan sosial

7. Tanggung jawab pendidikan seksual

Ibu adalah penopang dalam rumah tangga. Dalam rumah tangga harus ada sinergisitas peran antara ayah dan ibu. Ibulah yang lebih dekat dengan sang anak. Akan tetapi, semarah-marahnya ibu, anak lebih takut kepada ayah (BETUL KAN???).
Peran ibu adalah sebagai MURABBI (murabbi berasal dari kata ‘rabba’ yang berarti ‘pengelola, pemelihara, pengarah, pendidik’). Murabbi bukan hanya guru spiritual saja.


Syarat ibu sebagai MURABBI : ikhlas, takwa, punya ilmu pengetahuan, penyantun, dan tanggung jawab.
Pada KAMUS kali ini lebih menekankan pada pembahasan “
Tanggung Jawab Pendidikan Keimanan”.Sejak dini (malah sejak sebelum dilahirkan”, anak harus dilatih dan dibiasakan untuk sholat. Secara psikologis, hal ini akan berpengaruh. Salah satu dalil naqlinya tertuang dalam Q.S. Taha : 132 yang artinya “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat, dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya…”
Pada saat anak berumur 7 tahun, diberi pelajaran tentang gerakan dan bacaan sholat yang benar.
(waktu menunjukkan pukul 07.00…saya meninggalkan KAMUS ini untuk syuro’ sie konsumsi di Masjid Nurul Amal, jadinya catatan saya di AGENDA SHOLIHAH juga berhenti sampai di sini. Eits, tapi tenang saja, akhirnya saya pinjam catetan teman..dan inilah kelanjutannya…)


Ciri-ciri istri sholihah :
a. Bertanggung jawab di rumah suami
b. Menjaga harta suami
c. Menjaga diri


Abdul Rozak mengatakan “Ajarkanlah kepada anak-anak dan keluargamu tentang kebaikan dan didiklah mereka”.


Didiklah anak untuk
1. Mencintai nabi
2. Mencintai keluarga nabi
3. Membaca AL Qur’an


Kaidah-kaidah Usulul Iman :
1. Ussulutsalasah : Ma’rifatullah, Ma’rifatul Rasul, Ma’rifatul Islam
2. Rukun Iman
3. Rukun Islam



…. To be continued…. [lanjut di KAMUS selanjutnya…]


UkhtiQ… jangan lupa menghadiri kajian rutin muslimah (KAMUS) di masjid Nurul Huda UNS tiap hari Kamis yak… Ramaikan majelis ilmu ini… Let’s tholabul ilmy together… ^^v Love you coz Allah ukh!!!

(Tulisan ini diposting pada bulan Agustus 2009 di blog sebelumnya)
Aisya Avicenna

Metode Pendidikan Anak yang Efektif

Kamis, 4 Juni 2009 bersama dengan Ustadzah Lusi, mengkajiTarbiyatul ‘Auladdalam Kajian Muslimah (KAMUS) di beranda selatan masjid Nurul Huda.

Berikut ini ilmu yang saya dapatkan pagi itu…


Ada 5 metode pendidikan anak yang efektif, antara lain :


1. Pendidikan dengan Keteladanan
Kita memberikan keteladanan pada anak dengan menceritakan :
a. Ibadah Rasul
b. Kepemurahan Rasul
Kalau mau sesuatu, banyaklah member, nanti akan diberi. Pada umur 2-3 tahun, ego anak sudah mulai muncul, so ajarkan kepemilikan dan murah hati
c. Kezuhudan Rasul
d. Sikap tawadhu’ Rasul
e. Sikap dan penyantun Rasul
f. Sikap kesehatan dan keberanian Rasul
Keteladan di atas akan lebih terekam pada diri anak, kalau sudah dilakukannya..
(Jadi pengin koleksi buku anak-anak tentang Rasulullah SAW, buat persiapan juga..hehe… )


2. Pendidikan dengan Pembiasaan
Biasakan anak dengan sesuatu yang baik
Kebiasaan itu dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
Ex : bagi anak perempuan, biasakan pakai jilbab sedari kecil (Harus dipraktekkan dan dibiasakan nih!!!)
Jangan lupa kita juga harus punya argumentasi dalam memberlakukan kebiasaan itu pada anak.
Tidak ada yang sulit kalau kita MAU!! PASTI BISA!!! 



3. Pendidikan dengan Memberikan Pelajaran
a. Ajakan-ajakan/seruan-seruan yang argumentatif, misal : nasihat Lukman untuk anaknya yang tertuang dalam Q.S. Lukman.
b. Al Uslubul Qoshoshi : cerita-cerita yang ada di dalam Al Qur’an, misal : kisah Nabi Yusuf, Maryam, Ashabul Kahfi, Bani Israil, dll
c. Pesan-pesan langsung/perintah-perintah praktis
Cara Rasulullah SAW mengajari putra/putrinya adalah dengan :
a. Dialog
b. Perumpamaan
c. Ringkas, tidak membosankan, tepat
d. Memperhatikan moment dan kesempatan
e. Mendahulukan yang lebih penting (menjawab pertanyaan tidak harus sama)


4. Pendidikan dengan Pengawasan dan Pengamatan
Hal yang diamati antara lain :
a. Dimensi Iman (hatinya)
b. Dimensi Akhlak (tingkah lakunya)
c. Dimensi Pengetahuan (akalnya)
d. Dimensi Fisik
e. Dimensi Psikis (emosinya)
f. Dimensi Tingkah laku sosial (sosialisasinya)


5. Pendidikan dengan Memberikan Sangsi



(Tulisan ini diposting pada bulan Juni 2009 di blog sebelumnya)

Aisya Avicenna

Aku Rindu Dipanggil BUNDA

Saat ku buka pintu gerbang berterali besi itu…
"Hore…Bunda datang!!!
Ayo Bun, belajar matematika…"

Uhf..sapaan itu sekarang sudah tak terdengar lagi di gendang telingaku. Meski awalnya "geli" juga waktu dipanggil "bunda", tapi akhirnya kunikmati aja..Lha kebiasaan mereka memanggil guru mereka dengan sebutan demikian.

Sapaan itu keluar dari bibir dua bocah kecil yang dulu menjadi murid les privatku. Selama hampir 4 bulan aku membersamai mereka. Sejak kurang lebih lebih 5 bulan yang lalu aku sudah tidak mengajar les privat di tempat mereka karena tiap hari mereka ada jam tambahan di sekolah sehingga sudah tidak ada waktu lagi untuk les privat… kasihan juga… Full day at school…

Fadhil dan Reza, kedua bocah tampan dengan talenta yang luar biasa. Reza, meski baru TK nol kecil tapi daya ingatnya sungguh tajam. Fadhil pun demikian. Siswa kelas tiga SD ini berujar bahwa Matematika dan IPA-lah mata pelajaran unggulannya. Polah tingkah mereka membuatku sangat gemas. Terlebih Reza, saat mengeja satu per satu huruf Hijaiyah dan menghafalnya… Uhf, SANGAT MENGGEMASKAN!!! Aku masih menyimpan video rekaman singkat waktu dia belajar mengaji. Video itu aku putar setiap kali aku kangen dengan dia… Alhamdulillah, sebelum aku berpisah (mungkin untuk sementara) dengan mereka, Reza sudah cukup lancar membaca jilid 1. Si kecil yang punya rambut ikal ini selalu menanyakan , “Bunda ga datang kemarin kenapa???Reza dah nungguin Bunda lho…tapi Bunda ga datang-datang…”. Dia selalu tanya seperti itu saat aku tidak bisa datang mengajar.

Reza bahkan menangis kencang saat jam pelajaran usai. Dia selalu ingin belajar dan belajar! Sungguh luar biasa semangatnaya ..(padahal guru privatnya dah KO..hihihi)

Begitu juga dengan Fadhil, si gendut ini juga cerdas. Dia selalu menggebu-gebu kalau bercerita tentang aktivitas kesehariannya di sekolah. “Bunda, Bunda… aku tadi maen bola terus GOL…dlll…bla..bla..bla..”Kakak beradik itu bersekolah di Al Azhar Syifa Budi. Dua hari dalam satu minggu selama 2.5 jam adalah saat-saatku bersama mereka…SO Switz..jadi kangen nih… Kata Ummi mereka, suatu saat nanti, kalau mereka sudah bisa les privat lagi aku akan dihubungi…Moga Allah SWT berkenan memberikan kesempatan itu… mempertemukan aku dengan mereka kembali… Amin..
Aku rindu dipanggil Bunda…(hehehe)

(Tulisan ini diposting pada bulan Maret 2009 di blog sebelumnya)
Aisya Avicenna