ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

Ekspedisi Aisya (Part 1)

Jum’at, 1 Muharram 1431 H

Hari pertama di tahun baru. HARI YANG LUAR BIASA bagi Aisya Avicenna!!!
Sejenak iapun mengingat puisi "Renungan 1 Muharram"-nya StarFive berikut :
Sudah Muharam lagi
Sudah tahun baru lagi
Selamat tahun baru kawan-kawan
Sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saat kta menunduk
Memandang diri sendiri
Bercermin di remang Tuhan
Sebelum kita dihisabNya
Kawan, siapakah gerangan kita ini sebenarnya??
Muslimkah??? Mukmininkah?? Muttaqin??? Khalifah Allah kah?? Khoirul Ummatinkah kita???
Umat Muhammadkah kita???
Atau kita sama dengan makhluk lain
Atau bahkan lebih rendah lagi
Hanya budak-budak perut dan kelamin
Iman kita kepada Allah yang Ghaib rasanya lebih tipis dibandingkan dengan uang kertas seribuan bukan???
Syahadat kita rasanya seperti perut bedug atau pernyataan kosong pegawai rendahan
Sholat kita lebih cepat daripada menghirup kopi panas
Puasa kita rasanya sekedar merubah jadwal
Zakat kita jauuuh lebih berat dibandingkan tukang becak melepas penghasilannya
Haji-haji kita tak ubahnya tamasya-tamasya menghibur diri
Membuang dosa besar untuk mendapatkan label-label haji
Kawan, lalu bagaimana..??? berapa lama kita pergi bersamaNya??
Atau kita justru sibuk dan terlalu sibuk
Sibuk….sibuk menjalankan tugas
Mengatur bumi seisinya sebagai khalifah-khalifahNya
Kawan, tak terasa memang kita semakin pintar barangkali
Mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita
Paling tidak, kita semakin pintar untuk berdalih
Kita pun memperkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan
Kita lalu berkelahi demi menegakkan kebenaran
Kita melacur dan menipu demi keselamatan
Kita pamer, kita pamer kekayaan demi mensyukuri kenikmatan
Kita memukul, kita mencaci, kita menghina, demi pendidikan
Kita berbuat semaunya demi kemerdekaan
Kita pun membiarkan kemungkaran demi kedamaian
Pendek kata, demi sesuatu yang baik halallah semuanya sampai yang tidak baik
Lalu, kapan kita berhijrah??
Lalu kapan kita benar-benar menyadari sebuah tahun baru??
Muharam kita akan berarti
HARI INI atau TIDAK SAMA SEKALI!!!



RENUNGAN yang PANTAS dijadikan bahan untuk MERENUNG!!!
***
07.00 WIB, RedZone
Aisya masih asyik dengan novel "The Da PECI Code" karya Ben Sohib. Sebuah novel yang mengisahkan sosok pemuda bernama Rhosid yang sangat menentang penggunaan peci putih yang sudah menjadi tradisi turun-temurun dalam keluarga besarnya. Lucu dan "Jakarta" banget! Karena menyadari sudah ada konser di dalam lambungnya, akhirnya Aisya beranjak keluar kost yang baru resmi dihuninya seminggu itu. Sebenarnya pengin masak sendiri saja, tapi berhubung kemarin ada kebakaran di dekat kost gara-gara kompor gas yang meledak, dia mengurungkan niatnya untuk memasak sendiri. Dia berjalan menyusuri gang kecil dan menuju satu tempat. PASAR SAWO. Saat pertama kali menginjakkan kakinya di Pasar itu (bulan September lalu), dia masih penasaran kenapa pasar itu diberi nama sawo, padahal tak ada se"buah" sawo pun yang dijual di sana.
Sesampai di Pasar Sawo, Aisya langsung disambut oleh deretan penjual yang berjajar di kiri dan kanan jalan. Mulai dari penjual pakaian, makanan ringan, sandal, lauk-pauk, bubur ayam, dan lain-lain. Pembeli yang kebanyakan ibu-ibu berwajah khas Arab sudah memadati pasar Sawo pagi itu. Pandangannya tak luput pada seorang pengemis tua yang duduk bersimpuh di kiri jalan. Ada sebilah tongkat yang tegak berdiri menjadi sandaran duduknya. Ternyata tangan kanannya cacat, seperti terpelintir ke belakang. Dia menaruh iba pada beliau…
Aisya kemudian menuju penjual nasi uduk langganannya. Membeli sebungkus nasi dengan porsi "separo". Saat hendak meninggalkan pasar, kedua matanya tertuju pada sesuatu yang terjadi di kolong meja seorang penjual daging ayam segar. Ada 3 kucing yang sedang berkerumun di situ.
***Si Hitam : "Hei boy, gue dah laper nih!!!"
Si Abu-Abu : "Iya nich, gue juge."
Si Oren : "Apalagi gue!!"
Si Hitam : "Si Abang nih kagak tahu ape kalau gue dah nangkring di sini dari tadi. Kok sedari tadi kagak ade daging yang dikasihkan kite-kite."
Si Abu: "Iye, payah banget… Kayaknye sound system dalam perut kite-kite kurang kenceng nih. Si Abang jadi kagak denger kalo ni perut dah konser dari tadi."
Si Oren :"Hu um… Miawww… gue jadi ngantuk gare-gare laper… Enaknya gimane nih?"Si Abu : "Kite sendul-sendulin aje kaki si Abang. Trus pasang tampang memelas, kali aje ade daging yang die kasihkan ke kite."
Si Hitam : "Ide brilliant tuh, sendulin juge kaki si ibuk yang lagi beli daging, kali aje si ibuk ntu tersentuh hatinye saat ngelihat tampang kite yang memelas ni.."
Si Oren : "Ye udeh.. ayo beraksi…"
Si Abu : "Eh..diem bentar…kayaknye ade Si Neng lagi merhatiin kite deh… Kayaknye die orang baru di sini, gue baru tahu die kali ini…Kite sape yuck!"
Si Hitam, Abu, Oren bersamaan : "Met pagi Neng, selamat datang di IBUKOTA!!! Miawww…"

***
Akhirnya sampai lagi di RedZone. Aisya langsung menikmati sarapannya.
Saat waktu sudah menunjukkan pukul 08.00, dia beranjak untuk bersiap-siap hendak melancarkan misi hari ini dalam EKSPEDISI PERTAMA-nya.
***
Pukul 09.13, Halte Busway Gelanggang


Aisya dengan kostum merah hati favoritnya sudah duduk manis di dalam halte busway. Menunggu bus berbahan bakar gas dengan tujuan Harmoni. Akhirnya busway berwarna abu-abu yang ditunggunya tiba juga di halte yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kost barunya. Ia masuk ke busway. Ada yang istimewa di hari yang istimewa ini. Para "petugas" busway mengenakan baju koko, peci, dan berkalung sarung. Cakep bener! :D. Coba kalau setiap hari kayak gitu, Jakarta tambah adem deh! :D. Alhamdulillah, ada tempat duduk yang masih kosong. Aisya memilih duduk di samping seorang Mbak. Tak lama kemudian, dia mengeluarkan novel "The da Peci Code" yang baru dibacanya sampai bagian ke-13. Terinspirasi dari budaya negeri Sakura yang selalu memanfaatkan waktu di bus dengan membaca. Like this lah!!!
Memasuki pusat kota Jakarta dengan sajian gedung-gedung pencakar langitnya. "Juanda…Juanda…" Sang kondektur berteriak. Aisya memasukkan novelnya kemudian berdiri dan menuju pintu keluar…
Subhanallah..tatkala melenggang keluar dari halte busway, tampaklah sebuah bangunan agung yang merupakan salah satu bangunan istimewa di ibukota. Bangunan yang bukan sekedar bangunan. Rumah Allah. Masjid ISTIQLAL. Untuk pertama kalinya Aisya menginjakkan kakinya di sana. Pertama kali tahu tentang Masjid ini tatkala ayahnya dinas luar kota ke Jakarta saat dia masih SD. Ayahnya memberinya oleh-oleh kaos bergambar Masjid Istiqlal. Awalnya dia hanya bermimpi suatu saat nanti dia bisa singgah di masjid yang luar biasa megahnya itu… Dan sekarang mimpinya itu jadi NYATA. Alhamdulillah…
Aisya memasuki halaman masjid Istiqlal dengan perasaan gembira luar biasa. Kemudian dia menuju tempat wudhu putri dan naik ke lantai atas, menuju tempat sholat untuk jamaah putri. SUBHANALLAH… Begitu indah dan megahnya rumah Allah yang satu ini…Tiang-tiang penyangganya besar dan kokoh.. Karpet merah terhampar begitu indah… SUBHANALLAH!!!
Aisya mencari tempat yang strategis untuk menjalankan misinya. Hanya ada beberapa ibu-ibu yang sudah berada di situ. Kemudian dia mengenakan mukena berwarna emasnya dan langsung mendirikan sholat Tahiyatul Masjid dilanjutkan Sholat Dhuha… Ahh..betapa dia merasa sangat kecil… Cukup lama dia terpekur dalam doa panjangnya… Mengadukan semua keresahannya… Mencurahkan segala isi hatinya… Menguraikan semua harapan-harapannya… Memohon ampunan atas semua dosa-dosanya….
Setelah cukup puas "berdialog" dengan Sang Pemiliknya, dia mengeluarkan mushaf merah kesayangannya. Sudah sampai penghujung juz 12… Selang berapa saat dia membaca Q.S. Yusuf, seorang ibu di sebelahnya bertanya, "Baca surat apa Neng?"
Aisya pun menghentikan tilawahnya dan menjawab, "Surat Yusuf, bu!"
"Oo…ibu tadi membaca Surat Al Kahfi..tapi belum selesai, keburu ngantuk. Ya sudah, lanjutkan saja.."
"Iya bu.."
Aisya melanjutkan tilawahnya…
Selang berapa lama, ada seorang ibu yang duduk di sebelah kanannya yang kemudian langsung mendirikan sholat.
Saat sedang asyik tilawah, Aisya dikejutkan dengan teriakan dari seorang ibu yang duduk di sebelah kirinya. Ternyata ada seorang anak kecil yang kepalanya terjepit di terali. Ibu-ibu langsung menghambur ke arah anak itu. "Allahu Akbar!!!" Ibu..ibu berteriak histeris…Aisya pun hendak mendekat…Tapi…ternyata atasan mukenanya terinjak ibu yang sholat di sebelah kanannya. Akhirnya ia lepaskan atasan mukenanya… Semua panik.. Kepala anak kecil itu belum bisa keluar. Anak perempuan kecil itu menangis kencang… Sampai wajahnya memerah.. Ya Rabb, selamatkan dia… Akhirnya, ada seorang bapak yang datang. Dia mencoba mengeluarkan si kecil dengan merenggangkan terali besi pipih itu… Alhamdulillah, kepala anak itu berhasil keluar. Sang ibu langsung menggendong sang anak yang belum juga berhenti menangis. Dengan didampingi satpam (wanita + berjilbab lhoh!), sang ibu dan anak itu dibawa ke bawah, untuk menenangkan diri…
Setelah agak tenang, Aisya melanjutkan tilawahnya lagi…
Membaca Q.S. Yusuf, Q,S, Ar Ra’du, dan Q.S. Ibrahim… Alhamdulillah, akhirnya dia menyelesaikan 1 juz, yakni juz 13… Tepat sebelum adzan berkumandang di masjid Istiqlal.,,
Adzan membahana… Subhanallah… MERINDING!!!!
Setelah adzan, sang khatib sholat Jum’at naik ke mimbar. Betapa SURPRISE-nya Aisya tatkala ia tahu siapa sang khatib. Beliau adalah ustadz Hidayat Nur Wahid, salah satu tokoh favoritnya. Seperti biasa, setiap pergi Aisya selalu membawa note kecil merah hatinya dan bolpoin. Ia mengeluarkannya dan siap menuliskan inspirasi yang didapatkannya.
Berikut beberapa point inspirasi yang berhasil direkam dalam catatan kecilnya.
- Muharram adalah awal penanggalan Islam yang ditetapkan pada masa khalifah Umar bin Khattab. Di tahun baru ini, harapannya kita terus saling mengingatkan dalam kebaikan agar melahirkan ketenangan, ketentraman, dan kesejahteraan dalam kehidupan kita. Inilah hakikat kehidupan.
- Islam adalah agama yang syamil mutakamil.. Ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan, tidak hanya masalah ibadah, tapi juga muamalah di berbagai bidang, dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan ini.
- Kondisi bangsa kita saat ini sedang rapuh. Ketidakadilan, perebutan kekuasaan, kriminalitas, bencana alam, dan lain-lain melanda bangsa ini. Tahun 1998 reformasi didengungkan, tapi hasilnya belum begitu signnifikan. Bangsa ini masih saja bermasalah. Saatnya kita, sebagai umat Muhammad SAW, untuk berhijrah. Hijrah bukan hanya berpindah tempat. Hijrah di sini maksudnya kita mereformasi diri kita. Menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Pribadi yang sukses melakukan perubahan dan membangun peradaban. Harapan itu bisa diwujudkan dengan dua kunci utama :
1. NIAT YANG BAIK, BENAR, DAN KUAT
2. REALISASI KONKRIT

- Dalam hadist Rasulullah SAW yang artinya : Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khathab ra, berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya diterimanya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (akan diterima) sebagai hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang hendak dinikahinya, maka ia akan mendapati apa yang ia tuju." (HR. Bukhari dan Muslim).
- Selain niat yang baik, benar, dan lurus, hendaknya kita menyertainya dengan tindakan konkrit. Jangan hanya sekedar tebar pesona! Jangan hanya umbar wacana!!! Dalam moment tahun baru ini, selayaknya kita melakukan REFORMASI diri… menata kembali kehidupan kita.. memperbaiki akhlak kita dengan meneladani Rasulullah SAW, kemudian ISTIQOMAH! Setiap aktivitas yang kita lakukan, ORIENTASIKAN hanya tertuju pada Allah SWT semata. Hijrahnya kita dengan reformasi diri, insya Allah Negara ini akan merasakan dampaknya juga. Mari Kita eratkan ukhuwah kita untuk Indonesia yang makin berjaya!!!
Itulah inspirasi yang berhasil didapatkan dari khutbah singkat Ustadz Hidayat Nur Wahid.
Pukul 13.30 Aisya beranjak meninggalkan Masjid Istiqlal. Sampai di luar masjid, ada pemandangan yang luar biasa menurutnya… Banyak pengemis yang duduk di halaman masjid. Banyak sekali. Beberapa dari mereka ia hampiri, Ketika hendak berjalan, Aisya dikerubungi 3 anak kecil dengan tampang kumal dan sayu…
"Neng, minta neng…" Ujar mereka mengiba..
Aisya mengeluarkan sesuatu dari kantongnya… Tinggal selembar yang ada di kantong itu. "ini buat bertiga ya…"
Seorang dari mereka menerimanya. Saat hendak melanjutkan perjalanan lagi, dua anak yang tadi tidak menerima berujar, "dia tidak mau mbagi Neng…"
Akhirnya Aisya mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan memberi porsi yang sama pada dua anak tadi. Aisya mengajak bercakap-cakap pada anak kecil yang terakhir kali menerima.
"Sekolah gak dhek?"
"Tidak Neng!"
"Rumahnya mana??"
"Di Senen!"
"Itu tadi saudaranya ya??"
"Bukan Neng, temen!"
"Ya sudah, jangan lupa rajin sholat ya!" pesan Aisya pada anak kecil berbaju merah itu yang akhirnya berlari meninggalkannya setelah tersenyum pada Aisya.
Dengan Nokia 5300-nya, Aisya sempat mengabadikan beberapa hal yang menarik perhatiannya. Dia juga sempat melihat seorang Bapak bertubuh tambun yang mengenakan sarung kotak-kotak dan peci putih dikerumuni para pengemis.. Ya Allah, betapa banyak orang yang jauuuh lebih kurang beruntung dibanding saya, batin Aisya.
***
Aisya berjalan menyusuri halaman timur Masjid Istiqlal untuk menuju Halte busway. Sampai di dekat gerbang keluar, dia dihadang penjual kalender.
"Kalender baru, Neng. Bergambar masjid Istiqlal lho!"
"Makasih…"
"Eh, maaf Bu…tadi saya panggil Neng!" kata si Abang sambil senyum-senyum tak berdosa…
Aisya cuma tersenyum, tapi dalam hatinya berontak. "Masak aku dipanggil ibu sih?" :D
***
Pukul 14.00, Halte Busway Juanda
Aisya menunggu busway jurusan PGC (Pusat Grosir Cililitan) yang tak kunjung tiba. Sudah 10 menit berlalu. Lambungnya mulai perih karena belum makan siang. Akhirnya busway yang dinanti datang juga. Alhamdulillah…penuh! Jadi tidak dapat tempat duduk. Hihi.. Bergelayutan. Gerakan tubuh menyesuaikan irama rem busway itu… :D. Sambil bersenandung lirih dalam hati (nasyidnya StarFive), dia merenungkan hikmah dari keberhasilan misinya hari ini…
Telah tiba saatnya kembali
Satu hari yang sangat dinanti
Hari-hari yang penuh arti
Tahun baru kita kali ini
Detik-detik telah kulewati
Tak terasakan olehku
Sampailah jua kita kembali…
Di Muharram kali ini
Belum tiba saatnya kita
Menunduk, memandang dan bercermin
FIrman Tuhan Yang Maha Kuasa
Sebelum kita dihisabNya
Allah kurasakan imanku
Masih tipis terasa hampa
Syahadat, sholat, puasa, zakatku..
Belum-lah sempurna…
Tak tahu berapa lama
Kupergi bersamanya
Hingga kusadari arti tahun baru ini
Mogalah kita kan lebih baik lagi
Di Muharam kita kali ini….
***

Yup, that’s all! Itulah ekspedisi Aisya di hari barunya di tahun baru 1431 H. Nantikan ekspedisi-ekspedisi Aisya selanjutnya. Insya Allah juga LEBIH SERU dan LUAR BIASA!!!

SELAMAT TAHUN BARU 1431 H…
Semoga keberkahan dan ridho Allah SWT senantiasa terlimpah pada kita semua… Aamiin…
Jakarta, 1 Muharram 1431 H
Aisya Avicenna* 
(Tulisan ini diposting pada bulan Desember 2009 di blog sebelumnya)
Aisya Avicenna

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna