ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB. SAHABAT, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA INI. SEMOGA BERMANFAAT DAN MAMPU MEMBERIKAN INSPIRASI. BAGI SAYA, MENULIS ADALAH SALAH SATU CARA MENDOKUMENTASIKAN HIDUP HINGGA KELAK SAAT DIRI INI TIADA, TAK SEKADAR MENINGGALKAN NAMA. SELAMAT MEMBACA! SALAM HANGAT, ETIKA AISYA AVICENNA.

Bukan PNS Biasa




26 September 2009
Pukul 12.00, terminal Giri Adipura Kabupaten Wonogiri
“Taqabalallalahu minna wa minkum”. Kujabat tanganku erat pada sahabatku yang sudah sekian tahun tak bertemu. “Taqabal ya kariim...” jawabnya tepat di telinga kananku saat dia memelukku tak kalah erat. Sementara itu, ayahku dan ayahnya juga bersalaman dan saling tegur sapa. Keakraban pun kembali terjalin. Dialah Nuri, sahabatku sejak kelas 1 SMA. Kebetulan tiga tahun semasa SMA kita selalu satu kelas. Ehm... skenarioNya memang sangat indah. Siang ini, aku dan Nuri akan berangkat ke ibukota negeri ini, Jakarta. Nuri memang sudah 4 tahun kuliah di sana. Sebuah sekolah tinggi yang dulu juga sempat menjadi sekolah impianku. Sekolah Tinggi Ilmu Statistika (STIS). Tapi apalah daya, rencana Allah lebih indah. Nuri diterima di sekolah tinggi itu, dan akupun diterima di Universitas Sebelas Maret (UNS) yang terletak di kota Solo. Dan semuanya itu memang mendatangkan banyak hikmah bagiku, tepatnya bagi kami berdua. Hingga akhirnya, kami dipertemukan kembali untuk berjuang bersama di Jakarta. Pukul 13.00, bus Gunung Mulia berplat AD 1511 BG yang kami tunggu akhirnya datang juga. Terminal itu pun menjadi saksi bisu perpisahan dengan ayah kami masing-masing.
Pukul 15.30, di dalam bus Gunung Mulia.
“Udah bangun Ri?” tanyaku pada Nuri yang sedari tadi memejamkan matanya.
“Kamu tadi gak tidur to Nda?” tanya Nuri yang masih setengah mengantuk.
“Gak bisa tidur Ri, ku milih baca buku aja.”
Nuri melirik buku yang sedang aku pegang. “Cie..cie...bacaannya sekarang meningkat. ‘Bila Hati Rindu Menikah’ euy.. kamu mau nikah ya?? Mentang-mentang dah lulus!”
Aku hanya tersenyum simpul dan akhirnya menimpali, ”Nikah?? Ya jelas maulah.. kamu juga mau kan?? Hihi..ni salah satu langkah persiapanku, Ri. Banyak baca buku tentang ini, terutama fiqihnya. Jodoh kita sudah ada, tinggal nunggu waktunya aja untuk ketemu. Nah, biar tar ketemuannya gak malu-maluin gara-gara kita sedikit ilmu, makanya manfaatkan ‘waktu tunggu’ itu dengan sebaik-baiknya.”
Nuri mengangguk-angguk (bukan karena masih ngantuk), “Iya..bener katamu. Kita sekarang kan dah lulus. Sudah saatnya kita memikirkan hal ini lebih serius. Eh, Yanda.. teman-temanku di kampus juga dah pada syndrome pengin nikah tuh..., bahkan ada yang sudah proses..”
“Tuh kan, kamu kapan???” tanyaku menyelidik.
“Emm...tunggu saja tanggal mainnya.” jawab Nuri sambil tersenyum simpul.
“Kayaknya duluan kamu Nur, lha wong kamu dah lulus. Tinggal penempatan. Sedangkan aku, ni aja masih mau tes CPNS,” kataku.
“Wallahu‘alam. RencanaNya jauh lebih indah dari rencana kita. Yadah, aku mau Al Ma’tsuratan.”
“Kalau begitu, aku juga akan melanjutkan baca buku ini,” kataku mengakhiri pembicaraan kami.
Pukul 17.30, masih di dalam bus Gunung Mulia
Benang-benang jingga terajut membentuk nuansa senja yang indah. Kali ini senja menyambutku di kota Semarang. Ehm... banyak kisah yang telah aku torehkan di kota ini. Kisah-kisah petualanganku menggapai impian dan mengukir prestasi. Alhamdulillah, rasa syukur mendesir dalam hatiku..mengenang masa-masa perjuangan dulu di kota Semarang, kota perjuangan, kota persahabatan. Dudukku di dekat jendela, jadi dengan leluasa aku bisa menatap pemandangan di luar..
Ehm.. lagi bahagia nih.. bukan saja karena salah satu impianku akan terwujud (menginjakkan kaki di Jakarta)... tapi karena aku akan memperjuangkan terwujudnya impianku yang lain. SEMANGADH 37x.. (mencoba menyemangati diri sendiri.. kesempatan itu tak datang dua kali).
Pukul 19.00, Rumah Makan Sari Rasa, Kendal
Bus yang kami tumpangi berhenti tepat di samping Rumah Makan Sari Rasa. Di rumah makan itu sudah berjejal puluhan bus Gunung Mulia yang lain. Maklum, hari ini adalah puncaknya arus balik pasca Lebaran. Setelah sholat, aku dan Nuri menuju ruang makan. Setelah itu, kami kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan. Laju bus terbilang lambat, agak macet. Maklum, puncak arus balik. Kupandangi langit malam ini. Meski tak begitu jelas tertangkap retina mata, tapi aku dapat menyaksikan ribuan bintang menghiasi langit. Ku menoleh ke kiri, Nuri sudah larut dalam mimpinya...dan akhirnya akupun menyusulnya...
Pukul 03.00, Bus Gunung Mulia
Aku kembali terjaga. Nokia 5300 ku bergetar. Kubuka inbox. Sebuah pesan dari bunda. “Bangun Mbak, sudah jam 3. Dah sampai mana?”. Langsung kubalas SMS itu. Sudah menjadi rutinitas bunda, kalau jam 3 SMS atau telepon membangunkan aku untuk Qiyamul Lail. Makasih ya bunda... Nuri juga terbangun. Setelah itu, aku mengerjakan Qiyamul Lail dan dilanjutkan sholat subuh. Pengalaman pertamaku sholat di dalam kendaraan yang sedang melaju. Setelah itu, lanjut membaca Al Ma’tsurat dan Al Qur’an merahku. Seiring lantunan ayat cintaNya, ternyata kami sudah memasuki daerah Subang, Jawa Barat. Alhamdulillah...
***
27 September 2009
Pukul 08.00, Bus Gunung Mulia
Terik sang surya menembus kaca bening bus yang kami tumpangi. Padahal baru jam 08.00 pagi. Yaaa..inilah JAKARTA! PANAS!! Tapi jadi ingat filosofi PANAS => Pasti Aku Nanti Akan Sukses!!!
Pukul 09.00, Terminal Rawamangun, Jakarta Timur
Alhamdulillah, untuk pertama kalinya kakiku menapak di kota yang katanya metropolitan ini. Flash...Sang Bagaskara tersenyum manis padaku…
***
28 September 2009
Pukul 10.00, Gelora Bung Karno, Senayan
Aku dan Nuri duduk di bawah pohon rindang di halaman luar Gedung Tenis Indoor, Gelora Bung Karno, Senayan. Kami baru saja survey lokasi ujian tahap kedua (tes tertulis) CPNS Departemen Perdagangan (Depdag) yang akan digelar tanggal 30 September esok lusa. Alhamdulillah, aku dinyatakan lolos seleksi administrasi sehingga berhak mengikuti ujian tertulis.
***
30 September 2009
Pukul 07.30, Gedung Tenis Indoor, Gelora Bung Karno, Senayan
Sekitar 4000-an orang memenuhi Gedung Tenis Indoor Senayan pagi ini. Dari 4000-an orang yang akan mengikuti tes ini, hanya akan diambil 160 orang sesuai dengan formasi yang dibutuhkan Departemen Perdagangan. Aku duduk bersama para “CALON STATISTISI”. Ehm, bersaing dengan 80-an orang yang luar biasa dan hanya dua orang saja yang akan terpilih. Bismillahirrahmanirrahim…
Pukul 13.00, Halte Bus Senayan
Alhamdulillah, setelah berkutat dengan 300-an soal pilihan ganda yang “menantang”, akhirnya selesai juga tes tertulisnya. Tinggal menyerahkan hasilnya pada Sang Maha Kuasa. Siang ini begitu terik. Dengan berbekal petunjuk arah yang diberitahu Nuri, aku mencoba pulang ke kost Nuri sendirian. Pengalaman pertama menjelajah ibukota sendirian… SERU!!!
Pukul 14.00, Kost Oscom
Akhirnya sampai juga aku di kost Nuri. Kuceritakan kisah seruku hari ini pada Nuri. Ehm, hari ini memang luar biasa!!! Kemudian aku bersiap untuk kembali ke kampung halamanku di Wonogiri karena pengumuman ujian tertulis masih tanggal 26 Oktober. Apapun hasilnya, pastinya itulah yang terbaik dari Allah SWT. Inilah keyakinanku….
***
8 Oktober 2009
Pukul 14.00, Kantor Asuransi Bumiputera Solo
Setelah wisuda tanggal 3 September 2009 yang lalu, aku mendapat kesempatan menyelesaikan sebuah proyek di kantor Asuransi Bumiputera Solo. Hari ini suasana yang kurasakan di kantor memang lain dari biasanya. Perasaanku tak menentu. Tiba-tiba, ada SMS dari seorang teman yang juga ikut tes CPNS di Depdag. Alhamdulillah, dia mengabarkan kalau aku lolos, dia juga. Dari 80 orang diambil 4 orang untuk mengikuti tes tahap ketiga. Kami memang berasal dari satu jurusan dan satu angkatan. Oh ya, namanya Didi. Kebetulan kami juga berasal dari daerah yang sama, Wonogiri. Bahagianya!!!
***
13 Oktober 2009
Setelah dinyatakan lolos tes tertulis, aku mengikuti tes tahap III yaitu psikotes dan wawancara. Pukul 08.00 aku dan Nuri berangkat menuju lokasi tes di daerah Sawangan, Depok. Dengan berbekal selembar peta, kami pun menuju tempat tersebut. Benar-benar menggelikan sekaligus petualangan yang seru!!. Sampai di terminal Pulogadung, kami pindah naik angkot kecil warna biru. Sambil menyusuri gambar peta di dalam angkot, akhirnya sekitar pukul 10.30, kami sampai juga di daerah Wates, Sawangan, Depok. Dari tempat turun, kami masih harus berjalan sekitar 300 meter menuju kantor Pusdiklat Depdag.
Pukul 10.00, Masjid….. Sawangan, Depok
Karena peserta ujian masuk pukul 12.15, aku dan Nuri memutuskan untuk beristirahat di masjid yang berjarak 300 meter dari Pusdiklat. Sesampai di masjid, kami berdua duduk santai di serambinya. Ada sekitar tiga pedagang kaki lima yang mangkal di situ. Akhirnya, aku dan Nuri membeli segelas dawet ayu Banjarnegara pada seorang bapak tua. “Segelas aja Nda, takut ga habis.” kata Nuri. Emm..akhirnya kami meminum dawet itu segelas berdua di bawah pohon rindang..sambil menikmati sepoi angin... A beautiful friendship! Setelah dawet habis, kami kembali duduk di serambi masjid. Nuri membaca buku “Quantum Tarbiyah”nya, sedangkan aku memutuskan untuk melanjutkan tilawahku 2 halaman, setelah itu aku memilih untuk membaca ayat cinta favoritku, Q.S. Ar Rahman. Selalu ada rasa yang berbeda tatkala aku membaca surat ini. Selesai tilawah, aku mengamati bapak tua penjual dawet tadi. Beliau sedang berjuang keras memanggul dagangannya. Mungkin, beliau akan berkeliling lagi. “Ayo Pak, semangat!!! Jangan menyerah!!!!“ teriakku sambil mengepalkan tangan kala itu.. (tapi ya gak keras-keras...hanya Nuri yang dengar..^^) Setelah waktu menunjukkan pukul 11.00, kami-pun meninggalkan masjid. Berjalan kaki lagi.... Setelah makan di warung depan Pusdiklat, kami menuju lokasi tes. Setelah sholat, aku memasuki ruangan tes, sedangkan Nuri menungguku di mushola.
Test dimulai pukul 13.00. Sebelum test dimulai, semua peserta diminta mengisi lembar biodata dan 5 lembar kertas yang berisi pertanyaan mulai dari : apa pencapaian yang sudah didapat dalam waktu dua tahun terakhir, penyikapan atas suatu kasus, sampai gaji dan tunjangan yang ingin didapatkan. Waktu mengisi lembar pertanyaan ini, aku lebih banyak memberi jawaban berdasarkan pengalamanku semasa di kampus. Bagaimana kuliahku, aktivitas di kampus, dll. Akhirnya pertanyaan demi pertanyaanpun dapat ku jawab. Ehm, semakin menyadari bahwa “ngampus itu jangan hanya sekedar kuliah” (jadi inget bukunya Ustadz Hatta Syamsuddin dan istrinya, “AGAR NGAMPUS TAK SEKADAR STATUS”). Bagi yang masih ngampus, optimalkan waktu untuk mengasah potensi yang dimiliki. Memang, tujuan perdana kita menjadi “penghuni kampus” adalah untuk menjalankan amanah orang tua, kuliah yang rajin dan tidak ‘neko-neko’. Yes, that’s a good vision! Tapi kalau ngampus cuma kuliah (duduk anteng di kelas), ke kantin, dan di kost saja (istilah kerennya 3K)..ya jadi hambar dung! Aku semakin merasakan manfaat berorganisasi ketika memasuki dunia pasca kampus, lebih tepatnya waktu memasuki dunia kerja.
Lanjut ke cerita tentang psikotes. Dari tim penguji (para psikiater), membagikan beberapa buku yang berisi soal-soal psikotes. Ada beberapa soal yang sudah cukup familiar karena sering ditampilkan di buku-buku psikotes (tidak ada salahnya bagi yang mau psikotes untuk membaca dan mencoba contoh-contoh soal di buku-buku psikotes yang beredar di pasaran). . Salah satu tes yang membuat aku agak “tuing-tuing” namanya tes PAULI. Peserta dibagikan gulungan kertas besar ukuran A3 (kayaknya) yang berisi deretan angka yang dicetak bolak-balik. Wuih... so amazing! Kita diminta menghitung dari atas ke bawah. Alhamdulillah, sampai batas waktu berakhir, aku berhasil menghitung sampai tinggal satu deret terakhir. Melelahkan, menguras otak dan tenaga, tapi menantang. Asyik juga!!! Hal yang paling menyenangkan adalah waktu tes menggambar. Maklum, salah satu hobbyku kan menggambar. Peserta diminta menggambar manusia lengkap. Cling!!! Akhirnya aku mendapat ide untuk menggambar ayah. Tidak mirip sih, tapi gambar itu menjadi cerminan motivasi aku mengikuti tes CPNS di Depdag RI.
Pukul 17.00, alhamdulillah psikotes selesai. Langsung aku kabur ke mushola. Nuri masih setia menanti. Terima kasih ya!!! Lanjut sholat ashar. Terdengar guntur menggelegar di langit. Kata Nuri, tadi habis hujan deras dan angin kencang. Tapi alhamdulillah, sekarang sudah reda. Akhirnya kami pulang dengan berjalan kaki menuju tempat naik angkot, kemudian naik angkot menuju stasiun Depok Baru.. Di stasiun itu, banyak “pemandangan” yang cukup menarik perhatianku. Aku mencoba mencari inspirasi di balik apa yang aku lihat, dengar, dan rasakan. Mulai dari deretan ibu-ibu pengemis yang duduk berjajar di lorong stasiun, orkestra jalanan, sampai seekor kucing yang membuatku sangat iba karena kaki kanan depannya buntung, terluka. Dia berjalan terhuyung-huyung dengan ketiga kaki lainnya yang masih normal. Kasihan sekali kucing itu. JANGAN MENYERAH PUS!!! (teriakku dalam hati). Menjelang Maghrib, kereta ekonomi non AC jurusan Jakarta tiba. Kami-pun menaikinya.
***
14 Oktober 2009
Berangkat dari kos sekitar jam 9 lebih. Sampai di sana, singgah ke warteg dulu, makan siang. Sampai di kantor Pusdiklat, alhamdulillah langsung boleh masuk. Setelah sholat di mushola, langsung menuju ruangan tempat peserta berkumpul sebelum wawancara. Seperti kemarin, Nuri menunggu di mushola. Sebenarnya jadwalku wawancara pukul 14.00-14.30, tapi baru sekitar pukul 15.30 aku memasuki “ruang eksekusi”. Sang eksekutor adalah seorang bapak paruh baya, dengan perawakan sedang dan ramah sekali. Pertanyaan demi pertanyaan pun menghujani aku. Alhamdulillah, sudah “sedia payung sebelum hujan”. Maksudnya, alhamdulillah bisa menjawab dengan lancar dengan suasana wawancara yang tidak menegangkan, malah terkesan seperti curhat seorang anak kepada ayahnya. Semuanya mengalir begitu saja, tak terasa hampir setengah jam kami berdialog. Jujur, kebanyakan jawaban yang keluar adalah menceritakan pengalaman pribadiku saat di kampus. Hampir 75 % aku menceritakan kisahku saat terlibat dalam beberapa organisasi di kampus. Alhamdulillah...Terima kasih Ya Allah atas segala kemudahan ini..
***
26 Oktober 2009
Pukul 20.13, Kost Pink, Solo
Aku mencoba menenangkan hati sembari membaca Al Qur’an merahku. Yaa.. hari ini akan ada pengumuman hasil seleksi CPNS Departemen Perdagangan. Akan tetapi, sampai jam 20.00 belum ada pengumuman. Akhirnya, aku meminta tolong Nuri untuk melihatkan pengumuman, karena dia bisa online di kostnya. Setelah membaca Qur’an, iseng-iseng aku membuka facebook-ku.. Ada pesan dinding yang masuk. Dari Nuri. “Selamat, kamu ketrima. Makan-makan lho!”.
Alhamdulillah, langsung aku sujud syukur di kamar kostku. Aku telepon Nuri untuk memastikan. Ada dua nomor ujian untuk formasi Calon Statistisi yang diterima dan salah satunya adalah nomor ujianku. Sayang, Didi belum berhasil. Ya Allah, keputusanMu memang nomor satu dan pasti yang terbaik. Langsung aku mengabari keluarga di rumah. Ibu sampai menangis haru saat mendengarnya…
***
Kini, aku resmi menjadi bagian dari Kementerian Perdagangan RI (sekarang tidak lagi bernama “Departemen Perdagangan”). Menjadi seorang abdi Negara dan abdi masyarakat. Aku bertekad untuk tidak hanya menjadi PNS yang biasa-biasa saja, tapi aku ingin menjadi PNS yang LUAR BIASA… “Penghuni Neng Surga, Pribadi Nan Sabar, Putri Nan Sholihah, Pengusaha Nan Sukses, Pendamping Nan Setia, Petualang Nan Semangat, Penulis Nan Sensasional, Pembelajar Nan Sejati, Penolong Nan Santun, Pemikir Nan Serius, Penasihat Nan Solutif, dan Pemimpin Nan Sigap”. Amin…

-based on true story-
Jakarta, 090410_22:49
Aisya Avicenna

Sebenarnya masih ada kisah yang belum saya ceritakan di sini. Dulu waktu mengalaminya, saya berazzam, kisah ini akan saya beberkan ketika saya sudah mendapatkan pekerjaan yang saya impikan. Alhamdulillah sekarang impian itu sudah terwujud, berarti saya masih punya hutang untuk menceritakannya. Sebuah kisah yang memadukan kenekatan, kekonyolan, kesedihan, tapi juga inspiratif! Tak seorang pun tahu bahwa saya pernah mengalaminya. Tapi, saya akan menceritakan semuanya!!! Tinggal menunggu waktu yang TEPAT! ^^v 



Tulisan ini diposting pada bulan Juni 2010 di blog sebelumnya

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini ^___^. Mohon maaf komentarnya dimoderasi ya. Insya Allah komentar yang bukan spam akan dimunculkan. IG/Twitter : @aisyaavicenna